Anda di halaman 1dari 43

1

Pengertian Aset Tetap (PSAK 16)


◦ Definisi à Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau
penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan
kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif;
dan
2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu
periode.

§ Ciri
► “Digunakan dalam operasi”
dan tdk utk dijual kembali.
► Bersifat Jangka panjang dan
biasanya disusutkan
► Memiliki wujud.
2
Komponen Biaya Perolehan Aset
◦ Harga perolehan
Termasuk bea impor dan pajak pembelian yang
tidak boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon
pembelian dan potongan-potongan lain.
◦ Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung.
◦ Estimasi awal biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Nilai Perolehan, PPN, dan PPnBM

Pembayaran atas
Perolehan Aset

Komponen yang Komponen Tak


Komponen yang
Dikapitalisasi atau dikapitalisasi dan
Dikapitalisasi
Dibebankan Tak Dibebankan

PPN
Biaya Pajak PPN
Biaya Masukan
Pendukung Lain Masukan
Pokok PPnBM yang tidak
(Instalasi, (Bea yang dapat
Aset dapat
Angkutan) Masuk) dikreditkan.
dikreditkan.

4
Komponen Dismantling Cost

Reklamasi untuk
usaha
pertambangan.

Dismantling cost
yang dapat
dikapitalisasi.
Penutupan dan
pemeliharaan Reforestasi untuk
tempat usaha
pengolahan kehutanan.
limbah .
5
Pengeluaran yang Tidak Boleh Dibebankan Sekaligus
Pasal 9 Ayat (2) UU PPh

Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih,


dan memelihara penghasilan yang mempunyai
masa manfaat lebih dari satu tahun.

Dikapitalisasi saat pengeluaran, untuk kemudian


dibebankan melalui penyusutan atau
amortisasi.

6
Penyusutan Aset Tetap
◦ Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang
dapat disusutkan dari suatu aset selama umur
manfaatnya.
◦ Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berwujud
dengan syarat aset tetap berwujud tersebut:
1. Diharapkan digunakan selama lebih dari satu
periode akuntansi;
2. Memiliki suatu masa manfaat yang terbatas; dan
3. Ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan
dalam produksi atau memasok barang dan jasa
untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Penyusutan dan Amortisasi Aset
Pasal 11 Ayat (1), (2), dan (7); serta Pasal 11A Ayat (1) UU PPh

Bangunan Metode Garis Lurus (Straight


Line)

Metode Garis Lurus (Straight


Line)
Aset Tetap Berwujud
Selain Bangunan dan
Aset Tak Berwujud
Metode Saldo Menurun
Berganda (Double Declining)
dengan penyusutan sekaligus
di periode terakhir (close
ended). 8
Saat Mulainya Penyusutan dan Amortisasi
Pasal 11 Ayat (3), (4), dan (5); serta Pasal 11A Ayat (2) UU PPh

Ketentuan umum

• Saat dilakukan pengeluaran terkait perolehan aset.

Bagi aset tetap berwujud yang dalam


proses pembangunan atau pengerjaan.
• Saat bulan selesainya pengerjaan.

Bagi aset tetap berwujud yang telah


dimintakan persetujuan Dirjen Pajak.
• Saat aset mulai dipergunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan.

9
Tarif Penyusutan dan Amortisasi
Pasal 11 Ayat (6), dan (7); serta Pasal 11A Ayat (2) UU PPh
Kelompok Aset Masa Tarif Penyusutan Tarif Penyusutan
Manfaat (Metode Garis (Metode Saldo
Lurus) Menurun Berganda)

Aset Berwujud Selain


Bangunan dan Aset
Tak Berwujud

Kelompok I 4 Tahun 25% 50%

Kelompok II 8 Tahun 12,5% 25%

Kelompok III 16 Tahun 6,25% 12,5%

Kelompok IV 20 Tahun 5% 10%

Bangunan

Non Permanen 10 Tahun 10% -

Permanen 20 Tahun 5% -
10
UPDATE UU HPP
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi A)
Di awal tahun 2023, PT ABC mulai mempersiapkan
rekonsiliasi untuk pelaporan SPT, dengan informasi terkait aset
sebagai berikut.
No. Aset Tanggal Nilai Nilai Sisa Usia Kategori
Perolehan Perolehan Akuntansi Fiskal

1. Truk Mei 2017 500.000.000 50.000.000 6 I

2. Jeep April 2021 325.000.000 25.000.000 5 II

3. Mesin Juli 2022 665.000.000 35.000.000 8 I

4. Gedung Juni 2007 815.000.000 15.000.000 25 -

Metode penyusutan garis lurus dipergunakan pada truk dan


gedung, jumlah angka tahun pada jeep, serta saldo menurun
berganda pada mesin. Jika secara akuntansi laba bersih
perusahaan di tahun 2022 tercatat Rp565.000.000,00, berapakah
Penghasilan Kena Pajak yang seharusnya dilaporkan dalam SPT?
12
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi A)
Beban depresiasi menurut akuntansi:

Metode Dasar Penyusutan


Penyusutan Tarif penyusutan 2022
Aset Akuntansi Akuntansi Akuntansi (Akuntansi)
Truk Garis lurus 17% 450.000.000 75.000.000
Jeep Jumlah angka tahun 40% 300.000.000 85.000.000
Mesin Saldo menurun 25% 665.000.000 83.125.000
Gedung Garis lurus 4% 800.000.000 32.000.000
Total Beban Penyusutan Akuntansi tahun 2022 275.125.000

13
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi A)
Beban depresiasi menurut fiskal:
Masa Metode Dasar
Manfaat Penyusutan Tarif penyusutan Tahun 2022
Aset (Fiskal) Fiskal fiskal Fiskal (Fiskal)
Truk 4 Garis lurus 25% 0 -
Jeep 8 Garis lurus 12,5% 325.000.000 40.625.000
Mesin 4 Saldo menurun 50% 665.000.000 166.250.000
Gedung 25 Garis lurus 4% 815.000.000 32.600.000
Total Beban Penyusutan Fiskal tahun 2022 239.475.000

Laba fiskal = 565.000.000 – (239.475.000 – 275.125.000)


= Rp 600.650.000,00

14
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi B)
PT XYZ yang tengah mengalami kesulitan likuiditas melakukan
pelepasan berbagai aset di akhir tahun, sebagai berikut.

No. Aset Nilai Akumulasi Akumulasi Harga Jual


Perolehan Depresiasi Depresiasi
Akuntansi Fiskal

1. Mesin 350.000.000 250.000.000 175.000.000 125.000.000


2. Kendaraan 285.000.000 55.000.000 105.000.000 190.000.000
3. Tanah 875.000.000 - - 800.000.000
4. Gedung 635.000.000 315.000.000 555.000.000 300.000.000

Perusahaan mencatatakan laba bersih selain keuntungan atau


kerugian pelepasan aset sebesar Rp125.000.000,00. Berapakah
total beban pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan?

15
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi B)
Jawaban:

Keuntungan/kerugian pelepasan aset menurut ketentuan fiskal:

Ak.
Depresiasi Nilai Buku Keuntungan/
Aset Perolehan Fiskal Fiskal Harga Jual Kerugian
Mesin 350.000.000 175.000.000 175.000.000 125.000.000 -50.000.000
Kendaraan 285.000.000 105.000.000 180.000.000 190.000.000 10.000.000
Tanah 875.000.000 - 875.000.000 800.000.000 Objek PPh final
Gedung 635.000.000 555.000.000 80.000.000 300.000.000 Objek PPh final

16
Ilustrasi
(Rekonsiliasi Depresiasi B)
Laba bersih sebelum pelepasan aset 125.000.000
Keuntungan pelepasan kendaraan 10.000.000
Kerugian pelepasan mesin (50.000.000)

Penghasilan kena pajak 85.000.000


PPh badan (22%) 18.700.000

PPh final = 2,5% x (800.000.000 + 300.000.000)


= 2,5% x 1.100.000.000
= 27.500.000
Total beban pajak= 18.700.000 + 27.500.000
= 46.200.000

17
Ketentuan Khusus Atas Penyusutan
q Penyusutan tidak boleh dilakukan atas aset yang tidak
dipergunakan untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan. Atas aset ini, keuntungan
pengalihannya merupakan objek pajak, akan tetapi
kerugian pengalihannya tidak dapat dibebankan
sebagai biaya.
q Aset berupa tanah tidak dikenai penyusutan.
q Atas aset yang dilakukan revaluasi, maka paska
revaluasi dilakukan perubahan beban penyusutan sesuai
dengan nilai hasil revaluasi.
q Penyusutan aset bagi sektor industri tertentu dapat
dikenai ketentuan berbeda, diantaranya dapat
diberikan fasilitas percepatan pengakuan beban
penyusutan, diatur oleh ketentuan Menkeu. 18
Aset Diperuntukkan Bagi Pemangku Jabatan

Biaya perolehan aset yang diperuntukkan bagi


pemangku jabatan, seperti manajer atau direktur,
dapat dikapitalisasi sesuai nilai perolehan.

Atas aset yang telah dikapitalisasi tersebut, segala


bentuk biaya penyusutan, pemeliharaan, perbaikan,
operasional, dan asuransi, hanya dapat dibebankan
sebesar 50% saja.

19
Pengalihan Umum Aset Tetap
Pasal 11 Ayat (8), dan (9); serta Pasal 11A Ayat (7) UU PPh

Nilai sisa buku diakui sebagai kerugian,


dan nilai penjualan atau nilai
penggantian asuransi diakui sebagai
penghasilan.

Atas pengalihan yang bersifat


umum.

Jika nilai penggantian asuransi baru


diketahui di masa mendatang, maka
pencatatan kerugian dan penghasilan
dapat dilakukan di masa mendatang,
berdasar izin Dirjen Pajak.

20
Pengalihan Khusus Aset Tetap
Pasal 11 Ayat (10); serta Pasal 11A Ayat (8) UU PPh

Pengalihan dalam bentuk


sumbangan keagamaan
yang bersifat wajib kepada
lembaga yang dibentuk
atau disahkan pemerintah;
atau hibah kepada Nilai sisa buku tidak diakui
keluarga dalam garis sebagai kerugian oleh pihak
keturunan lurus satu derajat, yang melakukan pengalihan.
badan keagamaan, badan
pendidikan, badan sosial
sesuai ketentuan Menkeu.

Atas warisan.

21
Nilai Perolehan atau Pengalihan Aset (1)
Pasal 10 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UU PPh

Berlaku nilai sesuai nilai wajar/ harga pasar untuk:


• Perolehan yang dipengaruhi hubungan istimewa.
• Tukar menukar harta.
• Perolehan dalam rangka likuidasi, penggabungan,
peleburan, pemekaran, pemecahan, atau
pengambilalihan usaha, kecuali ditentukan lain oleh
Menkeu.
• Pengalihan selain dalam bentuk sumbangan
keagamaan yang bersifat wajib kepada lembaga
yang dibentuk atau disahkan pemerintah; atau hibah
kepada keluarga dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan,
badan sosial sesuai ketentuan Menkeu.
• Pengalihan sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal.
22
Nilai Perolehan atau Pengalihan Aset (2)
Pasal 10 Ayat (1), (2), (3), (4), (5), dan (6) UU PPh

Berlaku nilai sesuai nilai sisa buku dari pihak yang melakukan
pengalihan atau nilai yang ditetapkan Dirjen Pajak, untuk:

• Pengalihan dalam bentuk sumbangan keagamaan


yang bersifat wajib kepada lembaga yang dibentuk
atau disahkan pemerintah; atau hibah kepada
keluarga dalam garis keturunan lurus satu derajat,
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial
sesuai ketentuan Menkeu.
• Warisan.

Berlaku nilai perolehan yang dilhitung secara rata – rata


(Average) atau dengan cara mendahulukan persediaan yang
diperoleh pertama (FIFO), untuk:

• Perolehan persediaan dan penghitungan harga


pokok penjualan.

23
Ilustrasi
(Nilai Pengalihan)

PT. A, PT. B, dan PT. C terlibat dalam transaksi


pengalihan aset di tahun 2022. Berikut
merupakan informasi terkait harta yang dimiliki
oleh ketiga PT.

Keterangan Bus H Bus I Bus J


Nilai Buku (Rp) 650.000.000 725.000.000 550.000.000
Akumulasi 300.000.000 325.000.000 200.000.000
Depresiasi (Rp)
Nilai Wajar (Rp) 425.000.000 375.000.000 425.000.000
Pemilik PT. A PT. B PT. C
24
Ilustrasi
(Nilai Pengalihan)
Bagaimakah penentuan nilai perolehan atau pengalihan,
serta pengakuan keuntungan atau kerugian yang dilakukan
untuk setiap transaksi berikut?
a. Bus H dipertukarkan dengan Bus J.
b. Bus I dijual kepada PT. A dengan nilai kontrak
Rp325.000.000,00 akibat hubungan istimewa.
c. Bus H dan I dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik.
d. Bus H dan I dialihkan akibat penggabungan PT. pemilik
yang diakui Menkeu memenuhi unsur pooling of interest.
e. Bus J dialihkan kepada PT. B sebagai bentuk penyertaan
modal atas 5.000 lot saham dengan nominal Rp400,00
per lembar.
f. Bus J dihibahkan kepada badan sosial yang diakui
Kemenkeu.

25
Ilustrasi
(Nilai Pengalihan)

Jawaban:
a. Bus H dipertukarkan dengan Bus J
Harga Perolehan = Keuntungan/
Aset Nilai Wajar Nilai Sisa Buku kerugian Keterangan
Bus H 425.000.000 350.000.000 75.000.000 Diakui PT C
Bus J 425.000.000 350.000.000 75.000.000 Diakui PT A

b. Bus I dijual kepada PT A --> ada hubungan istimewa


Harga Perolehan = Keuntungan/
Aset Nilai Wajar Nilai Sisa Buku kerugian Keterangan
Bus I 375.000.000 400.000.000 -25.000.000 Diakui PT B
PT A mengakui keuntungan Rp50.000.000 (karena membeli Bus dengan nilai wajar Rp375jt
seharga Rp325jt)

c. Bus H dan I dialihkan akibat penggabungan pemilik


Harga Perolehan = Keuntungan/
Aset Nilai Wajar Nilai Sisa Buku kerugian Keterangan
Bus H 425.000.000 350.000.000 75.000.000 Diakui PT C
Bus I 375.000.000 400.000.000 -25.000.000 Diakui PT B 26
Ilustrasi
(Nilai Pengalihan)

Jawaban:

d. Bus H dan I dialihkan akibat penggabungan pemilik --> memenuhi pooling of interest
Harga Perolehan = Keuntungan/
Aset Nilai Sisa Buku Nilai Sisa Buku kerugian
Bus H 350.000.000 350.000.000 0
Bus I 400.000.000 400.000.000 0

e. Bus J dialihkan kepada PT B sebagai bentuk penyertaan modal


Harga Perolehan = Keuntungan/
Aset Nilai Wajar Nilai Sisa Buku kerugian Keterangan
Bus J 425.000.000 350.000.000 75.000.000 Diakui PT C
PT. B mencatat nilai Share Capital senilai:
5.000 lot x 100 lembar x Rp400 = Rp200.000.000,00

PT. B mencatat nilai Share Premium senilai:


Rp425.000.000 – Rp200.000.000 = Rp 225.000.000,00
27
Ilustrasi
(Nilai Pengalihan)
Jawaban:
f. Nilai perolehan dicatat badan sosial = Nilai Sisa Buku
= 550.000.000 – 200.000.000
= Rp 350.000.000,00

PT. C tidak mengakui keuntungan/kerugian.

28
Ketentuan Khusus Atas Amortisasi
Pasal 11A Ayat (3), (4), (5), dan (6) UU PPh

q Pengeluaran untuk biaya pendirian dan biaya perluasan modal


dapat dibebankan sekaligus atau diamortisasi.
q Pengeluaran sebelum operasi komersial bermasa manfaat
melebihi 1 tahun dapat dikapitalisasi dan diamortisasi.
q Pengeluaran untuk perolehan hak atau pengeluaran lain di
bidang penambangan minyak dan gas bumi diamortisasi
dengan metode satuan produksi.
q Pengeluaran untuk perolehan hak penambangan selain minyak
dan gas bumi, hak pengusahaan hutan, serta hak pengusahaan
sumber alam dan hasil alam diamortisasi dengan metode satuan
produksi, dengan tarif maksimal 20% per tahun.
q Pengeluaran di bidang usaha kehutanan, perkebunan tanaman
keras, dan peternakan diamortisasi sejak dilakuannya
pengeluaran atau sejak bulan produksi komersial (PMK No. 248/
PMK. 03/ 2008). 29
UPDATE UU HPP
Ilustrasi
(Amortisasi Hak Penambangan Migas)

PT. Y memiliki hak penambangan minyak bumi di Blok


Arun dengan izin operasi legal selama 25 tahun.
Perusahaan mengekspektasikan bahwa Blok Arun akan
dapat menghasilkan 275.000.000 barel minyak bumi.
Berikut merupakan informasi volume minyak bumi yang
diekstraksi sepanjang empat tahun pertama operasi
kilang.
Tahun 2017 20.000.000 barel
Tahun 2018 25.000.000 barel
Tahun 2019 40.000.000 barel
Tahun 2020 27.500.000 barel
Nilai keseluruhan hak penambangan adalah
Rp1.650.000.000,00. Berapakah beban amortisasi yang
harus diakui PT. Y setiap tahunnya? 31
Ilustrasi
(Amortisasi Hak Penambangan Migas)
Jawaban :
!"."""."""
Amortisasi tahun 2017 = !$%.""".""" 𝑥 1.650.000.000
= Rp 120.000.000,00

!%."""."""
Amortisasi tahun 2018 = !$%.""".""" 𝑥 1.650.000.000
= Rp 150.000.000,00

&"."""."""
Amortisasi tahun 2019 = 𝑥 1.650.000.000
!$%."""."""
= Rp 240.000.000,00

!$.%""."""
Amortisasi tahun 2020 = !$%."""."""
𝑥 1.650.000.000
= Rp 165.000.000,00
32
Ilustrasi
(Amortisasi Hak Pengusahaan Hutan)
PT. M memiliki hak pengusahaan hutan jati di pesisir Utara Jawa
dengan izin operasi legal selama 10 tahun. Pepohonan jati di
hutan tersebut memiliki usia beragam, dan perusahaan
mengekspektasikan bahwa 130.000.000 meter kubik kayu
gelondongan akan dapat dihasilkan sepanjang pengelolaan.
Berikut merupakan informasi volume kayu jati yang ditebang
sepanjang dua tahun pertama operasi perusahan.

Tahun 2019 22.750.000 meter kubik


Tahun 2020 27.500.000 meter kubik

Nilai keseluruhan hak pengusahaan hutan adalah


Rp3.250.000.000,00. Di awal tahun 2021, PT. M mengalihkan hak
tersebut kepada perusahaan lain dengan nilai kontrak
Rp2.100.000.000,00. Berapakah keuntungan atau kerugian yang
harus diakui oleh PT. M atas pengalihan tersebut sesuai ketentuan
perpajakan? 33
Ilustrasi
(Amortisasi Hak Pengusahaan Hutan)
Jawaban :
!!.#$%.%%%
Tarif amortisasi tahun 2019 = = 17,5%
&'%.%%%.%%%
Amortisasi tahun 2019 = 17,5% x 3.250.000.000
= Rp 568.750.000,00
!#.$%%.%%%
Tarif amortisasi tahun 2020 = = 21,15%
&'%.%%%.%%%
Batas maksimum tarif amortisasi adalah 20% per tahun.
Amortisasi tahun 2020 = 20% x 3.250.000.000
= Rp 650.000.000,00
Nilai Buku Netto Aset = 3.250.000.000- 568.750.000- 650.000.000
= Rp 2.031.250.000,00

PT. M mengakui nilai pengalihan Rp2.100.000.000,00 sebagai


keuntungan dan mengakui nilai sisa buku Rp2.031.250.000,00
sebagai kerugian.

34
Penilaian Kembali Aset Tetap
Pasal 19 UU PPh dan PMK No. 79 Tahun 2008

Revaluasi dilaksanakan untuk dapat memberikan penyajian laporan keuangan yang


reliabel, sesuai dengan kondisi nilai wajar atas aset perusahaan.

Atas revaluasi dikenakan tarif pajak sebesar 10% dan bersifat final.
Dasar Pengenaan Pajak = Nilai Hasil Revaluasi – Nilai Sisa Buku Fiskal
Pajak terutang tersebut dapat diangsur hingga maksimal 12 bulan.

Persyaratan khusus untuk revaluasi aset meliputi diperolehnya izin Menteri Keuangan,
dipergunakannya jasa penilai (appraisal) yang memiliki kompetensi di bidangnya, serta
dilaksanakan paling cepat setiap 5 tahun sekali.
35
Pembatasan Pengalihan Aset Dikenai Revaluasi
PMK No. 79 Tahun 2008

Aset tetap yang telah dikenai revaluasi fiskal tidak


diperbolehkan untuk dialihkan hingga jangka 10 tahun
setelah revaluasi. Pengecualian dapat diberikan atas
situasi pengalihan berikut:
• Pengalihan yang bersifat force majeur, seperti akibat
kebijakan pemerintah atau keputusan pengadilan.
• Pengalihan dalam rangka penggabungan, peleburan,
atau pemekaran usaha.
• Penarikan aset dari penggunaan akibat kerusakan
berat yang tidak dapat diperbaiki.

Sanksi atas pelanggaran adalah pengenaan tambahan


pajak bersifat final dengan tarif 15%.

36
Perbedaan Pajak dan Akuntansi

Undang-
PSAK
Undang

AKUNTANSI PAJAK

PERBEDAAN

Permanen Temporer
BOOK TAX GAP/
DFFERENCE –
Tax Planning atau
Tax Avoidance Pajak Tangguhan:
§ Aset / Liabilitas
§ Beban/Pendapatan

37
Definisi

◦ Aset pajak tangguhan: jumlah pajak penghasilan Laba Pajak >


yang dapat dipulihkan pada periode masa depan Laba Akuntansi
sebagai akibat adanya:
a) perbedaan temporer yang boleh dikurangkan; Net Aset fiskal >
Net Aset Akuntansi
b) akumulasi rugi pajak belum dikompensasi; dan
c) akumulasi kredit pajak belum dimanfaatkan, dalam
hal peraturan perpajakan mengizinkan.

◦ Liabilitas pajak tangguhan: jumlah pajak penghasilan


terutang pada periode masa depan sebagai akibat
adanya perbedaan temporer kena pajak. Laba Pajak <
Laba Akuntansi
Net Aset fiskal < Net
Aset Akuntansi

38
ILUSTRASI

◦ Entitas A membeli mesin senilai 10.000 2/1/X1. Mesin menurut akuntansi


didepresiasikan selama 5 tahun, tanpa nilai sisa.
◦ Untuk tujuan pajak mesin termasuk kelompok 1 didepresiasikan selama
4 tahun.
◦ Misalkan penghasilan entitas sebesar 7.000 beban operasi selain
depresiasi 2.000.
◦ Ilustrasi perbedaan pajak dan akuntansi serta jurnalnya dapat dilihat
dalam slide berikut ini.

39
ILUSTRASI

§ Depresiasi menurut akuntansi 10.000/5=2.000

AKUNTANSI
20X1 20X2 20X3 20X4 20X5
Pendapatan 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
Bbn Operasi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Bbn Penyusutan 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Total Beban 4.000 4.000 4.000 4.000 4.000
Laba sblm pajak 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
Beban Pajak (akt) 750 750 750 750 750
Laba setelah pajak 2.250 2.250 2.250 2.250 2.250

40
ILUSTRASI

§ Depresiasi menurut pajak 10.000/4=2.500

PAJAK
20X1 20X2 20X3 20X4 20X5
Pendapatan 7.000 7.000 7.000 7.000 7.000
Bbn Operasi 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000
Bbn Penyusutan 2.500 2.500 2.500 2.500
Total Beban 4.500 4.500 4.500 4.500 2.000
Penghasilan kena 2.500 2.500 2.500 2.500 5.000
pajak
Pajak terutang 625 625 625 625 1.250

41
ILUSTRASI

20X1 20X2 20X3 20X4 20X5


AKUNTANSI
Laba sblm pajak 3.000 3.000 3.000 3.000 3.000
Beban Pajak (akt) 750 750 750 750 750
PAJAK
Penghasilan kena pajak 2.500 2.500 2.500 2.500 5.000
Pajak terutang 625 625 625 625 1.250
Perbedaan
Perbedaan laba 500 500 500 500 (2.000)
Perbedaan pajak 125 125 125 125 (500)
Liabilitas pajak tangguhan 125 250 375 500 0
Beban pajak (L/R)
Beban pajak kini 625 625 625 625 1.250
Beban pajak tangguhan 125 125 125 125 (500)
Total beban pajak 750 750 750 750 750

42
ILUSTRASI

§ Jurnal yang dibuat pada saat 20X1 – 20X4


Beban pajak tangguhan 125
Liabilitas pajak tangguhan 125

§ Jurnal yang dibuat pada 20X5


Liabilitas pajak tangguhan 500
Beban (manfaat) pajak tangguhan 500

§ Pada awal tahun 20X5, liabilitas pajak tangguhan terakumulasi


sebesar 500.
§ Pada akhir tahun 20X5, setelah depresiasi dicatat, perbedaan
menjadi tidak ada, sehingga liabilitas pajak tangguhan nilainya 0

43

Anda mungkin juga menyukai