Anda di halaman 1dari 20

44

Pengaruh Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dengan Dana


Perimbangan Dan Investasi Swasta Sebagai Variabel Pemoderasi

Anak Agung Ngurah Agung Kresnandra


Program Pascasarjana Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unviersitas Brawijaya
e-mail: agungkresnandra@gmail.com

Abstract: This study aimed to examine the effect of fiscal decentralization on local economic
growth as well as view the ability of balance funds and private investment as a moderating
variable, in strengthening the positive impact of fiscal decentralization on local economic growth
in the province of Bali. The study was conducted in nine districts / municipalities in the province of
Bali with a total sample of 45 samples. The data analysis techniques used in this study is partial
least square (PLS). Hypothesis test results showed that only fiscal decentralization has a positive
and significant impact on regional economic growth. Meanwhile, two moderating variables not
proven to strengthen the positive effects of fiscal decentralization on economic growth in the
region.

Keywords: Fiscal Decentralization, Local Economic Growth, Balance Funds, Private Investment

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah sekaligus menganalisis kemampuan dana perimbangan dan investasi
swasta sebagai variabel moderasi, dalam hubungan desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
ekonomi daerah di Provinsi Bali. Penelitian dilakukan di sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali
dengan total sampel sebanyak 45 sampel. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu partial least square (PLS). Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa
desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Sementara, dana
perimbangan dan investasi swasta tidak memoderasi pengaruh desentralisasi fsikal terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah.

Kata Kunci : Desentralisasi Fiskal, Pertumbuhan Ekonomi Daerah, Dana Perimbangan,


Investasi Swasta

Sebagai negara berkembang, pariwisatanya. PDRB Bali tumbuh dengan laju


peningkatan pertumbuhan ekonomi memiliki rata-rata 5,94 persen sama dengan laju
banyak makna bagi Indonesia. Selain sebagai pertumbuhan ekonomi nasional, walaupun
ukuran keberhasilan perekonomian, demikian, laju pertumbuhan ekonomi tersebut
meningkatnya pertumbuhan ekonomi juga tidaklah konsisten terjadi di tiap tahunnya. Ada
mengindikasikan peningkatan kesejahteraan berbagai macam faktor yang menyebabkan
masyarakat serta penurunan tingkat kemiskinan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah
dan pengangguran di Indonesia. Maka dari itu provinsi Bali tidak konsisten tiap tahunnya.
isu melemahnya pertumbuhan ekonomi Salah satunya adalah masih rendahnya kinerja
Indonesia beberapa tahun belakangan, kapasitas fiskal di beberapa daerah di Bali.
merupakan peringatan bagi pemerintah yang Berdasarkan teori federalisme fiskal, untuk
harus segera disikapi, karena dampak yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah,
ditimbulkan sangatlah luas. pemerintah daerah harus diberikan kewenangan
Jika berbicara tentang pertumbuhan yang lebih besar untuk mengatur segala urusan
ekonomi nasional, tentu tidak akan terlepas dari di daerah, salah satu bentuknya adalah
peran daerah sebagai penyumbang PDRB yang desentralisasi fiskal.
merupakan ukuran dari pertumbuhan ekonomi Hingga saat ini, isu desentralisasi fiskal
nasional. Bali sebagai salah satu provinsi di selalu menjadi pembicaraan. Seringkali hasil-
Indonesia memiliki potensi sumbangan PDRB hasil riset terdahulu masih mendapatkan
yang cukup tinggi terutama dari sektor kesimpulan yang berbeda antar peneliti

44
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 45

desentralisasi fiskal, yang mana masing-masing 2) Apakah dana perimbangan memperkuat


pihak memiliki argumentasi logis serta telah pengaruh positif desentralisasi fiskal
membuktikannya secara empiris. Fadjar dan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
Sembiring (2007) merupakan salah satu peneliti Provinsi Bali?
yang mendukung dilakukannya desentralisasi 3) Apakah investasi swasta memperkuat
fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan pengaruh positif desentralisasi fiskal
ekonomi. Kedua peneliti ini mendapatkan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di
kesimpulan bahwa desentralisasi fiskal dan Provinsi Bali?
faktor endowment berpengaruh secara positif Berdasarkan rumusan masalah di atas,
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi maka tujuan penelitian ini antara lain:
di Indonesia, studi ini dilakukan pada 26 1) Untuk menguji pengaruh desentralisasi
provinsi di Indonesia dari tahun 2000-2007. fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi
Berbeda halnya dengan Fadjar dan Sembiring, daerah di Provinsi Bali.
Situngkir, et all (2014) menemukan bahwa, 2) Untuk menguji interaksi variabel moderasi
desentralisasi fiskal dengan indikator dana perimbangan dalam memperkuat
pengeluaran dan pendapatan berpengaruh pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di pertumbuhan ekonomi daerah di Provinsi
Provinsi Sumatera Utara. Bali.
Adanya research gap, memiliki makna 3) Untuk menguji interaksi variabel moderasi
bahwa desentralisasi fiskal tidak selalu investasi swasta dalam memperkuat
memberikan dampak positif terhadap pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal pertumbuhan ekonomi daerah di Provinsi
ini sekaligus bertentangan dengan penjelasan Bali.
teori federalisme fiskal. Selain itu, perbedaan
hasil riset terdahulu juga menyebabkan peneliti KAJIAN PUSTAKA
menduga bahwa, ada faktor kontingensi atau Teori Federalisme Fiskal
variabel lain (variabel moderasi), yang dapat Teori Federalisme Fiskal merupakan teori
memperkuat ataupun memperlemah pengaruh yang dikembangkan oleh Hayek, Musgrave dan
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan Oates. Dalam teori ini ditekankan bahwa
ekonomi daerah. Dari beberapa variabel yang pertumbuhan ekonomi dapat dicapai dengan
memang memiliki pengaruh positif terhadap jalan desentralisasi yaitu pendelegasian
pertumbuhan ekonomi daerah, dua diantaranya wewenang oleh pusat kepada daerah untuk
adalah dana perimbangan dan investasi swasta. mengatur daerahnya sendiri atau sering disebut
Walaupun penelitian terkait dengan otonomi daerah (otda).
desentralisasi fiskal dan pertumbuhan ekonomi Menurut Oates (1972), desentralisasi fiskal
daerah telah banyak dilakukan oleh peneliti- akan mampu meningkatkan pertumbuhan
peneliti terdahulu, namun masih sedikit yang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini
memasukkan variabel moderasi ke dalam dikarenakan pemerintah sub
skema pengaruh desentralisasi fiskal terhadap nasional/pemerintah daerah akan lebih efisien
pertumbuhan ekonomi daerah. Selain itu, dalam produksi dan penyediaan barang-barang
perbedaan hasil penelitian terdahulu publik. Pengambilan keputusan pada level
menyebabkan, penelitian terkait desentralisasi pemerintah lokal (kabupaten/kota) akan lebih
fiskal dan pertumbuhan ekonomi daerah masih didengarkan untuk menganekaragamkan
belum konklusif, sehingga menarik untuk pilihan lokal/daerah dan lebih berguna bagi
diteliti kembali pada latar tempat dan waktu efisensi alokasi.
yang berbeda dari penelitian sebelumnya. Teori Federalisme Fiskal memiliki dua
perspektif teori yang menjelaskan tentang
Rumusan Masalah dan Tujuan Penelitian: dampak ekonomi dari implementasi
Berdasarkan latar belakang penelitian desentralisasi, yakni menurut traditional
yang telah dijelaskan sebelumnya, masalah theories (first generation theory) dan new
penelitian yang dapat dirumuskan yaitu: perspective theories (second generation
1) Apakah desentralisasi fiskal berpengaruh theories).
positif terhadap pertumbuhan ekonomi
daerah di Provinsi Bali?
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 46

Pertumbuhan Ekonomi Desentralisasi fiskal merupakan pemberian


Kuznets dalam Jhingan (2004) kewenangan kepada daerah untuk
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai menggali sumber-sumber pendapatan, hak
kenaikan jangka panjang dalam kemampuan untuk menerima transfer dari
suatu negara untuk menyediakan semakin pemerintahan yang lebih tinggi, dan
banyak jenis barang-barang ekonomi kepada menentukan belanja rutin maupun
penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai investasi.
dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian Secara konseptual, desentralisasi fiskal juga
kelembagaan dan ideologis yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses
diperlukannya. distribusi anggaran dari tingkat pemerintahan
Pertumbuhan ekonomi dari sudut tinjauan yang lebih tinggi kepada pemerintahan yang
ekonomi dapat direfleksikan oleh pertumbuhan lebih rendah untuk mendukung fungsi atau
Produk Domestik Bruto (PDB). Variabel ini tugas pemerintahan yang dilimpahkan
sering digunakan untuk mengukur seberapa (Khusaini, 2006). Khusaini (2006) menyatakan
baik ekonomi suatu Negara sudah dikelola bahwa dalam membahas desentralisasi fiskal,
dengan benar. Menurut Mankiw (2003), PDB umunya terdapat tiga variabel yang sering
dapat dipandang dalam dua hal. Pertama, total digunakan sebagai representasi desentralisasi
pendapatan yang diterima oleh setiap orang fiskal, yaitu desentralisasi pengeluaran,
dalam perekonomian. Kedua, adalah total desentralisasi pengeluaran pembangunan, dan
pengeluaran atas produk barang dan jasa dalam desentralisasi penerimaan.
ekonomi. Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa ada
beberapa prinsip dan tujuan dari
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diberlakukannya desentralisasi fiskal, yaitu:
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1) Mengurangi kesenjangan fiskal antara
dalam konteks pembangunan daerah pemerintah pusat dan pemerintah daerah
pendapatan perkapita adalah total pendapatan (vertical fiscal imbalance) dan antar
suatu daerah dibagi jumlah penduduk di suatu daerah (horizontal fiscal imbalance).
wilayah. Dalam penelitian ini menggunakan 2) Meningkatkan kualitas pelayanan publik di
PDRB perkapita atas dasar harga konstan. daerah dan mengurangi kesenjangan
pelayanan publik antar daerah.
Desentralisasi Fiskal 3) Meningkatkan efisiensi peningkatkan
Parson dalam Hidayat (2005) sumber daya nasional.
mendefinisikan desentralisasi sebagai berbagi 4) Tata kelola, transparan, dan akunTabel
(sharing) kekuasaan pemerintah antara dalam pelaksanaan kegiatan pengalokasian
kelompok pemegang kekuasaan di pusat transfer ke daerah yang tepat sasaran.
dengan kelompok-kelompok lainnya, di mana 5) Mendukung kesinambungan fiskal dalam
masing-masing kelompok tersebut memiliki kebijakan ekonomi makro.
otoritas untuk mengatur bidang-bidang tertentu
dalam lingkup teritorial suatu Negara. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Secara garis besar, kebijakan desentralisasi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33
dibedakan atas 3 jenis (Litvack, 1999): Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan
1. Desentralisasi Politik antara pemerintah pusat dan daerah, PAD
Desentralisasi politik merupakan sebuah didefinisikan sebagai pendapatan yang
pelimpahkan kewenangan yang lebih besar diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan
kepada daerah, menyangkut berbagai peraturan daerah sesuai dengan peraturan
aspek pengambilan keputusan, termasuk perundang-undangan.
penetapan standar dan berbagai peraturan Dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang
2. Desentralisasi Administrasi perimbangan keuangan antara pemerintah pusat
Desentralisasi administrasi adalah sebuah dan pemerintah daerah, pada bab V (lima)
pelimpahan kewenangan, tanggung jawab, nomor 1 (satu) disebutkan bahwa PAD
dan sumber daya antar berbagai tingkat bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah,
pemerintahan hasil pengolahan kekayaan daerah yang
3. Desentralisasi Fiskal dipisahkan, lain-lain PAD yang sah, dan
komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 47

akibat dari penjualan dan/atau pengadaan Dana Alokasi Umum (DAU)


barang dan/atau jasa oleh pemerintah. DAU merupakan dana yang bersumber dari
pendapatan APBN yang dialokasikan dengan
Belanja Modal tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar-
Mardiasmo (2009) menjelaskan bahwa daerah untuk mendanai kebutuhan daerah
belanja modal adalah pengeluaran yang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
manfaatnya cenderung melebihi satu tahun dan DAU bersifat block grant yang berarti
akan menambah aset atau kekayaan penggunaannya diserahkan kepada daerah
pemerintah, selanjutnya akan menambah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah
anggaran rutin untuk biaya operasional dan untuk peningkatan pelayanan kepada
biaya pemeliharaan, sementara menurut Halim masyarakat dalam rangka ontonomi daerah.
(2002:73), belanja modal merupakan
pengeluaran pemerintah daerah yang Dana Alokasi Khusus (DAK)
manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan Menurut Undang-Undang Nomor 33 Tahun
akan menambah aset dan kekayaan daerah. 2004 Pasal 1, Dana Alokasi Khusus (DAK)
Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 8 adalah dana yang bersumber dari pendapatan
tahun 2006, tanggal 3 April 2006, tentang APBN yang dialokasikan kepada daerah
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi tertentu dengan tujuan untuk membantu
Pemerintah dalam Lampiran I-A.3 Laporan mendanai kegiatan khusus yang merupakan
Realisasi Anggaran Pemerintah urusan daerah dan sesuai dengan prioritas
Kabupaten/Kota, yang termasuk Belanja Modal nasional. Menurut Yani (2002:166) dana
adalah : Belanja Tanah, Belanja Peralatan dan alokasi khusus dimaksudkan untuk mendanai
Mesin, Belanja Gedung dan Bangunan, Belanja kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah
Jalan, Irigasi dan Jaringan, Belanja Aset Tetap dan merupakan prioritas nasional, sesuai
Lainnya, Belanja Aset Lainnya. dengan fungsi yang merupakan perwujudan
tugas kepemerintahan di bidang tertentu,
Dana Perimbangan khususnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan
Dana perimbangan merupakan pendapatan sarana dan prasarana pelayanan dasar
daerah yang berasal dari APBN untuk masyarakat.
mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan Pengertian, Tujuan, Manfaat dan Jenis
pemberian otonomi kepada daerah, terutama Investasi
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan Dalam kamus ekonomi yang disusun oleh
masyarakat yang semakin membaik (Wijaya, Winardi (1992), dikemukakan bahwa dalam
2005:33). Dana perimbangan bertujuan teori ekonomi, investasi berarti pembelian alat-
mengurangi kesenjangan fiskal antara alat produksi (termasuk didalamnya benda-
pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dan benda untuk dijual), dengan modal berupa
antar pemerintah daerah. uang. Sedangkan secara makro, investasi
Alasan dipilihnya dana perimbangan berarti jumlah yang dibelanjakan sektor bisnis
sebagai salah satu variabel moderasi dalam untuk menambah stok modal dalam periode
penelitian ini karena berdasarkan hasil-hasil tertentu (Nanga, 2005). Menurut Halim
riset terdahulu, diantaranya oleh Hidayat dan (2005:1), investasi pada hakikatnya merupakan
Sirojuzilan (2006), Setiyawati dan Hamzah penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
(2007), Sihite (2010), Riska dkk. (2012), serta harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
Najiah (2013), yang melihat pengaruh langsung mendatang datang. Dalam investasi tercakup
dana perimbangan (DAU dan DAK) terhadap dua tujuan utama yaitu untuk mengganti bagian
pertumbuhan ekonomi, menunjukkan bahwa dari penyediaan modal yang rusak (depresiasi)
dana perimbangan memang memiliki pengaruh dan tambahan penyediaan modal yang ada
positif terhadap pertumbuhan ekonomi, (investasi netto).
sehingga hal ini semakin menguatkan dugaan Tendelilin (2010) mengungkapkan tiga
peneliti bahwa, dana perimbangan dapat alasan mengapa investor melakukan investasi,
menjadi sebuah variabel moderasi yang mampu yaitu:
memperkuat pengaruh desentralisasi fiskal 1) Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. layak di masa mendatang.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 48

2) Mengurangi tekanan inflasi. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis


3) Dorongan menghemat pajak. Berdasarkan teori federalisme fiskal,
peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional
Jenis-jenis investasi secara umum di dalam
dapat dicapai dan digandakan kecepatannya
pembangunan ekonomi terdapat empat jenis
dengan cara memberikan kewenangan kepada
investasi, yaitu:
daerah yang lebih besar untuk mengatur
1) Investasi Otonom dan Investasi yang
pemerintahannya sendiri atau sering disebut
Terdorong
dengan otonomi daerah (desentralisasi) dimana
2) Publik Investment dan Private Investment.
salah satunya adalah desentralisasi fiskal.
3) Domestic Investment dan Foreign
Keuntungan alokatif yang dimiliki oleh
Investment.
pemerintah daerah akibat desentralisasi
4) Gross Investment dan Net Investment.
menyebabkan pemerintah daerah lebih baik
dalam mengambil kebijakan terkait pelayanan
publik di daerah jika dibandingkan dengan
Investasi Swasta Berupa Penanaman Modal sistem yang tersentralisasi dimana semua
Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman kebijakan diambil oleh pusat. Melalui
Modal Asing (PMA) desentralisasi, pemerintah daerah dapat
PMDN adalah kegiatan menanam modal membuat kebijakan yang mengoptimalkan
yang dilakukan oleh pihak dalam negeri untuk kinerja pelayanan publik di daerah. Dengan
melakukan usaha di wilayah Indonesia. diberikannya kewenangan yang lebih besar,
Sementara PMA adalah kegiatan investasi yang daerah nantinya akan mampu untuk
hanya meliputi penanaman asing secara meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah
langsung yang dilakukan berdasarkan ketentuan yang pada akhirnya akan meningkatkan pula
perundang-undangan dan pemilik modal secara pertumbuhan ekonomi nasional.
langsung menanggung resiko. Terkait keuangan publik, pemerintah
Penelitian ini menggunakan investasi swasta daerah tentunya memiliki informasi yang lebih
dengan dua indikator yaitu PMDN dan PMA baik daripada pemerintah pusat tentang kondisi
sebagai variabel moderasi dengan beberapa daerah masing-masing sehingga pengambilan
alasan yaitu: 1) Inkonsistensi penelitian keputusan yang dilakukan pemerintah daerah
terdahulu terkait pengaruh desentralisasi fiskal dalam penyediaan barang dan jasa publik akan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah 2) Hasil lebih tepat daripada jika diserahkan ke
riset terdahulu yang dilakukan oleh Raharjo pemerintah pusat (Suaryana, 2010). Pendapat
(2006) dan Rustiono (2008) menemukan bahwa serupa juga dikemukakan oleh Oates (1972)
investasi swasta secara parsial memiliki yang berpendapat bahwa desentralisasi fiskal
pengaruh positif terhadap pertumbuhan akan mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi, sehingga hal ini menguatkan dugaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena
peneliti bahwa variabel investasi swasta pemerintah sub nasional/pemerintah daerah
nantinya akan mampu memperkuat pengaruh akan lebih efisien dalam produksi dan
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan penyediaan barang-barang publik. Pengambilan
ekonomi daerah. 3) Provinsi Bali yang keputusan pada level pemerintah lokal akan
merupakan salah satu destinasi wisata terbaik di lebih didengarkan untuk menganekaragamkan
dunia tentunya akan banyak menarik minat pilihan lokal dan lebih berguna bagi efisensi
tidak hanya wisatawan yang ingin berkunjung alokasi.
ke Bali, tetapi juga para investor yang ingin Dua indikator dalam desentralisasi fiskal
menanamkan modalnya di Bali. Maka investasi baik itu dari sisi penerimaan maupun
swasta baik berupa PMDN maupun PMA pengeluaran pembangunan daerah menjadi
sangat memungkinkan untuk dilakukan di tolak ukur keberhasilan dari desentralisasi
Provinsi Bali. Tentu hal ini juga menjadi fiskal di daerah. Secara teori, peningkatan pada
pertimbangan peneliti dalam memasukan kedua indikator tersebut akan turut
investasi swasta berupa PMDN dan PMA memengaruhi peningkatan pertumbuhan
sebagai variabel moderasi. ekonomi daerah. Namun, tidak selamanya
peningkatan kedua indikator desentralisasi
fiskal tersebut serta merta meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah atau
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 49

pengaruhnya tidak selalu linear. Hal ini juga Dalam penelitian ini, peneliti
didukung oleh hasil-hasil riset empiris menggunakan pendekatan kontingensi dengan
terdahulu yang masih inkonsisten, ditambah memasukkan dua variabel moderasi ke dalam
fenomena yang terjadi di Provinsi Bali bahwa, model penelitian desentralisasi fiskal terhadap
peningkatan desentralisasi fiskal misalnya saja pertumbuhan ekonomi daerah. Berbagai
PAD, tidak serta merta membawa konsistensi penelitian yang menggunakan pendekatan
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. Hal kontijensi dilakukan, dengan tujuan
ini menjadi dasar bagi peneliti dalam dugaan mengidentifikasi berbagai variabel kontijensi
adanya faktor kontingensi yang bisa yang memengaruhi perancangan dan
memperkuat pengaruh positif peningkatan penggunaan sistem pengendalian.
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan Hasil penelitian sebelumnya
ekonomi daerah dan dari beragam faktor, dua menunjukkan bahwa ada ketidakkonsistenan
diantaranya adalah dana perimbangan dan antara satu peneliti dengan peneliti lainnya
investasi swasta. sehingga peneliti berkesimpulan bahwa ada
Tidak semua daerah memiliki kapasitas variabel lain yang memengaruhinya.
fiskal yang memadai untuk bisa mewujudkan Govindarajan (1986) dalam Husnatarina dan
suatu peningkatan pertumbuhan ekonomi Nor (2007) mengemukakan bahwa untuk
daerah walaupun telah diberikan kewenangan menyelesaikan perbedaan dari hasil temuan
yang lebih luas dalam bentuk desentralisasi tersebut, dapat dilakukan dengan menggunakan
fiskal. Ini merupakan fakta yang terjadi di pendekatan kontijensi (Contingency Approach).
banyak daerah di Indonesia. Hal ini Berkaitan dengan hal tersebut peneliti mencoba
menyebabkan perlu adanya bantuan lain, di luar untuk menggunakan dana perimbangan (DAU
kemampuan daerah dalam menciptakan dan DAK) dan investasi swasta (PMA dan
sumber-sumber penerimaan daerah. Sumber PMDN) sebagai variabel moderasi, karena kuat
pertama tentunya dari transfer pemerintah pusat dugaan bahwa kedua variabel tersebut mampu
berupa dana perimbangan baik DAU maupun meningkatkan pengaruh positif peningkatan
DAK. Sumber lainnya tidak berasal dari kedua indikator desentralisasi fiskal terhadap
pemerintah pusat maupun daerah, akan tetapi pertumbuhan ekonomi daerah khususnya di
bersumber dari pihak swasta di luar Provinsi Bali. Adapun alur pemikiran teoritis
pemerintahan berupa investasi swasta. secara ringkas dapat dilihat pada gambar 1
berikut ini.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan kerangka pemikiran yang pengeluaran pembangunan daerah) terhadap


dipaparkan, penelitian ini akan melakukan dua pertumbuhan ekonomi daerah. Tahap kedua
tahap pengujian hipotesis. Tahap pertama dilakukan untuk menguji pengaruh interaksi
yaitu menguji pengaruh langsung kedua antara variabel moderasi berupa dana transfer
indikator desentralisasi fiskal (penerimaan dan dan investasi swasta dengan variabel
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 50

independen berupa desentralisasi fiskal fiskal dengan pertumbuhan ekonomi daerah


terhadap variabel dependen berupa beserta interaksi variabel moderasi dapat
pertumbuhan ekonomi daerah. Secara dilihat pada gambar 2 berikut ini.
sistematis hubungan antara desentralisasi

Gambar 2 Kerangka Penelitian

Keterangan:
DF : Desentralisasi Fiskal
TPAD : Penerimaan Daerah
TBM : Pengeluaran Pembangunan Daerah
DP : Dana Perimbangan
DAU : Dana Alokasi Umum
DAK : Dana Alokasi Khusus
IS : Investasi Swasta
PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri
PMA : Penanaman Modal Asing
PED : Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Hipotesis H3: Investasi swasta memperkuat pengaruh


Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini positif desentralisasi fiskal terhadap
terdiri dari tiga hipotesis, dimana hipotesis pertumbuhan ekonomi daerah.
pertama untuk menguji pengaruh langsung
kedua indikator desentralisasi fiskal terhadap METODE
pertumbuhan ekonomi daerah sebelum Pendekatan Penelitian
berinteraksi dengan variabel moderasi. Penelitian ini menggunakan
Hipotesis kedua dan ketiga untuk menguji pendekatan positivis dengan metode kuantitatif.
pengaruh interaksi variabel dependen Hal ini sesuai dengan pengertian yang
penerimaan dan pengeluaran daerah dengan dijelaskan oleh Indriantoro dan Supomo
variabel moderasi dana perimbangan dan (2013:12) mengenai penelitian kuantitatif yang
investasi swasta terhadap pertumbuhan menekankan pada pengujian teori-teori melalui
ekonomi daerah. pengukuran variabel-variabel penelitian dengan
H1: Desentralisasi fiskal berpengaruh angka dan melakukan analisis data dengan
positif terhadap pertumbuhan ekonomi prosedur statistik. Berdasarkan tingkat
daerah. eksplanasinya, penelitian ini tergolong ke
dalam penelitian asosiatif. Menurut Sugiyono
H2: Dana perimbangan memperkuat
(2003: 11), penelitian asosiatif merupakan
pengaruh positif desentralisasi fiskal
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
pengaruh ataupun juga hubungan antara dua
variabel atau lebih.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 51

Populasi dan Sampel Daerah (BPKD) Provinsi Bali dan Badan


Teknik pengambilan sampel yang Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali.
digunakan dalam penelitian ini adalah sample
jenuh dimana sampling jenuh adalah teknik Identifikasi, Definisi Operasional dan
penentuan sampel bila semua anggota populasi Pengukuran Variabel
digunakan sebagai sampel. Sampel dalam Identifikasi Variabel
penelitian ini adalah data keuangan berupa Variabel yang digunakan dalam penelitian
PAD, belanja modal, total penerimaan dan ini terdiri dari dua variabel laten beserta
belanja daerah, dana transfer berupa DAU dan variabel manifestnya dan juga satu variabel
DAK pada Laporan Realisasi Anggaran moderasi, secara detail dapat diidentifikasi
Pendapatan dan Belanja Daerah kurun waktu sebagai berikut :
lima tahun (2009-2013) di sembilan 1) Variabel Laten:
kabupaten/kota Provinsi Bali. Selain itu sampel Variabel yang tidak dapat diukur secara
dalam penelitian ini juga meliputi data realisasi langsung dalam terminology SEM disebut
investasi swasta berupa PMA dan PMDN dan variabel laten atau konstruk yang harus
juga pertumbuhan ekonomi berupa PDRB di diukur dengan indikator atau manifest
sembilan kabupaten/kota di Provinsi Bali kurun (Sholihin, 2013: 5). Variabel laten dalam
waktu lima tahun dari tahun 2009-2013. penelitian ini dibagi atas variabel laten
endogen dan eksogen. Masing masing dari
Jenis dan Sumber Data variabel laten memiliki indikator atau
Jenis data menurut sifatnya yang digunakan variabel manifestnya.
dalam mendukung penelitian ini adalah data a. Variabel laten endogen/terikat dan
kuantitatif. Sementara sumber data dalam variabel manifestnya:
penelitian ini yaitu data sekunder yang Variabel laten endogen merupakan
dianggap reliabel dan valid, yaitu sumber data variabel laten yang nilainya ditentukan
yang diperoleh peneliti secara tidak langsung oleh variabel lain di dalam model
melalui media perantara dan melalui kegiatan (Solihin, 2013: 5). Variabel laten
dokumentasi (diperoleh dan dicatat oleh pihak endogen dalam penelitian ini adalah
lain). Pertumbuhan Ekonomi Daerah (PED)
Dalam penelitian ini data yang digunakan yang memiliki indikator atau variabel
adalah data keuangan APBD Provinsi Bali dan manifest berupa Produk Domestik
realisasinya termasuk di dalamnya alokasi Regional Bruto (PDRB) Per Kapita.
belanja modal, PAD dan penerimaan daerah, b. Variabel laten eksogen/bebas dan
serta dana perimbangan termasuk DAU dan variabel manifestnya:
DAK. Selanjutnya, data keuangan APBN dan Variabel laten eksogen merupakan
realisasinya termasuk di dalamnya total variabel yang nilainya ditentukan oleh
pengeluaran pembangunan (belanja modal) variabel lain di luar model (Sholihin,
pemerintah pusat. Selain itu data lainnya 2013:5). Variabel laten eksogen dalam
didapat dari laporan PDRB Provinsi Bali penelitian ini adalah Desentralisasi
termasuk di dalamnya PDRB per Kapita dan Fiskal yang memiliki dua indikator atau
juga data mengenai investasi swasta Provinsi variabel manifest yaitu penerimaan
Bali. darah berupa rasio PAD terhadap total
penerimaan daerah (TPAD) dan
Metode Pengumpulan Data pengeluaran pembangunan daerah
Data yang dikumpulkan melalui berupa rasio belanja
strategi arsip, yaitu data dikumpulkan dari pembangunan/modal pemerintah
catatan atau basis data yang sudah ada. Karena daerah terhadap total belanja
sumber data dalam penelitian ini adalah data pembangunan/modal pemerintah pusat
sekunder maka digunakan teknik pengumpulan (TBM).
data dari basis data yang dipublikasi. Adapun 2) Variabel Moderasi
data publikasi yang dimaksud antara lain Variabel moderasi merupakan variabel
dokumen yang dipublikasi oleh Badan Pusat independen yang berfungsi menguatkan atau
Statistik (BPS), Dinas Pendapatan Daerah melemahkan hubungan antara variabel
Provinsi Bali, Badan Pemeriksaan Keuangan bebas terhadap variabel terikat (Lie Liana,
2009). Variabel moderasi dalam penelitian
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 52

ini adalah Dana Perimbangan berupa DAU (X1.2). Desentralisasi fiskal selanjutnya
dan DAK serta investasi swasta berupa disingkat DF dalam penelitian ini. Untuk
investasi swasta berupa penanaman modal pengukuran dari masing-masing variabel
dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA) adalah sebagai berikut:
a. Indikator Penerimaan Daerah (X1.1)
Variabel ini didefinisikan sebagai rasio
Definisi Operasional dan Pengukuran antara total penerimaan masing-masing
Variabel kabupaten/kota (APBD) terhadap total
Menghindari perbedaan pengertian dan penerimaan pemerintah (Philips dan
memberikan batasan yang tegas pada variabel Woller, 1997). Indikator dalam
yang diteliti, maka definisi operasional penelitian ini diukur dengan cara
terhadap masing-masing variabel dalam membagi total PAD masing-masing
penelitian ini adalah sebagai berikut : kabupaten/kota provinsi Bali dengan
total penerimaan daerah masing-
1) Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Y) masing kabupaten/kota provinsi Bali.
Pertumbuhan ekonomi diartikan Dalam penelitian ini indikator
sebagai kenaikan jangka panjang dalam penerimaan daerah disingkat dengan
kemampuan suatu negara untuk TPAD.
menyediakan semakin banyak jenis barang- b. Indikator Pengeluaran Pembangunan
barang ekonomi kepada penduduknya, Daerah (X1.2)
kemampuan ini tumbuh sesuai dengan Variabel ini didefinisikan sebagai rasio
kemajuan teknologi dan penyesuaian antara total pengeluaran pembangunan
kelembagaan dan ideologis yang masing-masing kabupaten/kota
diperlukannya (Kuznets dalam Jhingan, terhadap total pengeluaran
2004). Pertumbuhan ekonomi dari sudut pembangunan nasional (APBN) (Zhang
tinjauan ekonomi dapat direfleksikan oleh dan Zou, 1998). Dalam penelitian
pertumbuhan Produk Domestik Bruto indiaktor pengeluaran pembangunan
(PDB). diukur dengan cara membagi total
Dalam kaitanya dengan pertumbuhan belanja modal masing-masing
ekonomi daerah, maka parameter yang kabupaten/kota provinsi Bali dengan
digunakan dalam penelitian ini yaitu PDRB total belanja daerahnya. Dalam
Per Kapita menurut harga konstan. PDRB penelitian ini indikator pengeluaran
per kapita dihitung dengan cara total PDRB pembangunan daerah disingkat dengan
masing-masing kabupaten/kota provinsi TBM.
Bali dibagi dengan jumlah penduduk dari 3) Dana Perimbangan (X2)
masing-masing kabupaten/kota provinsi Dana perimbangan (DP), adalah dana yang
Bali. Dalam penelitian ini, pertumbuhan bersumber dari APBN yang dialokasikan
ekonomi daerah disingkat PED dan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan
indikatornya disingkat PDRB Per Kapita. daerah dalam rangka pelaksanaan
2) Desentralisasi Fiskal (X1) desentralisasi. Dana perimbangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah total
Desentralisasi fiskal merupakan salah
sumber pendanaan dana perimbangan yang
satu cara untuk meningkatkan pertumbuhan
terdiri dari dua indikator berbentuk reflektif
ekonomi daerah dalam skema yang
yaitu DAU (X2.1) dan DAK (X2.2) di
dijelaskan oleh teori federalisme fiskal.
Provinsi Bali.
Menurut Khusaini (2006), keberhasilan
a. Indikator Dana Alokasi Umum (X2.1)
desentralisasi fiskal dapat diukur dari
Dana Alokasi Umum (DAU)
parameter penerimaan dan pengeluaran
dialokasikan kepada daerah dengan
masing-masing pemerintah daerah.
menggunakan formula DAU yang
Berdasarkan hal tersebut maka,
berdasarkan Alokasi Dasar dan Celah
desentralisasi fiskal dalam penelitian
Fiskal dengan proporsi pembagian
memiliki dua indikator atau manifest yang
DAU untuk daerah provinsi dan
berbentuk reflektif, yaitu dari sisi
kabupaten/kota masing-masing sebesar
penerimaan pemerintah daerah (X1.1) dan
10% (sepuluh persen) dan 90%
dari sisi pengeluaran pemerintah daerah
(sembilan puluh persen) dari besaran
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 53

DAU secara nasional. Formula DAU swasta dimana arus modal berasal dari
per daerah rumusnya adalah: pihak asing di luar Negara Republik
Indonesia baik individu maupun
DAU = Alokasi Dasar + Celah Fiskal kelompok. Menurut Undang-undang
Dalam penelitian ini, nilai DAU yang PMA No. 1 tahun 1967, pengertian
digunakan sudah dalam bentuk nilai penanaman modal hanya meliputi
absolut yang tercantum dalam laporan penanaman asing secara langsung yang
realisasi APBD Provinsi Bali dari tahun dilakukan berdasarkan ketentuan
2009-2013. perundang-undangan dan pemilik
b. Indikator Dana Alokasi Khusus (X2.2) modal secara langsung menanggung
Menurut Poesoro (2008), penetapan resiko. Nilai PMA dalam penelitian ini
jumlah DAK dan alokasinya kepada menggunakan angka atau nilai yang
daerah merupakan hasil keputusan tercantum dalam realisasi PMA dari
antara panitia anggaran DPR dengan tahun 2009-2013 di sembilan
Pemerintah yang terdiri dari unsur kabupaten/kota Provinsi Bali.
Depkeu, Depdagri, Bappenas, dan
departemen teknis yang bidang Metode Analisis Data
tugasnya menerima. alokasi DAK. Penelitian ini menggunakan Partial Least
Meskipun mekanisme penetapan DAK Squares (PLS) dalam menganalisis data
melibatkan beberapa lembaga, penelitian. PLS merupakan salah satu metode
keputusan akhir mengenai total jumlah SEM berbasis varian yang didesain untuk
DAK dan alokasinya menjadi menyelesaikan regresi berganda ketika terjadi
wewenang Menteri Keuangan setelah permasalahan spesifik pada data, contohnya
berkonsultasi dengan DPR. DAK untuk ukuran sampel penelitian kecil, adanya data
masing-masing Kab/Kota dapat dilihat yang hilang (missing values) dan
dari pos dana perimbangan dalam multikolenieritas (Hartono dan Abdillah,
Laporan Realisasi APBD dari tahun 2009:11).
2009-2013. Lebih lanjut, Hartono dan Abdillah
4) Investasi Swasta (X3) (2009:16) mengungkapkan beberapa
keunggulan dari penggunaan PLS.
Adapun investasi swasta dalam penelitian Keunggulannya adalah sebagai berikut:
ini menggunakan total realisasi investasi 1) Informasi yang dihasilkan oleh PLS
swasta baik PMA maupun PMDN masing- lebih efisien dan mudah
masing kabupaten/kota provinsi Bali. diinterpretasikan terutama pada model
yang kompleks.
a. Indikator Penanaman Modal Dalam
2) Dapat dijalankan dengan sampel yang
Negeri (PMDN) (X3.1)
sedikit.
Investasi swasta berupa penanaman 3) Dapat menguji model penelitian
modal dalam negeri (PMDN) atau dengan dasar teori yang lemah
domestic investment, merupakan jenis 4) Mampu memodelkan banyak variabel
investasi swasta dimana sumber dependen dan independen (model yang
pendanaannya berasal dari warga dalam kompleks).
negeri atau masyarakat yang secara sah 5) Mampu mengelola masalah
menjadi warga negara Indonesia baik multikoleniaritas antar variabel
secara individu maupun berkelompok. independen.
Nilai PMDN dalam penelitian ini 6) Hasil tetap kokoh walaupun terdapat
menggunakan nilai atau angka yang data yang tidak normal dan hilang.
tercantum pada realisasi PMDN dari 7) Menghasilkan variabel laten
tahun 2009-2013 di Sembilan independen secara langsung berbasis
kabupaten/kota di Provinsi Bali. crossproduct yang melibatkan variabel
b. Indikator Penanaman Modal Asing laten dependen sebagai kekuatan
(PMA) (X3.2) prediksi.
Investasi swasta berupa penanaman 8) Dapat digunakan pada konstruk
modal asing (PMA) atau foreign reflektif dan formatif.
investment, merupakan jenis investasi 9) Tidak mensyaratkan data berdistribusi
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 54

normal. Umumnya terdapat dua metode yang


10) Dapat digunakan pada data dengan tipe digunakan oleh peneliti di bidang SEM
skala berbeda, yaitu: nominal, ordinal untuk melakukan proses penyampelan
dan kontinus. kembali yaitu bootstrapping dan
jackknifing. Dalam penelitian ini, metode
Tahapan dalam Menggunakan Analisis PLS resampling yang digunakan adalah metode
Menurut Ghozali dan Lathan (2012), bootstrapping karena metode resampling
tahapan analisis menggunakan PLS setidaknya ini lebih umum digunakan dalam model
harus melalui lima proses tahapan dimana persamaan struktural.
setiap tahapan akan berpengaruh terhadap 4) Menggambar Diagram Jalur
tahapan selanjutnya. Adapun tahapan-tahapan Setelah melakukan konseptualisasi
tersebut yaitu: model, langkah berikutnya adalah
1) Konseptualisasi Model menggambar diagram jalur dari model
a. Merancang inner model. yang akan diestimasi tersebut. Adapun
b. Merancang outer model gambar diagram jalur dalam penelitian ini
2) Menentukan Metode Analisis Alogirthm adalah sebagai berikut:
3) Menentukan Metode Resampling

Gambar 3 Konstruk Diagram Jalur

5) Evaluasi Model Nilai loading factor >0,70 serta


Model evaluasi PLS dilakukan dengan Nilai Average Variance Extracted
menilai outer dan inner model. Evaluasi (AVE) >0,50
model pengukuran atau outer model - Discriminant validity
dilakukan untuk menilai validitas dan Korelasi konstruk dengan item
reliabilitas model. Karena dalam penelitian pengukuran harus lebih besar
ini outer model berbentuk reflektif, maka daripada ukuran konstruk lainya
evaluasi yang dilakukan yaitu: dan nilai Cross loading harus
a. Outer model >0,70.
Evaluasi model pengukuran atau outer - Composite reliability
model dilakukan untuk menilai Nilai batas yang diterima untuk
validitas dan reliabilitas model. tingkat reliabilitas komposit (pc)
- Convergent validity adalah > 0,7 .
b. Inner model
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 55

Evaluasi model struktural atau inner apabila nilai t-statistiknya lebih dari 1,64.
model bertujuan untuk memprediksi Ketentuan diterimanya hipotesis alternatif atau
hubungan antara variabel laten. Inner hipotesis nol dalam penelitian ini bisa dilihat
Model dievaluasi dengan melihat besarnya dibawah ini:
presentase variance yang dijelaskan yaitu Ha = Diterima apabila nilai t-statistik lebih dari
dengan melihat nilai R-Square (Latan dan 1,64.
Ghozali, 2013: 77). Menurut Hair (2011)
dalam Latan dan Ghozali (2013: 85), nilai HASIL DAN PEMBAHASAN
R-Square 0,75 ,0,50 dan 0,25 dapat Evaluasi Model
disimpulkan bahwa model kuat, menengah Sebelum melangkah pada pengujian
atau moderate dan lemah. Sementara hipotesis, terlebih dahulu dilakukan evaluasi
menurut Chin (1998) dalam Latan dan model. Model evaluasi PLS dilakukan dengan
Ghozali (2013: 85) nilai R-Square 0,67 menilai outer model dan inner model (Ghozali
,0,33 dan 0,19 menunjukkan model kuat, dan Latan, 2012) Untuk validitas konvergen
moderate dan lemah. Dalam penelitian ini, dinilai dari loading factor >0,70 dan AVE serta
evaluasi model structural menggunakan communality >0,50. Menurut Chin (1998), Hair
rule of thumb yang dikemukakan oleh Hair et al. (2011), Hair et al. (2012) dalam Latan
(2011). dan Ghozali (2013: 81), terdapat tiga kriteria
didalam penggunaan teknik analisis data
Pengujian Hipotesis dengan SmartPLS untuk menilai outer model
Hipotesis dalam penelitian semuanya yaitu validitas konvergen (convergent validity),
merupakan hipotesis yang telah diberi arah (one validitas diskriminan (discriminant validity),
tail). Hartono dan Abdillah (2009:63) dan reliabilitas (reliability).
mengatakan bahwa hipotesis one tail signifikan

Gambar 4 Loading Factor Konstruk Berindikator Reflektif

Dari hasil output analisis yang ditampilkan nilai loading factor, evaluasi validitas
pada Gambar 5.1, dapat dilihat bahwa semua konvergen juga dapat dilihat melalui nilai
konstruk dengan indikator reflektif AVE. Dari hasil output analisis pada Tabel 5.1
menghasilkan nilai loading factor lebih besar dapat dilihat bahwa semua konstruk
dari 0,70 yang berarti bahwa semua indikator menghasilkan nilai AVE di atas 0,50 sehingga
konstruk adalah valid. Selain dengan melihat memenuhi validitas konvergen.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 56

Tabel 1 Nilai Average Variance Extracted (AVE)


Variabel AVE
DF 0.868
DP 0.706
IS 0.700
PED 1.000
Sumber Data Primer Diolah: 2016

Setelah menilai validitas konvergen dari nilai cross loading dari setiap variabel telah
konstruk dengan indikator berbentuk reflektif, memenuhi persyaratan, nilai cross loading
langkah selanjutnya adalah menilai validitas harus lebih besar dari 0,70, maka dapat
diskriminan. Hasil output analisis data yang disimpulkan bahwa data pada Tabel 5.3
disajikan pada Tabel 5.2 di bawah, mencerminkan adanya discriminant validity
mendapatkan nilai korelasi indikator terhadap yang baik.
konstruknya lebih tinggi dibandingkan nilai
korelasi indikator tersebut dengan konstruk
lainnya. Selain itu juga dapat dilihat bahwa

Tabel 2 Nilai Cross Loading


DF DP IS PED
DAK -0.57 0.95 -0.66 -0.69
DAU -0.25 0.71 -0.14 -0.29
PDRB Per Kapita 0.80 -0.64 0.71 1.00
PMA 0.80 -0.44 0.87 0.65
PMDN 0.54 -0.53 0.80 0.53
TBM 0.91 -0.37 0.61 0.64
TPAD 0.95 -0.61 0.87 0.84
Sumber Data Primer Diolah: 2016
Setelah menilai validitas konvergen yang konstruk dapat dikatakan reliabel atau telah
dilanjutkan dengan menilai validitas memenuhi uji reliabilitas.
diskriminan dari konstruk, langkah selanjutnya Nilai composite reliability yang dihasilkan
adalah menguji reliabilitas model pengukuran semua konstruk pada table 5.3 sangat baik
atau outer model dengan melihat nilai yaitu di atas 0,70 maka dapat disimpulkan
composite reliability. Nilai composite bahwa semua indikator adalah reliabel atau
reliability harus lebih besar dari 0,70 barulah konstruk telah memenuhi kriteria uji
reliabilitas.
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas

Composite
Reliability
DF 0.93
DP 0.82
IS 0.82
PED 1.00

Sumber Data Primer Diolah: 2016


Mengevaluasi Model Struktural (Inner Model)
Dalam mengevaluasi inner model, dimulai dengan melihat nilai R-Square untuk setiap variabel
laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari model structural (Latan dan Ghozali, 2013: 82).
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 57

Tabel 4 R-Square

Variabel
R Square
Endogen
PED 0.71
Sumber Data Primer Diolah: 2016
Hasil analisis data yang disajikan pada Pengujian Hipotesis
Tabel 5.4 di atas menunjukkan besarnya R- Peneliti menggunakan tiga variabel eksogen
Square adalah 0,71 sehingga dapat disimpulkan dan satu variabel endogen yang secara rinci
bahwa model kuat. Nilai R-Square 0,71 dapat terdiri atas Desentralisasi Fiskal (DF) sebagai
diartikan pula bahwa sebesar 71% varian dari variabel independen, Dana Perimbangan (DP)
variabel pertumbuhan ekonomi daerah (PED) dan Investasi Swasta (IS) sebagai variabel
dapat dijelaskan oleh variabel desentralisasi moderasi dan Pertumbuhan Ekonomi Daerah
fiskal (DF),dana perimbangan (DP) dan (PED) sebagai variabel dependen. Keempat
investasi swasta (IS), sementara sekitar 29% variabel tersebut memiliki indikator masing-
sisanya dijelaskan oleh variabel lain di luar masing. Model struktural hasil uji hipotesis
model. menggunakan teknik bootstrapping dapat
dilihat pada gambar 5.2 berikut ini:

Gambar 5 Diagram Jalur Hasil Uji Hipotesis (Bootstraping)

Koefisien path adalah koefisien yang hipotesis diterima jika nilai t statistik lebih besar
menunjukkan tingkat signifikansi dalam dari 1,64. Berdasarkan Tabel 5 dapat
pengujian hipotesis. Hipotesis yang dibangun disimpulkan bahwa hanya H1 yang diterima,
dalam penelitian ini menggunakan pengujian sedangkan sisanya ditolak. Berikut hasil path
hipotesis satu ekor (one tailed). Oleh karena itu, coefficients dapat dilihat pada Tabel 5
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 58

Tabel 5 Hasil Koefisien Jalur (Path Coeficients)

Sumber Data Primer Diolah: 2016


Pembahasan Hasil Penelitian dilakukan Setiyawati dan Hamzah (2007),
Hasil pengujian hipotesis pertama dalam Arifintar (2013), serta Hendriwiyanto (2014).
penelitian ini mendukung hipotesis satu yaitu, Interaksi dana perimbangan dan
desentralisasi fiskal berpengaruh positif desentralisasi fiskal tidak berpengaruh terhadap
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini pertumbuhan ekonomi daerah kemungkinan
ditunjukkan dari nilai koefisien jalur sebesar disebabkan oleh alokasi yang belum tepat
0.605 dengan nilai t-statistik 2.952 lebih sasaran. Sejalan dengan pendapat yang
besar dari nilai t Tabel 1,64 yang berarti disampaikan beberapa peneliti sebelumnya
berpengaruh positif dan signifikan. seperti Setiyawati dan Hamzah (2007),
Hasil pengujian empiris ini sekaligus Arifintar (2013), serta Hendriwiyanto (2014),
mendukung teori federalisme fiskal, bahwa alokasi dana perimbangan baik berupa DAU
pertumbuhan ekonomi dapat dipercepat maupun DAK, di lokasi ketiga peneliti tersebut
akselerasinya dengan jalan memberikan melakukan penelitian memang tidak tepat
otonomi/kewenangan kepada daerah dimana sasaran.
desentralisasi fiskal termasuk di dalamnya. Hasil pengujian hipotesis tiga yaitu investasi
Hasil penelitian ini juga mendukung/konsisten swasta memperkuat pengaruh positif
dengan hasil penelitian Iimi (2005), Malik desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan
(2006), Akai dkk (2007) serta Fadjar dan ekonomi daerah, menunjukkan nilai koefisien
Sembiring (2007). jalur sebesar 0.051 dengan nilai t-statistik
Hasil pengujian hipotesis dua yaitu dana sebesar 0.399 yang lebih kecil dari t-Tabel
perimbangan memperkuat pengaruh positif 1,64. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
desentralisasi fiskal pada pertumbuhan investasi swasta tidak berhasil memoderasi
ekonomi daerah menunjukkan nilai koefisien (memperkuat) pengaruh positif desentralisasi
jalur sebesar 0.044 dengan nilai t-statistik fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah.
sebesar 0.247. Nilai t statistik tersebut lebih Walaupun koefisien jalurnya menunjukan arah
kecil dari nilai t Tabel sebesar 1,64 atau dapat yang positif, namun karena tidak signifikan (t
dikatakan tidak berpengaruh. Walaupun statistik< t Tabel) maka hipotesis tiga tidak
koefisien jalurnya bertanda positif namun didukung atau ditolak. Hasil penelitian ini
secara statistik tidak signifikan maka hipotesis bertentangan dengan hasil penelitian yang
dua tidak didukung atau ditolak. Hal ini berarti diperoleh oleh Raharjo (2006) yang
dana perimbangan tidak memoderasi menemukan bahwa investasi swasta
(memperkuat) pengaruh desentralisasi fiskal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. ekonomi.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan Sebaliknya, hasil penelitian ini konsisten
hasil penelitian Sihite (2010), Prasetyono dengan hasil penelitian Tandiawan dkk (2012),
(2011) dan Prasetya (2011) yang serta Hukubun, Rotinsulu dan Niode (2012).
menyimpulkan bahwa, dana perimbangan baik Peneliti-peneliti tersebut mendapatkan
berupa DAU maupun DAK berpengaruh positif simpulan bahwa investasi swasta tidak
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi
tetapi hasil ini didukung oleh penelitian yang daerah di Sulawesi Utara.
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 59

Ketidakmampuan investasi swasta masih fluktuatif. Hal ini terbukti jika melihat
memoderasi (memperkuat) pengaruh perbandingan data realisasi investasi swasta
desentralisasi fiskal terhadap pertumbuhan (PDMN dan PMA) menurut lokasi tahun 2009
ekonomi daerah disebabkan oleh beberapa hal. dengan tahun 2013 yang disajikan pada Tabel
Pertama, nilai realisasi investasi swasta yang 5.7.

Tabel 6 Perbandingan Realisasi PMDN dan PMA Tahun 2009 dan 2013 (dalam miliar rupiah)

PMDN PMA
LOKASI
2009 2013 2009 2013
Badung 28.3 3,126.3 1,968.5 3,021.2
Denpasar 22.5 2,932.8 58.8 95.4
Tabanan - 108.9 3.6 331.9
Jembrana - 80.3 22.1 1.4
Buleleng - 201.7 6.4 60.5
Bangli - 21.3 2.3 0.1
Klungkung - 24.0 1.4 4.9
Gianyar - 1,134.5 28.4 95.9
Karangasem - 163.4 6.7 23.5

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali 2015

Penyebab yang kedua adalah, investasi daerah-daerah seperti Tabanan, Jembrana,


swasta di Provinsi Bali masih belum merata Buleleng, Bangli, Klungkung dan Karangasem
dan hanya terpusat di daerah-daerah yang yang total investasinya di bawah dua digit, akan
memiliki kapasitas fiskal memadai dan sangat sulit untuk mendapatkan tambahan
mempunyai obyek-obyek wisata andalan modal ataupun dana dari arus investasi yang
seperti Kabupaten Badung, Gianyar dan Kota kemudian digunakan untuk meningkatkan
Denpasar. Jika dilihat pada Tabel 5.8, pertumbuhan ekonomi daerahnya. Nilai
Kabupaten Badung pada tahun 2013 realisasi investasi swasta yang masih fluktuatif
menyumbang 53,79% total investasi bagi kemudian diperparah oleh fakta bahwa terjadi
Provinsi Bali, disusul Denpasar dengan 26,50% ketimpangan realisasi investasi swasta antar
dan Gianyar di tempat ketiga dengan 10,77%. daerah di Bali menjadi faktor penyebab
Jika dijumlahkan, ketiga daerah tersebut investasi swasta di Bali belum mampu
menyumbang sekitar 91% dari total investasi di memperkuat pengaruh desentralisasi fiskal
Provinsi Bali. Fenomena ini menggambarkan terhadap pertumbuhan ekonomi daerahnya.
bagaimana tidak meratanya arus investasi
swasta yang masuk di Provinsi Bali. Praktis,

Tabel 7 Total Investasi Swasta Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2013

Total Investasi
Lokasi Persentase
(dalam miliar Rupiah)
Badung 6.147,50 53,79%
Denpasar 3.028,22 26,50%
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 60

Tabanan 440,84 3,86%


Jembrana 81,66 0,71%
Buleleng 262,21 2,29%
Bangli 21,39 0,19%
Klungkung 28,89 0,25%
Gianyar 1.230,39 10,77%
Karangasem 186,98 1,64%
BALI 11.428,09 100%

Sumber: Badan Penanaman Modal dan Perizinan Provinsi Bali 2015

KESIMPULAN DAN SARAN dalam skema peningkatan pertumbuhan


Kesimpulan ekonomi daerah. Dana perimbangan dan
Beberapa simpulan yang dapat diambil investasi swasta masih tetap diperlukan bagi
berdasarkan hasil uji hipotesis yang telah daerah, karena jika dilihat nilai R-Square yang
dilakukan dalam penelitian ini antara lain: ditunjukan cukup besar yaitu 0,71 (71%) atau
Pertama, desentralisasi fiskal berpengaruh tergolong dalam model yang kuat. Nilai R-
positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Square sebesar 71% memiliki arti bahwa dana
Hasil penelitian ini konsisten dengan Iimi perimbangan dan investasi swasta serta
(2005), Malik dkk (2006), Akai dkk (2007) desentralisasi fiskal dapat menjelaskan varian
serta Fadjar dan Sembiring (2007) sekaligus pertumbuhan ekonomi daerah, sementara 29%
mendukung teori federalisme fiskal yaitu sisanya di pengaruhi oleh variabel lain di luar
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah model. Ini berarti pemerintah masih harus
dapat dicapai dengan cara desentralisasi yang memasukan dana perimbangan dan investasi
salah satunya berbentuk desentralisasi fiskal. swasta dalam skema peningkatan pertumbuhan
Kedua, dana perimbangan memperlemah ekonomi daerah.
pengaruh desentralisasi fiskal terhadap
pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini salah Keterbatasan dan Saran
satunya disebabkan ketidaktepatan alokasi dana Penelitian ini mempunyai beberapa
perimbangan yang dilakukan oleh pemerintah keterbatasan antara lain: pertama, peneliti
daerah di Provinsi Bali. Alokasi dana kesulitan untuk memperoleh data terbaru (up to
perimbangan baik berupa DAU maupun DAK date) khususnya untuk pertumbuhan ekonomi
lebih banyak dihabiskan pada porsi belanja daerah dengan indikator PDRB per kapita. Data
rutin dan proyek-proyek yang tidak memacu terakhir yang peneliti berhasil peroleh di BPS
peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah. adalah data tahun 2013. Sementara untuk data
Ketiga, investasi swasta tidak memoderasi PDRB per kapita tahun 2014 hanya tersedia
pengaruh desentralisasi fiskal terhadap sampai semester pertama dimana data tersebut
pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai realisasi masih bersifat estimasi dan belum final,
investasi swasta yang masih fluktuatif di sementara data tahun 2015 masih belum
beberapa daerah di Provinsi Bali merupakan tersedia di BPS Provinsi Bali. Karena peneliti
salah satu penyebab investasi swasta tidak juga dibatasi oleh waktu yang tidak
memoderasi pengaruh desentralisasi fiskal memungkinkan peneliti untuk menunggu lebih
terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di lama untuk data PDRB per kapita terbaru yang
Provinsi Bali. Selain itu, ketidakmerataan arus telah bersifat final. Penelitian selanjutnya
investasi di Provinsi Bali menjadi penyebab disarankan menggunakan data terbaru yaitu
lain atas ketidakmampuan investasi swasta tahun 2014 dan 2015 sehingga lebih
dalam memperkuat pengaruh desentralisasi mencerminkan kondisi kekinian.
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah. Saran bagi pemerintah daerah Provinsi Bali,
Keempat, walaupun dana perimbangan dan hendaknya pemerintah daerah Provinsi Bali
investasi swasta tidak memoderasi meningkatkan kinerja keuangan daerah
(memperkuat) pengaruh positif desentralisasi terutama yang menjadi tolak ukur keberhasilan
fiskal terhadap pertumbuhan ekonomi daerah di desentralisasi fiskal Pemerintah Provinsi Bali
Bali, hal tersebut tidak lantas menjadikan hendaknya menetapkan capaian PAD sesuai
keduanya sebagai sesuatu yang tidak penting
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 61

potensi riil yang dimiliki oleh Provinsi Bali Ketimpangan Pendapatan Daerah Di
bukan berdasarkan tingkat kemudahan untuk Indonesia Setelah Desentralisasi Fiskal.
mencapainya. Terkait belanja daerah, Wibiz Economic Research Centre.
pemerintah Provinsi Bali sebaiknya Ghozali, Imam dan Hengky Latan. 2012.
mengalokasikan lebih banyak pada porsi Partial Least Squares : Konsep, Teknik
belanja modal terutama pada belanja dan Aplikasi Menggunakan Program
infrastruktur yang telah terbukti berdasarkan SmartPLS 2.0 M3. Badan Penerbit
hasil penelitian ini memberikan dampak pada Universitas Diponegoro, Semarang. Jawa
pertumbuhan ekonomi daerah. Tengah.
Pemerintah pusat sebaiknya memberikan Halim, Abdul. 2002. Analisis Diskripsi
kriteria pengalokasian DAU walaupun tidak Pengaruh Fiskal Stress pada APBD
sama persis seperti kriteria pada alokasi DAK Pemerintah Kabupaten dan Kota di Jawa
(sepenuhnya ditentukan pusat), agar Tengah. KOMPAK STIE: 127-146.
pengalokasian DAU tidak hanya habis untuk Yogyakarta.
membiayai belanja konsumsi pemerintah Hartono, J. dan W. Abdillah. 2009. Konsep dan
daerah seperti belanja gaji pegawai, melainkan Aplikasi PLS (Partial Least Square)
dapat digunakan untuk membiayai belanja Untuk Penelitian Empiris. Andi.
modal. Yogyakarta.
Saran terkait investasi swasta untuk Hidayat, Paidi dan Sirojuzilan. 2006. Kajian
pemerintah daerah hendaknya mulai membuat Tentang Keuangan Daerah Kota Medan
pengaturan mengenai penguatan kelembagaan Era Otonomi Daerah Periode 2001-
yang mendukung pelaksanaan hukum investasi. 2005. Jurnal Perencanaan dan
Pemerintah pusat maupun daerah juga pengembangan Wilayah,Vol 2,No.1
sebaiknya memberikan kemudahan yang paling Agustus
mendasar atas pelayanan yang ditujukan pada Hidayat, Syarif. 2005. Too Much Too Soon ;
para investor baik asing maupun lokal, meliputi Local States Elite’s Perspective on The
perijinan investasi, imigrasi, kepabeanan, Puzzle Of Contemporary Indonesian
perpajakan dan pertahanan wilayah juga. Regional Autonomy Policy. Rajawali
Pemerintah daerah Provinsi Bali sebaiknya Pers. Jakarta
mulai melakukan pemerataan arus investasi Hukubun, Mefi, Debby Rotinsulu dan Audie
yang masuk ke Bali Niode. 2012. Pengaruh Investasi
Untuk mewujudkan pemerataan investasi, Pemerintah dan Investasi Swasta
maka pemerintah daerah hendaknya mulai Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan
merevitalisasi dan menambah sarana dan Dampaknya Terhadap Tenaga Kerja
prasarana penunjang seperti infrastruktur jalan Propinsi Sulawesi Utara Tahun 2002-
dan transportasi di kabupaten/kota yang 2012. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan
sebelumnya tidak dilirik investor, agar investor Bisnis, Jurusan Ekonomi Pembangunan
tertarik untuk berinvestasi di daerah tersebut. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Terakhir, pemerintah Provinsi Bali harus Husnatarina, F dan Nor, W. 2007. Pengaruh
mulai berani mengevaluasi kinerja jajarannya keterlibatan Pekerjaan dan Budget
terutama yang berkaitan dengan penanaman Imphasis dalam Hubungan atara
modal pihak swasta baik dalam negeri Partisipasi Anggaran dengan Senjangan
(PMDN), menghilangkan segala bentuk Anggaran. The 1st Accounting
ketidakefisienan dan menindak tegas oknum- Conference Faculty of Economic
oknum yang menghambat proses masuknya Universitas Indonesia, Depok:1-25. 7-9
investasi ke Bali. November.
Iimi, Atsushi, 2005. Decentralization and
DAFTAR PUSTAKA Economic Growth Revisited: An
Akai, Nobuo, Yukihiro Nishimura, Masayo Empirical Note. Journal of Urban
Sakata. 2007. Complementarity, Fiscal Economics 57.
Decentralization and Economic Growth, Jhingan, ML. 2004. Ekonomi Perencanaan dan
Economics of Governance. Heidelberg: Pembangunan. Rajawali Pers. Jakarta
Sep 2007. Vol. 8, Iss. 4; p. 339. Khusaini, Muhammad Dr. 2006. Ekonomi
Fadjar A. D dan Britany Alasen Sembiring. Publik: Desentralisasi Fiskal dan
2007. Efektifitas Faktor Input dan
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 62

Pembangunan Daerah. BPFE Pengaruh_PAD_dan_dana_perimbangan


Universitas Brawijaya. Malang. _terhadap_Pertumbuhan_Ekonomi_Regi
Litvack, Jennie. 1999. Decentralization. World onal. Diakses Tanggal 28 November
Bank. Washington DC. 2015.
Malik, Shahnawaz. 2006. Fiscal Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh
Decentralisation and Economic Growth Investasi, Tenaga Kerja, Dan
in Pakistan. The Pakistan Development Pengeluaran Pemerintah Terhadap
Review, 45: 4 part ii (Winter 2006). Pertumbuhan Ekonomi Di Propinsi Jawa
Mankiw, N. Gregory. 2003. Teori Makro Tengah. Tesis, Program Pascasarjana
Ekonomi. Erlangga. Jakarta. Universitas Diponegoro. Jawa Tengah.
Mardiasmo.2009. Akuntansi Sektor Publik. Setyawati, Anis.,dan Ardi Hamzah. 2007.
Yogyakarta: ANDI. Analisis PAD, DAU, DAK, dan Belanja
Najiah, Laeni. 2013. Analisis Pengaruh Pembangunan terhadap Pertumbuhan
Pendapatan Asli Daerah, Dana Ekonomi, Pengangguran, dan
Perimbangan, dan Tingkat Partisipasi Kemiskinan: Pendekatan Analisis Jalur.
Angkatan Kerja Terhadap PDRB di Kota Jurnal Akuntan dan Keuangan
Depok Periode 2001-2010. UIN Syarif Indonesia, Vol. 4, No. 2, Tahun 2007,
Hidayatullah; Jakarta. hal. 211-228.
Oates, W.E. 1972. Fiscal Decentralization and Sihite, Friska. 2010. Pengaruh Pendapatan Asli
Economic Development. National Tax Daerah, Dana Alokasi Umum, Dana
Journal 46. Alokasi Khusus, dan Belanja Modal
Philip,Kerk dan Gary M. Woller. 1997. Fiscal terhadap pertumbuhan Ekonomi (Studi
Decentralization and LDC Economic Kasus Kabupaten/Kota Provinsi
Growth (An Empirical Investigation). Sumatera 2004-2007).
The Journal of Development Studies, Situngkir,Freddy, Sirojuzilam, Erlina, Agus
Vol.34 No.4, April Suriyadi.2014. Pengaruh Desentralisasi
Prasetyono, Pipin. 2011. Analisis Pengaruh Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Dana Perimbangan dan Pad Terhadap Di Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Pertumbuhan Ekonomi Daerah (Studi Ekonomi Vol.17 No.3 Juli 2014.
Kasus Seluruh Kabupaten/Kota di Pulau Solihin, Mahfud., Dwi Ratmono. 2013. Analisis
Jawa Tahun 2001-2009). SEM-PLS dengan WarpPLS
Presetya, Wawan. 2011. Analisis Pengaruh 3.0.Yogyakarta: ANDI.
Pendapatan Asli Daerah, Dana Suaryana. 2010. Pengaruh Moderasi
Perimbangan Dan Belanja Modal Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Pemerintah Daerah Terhadap Terhadap Kemandirian Keuangan
Pertumbuhan Ekonomi (Studi Kasus Daerah, Keserasian Belanja Daerah,
Kabupaten/Kota Se-Jawa Bali Tahun dan Kemampuan Ekonomi Daerah
2006-2009). Kabupaten/Kota di Provinsi Bali. Riset.
Raharjo, Adi. 2006. Pengaruh Pengeluaran Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Pemerintah, Investasi Swasta Dan Akuntansi Universitas Udayana.
Angkatan Kerja Terhadap Pertumbuhan Denpasar.
Ekonomi Tahun 1982-2003. Skripsi. Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio Dan
Universitas Diponegoro. Semarang. Investasi Teori Dan Aplikasi, Edisi
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. Pertama. KANISIUS: Yogyakarta.
32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Tandiawan, Elvandry, Amran Naukoko dan
Daerah. Patrick Wauran. 2012. Pengaruh
Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. Investasi Swasta dan Belanja
33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Pemerintah Terhadap Pertumbuhan
Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah. Ekonomi dan Dampaknya Terhadap
Riska, A. A. I., Ahmidati, F. N., Lolowang, N. Kesempatan Kerja di Kota Manado
H., dan Anggraini, R. M. 2014. Pengaruh Tahun 2001-2012. Skripsi. Fakultas
Pendapatan Asli Daerah dan Dana Ekonomi dan Bisnis Ekonomi
Perimbangan Terhadap Belanja Pembangunan Universitas Sam
Langsung Daerah Tahun 2008- Ratulangi. Manado.
2012.http://www.academia.edu/8095829/
Jurnal Bisnis dan Manajemen Vol. 3 No.2, Juni 2016 63

Wijaya, HAW. 2005. Penyelenggaraan Indonesia. PT Raja Grafindo Persada.


Otonomi di Indonesia. PT Raja Jakarta.
Grafindo Persada. Jakarta. Zhang Tao dan Zou Heng Fu. 1998. Fiscal
Winardi. 1992. Kamus Ekonomi. Mandan Decentralization. Public Spending and
Maju. Bandung. Economic Growth in China. Journal of
Yani, Ahmad. 2002. Hubungan Keuangan Public Expenditure 67, 221 240.
antara Pemerintah Pusat dan Daerah di

Anda mungkin juga menyukai