Anda di halaman 1dari 4

Nama: M.

Luqman Hakim Al Qindi


NIM: 07020322061
Kelas: C3
Jurusan: Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
Semester: 2

1. Menjelang kekalahan Jepang di perang pasifik, maka tentara Jepang


membentuk BPUPKI yang berfungsi untuk menarik dukungan dari masyarakat
Indonesia.1 Setelah terbentuknya BPUPKI, terjadilah sidang BPUPKI pertama
yang terjadi pada tanggal 29 Mei 1945 – 1 Juni 1945. Sidang tersebut diadakan
untuk menentukan rumusan dasar negara Indonesia. Ir. Soekarno mendapat
giliran untuk menyatakan pendapatnya tentang rumusan dasar negara Indonesia
pada tanggal 1 Juni 1945. Pidato Ir. Soekarno diterima oleh banyak pihak
dalam sidang tersebut.2 Kemudian Ir. Soekarno membentuk panitia kecil yang
bernama panitia sembilan. Tugas dari panitia Sembilan tersebut untuk
merumuskan dan menyusun undang-undang dasar yang mengacu pada pidato
Ir. Soekarno ketika sidang BPUPKI. Setelah itu, rumusan tersebut dijadikan
teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dan dikenal dengan istilah ‘Piagam
Jakarta’. Hal ini menjadikan Pancasila juga berdasar pada pembukaan undang-
undang alenia ke-4 dan disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

2. Isi Piagam Jakarta yang telah dibentuk oleh panitia sembilan dibacakan oleh
Soekarno-Hatta dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945. Kemudian pada sore hari tanggal 17 Agusutus, datanglah
seorang perwira angkatan laut Jepang yang bernama Maeda kepada Ir.
Mohammad Hatta. Perwira tersebut menyampaikan informasi bahwa terdapat
seseorang dari bagian Timur merasa keberatan atas adanya sila pertama yang
ketika itu berbunyi “Kewajiban menjalankan Syareat Islam Bagi Para
1
Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara (Jakarta: PT Balai Pustaka (Persero),
2012), 2.
2
Kunawi Basyir, Pancasila dan kewarganegaraan: buku perkuliahan program S-1 IAIN Sunan
Ampel Surabaya rumpun mata kuliah pengembangan kepribadian (MPK), Edisi pertama.
(Surabaya: Sunan Ampel Press, 2013).
Pemeluknya”. Seseorang dari bagian Timur tersebut merasa bahwa sila pertama
yang ada hanya berlaku sepihak yakni hanya untuk masyarakat beragama Islam
saja, tidak menyeluruh kepada masyarakat Indonesia. Menyikapi hal tersebut,
keesokan harinya, pada tanggal 18 Agustus 1945, Ir. Mohammad Hatta
berdiskusi dengan golongan Nasionalis Islam terkait sila pertama. Mereka
menerima keadaan tersebut dan setuju mengubah tujuh kata sila pertama. Pada
hari itu juga, diadakan rapat PPKI di Gedung Pancasila dan menghasilkan
pengesahan dasar negara pancasila yang mengacu pada pembukaan UUD
alenia ke-4 dengan bunyi sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”.3

3. Penerapan masing-masing sila dalam pancasila untuk kehidupan sehari-hari


dapat membentuk karakter seseorang. Dikutip dari sebuah jurnal, karakter yang
dimaksud meliputi religius, toleransi, mandiri, bersahabat, dan memiliki
semangat kebangsaan.4 Dalam hal ini, sila kedua memberi pengaruh terhadap
karakter toleransi masyarkat Indonesia. Pada hakikatnya, sila kedua merupakan
kesesuaian dengan hakikat manusia. Cara seorang manusia dalam
memperlakukan manusia lain sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa adalah
hal yang dimaksud dalam sila kedua ini. Ketika hal tersebut dapat terealisasi,
maka akan timbul persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban sesama
manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku dan agama. 5 Apabila hal tersebut
juga terealisasi, maka akan timbul kehidupan yang tentram antar masyarakat
Indonesia. Beberapa nilai yang dapat diteapkan dalam kehidupan sehari-hari
adalah menolong teman yang sedang kesusahan, berteman dengan siapa saja
tanpa pandang bulu, menghormati satu sama lain, dan masih banyak lagi.

4. Indonesia adalah negara yang memiliki populasi penduduk sangat banyak.


Bangsa Indonesia yang terdiri dari Sabang sampai Merauke seharusnya hadir
dalam keadaan yang damai dan bersatu. Perbedaan yang terdapat dalam negara
3
Muchammad Helmi Umam et al., Pancasila Bhineka Tunggal Ika (Surabaya: UIN Sunan Ampel
Press, 2021), 27–28.
4
Yohana R. U. Sianturi and Dinie Anggraenie Dewi, “PENERAPAN NILAI NILAI PANCASILA
DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI DAN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER,” Jurnal
Kewarganegaraan 5, no. 1 (May 12, 2021): 227.
5
Jazim Hamidi and Mustafa Lutfi, Civic Education: Antara Realitas Politik Dan Implementasi
Hukumnya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010), 56.
Indonesia seharusnya juga menjadi kesatuan bukan perseteruan.6 Hal-hal
tersebut yang menjadi makna nilai dari sila ketiga. Salah satu contoh problem
actual sila ketiga yang pernah ada adalah ‘Gerakan Papua Merdeka’. Dikutip
dari sebuah jurnal, terdapat 4 hal pemicu terjadinya konflik ‘Gerakan Papua
Merdeka’. yakni: (1) Marginalisasi dan diskriminasi terhadap masyarakat asli
Papua, (2) kegagalan pembangunan ekonomi yang tidak menyertakan aspek
sosial-budaya, (3) kekerasan dan pelanggaran HAM oleh negara, dan (4)
perbedaan persepsi dalam konstruksi sejarah pengintegrasian Papua ke
Indonesia pada tahun 1969.7 Dari masalah tersebut dapat dilihat bahwa nilai
sila ketiga tidak diterapkan dan rasa persatuan sebagai bangsa Indonesia tidak
ditampakkan. Perbuatan tersebut nyaris mengakibatkan perpecahan bangsa
Indonesia dan sangat bertolak belakang dengan makna sila ketiga.

DAFTAR PUSTAKA
6
Sianturi and Dewi, “PENERAPAN NILAI NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN
SEHARI HARI DAN SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER,” 223.
7
Thomas Agung Kurnianto; Puguh Santoso; Anang Puji Utama, “Upaya Indonesia Mencegah
Konflik Papua dengan Pendekatan Mediasi Humanistik,” Jurnal Ilmu Kepolisian 16, no. 2
(September 22, 2022): 153.
Anang Puji Utama, Thomas Agung Kurnianto; Puguh Santoso; “Upaya Indonesia
Mencegah Konflik Papua dengan Pendekatan Mediasi Humanistik.”
Jurnal Ilmu Kepolisian 16, no. 2 (September 22, 2022): 8.

Basyir, Kunawi. Pancasila dan kewarganegaraan: buku perkuliahan program S-1


IAIN Sunan Ampel Surabaya rumpun mata kuliah pengembangan
kepribadian (MPK). Edisi pertama. Surabaya: Sunan Ampel Press, 2013.

Hamidi, Jazim, and Mustafa Lutfi. Civic Education: Antara Realitas Politik Dan
Implementasi Hukumnya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010.

Helmi Umam, Muchammad, Suyikno, Akhmad Yunan Athoillah, Mohammad


Faizur Rohman, and Nailatin Fauziyah. Pancasila Bhineka Tunggal Ika.
Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2021.

Ronto. Pancasila Sebagai Ideologi Dan Dasar Negara. Jakarta: PT Balai Pustaka
(Persero), 2012.

Sianturi, Yohana R. U., and Dinie Anggraenie Dewi. “PENERAPAN NILAI


NILAI PANCASILA DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI DAN
SEBAGAI PENDIDIKAN KARAKTER.” Jurnal Kewarganegaraan 5,
no. 1 (May 12, 2021): 222–231.

Anda mungkin juga menyukai