Anda di halaman 1dari 67

NON BINER SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN

MAHASISWA JABODETABEK

Studi Fenomenologi Mengenai Non Biner Sebagai Gaya Hidup di


Kalangan Mahasiswa di JABODETABEK

Oleh :

Reza Putra Gifary

182050259

USULAN PENELITIAN

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Program Studi Ilmu


Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pasundan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2022
LEMBAR PENGESAHAN

NON BINER SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN


MAHASISWA KOTA BEKASI

(Studi Fenomenologi Mengenai Non Biner Sebagai Gaya Hidup di


Kalangan Mahasiswa di Kota Bekasi)

Oleh :

Reza Putra Gifary

182050259

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pada Progam Studi Ilmu Komunikasi

Bandung, September 2022

Menyetujui,

Pembimbing

Dr. Qisthy Rabathy, S.I.Kom, M.Si


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Istilah LGBTQ+ mungkin sudah tidak begitu asing lagi bagi sebagian

masyarakat di dunia ataupun di Indonesia. Terlpas itu menerima atau tidaknya

dengan LGBTQ+ ini sudah menjadi sebuah fenomena di masyarakat. Mungkin

banyak dari kita yang sudah paham terkait arti dari LGBT yaitu lesbi,gay,bisex

dan juga transgender. Tapi belakangan ini muncul istilah baru di dalam LGBT

yaitu penambahan Q.

Q sendiri adalah singakatan dari kata queer. Queer sendiri memiliki arti

secara harfiah yaitu aneh atau tidak biasa (“unusual,strange,odd”). Queer sering

kali digunakan untuk mereka yang “not straight” yang biasa digunakan untuk

melebelkan sebuah orientasi atau identitas seksual bagi mereka yang masih dalam

pencarian, namun sudah yakin tidak menyebut dirinya sebagai keteroseksual.

Menurut Merriam Webster, queer adalah orang atau kelompok yang

memiliki ketertarikan seksual atau hubungan roamntis, tidak terbatas pada orang

dengan identitas gender atau orientasi sesksual tertentu.

Thamsin Spargo dalam bukunya yang berjudul “Foucault and Queer

Theory” yang dirilis pada tahun 1999 menjelaskan, queer tidak merujuk pada
identitas gender secara khusus seperti gay, lesbi biseksual, transgender ataupun

yang lainnya.

Harry Benshoff dan Sean Griffin dalam buku Queer Cinema, The Film

Reader yang dirilis pada tahun 2004 menjelaskan bahwa, queer adalah teori bagi

mereka yang menolak gagasan esensial atau biologis mengenai sebuah gender

ataupun seksualitas. Dengan begitu queer mematahkan adanya pembagian sebuah

identitas gender seperti laki – laki, perempuan, feminim, masukilin dan

sebagainya.

Queer sendiri seakan – akan menjadi payung bagi para anggota pada

komunitas LGBT. Salah satu bagian queer di luar singkatan LGBT adalah non –

binary atau nonbiner. Non – binary termasuk kedalam istilah queer karena pada

dasarnya mereka yang penganut pemahaman non – binary adalah mereka yang

percaya bahwa tidak ada pembatasan biner didalam masing – masing manusia.

Non – binary adalah individu yang tidak ingin dikategorikan dalam gender

tertentu. Meski sering dianggap sama, tetapi istilah ini berbeda dengan

transgender. Non – binary sendiri bisa dikatakan termasuk kedalam bagian

LGBTQ+. Identitas gender seseorang biasanya dikategorikan bedasarkan jenis

kelaminnya, biasanya laki – laki atau perempuan. Akan tetapi, tidak semua orang

cocok dengan kedua gender tersebut sehingga seiring berjalannya waktu

munculah istilah baru yaitu non – binary atau nonbiner.

Identitas gender yang satu ini seringkali dianggap sebagai hal yang baru,

pada kenyataannya menurut penelitian yang ada gender nonbiner ini sudah
diperkirakan ada sejak 400 tahun sebelum masehi. Hal ini ditemukan dalam

sebuah teks Hindu kuno di India yang mana menuliskan tentang Hijra. Mereka

menganggap diri mereka lebih dari sekedar pria atau wanita saja.

Ada beberapa perbedaan pendapat dari mereka yang mengakui diri sebagai

nonbiner. Pertama, ada Sebagian mereka yang menanggap bahwa mereka adalah

gabungan dari laki – laki dan perempuan yang membuat mereka bisa

dikategorikan kemana saja. Kedua, ada juga sebagian dari mereka yang

menganggap bahwa mereka tidak termasuk kedalam gender laki – laki atau

perempua, itu kenapa mereka lebih memilih disebut dengan nonbiner atau bisa

dikatakan sebagai jalan tengah dan netral untuk penyebutan mereka.

Mungkin ada sangat banyak orang awam diluar sana yang

mengkategorikan nonbiner sebagai seorang transgender atau mereka yang

berganti kelamin baik itu dari laki – laki ke perempuan ataupun sebaliknya dari

perempuan menjadi laki – laki. Pada nyatanya kedua sebutan tersebut memiliki

dua konsep yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai pembeda nonbiner dengan

transgeder diharuskan mengerti konsep keduanya.

Seks atau jenis kelamin adalah aspek biologis seseorang ketika mereka

dilahirkan atau bisa dibilang dibawa sejak mereka lahir. Salah satu aspek yang

bisa dibawah yaitu berupa alat kelamin atau kromosom dominan yang dipunya

oleh seseorang. Kebanyakan orang di seluruh dunia akan memilih identitas gender

dengam mengambil dari jenis kelamin mereka. Seseorang akan menganggap diri

mereka laki – laki jika mereka mempunyai jenis kelamin laki – laki yaitu berupa
penis dan untuk yang perempuan akan menganggap diri mereka perempuan

karena mereka mempunyai jenis kelami perempuan atau vagina.

Sementara itu, gender mempunyai artian yang berbeda. Gender sendiri

merupakan sikap atau peran yang dibentuk secara sosial atau kultural. Gender

melbatkan cara pandang atau perasaan seseorang tentang diri mereka sendiri dan

apa yang mereka rasakan.

Lalu ada juga istilah trans yang merujuk pada suatu hal yang sebenarnya

sangat luas. Secara umum, ini mengacu pada siapa saja yang bukan cisgender dan

mencakup berbagai indetitas seperti trans wanita ataupun pria. Lalu cisgender

sendiri adalah suatu sebutan yang mengacu pada mereka yang menjadikan

identitas gender mereka sesuai dengan alat kelamin mereka yang dibawa dari

semenjak mereka lahir.

Orang – orang nonbiner bukanlah suatu hal baru. Nonbiner sendiri sudah

diakui dari ribuan tahun yang lalu oleh budaya dan masyarakat di seluruh dunia,

jadi mereka tidak bingung terkait identitas gender mereka. Beberapa, tapi tidak

semua orang nonbiner menjalani prosedur medis untuk membuat tubuh mereka

lebih sesuai dengan identitas gender mereka. Meskipun tidak semua orang

nonbiner membutuhkan perawatan medis untuk menjalani kehidupan yang

memuaskan, ini penting dan bahkan menyelamatkan nyawa bagi banyak orang.

Kebanyakan orang transgender tidak nonbiner. Akan tetapi, beberapa

orang transgender mengakui diri mereka sebagai nonbiner. Nonbiner tidak sama

dengan intersex. Orang intersex memiliki anatomi atau gen yang tidak sesuai
dengan definisi khas pria dan Wanita. Kebanyakan orang interseks

mengindentifikasi sebagai pria atau Wanita. Sedangkan nonbiner, biasanya bukan

seorang interseks.

Mungkin ada banyak orang yang tidak bisa menerima akan kehadiran

nonbiner di lingkungan mereka karena menganggap itu adalah sebuah

penyimpangan yang sangat keluar dari agama yang mereka anut. Tapi sebagai

sesama mahluk hidup kita harus saling menghormati, tidak sulit untuk

menghormati pilihan seseorang terkhusus seorang nonbiner.

Tidak perlu terlalu memahami apa itu artinya nonbiner atau mengapa

mereka memilih menjadi nonbiner. Masih banyak orang yang masih bekum

memahami ataupun mendengar tentang gender nonbiner. Tetapi identitas yang

tidak dipahami Sebagian orang masih layak untuk dihormati.

Pertama, gunakanlah nama yang diminta seseorang untuk anda gunakan.

Ini adalah suatu aspek paling penting untuk menghormati orang nonbiner, karena

nama yang digunakan mungkin tidak mencerminkan identitas gender mereka.

Kedua, coba untuk tidak membuat sebuah asumsi liar tentang jenis

kelamin seseorang. Anda tidak dapat mengetahui apakan seseorang nonbiner

hanya dengan melihatnya sekilas saja. Sama seperti halnya melihat seorang

transgender hanya sekedar dari penampilan atau bentuk luarnya saja.

Ketiga, jika tidak yakin dengan kata ganti apa yang digunakan seseorang,

tanyakan saja. Orang nonbiner yang berbeda akan menggunakan kata ganti yang

berbeda pula. Banyak orang nonbiner yang berbeda daot menggunakan kata gantu
seperti “mereka” sementara yang lain menggunakan kata “dia” yang merujuk pada

gender tertentu.

Bagi banyak orang nonbiner, mencari tahu kamar mandi mana yang

mereka gunakan dapat menjadi sebuah tantangan. Bagi banyak orang nonbiner

menggunakan kamar mandi perempuan atau laki – laki akan terasa tidak nyaman

dan aman. Karena, orang lain mungkin akan melecehkan mereka secara verbal

atau bahkan menyerang secara fisik.

Terakhir, cara menghormati orang nonbiner yaitu berbicaralah dengan

mereka untuk mempelajari lebih lanjut tentang siapakah mereka. Tidak ada satu

cara untuk menjadi seorang nonbiner. Cara terbaik untuk memahami bagaimana

rasanya menjadi nonbiner adalah berbicara dengan orang – orang nonbiner

tersebut dan dengarkan cerita mereka.

Mungkin masih banyak sekali orang yang sangat tabu dengan hal ini dan

bahkan ada sebagian yang tidak tahu akan adanya istilah “nonbiner”. Salah satu

faktornya tidak faktornya orang sulit menerima kehadiran mereka dikarenakan

karena unsur agama. Bahwasannya, LGBTQ+ atau sejenisnya adalah sebuah

penyakit yang menyerang mental dan cara berpikir seseorang yang mungkin di

sebabkan oleh kejadian di masa lalu yang membuat mereka menjadi seperti itu.

Kemudian adanya faktor lingkungan sekitar ketika mereka kecil yang

membuat mereka penyimpang dari yang seharusnya. Contohnya seperti laki – laki

yang berprilaku seperti perempuan ataupun sebaliknya.


Baiknya kita yang mengerti terkait hal tersebut bisa merangkul mereka dan

tidak memusuhi mereka, bukan berarti kita harus setuju denga napa yang mereka

jalani. Karena hal tersebut adalah hak masing – masing seseorang untuk menerima

atau tidak hal tersebut, tapi selayaknya sesame manusia setidaknya tidak perlu

untuk menghina mereka. Karena hal seperti ini menjadi permasalahan sosial diluar

permasalahan agama tertentu.

Penelitian yang ada menunjukkan bahwa populasi nonbiner memiliki

resiko Kesehatan mental serupa atau bisa berpotensi lebih tinggi dari pria

transgender ataupun wanita transgender yang mengalami gangguan mental

dibandingkan dengan populasi cisgender.

Survei transgender di Amerika Serikat menemukan bahwa 39% peserta

nonbiner memiliki pilihan untuk percobaan bunuh diri yang cukup besar. Bahkan,

49% dari mereka mengalami tekanan psikologis yang cukup serius. Studi lain

menemukan bahwa nonbiner mengalami tingkat kecemasan yang cukup tinggi,

deprse dan masalah makan dibandingkan dengan pria transgender. Tekanan

tersebut berasal dari penolakan keluarga, pelecehan seksual, dan beberapa hal

traumatis di dalam hidup mereka(Levefor et al., 2019).

Di Indonesia, satu kelompok etnis menunjikan bahwasannya identitas

gender di ekspresikan dengan lebih dari dua cara yang sudah berjalan lebih dari

ratusan tahun. Orang bugis adalah kelompok etnis terbesar di Sulawesi Selatan

dan unik dalam konsepsi mereka tentang 5 jenis indetitas gender yang berbeda.

Selain maskulinitas dan feminisme ada juga calalai yaitu sebutan untuk wanita
maskulin atau yang biasanya kita kenal dengan tomboy. Lalu ada juga bissu yang

digambarkan sebagai “meta – gender” yang dianggap sebuah kombinasi dari

semua jenis kelamin yang ada menurut antropologi Sharyn Graham.

Bissu sengaja berpakaian dengan cara yang memadukan karakteristik pria

dan wanita tradisional seperti menggunakan pisau tradisional yang terlihat

maskulin namu juga menggunakan bunga di kepala mereka sebagai betuk

maskulin. Hal ini sudah adadalam budaya Bugis sejak sebelum Islam tiba di

Indonesia pada abad ke-13.

Namun, sejak kemerdekaan Indonesia terhadap pemerintahan Belanda

tahun 1949, bissu teraniaya dan tertekan di bawah rezim komunis dan

fundamentalis Islam. Dalam sebuah artikel dari Al – Jazeera tahu 2015 tentang

sebuah upaya tentang menghidupkan kembali peran bissu di masyarakat Bugis

oleh antropolog Halilintar Latief.

Individu di seluruh dunia yang mengidentifikasi atau teridentifikasi

sebagai gender nonbiner melihat adanya meningaktan pengakuan hukum dan

sosial. Pada tahun 2014, komunitas gender hijra dari Asia Selatan yang berusia

sekitar 4.000 tahun memengakan kasus ketika mahkamah agung India

mengumumkan diskriminasi terhadap hijra illegal dan melembagakan opsi gender

ketiga untuk dokumen pemerintah.

Australia telah mengizinkan opsi gender ketiga untuk paspor sejak 2011

dan juga Inggris mengembangkan pilihan untuk menggunakan judul “Mx” pada

dokumen pemerintah dan bank mendorong Kamus Inggris Oxford secara resmi
menambahakannya pada tahun 2017. Di Indonesia sendiri adalah negara yang

sangat kental dengan agama mungkin akan sulit atau bahkan tidak akan menerima

kecuali secara individual.

1.2. Fokus Penelitian dan Pertanyaan Penelitian

1.2.1. Fokus Penelitian

Berdasarkan konteks penelitan diatas, mak penliti akan fokus melakukan

penelitian terhadap “NON BINER SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN

MAHASISWA JABODETABEK”

1.2.2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penilitan diatas, maka peneliti dapat mengidentifikasi

masalah menjadi beberapa pertanyaan, yaitu:

1. Bagaimana motif para mahasiswa menjadikan non biner sebagai gaya

hidup?

2. Bagaimana tindakan para mahasiswa setelah menjadikan non biner

sebagai gaya hidup?

3. Bagaimana cara para mahasiswa memaknai non biner sebagai gaya

hidup?
1.3. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitan

Tujuan Penelitian ini didasarkan pada rincian identifikasi masalah yang

telah di kemukakan diatas, yaitu:

1. Untuk mengetahui motif para mahasiswa menjadikan non biner

sebagai gaya hidup.

2. Untuk mengetahui tindakan para mahasiswa setelah menjadikan non

biner sebagai gaya hidup.

3. Untuk mengetahui cara para mahasiswa memaknai non biner sebagai

gaya hidup.

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada pembaca

terhadap pembahasan yang dibahas oleh peneliti. Kegunaan penelitian yang dapat

diperoleh dari penelitian ini adalah:

1.3.2. Kegunaan Penlitian

1.3.2.1. Kegunaan Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

serta pengembangan Ilmu Komunikasi, terkhusus dibidang studi

fenomenologi.

2. Penelitian ini diharapkan bisa memberi pandangan baru juga

melengkapi kepustakaan dalam bidang studi fenomenologi.


1.3.2.2. Kegunaan Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengetahuan

serta pengembangan Ilmu Komunikasi, terkhusus dibidang studi

fenomenologi.

2. Penelitian ini diharapkan bisa memberi pandangan baru juga

melengkapi kepustakaan dalam bidang studi fenomenologi.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KAJIAN PEMIKIRAN

2.1. Kajian Pustaka


2.1.1. Review Penelitian Sejenis

Review penelitian ini merupakan kumpulan dari penelitian – penelitian


sebelumnya yang dibuat oleh orang lain dan berkaitan dengan penelitian yang
akan penulis teliti. Mencari penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan
referensi yang menunjang penulis untuk melakukan penelitian tentang
fenomenologi lainnya, yaitu:

1. Gaya Hidup Komunitas Mahasiswa PEcinta Kelestarian Alam,


Skripsi, Universitas Pasundan Bandung (Fithriyyah Ulfah 2017)

Penelitian ini berjudul “GAYA HIDUP KOMUNITAS


MAHASISWA PECINTA KELESTARIAN ALAM”. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui gaya hidup komunitas mahasiswa pecinta
kelestarian alam, bagaimana motif informan bergabung ke dalam
komunitas tersebut, Tindakan informan ketika bergabung ke dalam
komunitas dan bagaimana makna komunitas tersebut dilihat dari gaya
hidup informan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan emtode


studi fenomenologi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kepustakaan dan studi lapangan yaitu observasi
lapangan dan wawancara mendalam informan terdiri dari 9 orang yang
merupaan anggota dari komunitas mahasiswa pecinta kelestarian alam dan
1 prang informan dari pihak akademis untuk memperkuat hasil penelitian.

Berdasarakan hasil penelitian ini, diperoleh gambaran bahwa motif


informan begabung ke dalam komunitas ini bermacam – macam, salah
satunya adalah karena ketertarikan diri pada alam dan lingkungan. Dari
motif tersebut muncul Tindakan yang di lakukan informan ketika
bergabung ke dalam komunitas mahasiswa pecinta kelesatarian alam yaitu
dengan menjaga kelesatarian alam dan lingkungan hidup. Contoh kecilnya
mereka tidak mudah untuk membuang sampah disembarangan tempat dan
makna yang di rasakan informan setelah melakukan Tindakan tersebut
sangatlah mendalam.

Komunitas mahasiswa pecinta alam ini mampu memberikan dampak


positif kepada setiap anggotanya, hal ini terbukti dengan adanya
perubahan gaya hidup seperti perubahan sikap yang menjadi lebih baik
dari sebelumnya dan pembentukan mental yang lebih kuat dan tegar dalam
menghadapi pesoalan yang terjadi.

Seteleah melakukan penelitian tentang gaya hidup komunitas


mahasiswa pecinta jelestarian alam. Penelitian menyarankan agar apara
anggota komuntias ini lebih memperbanyak dan memperluas lagi aksi –
aksi sosial di berbagai daerah yang ada di Jawa Barat agar daerah – daerah
yang belum didatangi atau dikunjungi lebih memperhatikan kelestarian
alam seperti daerah – daerah yang sudah didatangi.

2. STAYCATION SEBAGAI GAYA HIDUP DI KALANGAN


MAHASISWA, Skripsi, Universitas Pasundan Bandung (Rana
Khairunnisa, 2020)

Penelitian ini berjudul “STAYCATION SEBAGAIN GAYA HIDUP


DI KALANGAN MAHASISWA”. Studi fenomenologi mengenai
staycation yang menjadi gaya hidup di kalangan mahasiswa. Fokus
penelitian ini adalah bagaimana staycation sebagai gaya hidup di kalangan
mahasiswa, bagaimana motif mahasiswa melakukan staycation sebagai
gaya hidup, bagaimana Tindakan mahasiswa melakukan staycation
sebagai gaya hidup, bagaimana makna mahasiswa melakukan staycation
sebagai gaya hidup. Metode peneltian yang digunakan adalah
fenomenologi dengan tipe penelitian yang bersifat kualitatif.

Sedangkan teknik pengumpulan data yang di lakukan dalam penelitian


ini adalah deskriptif yang mendeskripsikan tentang apa saja yang informan
berikan ketika melakukan sesi wawancara terhadap penulis.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa motif informan


menjadikan staycation sebagai gaya hidup untuk mengembalikan mood,
mencari hiburan dan ketenangan disuatu tempat. Selain itu juga agar bisa
merekatkan tali silaturahmi Bersama keluarga atau orang terdekat, karena
dengan staycation, menurut mereka bisa lebih mempererat hubungan.

Karena memiliki waktu yang lama dan intens untuk mengobrol,


memiliki beberapa informan mahasiswa juga berpendapat bahwa mereka
melakukan staycation karena sebelumnya sudah pernah melakukannya
dan menjadi ketagihan, lalu mereka memasukan staycation dalam daftar
kewajiban.

Makna staycation sebagai gaya hidup bagi mahasiswa di kota


Bandung adalah sebagai waktu untuk berlibur dan merefleksikan duru dari
kegiatan sehari – hari. Selain itu mereka memaknai staycation juga sebagai
waktu yang berharga untuk menghabiskan kebersamaan dengan keluarga
maupun pasangan dan meningkatkan mood.
Metode
No Judul/Nama/Tahun Persamaan Perbedaan
Penelitian
Studi Memiliki Metode
“Gaya Hidup Komunitas
Kepustakaan kesamaan penelitian objek
1 Mahasiswa Pecinta Kelestarian
dan Studi subjek dan tempat
Alam” Fithriyyah Ulfa (2017)
Lapangan penelitian penelitian
Memiliki
“Staycation Sebagai Gaya Hidup Studi Objek Penelitian
kesamaan
2 di Kalangan Mahasiswa” Rana Kualitiatif dan Tempat
subjek
Khairunnisa (2020) deskriptif Penelitan
penelitian
Persamaan
Penelitian ini Perbedaan
adalah penelitian
“Non Biner Sebagai Gaya Hidup Studi
membahas berada pada
3 Di Kalangan Mahsiswa Di Kota Kualitatif
fenomenologi objek penelitian,
Bekasi” Reza Putra Gifary (2022) Deskriptif
gaya hidup di metode dan
kalangan lokasi penelitian
mahasiswa

2.2. Kerangka Konseptual

2.2.1. Komunikasi

Manusia tidak bisa seharianpun tanpa melakukan komunikasi. Dalam

kehidupan bersosial setiap orang pasti membutuhkan orang lain untuk saling

tolong menolong atau saling bantu – membantu, oleh karena itu manusia sangat

perlu untuk melakukan komunikasi. Sangat penting komuniasi sehingga semua

kegiata manusia memerlukan yang Namanya komunikasi. Jika tidak ada

komunikasi maka kegiatan apapun tidak akan berjalan dengan lancar.


Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia secara

individu ataupun berkelompok. Sekarang banyak keberhasilan dan kegagaln

seseorang dalam mencapai sesuatu termasuk karis banyak ditentukan.

Komunikasi pada umumnya adalah sebuah proses penyampaian

informasi kepada komunikan dari komunikator dengant ujuan mempengaruhi

komunikan agar memahami pesan dan mengubah persepsi tentang sesuatu hal

sesuai dengan diinginkan oleh komunikator. Komunikasi sendiri mempunyai

kecenderungan untuk mempengaruhi pendapat, sikan dan tingkah laku orang

lain dengan informasi yang disampaikan oleh komunikator.

Sederhananya komunikasi dapat dikatakan membuat sama tentang

persepsi atau paham setiap individu. Komunikasi mempunyai peran yang

sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi telah menjadi alat

manusia agar berinteraksi dan melakukan kegiatan – kegiatan sosial lainnya

yang mampu menunjang kehidupannya.

2.2.1.1. Pengertian Komunikasi

Istilah komunikasi sendiri berasal dari Bahasa Latin yaitu “communis”

yang artinya sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna tentang suatu hal.

Jika kita melakukan komunikasi berarti kita melakukan “kesamaan”. Dalam hal

ini yang dimaksud dengan kesamaan adalah pengertian anatara si penyampai

informasi dan sang penerima informasi.

Menurut Roger dan Kincaid (2009:19) dalam bukunya mendefinisikan

bahwa “Komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk
atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya yang pada

gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam.

Sedangkan menurut Muhammad (2005:5), komunikasi diartikan sebagai

“pertukaran pesan verbal maupun nonverbal antara pengirim pesan dengan

penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.

Dapat disimpulkan bahwa komunikasi sebagai suatu proses pengiriman

dan penyampaian pesan baik berupa verbal maupun nonverbal oleh seseorang

kepada orang lain untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung

secara lisan maupun tidak langsung.

Komunikasi yang baik harus disertai dengan adanya jalinan pengertian

antara kedua belah pihak, komunikan dan komunikator. Sehingga yang

dibicarakan atau diinformasikan atau dikomunikasikan dapat dikatakan sebagai

kommunikasi yang efektif.

2.2.1.2. Fungsi Komunikasi

Fungsi komunikasi merupakan saran memadukan aktifitas yang

terorganisasi. Komunikasi dapat dipandang sebagi sarana penyaluran masukan

sosial ke dalam sistem sosial. Komunikasi juga merupakan saran untuk

memodifikasi periaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi

dan saran untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Fungsi komunikasi menurut Effendy, dalam mengelompokan fungsi

komunikasi menjadi 4 (empat) bagian, seperti yang ditulis dalam buku “Ilmu,

Teori dan Filsafat Komunikasi, adalah sebagai berikut:


a. Mengiformasikan (to inform)

b. Mendidik (to educate)

c. Menghibur (to entertain)

d. Mempengaruhi (to influence)

Penjelasan lebih lajut dari bagian – bagian fungsi komunikasi diatas adalah

sebagai berikut:

a. Menginformasikan (to inform)

Fungsi memberikan informasi adalah suatu fungsi yang

mnyebarluaskan suatu berita atau info tertentu yang kita telah ketahui

kepada khalayak yang lain. perilaku penerima infomrasi merupakan

perilaku alamiah dari khalayak. Dengan menerima informasi oleh

beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan.

Informasi dapat dikaji secara mendalam sehingga melajirkan teori

baru dengan demikian akan menambah perkembangan ilmu pengetahuan.

Informasi disampaikan pada khalayak melalui berbagai tatanan

komunikas, tetapi yang lebih banyak melalui kegiatan media massa.

Fungsi memberikan ini dapat membentuk suatu pendapat

khalayak penerima pesan. Perubahan pendapat adalah memberikan

berbagai informasi pada masyarakat. Tujuan akhirnya supaya masyarakat

mau berubah pendapat dan persepsinya terhadap tujuan informasi yang

disampaikan.

b. Mendidik (to educate)


Kegiatan komunikasi pada khalayak dengan memberikan

berbagai informasi tidak lain agar masyarakat menjadi lebih baik, maju

dan lebih berkembang kebudayaannya.kegiatan memberi pengethauan

atau mendidik masyarakat dalam arti luas adalah memberikan berbagai

informasi yang dapat menambah kemajuan khalayak dan dalam arti

sempit adalah memberikan bebrbagai infomrasi dan juga berbgai ilmu

pengetahuan melalui berbagai ilmu pengetahuan melaui berbgai tatanan

komunikasi kelompok pada pertemuan, kelas dan sebagainya.

Tetapi kegiatan memberikan pengetahuan atau mendidik

kahalayak yang paling efektif adalah melalui kegiatan komunikasi.

Interpersonal antara penyuluh anggota masyarakat, antara guru dengan

murid, antara pimpinan dengan bawahan dan antara orang tua dan

anaknya.

Fungsi memberikan pengetahuan ini dapat menumbuhkan

pemahaman atau keahlian masyarakat menerima pesan. Semakin banyak

pentahuan yang kita dapat dan kita dengar, maka pehaman kita terhadap

suatu hal akan bertambah juga. Pemahaman ini adalah salah satu tujuan

dari komunikasi yang daapt membentuk pendapat public.

c. Menghibur (to entertain)

Perilaku masyarakat menerima informasi selain untuk memenuhi

rasa aman juga menjadi saran hhiburan masyarakat. Apalagi pada masa

sekarang ini banyak penyajian infomrasi melalui saran hiburan. Fungsi


menghibur ini dapat memberikan kesenangan dan mencegah kebosanan

khalayak penerima informasi.

Fungsi menghibur ini dapat menumbuhkan kesadarn masyarakat

menerima pesan. Maksudnya adalah khalayak penerima pesan itu dapat

merasakan apa yang dialami oleh seseorang. Contohnya, masayrakat

menonton FTV untuk mendapatkan hiburan. Didalam menonton itu kita

merasa yang bermain itu adalah diri kita sendiri karena cerita yang

terelasi dengan diri kita.

Menumbuhkan kesadaran khalayak penerima pesan ini adalah

salah satu tujuan dari komunikasi. Dari tujuan menumbuhkan kesadaran

ini dapat muncul pendapat umum khalayak penerima informasi. Pendapat

ini berbeda – beda dari setiap individu, setiap orang berhak mempunyai

pendapat yang berbeda.

d. Mempengaruhi (to influence)

Fungsi mempengaruhi adalah suatu kegiatan memberika berbagai

informasi pada masyarakat juga dapat dijadikan saran untuk

mempengaruhi khalayak tersebut kearah perubahan sikap, pendapt dan

perilaku yang diharapkan, misalnya mempengaruhi masyarakat untuk

mendukung suatu pilihan dalam pemilu dapat dilakukan melalui

komunikasi massadalam bentuk kampanye , propaganda, selebaran,

spanduk dan sebagainya. Tapi bedasarkan beberapa penelitian kegiatan


mempengaruhi masyarakat akan lebih efektif dilakukan melaui

komunikasi interpersonal.

2.2.1.3. Unsur-Unsur Komunikasi

Dalam bukunya Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar yang dikutip oleh

Mulyana (2007:69), Lasswell menjelaskan bahwa “Komunikasi pada dasarnya

merupakan suatu peroses yang menjelaskan siapa?, mengatakan apa?, dengan

saluran apa?, dan dengan akibat apa? atau hasi apa?, (who?, syas what?, in which

channel?, to whom?, with what effect?).

Penjelasan daitas sudah menjelaskan unsur – unsur komunikasi yang ada

pada komunikasi. Berikut adalah uraian komunikasi menurut Lasswell yang

terdiri dari 5 (lima) unsur, yaitu:

a. Komunikator

Komunikator merupakan unsur komunikasi yang bertindak sebagai

penyampai pesan. Komunikator merupakan sumber informasi bagi

komunikan. Sehingga bagaiman komunikator mengirim sebuah oesan

sangat mempengaruhi keberhasilan komunikasi.

b. Pesan

Pesan yang dimaksud dalam proses komunikasi adalah sesuatu yang

disampaikan pengirim kepada penerima. Pesan dapat disampaikan

dengan carat atap muka atau melalui media komunikasi isitnya bisa

berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi, nasihat atau propaganda.


c. Media

Media komunikasi merupakan sarana atau saluran yang digunakan

oleh komunikator untuk menyampaikan sebuah pesan dalam

berkomunikasi, pesan akan diterima oleh pancaindra manusia baru

selanjutnya diproses dalam pikirannya dan kemudia menghasilan sebuah

feedback atau timbal balik. Pesan yang disampaikan dalam bentuk

sebuah gambar dan suara biasanya akan lebih menarik daripada pesan

yang hanya disampaikan lewat tulisan saja.

d. Komunikan

Komunikan merupakan penerima pesan, pihak yang menjadi sasaran

komunikasi. Target yang ditentukan oleh komunikator untuk menerima

pesan yang disampaikannya. Komunikan bisa seorang individu,

kelompok, orgaisasi atau lainnya. Komunikan mempunyai tanggu jawab

untuk dapat memahami apa yang disampaikan komunikator kepadanya.

Untuk itu seorang komunikan yang baik harus memperhatikan apa yang

disampaikan komunikator dengan baik.

e. Efek

Setelah terjadinya komunikasi terdapat efek yang ditimbulkan.

Pengertian efek atau dampak dalam proses komunikasi adalah perubahan

yang diharapkan terjadi pada komunikan setelah mendapatkan pesan. Hal


ini berhubungan dengan sikap penerima pesan apakah sesuai dengan

maksud yang di harapkan oleh pengirim pesan.

2.2.1.4. Tujuan Komunikasi

Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi,

menyebutkan tujuan – tujuan komunikasi sebagai berikut:

a. Mengubah Sikap

Setiap pesan baik itu berupa berita atau informasi yang disampaikan

secara luas baik secara antarpersonal dapat merubah sikap sasarannya

secara bertahap.

b. Mengubah Opini/Pendapat/Pandangan

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujuan

akhirnya supaya masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya

terhadap tujuan informasi itu disampaikan.

c. Mengubah Perilaku

Pada tahap perubahan perilak komunikasi berperan secara sistematis

sehinga masuk kedalam perilaku seseorang.

d. Mengubah Masyarakat

Perubahan sosial dan partisiapasi sosial. Memberikan berbagai

informasi kepada masyarakat yang tujuan akhirnya supaya masyarakat


mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang

disampaikan. (2003:55)

Komunikasi mempunyai pengaruh yang besar bagi penerima pesan atau

informasi. Pesan yang disampaikan dari komunikator kepada komunikan tersebut

dapat mengubah sikap, opini atau pendapat, perilaku bahkan dapat mengubah

masyarakat dengan informasi yang telah diberikan oleh sang penyampai pesan

atau komunikator.

2.2.1.5. Proses Komunikasi

Secara sederhana komunikasi dapa dipahami sebagai suatu proses ataua

liran penyampaian sebuah sebuah pesan dari komunikan kepada komunikator

yang berlangsung secara dinamis. Suatu penyimpangan yang terjadi dalam

komunikasi pada dasanya merupakan akibta dari rintangan yang tidak dapat

teratasi.

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator suatu pesan kepada

komunikannya. Sehingga, dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk

menciptakan komunikasi yang efektif. Proses komunikasi dapat dilihat dari

beberapa perspektif, yaitu:

a. Proses Komunikasi Primer

Penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan

menggunakan lambang sebagai media


b. Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer

pesan dnegan bahasa verbal/nonverbal. Komunikasi ini dibedakan

menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah:

1. Proses Komunikasi Primer

Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh

komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai

media.

2. Proses Komunikasi Sekunder

Proses komunikasi Sekunder merupakan penyampaian pesan

dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media

pertama.

3. Proses Komunikasi Linier

Proses komunikasi linier adalah penyampaian pesan dari

komunikator kepada komunikan sebagai terminal.

4. Proses Komunikasi Sirkular

Proses komunikasi sirkular adalah terjadinya feedback atau

umpan balik komunikan kepada komunikator.


Menurut Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi Teori dan

Praktek tahun 1984. Unsur – unsur dalam proses komunikasi diatas

adalah sebagai berikut:

a. Sender

Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang

sejumlah orang.

b. Encoding

Penyandaian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk

lambang.

c. Message

Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang

disampaikan oleh komunikator media saluran komunikasi tempat

berlalunuya pesan dari komunikator kepada komunikan.

d. Decoding

Proses dimana komunikan mentepkan makna pada pesan yang

disampaikan komunikator kepadanya.

e. Receiver

Komunikan yang menerima pesan dari komunikator.


f. Response

Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah

menerima pesan.

g. Feedback

Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila

tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.

h. Noise

Gangguan tidak terencana yang terjadi dalam proses

komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan

yang berbeda dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator.

Berdasarkan urutan diatas dapat disimpulkan bahwa proses

komunikasi yaitu bagaimana komunikatior menyampaikan pesan kepada

komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara

komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi dapat terjadi

apabila ada penyampaian pesan untuk dapat mewujudkan motif

komunikasi.

2.2.2. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal atau yang biasa diesbeut sebagai komunikasi

antarperibadi adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan

seseorang yang lain atau bisanya dianatara dua orang yang dapat langsung

diketahui timbal baliknya.


Komunikasi antarpribadi juga dapat dijelaskan sebagai hubungan yang ada

dalam satu lingkungan. Komunikasi anatarpribadi juga merupakan suatu bentuk

komunikasi baik verbalataupun nonverbal yang dilalui duua individu dengan

tanggapan seketika.

Komunikasi interpersonal pada dasarnya merupakan komunikasi yang

melibatkan sediokitnya dua orang dalam prrosesnya, dimana pengirim dapat

menyampaikan pesan secara langsung dan sebaliknya penerima juga dapat

memberikan umpan balik secara langsung pula.

“komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan

komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah

sikap, pendapat atau perilaku seseorang karena sifatnya yang dialogis berupa

percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan

komunikan ketika itu juga.” Menurut Effenfdy dalam mengartikan komunikasi

interpersonal.

Komunikasi memungkinkan terjadinya Kerjasama sosial, membuat

kesepakatan – kesepakatan penting dan lain – lain. individu yang terlebat dalam

komunikasi memiliki latar belaakang sosial, budaya dan pengalamn psikologi

yang berbeda – beda. Perbedaan ini dapat mempengaruhi efektifitas sebuah

komunikasi. Sangat penting bagi setiap individu untuk memahami symbol –

symbol yang digunakan dalam komunikasi.


Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang melibatkan dua orang

atau lebih. Setiap pihak dapat menjadi pemberi dan pengirim pesan sekaligus pada

waktu bersamaan.

2.2.2.1. Ciri-Ciri Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpoesonal bersifat dialogis dalam arti arus balik antara

komunikator dengan komunikan terjadi secara langsung, sehingga pada saat itu

juga komunikator dapat mengetahui secara langsung tanggapan dari komunikan

dan secara pasti akan mengetahui apakah komunikasinya positif, negative dan

berhasil atau tidak. Apabila tidak berhasil, maka komunikator dapat memberi

kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas - luasnya.

Berikut adalah ciri – ciri komunikasi interpersonal menurut Kumar dan

Wiryanto(2005:36) yaitu:

a. Keterbukaan (openness), yaitu kemauan menaggapi dengan


senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi
hubungan interpersonal.
b. Empati (empaty), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang
lain
c. Dukungan (supportiveness), yaitu situasi yang terbuka
untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif.
d. Rasa positif (positiveness), yaitu seseorang harus
mempunyai perasaan positif terhadap dirinya, mendorong
orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi
komuniasi kondusif untuk interaksi yang efektif.
e. Kesetaraan atau kesamaan (equality), yaitu pengakuan
secara diam – diam bahwa kedua belah pihak menghargai,
berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk
disumbangkan.
Berdasarkan paparan diatas mengenai ciri – ciri komunikasi interpersonal,

dapat disimpulkan bahwa dalam komunikasi interpersonal agar diperoleh

komunikasi efektif makan dibuthkan keterbukaan, empati, sikap mendukung, rasa

positif dan kesetaraan.

2.2.2.2. Jenis-Jenis Komunikasi Interpesonal

Jenis – jenis komunikasi interpersonal secara teoritis terbagi menjadi dua,

yaitu:

1. Komunikasi Diadik

Komunikasi diadik merupakan komunikasi interpersonal yang

berlangsung anatara dua orang yaitu, seorang komunikator sebagai

penyampai pesan sedangkan yang seorang lagi adalah komunikan

sebagai penerima pesan. Karena perilaku komunikasi melibatkan dua

orang, maka dialog atau percakapan atau diskusi yang terjadi

berlangsung secara intens. Sehingga komunikator memusatkan

perhatiannya hanya pada diri komunikan seseorang. Dalam situasi

tersebut akan terlihat didalam komunikasi triadic atau komunikasi

kelompok. Baik dalam lingkungan keluarga ataupun dalam lingkungan

pertemanan.

Dalam sebuah kelompok ada kecendrungan pemilihan interaksi

individu dengan individu lain yang mengaju terhadap apa yang disebut

primase diadik. Primase diadik dalah setiap dua orang dari sekian banyak
didalam kelompok terlihat dalam komunikasi berdasarkan kepentingan

masing – masing.

2. Komunikasi Tradik

Komunikasi triadic merupakan komunikasi interpersonal yang

pelaku terdiri dari tiga orang, yaiotu sebagai komunikator dan dua lagi

akan berperan menjadi komunikan. Misalnya A menjadi komunikator,

lalu ia menyampaikan kepada komunikan B, kalua dijawab atau

ditanggapoi maka akan berali pada komunikan C yang dilakukan secara

berdialog.

Dibandingkan dengan komunikasi triadik, komunikasi diadik lebih efektif,

karena komunikator dapat memusatkan perhatiannya secara penuh kepada

komunikan sendiri. Sehingga dapat menguasai fram of reference komunikan

spenuhnya beserta umpan balik berlangsung. Namun, jika dibandingkandengan

komunikasi lainnya seperti komunikasi kelompok dan komunikasi massa,

komunikasi triadic lebih efektif dalam kegiatan mengubah sikap, komunikasi

diadik lebih efeketif karena komunikator memusatkan perhatiannya kepada

seorang komunikan sepenuhnya.

2.2.2.3. Tujuan Komunikasi Interpersonal

Ada 6 tujuan komunikasi interpersonal oleh Muhammad (2004:165-168)

antara lain yaitu:

1. Menemukan diri sendiri, salah satu tujuan komunikasi interpersonal

adalah menemukan personal atau peribadi. Bila kita terlibat dalam


pertemuan interpersonal dengan orang lain kita berlajar banyak sekali

tentnag diri kita maupun orang lain. komunikasi interpersonal

memberikan kesempatan kepada kita untuk berbicara tentang apa yang

kita sukai atau mengenai diri kita. Sangat menarik dan mengasyikkan

bila berdiskusi mengenai perasaan, pikiran dan tingkah laku kita

sendiri. Dengan membicarakan diri kita dengan orang lain, kita

memberikan sumber balikan yang luar biasa pada perasaan, pikiran

dan tingkah laku kita.

2. Menemukan dunia luar, hanya komunikasi interpersonal menjadikan

kita dapat memhami lebih banyak tentang diri kita dan orang lain

yang berkomunikasi dengan kira. Banyak informasi yang kita

ketahui datang dari komunikasi interpersonal, meskipun banyak

jumlah informasi yang datang kepada kita dari media massa hal itu

seirng kali didiskusikan dan akhirnya dipelajari atau didalami

memlaui interaksi interpersonal

3. Membentuk dan menjaga hubungna yang penuh arti salah satu

keinginan orang yang paling besar adalah membentuk dan

memelihara hubungan dengan orang lain. banyak dari waktu kita

pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk

memberuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.

4. Berubah sikap dan tingkah laku, banyak waktu kita pergunakan

untuk mengubah sikap dan tingakah laku orang lain dengan

pertemua interpersonal. Kita boleh mengingkan mereka meilih cara


tertentu. Contohnya mencoba diet baru, membeli barang tertentu,

melihat film, menulis membaca buku, memasuki bidang tertentu dan

percaya bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kita banyak

menggunakan waktu yang terlibat dalam posisi interpersonal.

5. Untuk bermain dan kesenagan, bermain mencakup semua aktivitas

yang mempunyai tujuan utama adalah mencari kesenangan.

Berbicara dengan teman memngenai aktivitas kita pada waktu akhir

pekan, berdiskusi mengenai olahraga, menceritakan cerita luc yang

pada umumnya hal tersebut adalah pembicaraan yang menghabiskan

waktu dengan melakuka komukasi interpersonal semacam itu dapatt

memberikan keseimbangan yang penting dalam pikiran yang

memerlukan rileks dari semua keseiusan di lingkungan kita.

6. Untuk membantu pengarahan, ahli kejiwaan, ahli psikologis klinis

dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan

professional mereka untuk mengarahkan kliennya. Kita semua juga

berfungsi membantu orang lain dalam interksi interpersonal kita

sehari – hari. Kita berkonsultasi dengan seorang teman yang putus

cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa tentnag mata kuliah dengan

mahasiswa tentnag mata kuliah yang sebaliknya diambil dan lain

sebagainya.

2.2.3. Non Biner

Isitilah LGBTQ+ mungkin sudah tidak begitu asing bagi sebagian

masyarakat didunia ataupun di Indonesia. Terlepas itu menerima atau tidaknya


dengan LGBTQ+ ini sudah menjadi fenomena di masyarakat. Mungkin banyak

dari kita yang sudah paham terkait arti dari LGBT.

Nonbiner adalah individu yang tidak ingin dikategorikan dalam gender

tertentu. Meski sering dianggap sama, tapi istilah ini berbeda dengan transgender.

Nonbiner sendiri bisa dikatakan termasuk dalam bagian LGBTQ+. Identitas

gender seseorang biasanya dikategorikan berdasarkan jenis kelaminnya. Biasanya

laki – laki atau perempuan. Akan tetapi, tidak semua orang cocok dengan kedua

gender tersebutsehingga seiring berjalannya waktu munculah isitilah baru yaitu

nonbiner.

Identitas gender yang satu ini seringkali dianggap sebagai hal yang baru.

Nayatanya menueurt sebuah penelitian, gender nonbiner ini sudah diperkirakan

ada sejak 400 tahun yang lalu sebelum masehi. Hal ini ditemukan dalam sebuah

teks Hindu kuno di India yang mas amenuliskan tentang Hijra.

Seks atau jenis kelamin adalah aspek biologis seseorang ketika mereka

dilahirkan atau biasanya dibawa sejak mereka lahir. Salah satu aspek yang biosa

dibawa yaitu berupa alat kelamin atau kromoson dominan yang dipunyai oleh

seseorang.

Sementara itu gender sendiri mempunyai arti yang berbeda. Gender sendiri

merupakan sikap atau peran yang dibentuk secara sosial ataua kultural. Gender

melibatkan cara pandang atau perasaann seseorang tentang diri mereka sendiri dan

apa yang mereka rasakan.

2.2.4. Gaya Hidup


Gaya hidup adalah relative tidak ada seorangpun memiliki gaya hidup

sama dengan lainnya. Ideologi diambil dari kata “ideas” dan “logos” yang berarti

buah pikiran murni dalam kehidupan. Gaya hidup dan ideologi berkembang sesuai

dengan temapt, waktu dan situasi.

Sebagai penggerak utama tingkah laku individu dapat memberi arti

kehidupan dan menetapkan serta membuat alat untuk mencapainya individu

memilih gaya hidup.

Dalam buku Psikologi yang ditulis oleh Sunaryo,


mengatakan bahwa, Gaya hidup adalah suatu bentuk
kompensasi terhadap kekurangan tertentu atau prinsip yang
dipakai untuk memahami tingkah laku individu. Setiap perilaku
individu membawa gaya hidupnya sendiri. Seperti berangan –
angan, berpikir, bertindak dalam gayanganya sendiri yang khas.
Orang yang berasal dari subkultur kelas sosial dan pekerjaan yang sama

dapat mempunyai gaya hidup berbeda. Gaya hidup seseorang menunjukan pola

kehidupan orang yang bersangkutan yang tercermin dalam kegiatan, minta dan

pendapatnya.

Menurut Hair dan McDaniel dalam buku Panduan Riset Perilaku

Konsumen mengatakan bahwa:

Cara hidup yang diidentifikasi melalui aktifitas


seseorang, minat dan pendapat seseorang. Penilaian gaya hidup
dapat dilakukan melalui Analisa psikografi. Psikografi adalah
teknis analisi untuk mengetahui gaya hidup konsumen sehingga
dapat di kelompokan berdasarkan karakteristik gaya hidupnya.
(2002:28)
Gaya hidup menurut Kotler (2003:192) adalah pola hidup seseorang di

dunia yang di ekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Daya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan

lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan

berintraksi di dunia. Menurut Assael (1984:252) mengungkapkan bahwa:

“ a mode of living that is identified by how people


spend their time (activities), what they consider important in
their environment (interest) and what they think of themslef
and the world around them (opninons)”

Singkatnya dapat diartikan bahwa suatu gaya hidup yang dikenali dengan

bagaimana orang menghabiskan waktunya, apa yang penting orang

pertimbangkan pada lingkungan dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri

dan dunia sekitarnya.

Sedangkan, menurut Minor dan Mowen (2002:282) gaya hidup

menunjukkan bagaimana orang hidup, membelanjakan uangnya, dan

mengalokasikan waktunya. Selanjutnya menurut Suratno dan Rismiati (2001:

174), gaya hidup adalah cara hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari,

yang diwujudkan dalam aktivitas, minat, dan pendapat terkait. Gaya hidup

mencerminkan keseluruhan orang yang berinteraksi dengan lingkungan.

Singkatnya, gaya hidup adalah cara hidup

Seseorang mengungkapkan kegiatan, minat, dan pendapatnya tentang

membelanjakan uang dan bagaimana mengalokasikan waktunya. Faktor utama


yang membentuk cara hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu demografis dan

psikologis. Misalnya, faktor demografi berdasarkan tingkat pendidikan, usia,

tingkat pendapatan, dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikologis lebih banyak.

Kompleks karena metrik ini didasarkan pada karakteristik konsumen.

2.2.4.1. Bentuk-Bentuk Gaya Hidup

Menurut Chaney dalam Idi Subandy (1997) gaya hidup terbagi menjadi

beberapa bentuk, yaitu:

a. Industri Gaya Hidup

Di era gaya hidup, kemunculan diri sebenarnya merupakan

pengalaman estetika, "estetika sehari-hari" dan bahkan tubuh/diri dalam

kehidupan sehari-hari menjadi proyek, benih-benih gaya hidup yang

serasi. “You're stylish, you are there!” adalah ungkapan yang mungkin

tepat untuk menggambarkan kegemaran pria modern akan gaya. Inilah

mengapa industri gaya hidup terutama industri penampilan.

b. Iklan Gaya Hidup

Dalam masyarakat saat ini, berbagai perusahaan (badan hukum),

kuasi-politisi, individu semua orang terobsesi dengan citra. Di era

globalisasi informasi yang membentuk budaya citra dan budaya rasa,

dampak periklananlah yang memberikan cara hidup visual yang terkadang

memesona dan memabukkan. Periklanan menyajikan cara hidup dengan

secara halus menanamkan kepada publik pentingnya citra diri. Periklanan


juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan gambar kita yang berselera

tinggi.

c. Hubungan Masyarakat dan Jurnalisme Gaya Hidup

Pemikiran muktahir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan

bahwa dalam budaya berbasis selebriti, para selebriti membantu dalam

pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya

konsumen, identitas menjadi suatu sandarac “aksesoris fashion”. Wajah

generasi baru yang dikenal sebagai anak – anak e-generation, menjadi

seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang dialami

selebriti. Cara mereka berselancar di dunia maya, cara mereka gonta –

ganti busana untuk jalan – jalan. Ini berarti selebriti dan citra mereka

digunakan momen demi momen untuk membantu kosumen dalam parade

identitas.

d. Gaya Hidup Mandiri

Kemandirian adalah mampu hidup dalam bergantung mutlak kepada

sesuatu yang lain. untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali

kekurangan dan kelebihan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelbihan

dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk

menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan

secara sadar dan memahami bentuk setiap resiko yang akan terjadi serta

siap menanggung resiko dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup


yang mandiri. Dengan gaya hidup yang mandiri, budaya konsumerisme

tidak lagi memenjarakan manusia.

e. Gaya Hidup Hedonis

Gaya hidup hedonis adalh suatu pola hidup yang aktivitasnya akan

mencari kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar

rumah, lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang

membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat

perhatian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu

gaya hidup dapat berupa ya hidup dari suatu penampilan, melalui media

iklan, modelling dari artis yang di idolakan, gaya hidup yang hanya

mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang

menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu

gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan,

modelling dari artis yang diidolakan, gaya hidup yang mengejar kenikmatan

semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung

jawab dalam pola perilakunya.

2.2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup

Perilaku yang dilakukan oleh individu dapat diperlihatkan didalam sebuah

kegiatan untuk memperoleh atau menggunakan barang ataupun juga jasa. Dalam

proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan kegiatan itu.


Amstrong menyatakan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi daya

hidup seseorang memiliki 2 (dua) faktor. Faktor tersebut terbagi menjadi faktor

individu atau internal dan juga faktor dari luar atau eksternal.

Menurut Nugrahen yang mengutip dari buku Gaya Hidup

Berkomunitas(2003:39) dari Amstrong, faktor internal terdiri dari sikap,

pengalaman, kepribadian, konsep diri, motif, pengamatan dan juga persepsi

dengan penjelasan sebagai berikut ini:

a. Sikap, yaitu keadaan jiwa dan pikiran yang dipersiapkan untuk


membuat dan memberikan sebuah tanggapan terhadap suatu hal
seperti objek diorganisasi melewati pengalaman dan dipengaruhi
secara langsung pada sebuah perilaku. Keadaan jiwa sangat
dipengaruhi besar oleh kebiasaan, budaya dan sosial yang ada.
b. Pengamatan dan pengalaman, yaitu pengamatan dapat
dipengaruhi oleh pengalaman dalam tingkah laku. Pengalaman
bisa didapatkan dari semua tindakan di masa lalu dan dijadikan
sebuah pembelajaran. Melalui pembelajaran itu individu
mendapatkan pengalaman. Hasil dari pengalaman itu dapat
membentuk sebuah perspektif terhadap suatu objek.
c. Kepribadian, yaitu konfigurasi karakter individu dan cara
berprilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari masing –
masing individu.
d. Konsep diri, yaitu faktor lain yang menentukan kepribadian
individu dalam konsep diri. Konsep diri mempunyai pendekatan
yang luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri
konsumen dengan gambaran merek. Bagaimana individu
melihat dirinya akan mempengaruhi ketertarikan terhadap
sebuah objek.
e. Motif, yaitu perilaku individu yang ada karena motif kebutuhan
untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan
salah satu contoh terkait motif. Jika motif individu akan
kebutuhan prestise sangat besar maka akan membuat gaya hidup
yang cenderung ke hedonis.
f. Persepsi, yaitu proses individu memilih, mengatur dan
menginterpretasikan informasi untuk suau gambar yang berarti
tentnag dunia.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang dapat

mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam dan juga dari luar atau bisa

dikatakan dari internal dan juga eksternal.

Invididu atau kelompok yang berasa dari sebuah sub. Budaya, kelas sosial

dan pekerjaan yang bersamaan dapat mempunyai gaya hidup yang berbeda –

beda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang di gambarkan dalam

aktifitas, minat dan opininya.

Gaya hidup menggambarkan diri seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungannya. Produsen mencari hubungan antara produknya dengan kelompok

gaya hidup konsumen. Salah satu contohnya adalah perusuhaan penghasil

komputer mungkin menemukan sebagian besar pembeli komputer berorientasi

pada pencapaian presentasi. Dengan demikian produsen dapat dengan lebih jelas

mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berpretasi.

Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga

gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana membetuk gambaran di mata

orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk

merefleksikan gambaran diri inilah dibutuhkan symbol status tertentu yang sangat

berpengaruh dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya.

Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur

sosial yang terdiri dari beberapa lapisan, yaitu:

a. Lapisan atas hingga bawah.

b. Struktur masyarakat modern.


c. Status sosial yang perlu diperjuangkan.

d. Bukan diberi atau berdasarkan garis keturunan.

Selayaknya status sosial merupakan penghargaan dari masyarakat atas

prestasi yang diraih oleh individu. Jika individu telah meraih sauatu prestasi

tertentu maka, dia layak untuk ditempatkan pada lapisan tertntu dalam

masyarakat. Semua orang diharapkan memiliki kesempatan yang sama untuk

merain prestasi dan melahirkan kompetisi untuk meraihnya.

2.3. Kerangka Teoritis

2.3.1. Fenomenologi

Fenomenologi tidak dikenal sampai menjelang abad ke – 20. Pada abad ke

– 18 menjadi awal mula penggunaan istilah fenomenologi sebagai nama teori

penampakan yang menjadi dasar pengetahuan empiris atau penampakan yang

diterima secara inderawi atau secara di rasakan dari indera kita.

Johann Heinrich Lambert mulai memperkenalkan istilah fenomenologi

tersebut, beliau adalah seorang pengikut dari Christian Wolff. Setelah itu

Immanuel Kant seorang filsof sesekali memakai kata fenomenologi dalam

beberapa tulisannya terkait filsuf. Sama seperti Johan Gottlieb Fitchte dan

Hedel yang juga menggunakan istilah fenomenologi dalam tulisannya terkait

dengan filsafat. Kemudian, pada tahun 1899 ada yang menggunakan

fenomenologi untuk psikologi deskriptif yaitu Frans Brentano.

Awalnya Edmund Husserl mengambil istilah fenomenologi untuk

pemikirannya mengenai “kesengajaan”. Selain itu pada abad ke – 18 tidak hanya


penting untuk fenomenologi tetapi juga penting unruk dunia mengenai filsafat

secara umum. Karena pada abad ini awal mula filsafat modern. Aliran empirisme

perlahan yang awalnya percaya bahwa pengetahuan muncul dari penginderaan

atau rasa tapi juga pengetahuan yang memadai muncul muncul juga dari

pengalaman.

Disatu sisi aliran rasionalisme yang percaya bahwa pengetahuan berasal

dari rasio atau kekuatan dari pemikiran manusia. Pengetahuan diperoleh melalui

akal yang bisa untuk memenuhi syarat untuk diakui sebagai ilmu pengetahuan

ilmiah.

Menurut rasionalisme pengalaman hanya bisa dipakai untuk filosof

menguatkan kebeneran ilmu pengetahuan yang telah didapat melalui akal. Akal

tidak memerlukan pengalaman dalam mendapatkan pengetahuan yang benar.

Immanuel Kant hadir dengan menghubungkan rasionalisme dan juga

empirisme. Menurut Immanuel Kant dalam fenomenologi engkus menyebutkan

bahwa fenomeno adalah sebagai sesuatu yang tampak atau muncul dengan

sendirinya yaitu hasil dari sintesis antara penginderaan dan bentuk konsep dari

objek sebagaimana tampak pada dirinya (2009:4).

Jadi dapat disimpulkan bahwa sebuah ilmu pengetahuan adalah apa yang

ada pada diri kita. Lalu pemikiran ini mulai menyebar luas, barulah fenomena

menjadi titik awal mula dari pembahasan filsafat, terutama pembahasan mengenai

bagaiman sebuah pengetahuan dibangun pada abad ke – 18 hingga abad ke – 19.


Oleh karena itu sebagai suatu isitlah fenomenologi telah ada sejak

Immanuel Kant mencoba memilih sebuah unsur yang berasal dari phenomena

atau pengalaman dan noumena or the think in the self atau yang terdapat dalam

akal.

Fenomenologi menjadi pusat dalam tradisi filsafat Eropa pada masa abad

ke – 20 dan setelah itu muncul pendapat dari Franz Brentano yang meletakan

dasar fenomenologi lebih tegas lagi. Dalam tulisannya yang berjudul “Psychology

from empirical standpoint” yang diterbitkan pada tahun 1874.

“Fenomena sebagai sesuatu yang terjadi dalam pikiran. Sedangkan

fenomena mental adalah tindakan yang dilakukan secara sadar” seperti yang

di definisikan Bretano. Lalu, Bretano juga membedakan antara fenomena mental

dengan fenomena fisik. Jadi baginya fenomena fisik ada karena “kesengajaan”

dalam tindakan yang sadar.

Fenomena adalah sesuatu yang masuk ke dalam “kesadaran” kita, baik

dalam bentuk persepsi, khalayan, keinginan ataupun pikiran. Kalimat tersebut

dikutip oleh Engkus dari buku Bretano pada tahun 2009 di halaman 5.

Jika dibandingkan dengan beberapa pemikiran sebelumnya yang

diungkapkan oleh Immanuel Kant tentang pengertian fenomenologi yang

diungkapkan oleh Bretano ini lebih luas pengertian tentang fenomenologi ini

juga yang mengantarkan pada sebuah fenomenologi yang lebih hakiki.

Bretano membedakan antara psikologi deskriptif dengan psikologi

genetis. Psikologi genetis mencari tipe penyebab dari fenomena mental dan
sedangkan fenomenologi deskriptif mendefinisikan dan mengklasifikasikan

beragam tipe fenomena mental termasuk diantaranya persepsi, pendapat dan

emosi.

Fenomena mental selalu berhubungan dengan beberapa objek. Hubungan

antara kesadaran objek inilah yang di istlahkan dengan fenomenologi pada tahun

1889.

Pada masa berikutnya Bernard Bolzano dan Edmund Husserl

mengembangkan teori semantic atau logika atau juga disebut logika modern.

Logical Investigations yang ditulis oleh Husserl menggabungkan antara

psikologi deskriptif dan logika. “Fenomenologi harus dipertimbangkan sebagai

muatan objektid yang disengaja (intentional objects) dan juga tindakan sadar

subjektif. Jadi fenomenologi mempelajari kompleksitas kesadaran dan fenomena

yang terhubung dengannya.” menurut Husserl yang dikutip dalam buku

Fenomenologi oleh Engkus(2009:6).

Husserl mengartikan bahwa proses dari kesadaran yang disengaja dengan

noesis dan sedangkan isitlah noema untuk isi daripada kesadaran tersebut. Noema

dari tindakan sadar sebagai makna ideal dan objek Nampak. Fenomena adalah

noema.

Husserl dalam mengartikan fenomenologi adalah gabungan antara

psikologi dan logika. Jadi fenomenologi adalah bentuk lain daripada logika.

Beberapa perkembangan serta beragam pendapat mengenai fenomenologi

ono menjadikan fenomenologi semakin berkembang dan banyak disambungkan


dengan keilmuan yang salah satunya adalah hubungan fenomenologi dalam

filsafat.

Pada umumnya pembahasan filosofis selalu melibatkan empat bidang inti.

Yakni ontology, epistemology, etika dan juga logika. Keempat bidang inilah yang

menjadi dasar bagi sebuah ilmu pengetahuan.

a. Fenomenologi dan Ontologi

Jika dilihat dari ontologi, dipelajari dari sisi sifat alami kesadaran

secara ontologie yang akan dibawa kedalam permasalahan mendasar jiwa

dan raga. Sebagai pengembangan pembahasan ontology,. Husserl

kemudian mencoba membuat sebuah teori pengadaian tentang

“keseluruhan dan bagiannya”. Hubungan kesleuruhan dan bagiannya dan

teori tentang makna ideal.

b. Fenomenologi dan Epistomologi

Epistemology sendiri bertugas untuk membantu dalam menemukan

pengetahuan. Terutama membantu dalam mendefinisikan fenomena itu

sendiri.

Di satu sisi epsitemologi telah diklaim dirinya sebagai alat untuk

memperoleh pengetahuan mengenai sifat alami kesadaran dan jenis – jenis

alami kesadaran sebagai epistemologi dengan menggunakan intuisi

sebagai saranan untuk mencapai kebenerana dan pengetahuan.

c. Fenomenologi dan Logika


Teori logika mengenai makna atau artilah yang membahaw Husserl

pada teori kesengajaan yang menjadi jantung dari fenomenlogi.

Kesengajaan dan tekanan semantik dari makna ideal fan proposisi itu

berpusat pada teori logika. Logika yang terstruktur dapat ditemukan pada

bahasa, baik bahasa sehari – hari maupun dalam bentuk simbol seperti

logika predikat, matematika dan bahasa komputer.

d. Fenomenologi dan Etika

Dalam etika, fenomenologi memiliki peran pentik dengan

memberikan Analisa terhadap kehendak, penilaian, kebahagiaan dan

perhatian kepada orang lain. Jika dilihat dari sejarahnya kita bisa temukan

bahwa etika adalah akhir tujuan dari fenomenologi.

2.3.1.1. Fenomenologi Lafred Schutz

Schutz punya banyak aneka latar belakang yang memberikan warna

tersendiri dalam fenomenologi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. Sebagai ahli

ekonomi yang tertarik dengan filsafat, musik, psikologi, sosiologi dan juga

beberapa ilmu sosial lainnya. Komunikasi juga membuat Schutz mengkaji

fenomenologi secara lebih mendalam dan komprehensif.

Dalam penerapan metode penilitan kualitatif yang menggunakan

fenomenologi Schutz sering dijadikan pusat dari studi tersebut. Karena

melaluinya lah pemikiran ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan

lebih mudah dipahami. Lalu, ialah orang pertama yang menerapkan fenomenologi

dalam penelitian ilmu sosial.


Schutz juga mengembangkan model tindakan manusia of human of action

dengan tidak dalil dalam mempelajari dan menerapkan fenomenologi sosial, yaitu:

1. The Postulate og Logical Consistency atau Dalil Konsistensi Logis.

Ini berarti konsistensi logis mengharuskan peneliti unutk tahu

validalitas tujuan penelitiannya sehingga dapat dianalisis bagaimana

hubungannya dengan kenyataan kehidupan sehari – hari. Apakah bisa

dipertanggung jawabkan atau tidak.

2. The Postulate of Subjective Interpretaion atau Dalil Interpretasi

Subjektif

Peneliti mengatakan bahwa untuk memhami segala tindakan yang

manusia lakukan atau setiap pemikiran yang manusia lakukan dalam

bentuk tindakan nyata. Maksudnya adalah peneliti harus menempatkan diri

secara subjektif dalam sebuah penelitian supaya benar – benar memahami

manusia yang di teliti secara fenomenologi sosial.

3. The Postulate of Adequacy atau Dalil Kecukupan

Peneliti diamanatkan untuk membuat kontruksi ilmiah supaya

penelitian bisa memahami tindakan sesuai individu. Kepatuhan terhadap

dalil ini bisa memastikan bahwa kontruksi sosial yang dibentuk konsisten

dengan kontruksi yang ada dalam realitas sosial.


Schutz dengan fenomelogi sosialnya telah menghubungkan

transendentalnya Husserl dengan konsep verstehen yang merupakan hasil dari

pemikiran Weber.

Husserl melihat filsafat fenomenologi sebagai metode untuk menganalisa

yang digunakan untuk mengkaji sesuatu yang muncul dan juga fenomena yang

terjadi disekitar kita. Tetapi Schutz mampu melihat secara jelas implikasi

sosiologisnya di dalam analisa ilmu pengetahuan, kesadaran dan berbagai

gagasan.

Tidak hanya menjelaskan dari dunia sosial saja, Schutz menjelaskan

banyak hal mendasar dari pengetahuan serta model teoritis dari realitas yang ada.

Dalam pandangannya memang ada berbegai ragam realitas termasuk dalam dunia

mimpi dan ketidakwarasan. Tapi, realitas yang tertinggi itu adalah dunia

keseharian yang mempunyai sifat yang disebut sebagai the life world.

Ada 6 (enam) karakteristik yang sangat mendasar dari the life world.

Pertama ada unsur kesadaran yang berarti sadar sepenuhnya atau wide-awakeness.

Kedua, orang yakin akan eksistensi dunia atau reality. Ketiga, dalam dunia

keseharian orang – orang berinteraksi. Lalu, pengalaman dari seseorang

merupakan totalitas dari pengalamannya orang tersebut. Kemudian dunia

intersubyektif dicirikan terjadinya komunikasi dan tindakan sosial. Terakhir,

adanya perspektif waktu dalam masyarakat.

Terjadi dialektika yang memperkuat konsep dunia budaya dan

kebudayaan. Selain itu konsep ini juga menekankan adanya stock of knowledge
yang merujuk pada content, meaning, intecity dan duration. Schutz sangat

memberikan perhatian ilmu khususnya pada sosial.

Schutz juga mengakui fenomenologi sosialnya mengkaji tentang

intersubjektif dan pada dasarnya studi tentang intersubjektivitas adala upaya untuk

menjawab pertanyaan seperti:

1. Bagaimana kita mengetahui motif, keinginan dan makna tindakan

orang lain?

2. Bagaimana kita mengetahui makna atas keberadaaan oran lain?

3. Bagaimana kita dapat mengerti dan memahami atas segala sesuatu

secara mendalam?

4. Bagaimana hubungan timbal balik dapat terjadi?

Realitas intersubjektif yang bersifat sosial mempunyai tiga pengertian,

yaitu:

1. Adanya hubungan timbal balik atas dasar asumsi bahwa ada orang lain

dan benda yang diketahui oleh banyak orang.

2. Ilmu pengetahuan yang intersbujektif itu sebenarnya merupakan ilmu

sosial.

3. Ilmu pengetahuan yang bersifat intersujektif mempunyai sifat

distribusi secata sosial.

Ada beberpa tipifikasi yang dianggap penting dalam kaitan dengan

intersubjektif, antara lain:


1. Tipifikasi pengalaman semua bentuk yang dapat dikenali dan

diidentifikasi, bahkan berbagai objek yang ada diluar dunia nyata,

kebernarannya didasarkan pada pengetahuan yang bersifat umum.

2. Tipifikasi Benda-benda Merupakan sesuatu yang kita tangkap sebagai

“sesuatu yang mewakili sesuatu” Tipifikasi Dalam Kehidupan Yang

dimaksudkan sosiologi sebagai system, role status, role expectation,

dan institutionalization itu dialami atau melekat pada diri individu

dalam kehidupan sosial.

Schutz mengidentifikasikan empat realitas sosial, dimana masing-masing

merupakan abstraksi dari dunia sosial dan dapat dikenali melalui tingkat imediasi

dan tingkatan determinabilitas. Keempat elemen itu diantaranya unwelt, mitwelt,

folgewelt dan vorwelt.

a. Unwelt, merujuk pada pengalaman yang dapat dirasakan langsung

didalam dunia kehidupan sehari-hari.

b. Mitwelt, merujuk pada pengalaman yang tidak dirasakan dalam dunia

keseharian.

c. Folgewelt, merupakan dunia tempat tinggal para penerus atau generasi

yang akan datang

d. Vorwelt, dunia tempat tinggal para leluhur, para pendahulu kita.

Schutz juga mengatakan untuk meneliti fenomena sosial, sebaiknya

peneliti merujuk pada empat tipe ideal yang terkait dengan interaksi sosial.

Karena interaksi sosial sebenarnya berasal dari hasil pemikiran diri pribadi yang
berhubungan dengan orang lain atau lingkungan. Untuk mempelajari interaksi

sosial antara pribadi dalam fenomenologi digunakan empat tipe ideal berikut ini:

1. The Eyewitness (Saksi Mata), yaitu seseorang yang melaporkan

kepada peneliti sesuatu yang telah diamati didunia dalam jangkauan

orang tersebut.

2. The Inside (Orang Dalam), yaitu seseorang yang karena hubungannya

dengan kelompok yang lebih langsung dari peneliti sendiri, lebih

mampu melaporkan suatu peristiwa atau pendapat orang lain, dengan

otoritas berbagi sistem yang sama relevansinya sebagai anggota lain

dari kelompok. Peneliti menerima informasi orang dalam sebagai

“benar” atau sah, setidaknya sebagian, Karena pengetahuannya dalam

konteks situasi lebih dalam diri saya.

3. The Analyst (Analisis), yaitu seseorang yang berbagi informasi

relevan dengan peneliti, orang itu telah mengumpulkan informasi dan

mengorganisasikannya sesuai dengan sistem relevansi.

4. The Commentator (Komentator), Schutz menyampaikan juga 4

(empat) unsur pokok fenomenologi sosial yaitu:

a. Perhatian terhadap actor

b. Perhatian kepada kenyataan yang penting ataua yang pokok dan

kepada sikap yang wajar dan alamiah

c. Memusatkan perhatian kepada masalah mikro

d. Memperhatikan pertumbuhan, perubahan dan proses tindakan.


2.4. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah model konsep tentang teori yang saling

terhubung dengan beberapa faktor yang tidak diidentifikasi sebagai masalah yang

penting. Kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoritis

perantauan antaa variable akan diteliti.

Menjadi dasar pemikiran penulis untuk menjadikan fenomenologi Non –

Binary sebagai sebuah gaya hidup di kalangan mahasiswa di kota Bekasi sebagai

objek penelitian karena gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi sebagai

objek penelitian karena gaya hidup mencerminkan keseluruhan peribadi yang

berinteraksi dengan lingkungan. Karena lifestyle bisa di definisikan sebagai cara

hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa

yang mereka pikirkan terkait diri mereka sendiri dan juga dunia sekitarnya.

Untuk memahami tingkah laku orang lain secara benar harus memahami

hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya dan juga paham akan konsep

yang mungkin bisa muncul dan berbagai konseuensi dan juga resiko lain akibat

dari respon tersebut. Karena, lebih menekankan kepada perkembangan perilaku

pelajar atau mahasiswa dapat diuku dan diamati pada rangsangan dan hubungan

antara stimulus dan respon yang terjadi lewat interaksi dengan lingkungannya.

Untuk meneliti fenomena sosial, Schutz mengatakan bahwa untuk

meneliti hal tersebut peneliti perlu mengacu kepada 4 (empat) tipe idel yang

berhubungan dengan interaksi sosial. Karena interkasi sosial sendiri berasal dari

hasil pemikiran diri yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungan. Meski
dalam pandangannya sendiri memang ada beragam realitas termasuk didalamnya

dunia mimpi dan ketidakwarasan. Tapi realitas tertinggi adalah dunia sehari hari

yang kita jalanin.

Gaya hidup sendiri sangat luas dan juga sangat beragam. Tidak hanya

tergambarkan dari tampilan luar saja, melainkan bisa dari dalam diri masing-

masing individu. Hidup dengan sederhana bisa juga dikatakan sebagai gaya hidup

jika dilihat dari beberapa aspek kehidupan individu tersebut.

Maka dari itu penulis menjadikan fenomenologi Non-Binary sekarang ini

sudah sebagai gaya hidup yang ada di kalangan mahasiswa kota Bekasi sebagai

objek penelitian. Mengarah kepada kerangka pemikiran yang telah penulis

lampirkan. Berikut adalah uraian bagan dari kerangkan pemikiran dari

permasalahan yang peneliti angkat. Berikut adalah kerangka pemikiran dari

penelitian diatas:
Non Biner Sebagai Gaya Hidup Di
Kalangan Mahasiswa Di Kota Bekasi

Teori Fenomenologi
(Phenomenology Theory)
ALFRED SCHUTZ

FENOMENA

MOTIF TINDAKAN MAKNA

Dilihat dari Dilihat dari cara


Dilihat dari
tindakan mahasiswa
motif
mahasiswa memaknai
mahasiswa
setelah setelah
menjadi
menjadikan menjadikan
kannonbiner
nonbiner nonbiner
sebagai gaya
sebagai gaya sebagai gaya
hidup
hidup hidup
BAB III

SUBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian


Hasil dari penelitian yang sah adalah apabila ada subjek yang ikut terlibat

didalam penilitan itu. Tidak ada kriteria yang pasti untuk subjek penelitian atau

informan dalam membahas suatu fenomena.

Dalam buku berjudul Fenomenologi(2013:61) karya Kuswarno

menjelaskan bebebrapa kriteria informan dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Informan harus mengalami langsung situasi atau kejadian


yang berkaitan dengan topik yang diteliti. Tujuannya adalah
untuk mendapatkan deskripsi dari sudut pandang orang
pertama. Ini merupakan kriteria utama yang harus dalam
penelitian fenomenologi. Meskipun secara demografis
informan cicik. Namun bila informan tidak mengalami
secara langsung informan tidak bisa dijadikan sebagai
informan.
2. Informan mampu menggambarkan Kembali fenomena yang
telah dialaminya, terutama dalam sifat alamiah dan
maknanya. Hasil akan diperoeleh data yang alami dan
reflektif menggambarkan kedaan yang sesungguhnya.
3. Informan bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian
yang mungkin membutuhkan waktu cukup lama.
4. Bersedia untuk mengikuti sesi wawancara dan direkam
aktivitasnya selama wawancara atau selama penelitian
berlangsung.
5. Memberikan persetujuan untuk mempublikasikan hasil
penelitian.
Informan menjadi penting dalam penlitian kualitiatif. Sebab itu informan

harus merupakan orang yang mengalami secara langusng situasi atau kejadia yang

berkaitan dengan topik penelitian.

Dalam buku Fenomenologi yang mengutip penjelasan dari Creswell oleh

Kuswarno(2013:57), menjelaskan bahwa :

“peneliti bertugas untuk mengumpulkan data dari orang


yang mengalami kejadian secara langsung, biasanya melalui
wawancara dalam jangkan waktu yang lama dengan informan
yang berkisar 5-25 orang.”

Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih 4 orang mahasiswa sebagai

informan dan satu orang yang ahli dalam hal Psikologi atau Ahli sebagai informan

pendukung. Dikarenakan mahasiswa merupakan subjek dari penlitian ini. Selain

itu, para informan ini dianggap telah memenuhi informasi yang dibutuhkan dalam

penelitian fenomenologi.

Pengambilan informan ini dilakukan secara senagaj sesuai dengan

persyaratan atau kriteria tertentu yang diperlukan. Jumlah informan yaitu

sejumlah 5 orang berdasarkan prariset sebelumnya yang berbetuk wawancara

kecil dan observasi dimana subjek penelitian yang akan di wawancara adalah

benar – benar mahasiswa yang tergolong seorang Non-Binary. Sehingga

diharapkan penelitian ini mendapatkan data yang akurat.


3.2. Metode Penelitian
Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari kelompok dan perilaku

yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar an individu tersebut secara

holistic atau utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individua tau

organisasi ke dalam variable atau hipotesis. Tapi, perlu memandangnya sebagai

bagian dari suatu kebutuhan. Dikutip dari buku Metode Penelitian

Kualitatif(1975:5) oleh Bogdan dan Taylor dalam memandang suatu realitas

atau fenomena.

Metode kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model

tematik, statistik atau komputer proses penelitian dimulai dengan munyusun

asumsi dasar atau aturan pikiran yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian

kualitatif sendiri adalah penelitian yang didalam pelaksanaannya penliti tidak

menggunakan angka dalam mengumpulan data dalam memberikan penjelasan

terhadap hasil penelitiannya.

Metode penelitian sendiri mempunyai arti proses atau cara ilmiah untuk
bisa dapat data dengan tujuan atau kegunaan tertentu yaitu penelitian. Penelitian
adalah suatu penyelidikan sistematis untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan,
juga merupakan suatu usaha yang sistematis dn teorganisasi untuk menyelidiki
masalah tertentu yang perlu jawaban.

Metode penelitian mempunyai 4 (empat) kata kunci yang perlu


diperhatikan yaitu, cara ilmiah atau kegiatan penelitian yang berdasarkan pada ciri
– ciri keilmuan seperti rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan
penelitian itu dilaksanakan dengan cara yang masuk akal. Kemudian empiris
adalah cara yang dilakukan bisa dilihat berdasarakan indera manusia. Terakhir
yaitu sistematis yaitu penelitian dengan langkan tertentu.

Data yang di dapatkan dari penelitian adalah data empiris yang punya
kriteria tertentu yaitu valid. Valid menunjukan derajat ketepatan antara data yang
benar – benar terjadi pada objek.

3.2.1. Desain atau Paradigma Penelitian


Desain dari penelitian yaitu jalinan yang logis, terencana dan terstruktur
antara ompone penelitian yang berawal dari pertanyaan penelitian sampai ke
kesimpulan. Jika pardigman adalah bagian yang tidak bisa terpisahkan dari
penelitian dengan metode kualitatif.

Paradigma penelitian diartikan sebagai kacamat yang akan digunakan oleh


pneliti unutk mengkaji topik masalah yang akan di teliti. Menurut
Mulyana(2003:9) menjabarkan bahwa paradigma adalah suatu cara pancadang
untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kiat dalam
sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukan pada mereka
apa yang penting, abash dan masuk akal. Paradigman juga bersifat normative,
menunjukan pada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan
pertimbangan eksistensial atau epistemology yang Panjang.

Di era globalisasi ini bahkan dari abad pencerahan ada 4(empat)


paradigma penelitian seperti positivism, post-positivisme. Critical-theory dan
constructive. Masing – masing paradigm aitu mempunya perbedaan dalam melihat
realitas yang digunakan dan cara yang ditempuh untuk melakukan pengembangan
ilmu pengetahuan. Paradiman yang digunakan dalam penelitian ini adalah
paradigma konsturktivis.

Paradigma konstruktivis adalah paradigma yang hampur merupakan


antithesis dari paham yang meletakan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan dari pagam yang meletakan pengamamtan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu
sosial sebagai analisisi sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci. (Hidayat, 2003:3).

Ada beberapa kriteria yang membedakan paradigma konstruktiv dengan


paradigma lainnya. Ontologi, epistemologi dan metodelogi. Level ontologi
paradigma konstruktiv melihat kenyataan sebagai hal yang ada tapi bersifat
majemuk dan maknanya berbeda bagi tiap orang. Dalam epostemologi peneliti
menggunakan pendekatan subjektif karena dengan cara itu bisa menjabarkan
kontruksi makna oleh individu.

Dalam metodologi, paradigma ini menggunakan berbagai macam jenis


pengkonstruksian dan menggabungkannya dalam sebuah konsensus. Proses ini
melibatkan dua aspek yaitu hermeneutik dan dialetik.

3.2.2. Jenis Penelitian


Metode penelitian adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian agar tujuannya tercapai. Dalam sistem yang akan
memberikan kemudhana pelaksanaan suatu peneliti. Pada penilitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian kualitatif dalam menyusun laporan.

Metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan


data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari kelompok dan perilaku
yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar an individu tersebut secara
holistic atau utuh. Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasi individua tau
organisasi ke dalam variable atau hipotesis. Tapi, perlu memandangnya sebagai
bagian dari suatu kebutuhan. Dikutip dari buku Metode Penelitian
Kualitatif(1975:5) oleh Bogdan dan Taylor dalam memandang suatu realitas
atau fenomena.

Metode kualitatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model


tematik, statistik atau komputer proses penelitian dimulai dengan munyusun
asumsi dasar atau aturan pikiran yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian
kualitatif sendiri adalah penelitian yang didalam pelaksanaannya penliti tidak
menggunakan angka dalam mengumpulan data dalam memberikan penjelasan
terhadap hasil penelitiannya.

Objek peneliti kualitatif adalah seluruh bidang atau aspek kehidupan


manusia dan segala suatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan
kondisinya sesuai dengan keadaanya sesungguhnya atau dalam keadaan yang
natural mungkin berteoatan dngan aspek kehidupannya yang di sebut ekonomi
kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan lainnya. Data kualitatif tentang
objeknya dinyatakan dalam kalimat yang pengolahannya dilakukan melewati
proses berpikir yang bersifat kritik.

Dari hasil penelahaan psutaka yang dilakukan Moelong dalam bukunya


yang berjudul Metode Penelitian Kualitatif atas hasil dari mensintesakan
pendapat Bogdan dan Biklen(1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba ada 11
(sebelas) ciri dari penelitian kualitatif, yaitu:

1. Penelitian kualitatif menggunakan latar alamiah atau pada


konteks dari suatu keutuhan atau enety.
2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik
peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain.
3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif.
4. Penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara
induktif.
5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan
penyusunan teori subtantif yang berasal dari data.
6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif bukan
dari angka - angka.
7. Penlitian kualitatif lebih memetingkan proses dari pada hasil.
8. Peneltiian kualitatif menghendaki adanya batas dalam
penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah
dalam penelitiannya.
9. Penelitian kualitatif mendefinisikan validitas, reabilitas dan
objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang
lazim digunakan dalam penlitian klasik.
10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus
menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan.
11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil
interpretasi yang di peroleh dirundikan dan disepakati oleh
manusia yang dijadikan sumber data.(1985:39-44)
Fenomenologi secara etismologi berasa dari kata “phenomenon” yang
berarti realitatis yang tampak dan “logos” yang berarti ilmu. Secara teminologi
fenomena adalah ilmu beorientasi untuk mendapatkan penjelasan tentang realitas
yang nyata.

Ada beberapa sifat penelitian kualitatif tersebut akan sejalan dengan ciri –
ciri penelitian fenomeologi, yaitu:

1. Fokus para suatu yang Nampak, Kembali pada yang


sebenarnya, keluar dari rutinitas dan keluar dari apa yang
diyakini sebagai kebenaran dan kebiasaan dalam kehidupan
sehari – hari.
2. Fenomenlogi tertarik dengan keseluruhuan dengan
mengamati entitas dari berbagai sudut pandang dan perpektif
sampat didapat pandangan esesnsi dari pengalaman atau
fenoemna yang diamati.
3. Fenomena mencari makna dan hakikat dari penampakan
dengan intuisi refleksi dalam tindakan sadar melalui
pengalaman. Makna ini yang pada akhirnya membawa ide,
konsep, penelitian dan pemahaman yang baik.
4. Fenomologi mendeskripsikan pengalaman bukan
menjelaskan atau menganalisa sebuah deskriptif
fenomenologi akan sangat dekat dengan kealamiahan
(tekstur, kualitas dan sifat-sifat penunjang) dari sesuatu.
Sehingga deskripsi akan mempertahankan fenomena itu
seperti apa adanya dan menonjolkan sifat alamiah dan
makna dibaliknya. Selain itu, deskripsi juga akan membuat
fenomena “hidup” antara yang tampak dalam kesadaran
dengan yang terlihat oleh panca indera,
5. Fenomenologi berakar pada pernyataan langsung
berhubungan dengan makna dari fenomenologi yang
diamati. Dengan demikian penelitian fenomenologi akan
sangat dekat dengan fenomena yang di amati. Analoginya
penelitian itu menjadi salah satu puzzle dari sebuah kisah
biografi.
6. Integrasi dari subjek dan objek. Persepsi penelitian akan
sebanding sama dengan apa yang dilihat atau didengarnya.
7. Pengalaman akan suatu tindakan akan membuat objek
menjadi subjek dan subjek menjadi objek.
8. Investigas yang dilakukan dalam kerangka intersubjektif.
Realitas adalah salah satu baguan dari proses secara
keseluruhan
9. Data yang diperoleh menjadi bukti-bukti utama dalam
pengetahuan ilmiah.
10. Pertanyaan-pertanyaan penelitian harus dirumuskan dengan
sangat hati-hati. Setiap kata harus dipilih, dimana kata yang
terpilih adalah kata yang utama, sehingga dapat menunjukan
makna yang utama pula(1994:104-120).
Sifat – sifat diatas adalah ciri – ciri yang dijelaskan oleh Moutakes dalam
bukunya yang berjudul Phenomenological research methods yang dengan
demikian jelas jika fenomenologi sangat relevan menggunakan penelitian
kualitatif daripada penleitian kuantitatif dalam mengungkap realitas, persepsi
fenomenologi selama ini menempati kedudukan sentral dalam perkembangan
penelitian kualitatif.

Perspektif ini mengarah bahwa apa yang akan dicari penelitian dalam
kegiatan penelitiannya dan bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi
penelitian, serta bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian, serta
bagaimana melakukan kegiatan dalam situasi penelitian, serta bagaimana
penelitian menafsirkan beragam yang telah digali dan dicatat, semuanya
tergantung pada perspektif teotiritis yang digunakan.

3.2.3. Teknik Pengumpulan Data


Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk meneliti
permasalahan yang dilatar belakangin yaitu dengan menggunakan cara studi
Pustaka dan studi lapangan.

1. Studi Pustaka

Memperoleh data dengan memanfaatkan literatur dan dokumentasi


kepustakaan secara teratur yang relecan dengan permasalahan yang
sedang diteliti. Teknik ini merupakan teknik yang dibutuhkan untuk
memperkuat data, terutama sebagai acuan ulang untuk kebenaran
pengamatan.
2. Studi Lapangan
a. Observasi Lapangan

Kegiatan yang setiap saat dilakukan dengan kelengkapan


pancaindra yang dimiliki dengan pengamatan langsung lapangan.
Observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
fenomena penelitian.

b. Wawancara Mendalam

Teknik mengumpulkan data dengan informasi dengan cara tatap


muka langsung dengan informan agar mendapat data lengkap dan
mendalam.

3.2.4. Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini digunakan model analisis data yaitu model ineraktif
yang digunakan oleh Miles dan Huberman. Teknik ini terdiri dari 3 (tiga)
tahapan. Tahapan pertama adalah reduksi data, kedua adalah tampilan data atau
display data dan tahapan yang terakir ialah kesimpulan atau verifikasi.

Dalam buku Memahami Penelitian Kualitatif yang ditulis oleh Sugiyono


menjelaskan tenanting analisis model interaksi yang didasarkan dari pemahaman
tentang analisis data dari Miles dan Huberman. Berikut adalah penjelasannya:

a. Reduksi yang merupakan bagian dari analisis, reduksi data


adalah suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih,
memfokuskan, membuang, menyusun data dalam suautu
cara dimana kesimpulanakhir dapat digambarkan. Reduksi
data terjadi secara berkelanjutan hingga laporan akhir.
b. Data display yaitu suatu kesimpulan infomrasi yang tersusun
dimana memperbolehkan penjelasan kesimpulan dan
pengambilan tindakan.
c. Kesimpulan atau verivikasi dari pengumpulan data
penleitian mulai memutuskan makna dari suatu, mencatat
keteraturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang
mungkin terjadi dan alur sebab-akibat dan juga proposisi.
(2914:91-99)
Penelitian bisa melihat ketiga jenis aktifitas analisis dan aktifitas
pengumpulan data membentuk suatu proses siklus interaktif. Proses reduksi data,
berlangsung selama penelitian dilakukan. Penelitian mencari data yang benar dan
valid sesuai permasalaha yang sedang diteliti.

Peneliti mengklasifikasikan hasil data yang didapat agar bisa


mempermudah untuk membaca dan menarik kesimpulan. Dalam tahap verifikasi
kesimpulan, peneliti memaknai data – data yang ada untuk di uji kebenarannya.

Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangusng. Berikut


adalah tahapan – tahapan beserta laur teknik analisisnya:

Proses pengumpulan data dilakukan sebuah penelitian, pada saat penelitian


dan bahkan diakhir penelitian. Biasanya proses pengumpulan data sudah
dilakukan ketika masih konsep. Proses pengumpulan data penelitian kualitatif
tidak memiliki segmen atau waktu sendiri, akan tetapi dilalukakn proses
pengumpulan data.

Inti dari reduksi data yaitu proses penggabungan dan penyeragaman segala
bentuk data yang diperoleh jadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisa. Hasil dari
wawancara, hasil studi dokumentasi diubah menjadi bentuk tulisan dengan
formatnya masing – masing.

3.3. Tahapan Penelitian


Tahapan penelitian merupakan tahap atau rancangan sederhana yang akan
peneliti lakukan ketika akan melakukan penelitian. Ada 2 tahapan penelitian,
sebagai berikut:
3.4.1. Menyusun Rancangan Penelitian

3.4.2. Memilih Lapangan Penelitian


3.4.3. Memilih Informan
3.4.4. Menggali Informasi dan Memanfaatkan Informan
3.4. Keabsahan Hasil Penelitian
3.5. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.6. Profil Informan

Anda mungkin juga menyukai