Anda di halaman 1dari 2

Teknologi Bikin Manusia Malas

“Malas ah, nanti saja” sebuah perkataan yang seringkali terucap dari lisan seseorang.
Pada hakikatnya, rasa malas merupakan kodrat manusia yang justru menjadi musuh terbesar
bagi manusia itu sendiri. Tak dapat dipungkiri, terkadang rasa malas menjadi suatu hal yang
menyenangkan, apabila kita bisa sejenak melupakan pikiran dari pekerjaan ataupun tugas-
tugas sekolah. Ditambah lagi, rasa malas kita ditemani dengan menonton TV dan bermain
gadget seharian penuh sampai lupa waktu, seringkali menjadi rutinitas bagi seorang pemalas.
Penyakit malas bagaikan larutan kimia yang sudah mencapai titik jenuh, sehingga larutan
tersebut tidak akan bereaksi kembali. Begitupun manusia, ketika sudah mencapai titik
jenuhnya, mereka akan memilih untuk tidak melakukan apapun, bahkan cenderung menolak.
Rata-rata orang mengkategorikan malas sebagai sesuatu yang negatif. Orang yang malas
selalu dituding masa depannya tidak akan cerah. Sebab, dia memiliki seribu alasan untuk
menunda-nunda pekerjaan, dimana hal itu justru dapat menghambat dalam meraih mimpinya.
Apalagi sekarang kita hidup di era digital yang hampir semua aktivitasnya bergantung
pada teknologi.
Di era digital ini, kita dapat dengan mudah mengakses segala sesuatu melalui
perangkat elektronik. Namun, apakah perkembangan teknologi yang pesat bisa memicu
terjadinya rasa malas? Sebuah penelitian dari University of Waterloo, mengungkapkan bahwa
keberadaan teknologi dan internet membuat manusia meragukan pengetahuan, serta
ingatannya sendiri, sehingga mereka seringkali melakukan pemeriksaan kembali melalui
internet. Alhasil, penggunaan teknologi yang berlebihan secara terus menerus dapat
menurunkan kinerja otak manusia, sehingga otak menjadi malas dalam mengingat sesuatu.
Jika kita bijak dalam mengatur batas penggunaan teknologi, maka teknologi bisa menjadi alat
yang bermanfaat. Jadi, tergantung dari individu yang mengatur pola penggunaannya tersebut.
Bagi saya, rasa malas itu sifatnya statis, tidak akan pernah hilang secara alami dalam
diri manusia, sewaktu waktu rasa malas itu akan muncul kapan saja. Apalagi di era serba
instan ini, yang dimana manusia bergantung penuh terhadap teknologi, sehingga memicu
munculnya rasa malas dalam dirinya. Ditambah lagi rasa malas akan terasa nyaman jika
sudah terbiasa, sehingga perlu adanya pembatasan dalam penggunaan teknologi, guna
menetralisir rasa malas itu, khususnya dalam pengaplikasian media sosial. Terkadang
manusia lebih tahan memainkan media sosialnya selama seharian penuh, daripada
mengerjakan pekerjaan ataupun tugas-tugas sekolah. Memang benar adanya, bahwa media
sosial terkadang memberikam kepuasan di dalam diri, namun media sosial juga bisa menjadi
sumber utama gangguan dalam produktivitas manusia. Lalu, sebaiknya berapa lama waktu
yang tepat dalam mengakses media sosial di setiap harinya? Ternyata, hasil penelitian dari
University of Pennsylvania, waktu terbaik mengakses media sosial di setiap harinya
maksimal selama 30 menit. Begitu singkat, tapi sangat sulit dijalankan.
Perlu dipahami, dari batas waktu yang sudah ditetapkan, bukan berarti kita dilarang
untuk menggunakan media sosial. Hanya saja perlu adanya keseimbangan, agar media sosial
tidak mengendalikan produktivitas kita. Apabila kita membatasi penggunaan media sosial,
maka kita bisa mengendalikan rasa malas di dalam diri. Dengan begitu, otak kita akan
berproses secara seimbang ketika mengakses media sosial dan beraktivitas. Semakin banyak
waktu luang, maka tidak menutup kemungkinan, semakin banyak pula waktu yang bisa kita
pergunakan ke dalam hal yang lebih bermanfaat.
Dalam menjalankan aktivitas, terkadang kita merasa terdistraksi dengan objek atau
hal yang menarik, sehingga memicu datangnya kenyamanan sesaat yang berujung pada
kemalasan. Misalnya, saat fokus belajar dengan bantuan gadget, tiba-tiba otak kita
terdistraksi dan menjalar kemana-mana saat sedang menggunakan media sosial, seperti scroll
reels Instagram, Tiktok, dan aplikasi serupa yang membuat otak berhenti berprogres, alih-alih
malah regres. Adanya distraksi terhadap objek atau hal tertentu dapat mengganggu
konsentrasi ketika beraktivitas. Sehingga aktivitas pun berhenti di tengah jalan, dengan alasan
kurang puas untuk beristirahat.
Ironisnya, Indonesia menduduki peringkat pertama penggunaan gadget dengan durasi
screen time paling tinggi di dunia dengan tingkat masa penggunaan selama 5,4 jam per hari
pada tahun 2021, lalu pada tahun 2022 mengalami peningkatan selama 5,7 per hari.
Strategi paling penting untuk mengurangi kemalasan pada saat beraktivitas adalah
dengan menghilangkan segala jenis gangguan dengan cara apapun. Seperti saat beraktivitas,
alangkah baiknya mengurangi penggunaan teknologi, seperti gadget, TV, agar proses
aktivitas mengalami progres yang signifikan. Dengan begitu, kita bisa melatih diri untuk
tidak terdistraksi kepada objek tertentu yang bisa menghambat pekerjaan. Saya berpikir cara
ini bisa diterapkan saat menjelang ujian kelulusan untuk mengurangi rasa malas yang di
derita.
Suka tidak suka, mau tidak mau, cepat atau lambat, rasa malas akan selalu hadir, saya
berpikir jika malas itu hal netral yang bisa datang di berbagai kondisi. Sekejap saya teringat
dengan quotes dari pendiri Amerika Serikat, Benjamin franklin yang berbunyi "Kamu
mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak akan menunggu" roncean kata yang tidak bertele-
tele yang menampar saya sebagai seorang pemalas, sehingga membuat saya terdorong untuk
melawan rasa malas itu. Oleh karena itu, jangan menunda hal yang berguna, kewajiban, dan
kebutuhan. Setidaknya dengan menulis esai ini, saya bisa berjuang melawan rasa malas yang
saya rasakan dengan tidak terdistraksi dengan hal tertentu yang bisa memancing kenyamanan
dalam diri. Rasa malas memang tidak bisa dihilangkan secara langsung, tetapi kita bisa
melatih diri untuk mengendalikan rasa malas itu, dengan membatasi ruang bermain gadget
ketika sedang beraktivitas dan tidak mudah kedistraksi dengan objek atau hal apapun yang
dapat mengganggu pekerjaan. Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya teringat dengan doa
yang dapat di baca rutin agar dijauhkan dari rasa malas, doanya berbunyi:

Anda mungkin juga menyukai