Anda di halaman 1dari 14

PROBLEM BASED LEARNING

Tugas Untuk Mahasiswa


Kegiatan pembelajaran pada Problem Base Learning (PBL) sangat menuntut keaktifan peserta
didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari modul yang telah disiapkan pada Sistem
Endokrin. Proses pembelajaran dalam hal ini meliputi :
1. Setelah membaca dengan teliti skenario di atas harus mendiskusikan hal tersebut pada satu
kelompok diskusi yang terdiri dari 5 -10 orang, dipimpin oleh seorang ketua dan seorang
penulis yang dipilih oleh kelompok anda sendiri. Ketua dan sekretaris ini sebaiknya berganti
ganti pada setiap kali diskusi. Diskusi kelompok untuk mengidentifikasi masalah yang ada
dan menbuat pertanyaan-pertanyaan, konsep ilmiah dan hubungan antara disiplin ilmu
terkait. Untuk mengarahkan diskusi, mahasiswa diharapkan dapat menentukan kata kunci
dari skenario di atas. Diskusi akan didampingi oleh tutor untuk 2 kali pertemuan, dan
diwajibkan untuk membuat laporan hasil diskusi yang akan dilaporkan pada diskusi panel.
2. Melakukan aktivitas pembelajaran individual baik di perpustakaan dengan menggunakan
buku ajar, jurnal, textbook, ataupun melalui media elektronik seperti internet, slide ataupun
video dan mendiskusikan hasil temuan dengan sesama anggota kelompok.
3. Melakukan diskusi kelompok tanpa dipandu oleh tutor dalam rangka curah pendapat antar
anggota kelompok untuk menganalisis informasi dalam menyelesaikan masalah yang ada.
Jadwal yang ditentukan oleh anggota kelompok sendiri.
4. Peserta didik dapat berkonsultasi pada narasumber yang ahli sesuai dengan masalah yang
ada untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam.
5. Mengikuti kegiatan pada skills lab.

STRATEGI PEMBELAJARAN
Dalam diskusi kelompok dengan menggunakan metode curah pendapat dan diskusi, anda
diharapkan memecahkan problem yang terdapat dalam skenario ini, yaitu dengan mengikuti 7
langkah penyelesaian di bawah ini :
1. Dengan Brain Storming, klarifikasi semua istilah yang asing (bila ada)
2. Tentukan masalah (aspek atau konsep) pada skenario di atas yang tidak anda mengerti.
Buat pertanyaan tentang hal tersebut.
3. Dengan menggunakan pengetahuan masing-masing jawablah atau jelaskanlah masalah
tersebut.
4. Cobalah menyusun penjelasan tersebut secara sistematik
5. Tentukan masalah-masalah yang belum terjawab dengan baik dan jadikanlah hal tersebut
sebagai tujuan pembelajaran selanjutnya.
6. Untuk menjawab atau memecahkan masalah tersebut , carilah informasi yang diperlukan
sebanyak-banyaknya dari kepustakaan, pakar, dan lain-lain sumber informasi.
7. Diskusikan dan lakukan sintesa dari semua informasi yang anda temukan.

Penjelasan
Bila dari hasil evaluasi laporan kelompok ternyata masih ada informasi yang diperlukan untuk
sampai pada kesimpulan akhir, maka proses 5 dan 6 bisa diulangi dan selanjutnya dilakukan lagi
langkah 7.
Kedua langkah di atas bisa diulang-ulang di luar tutorial, dan setelah informasi dianggap cukup
maka pelaporan dilakukan dalam diskusi akhir, yang biasanya dilakukan dalam bentuk diskusi
panel dimana semua pakar duduk bersama untuk memberikan penjelasan atas hal-hal yang masih
belum jelas.

JADWAL KEGIATAN
Sebelum dilakukan pertemuan antara kelompok mahasiswa dan tutor, mahasiswa dibagi
menjadi beberapa kelompok diskusi yang terdiri dari 5 -10 orang tiap kelompok.
1. Pertemuan pertama dalam kelas besar dengan tatap muka atau satu arah untuk penjelasan dan
Tanya jawab. Tujuan : menjelaskan tentang modul dan cara menyelesaikan modul, dan
membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan pertama buku modul dibagikan.
2. Pertemuan kedua : diskusi tutorial 1 dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih menjadi ketua
dan penulis kelompok, serta difasilitasi oleh tutor. Tujuan :
 memilih ketua dan sekretaris kelompok
 brain storming untuk proses 1 - 5
 pembagian tugas
3. Pertemuan ketiga : diskusi tutorial 2 seperti pada tutorial 1. Tujuan : untuk melaporkan
informasi baru yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan melakukan klasifikasi, analisa
dan sintese dari semua informasi.
4. Anda belajar mandiri baik sendiri-sendiri maupun berkelompok. Tujuan : untuk mencari
informasi baru yang diperlukan.
5. Diskusi mandiri : diskusi ini sama dengan diskusi tutorial dan apabila informasi yang
diperlukan telah cukup, maka hasil dari diskusi mandiri ini digunakan untuk membuat
laporan penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiri bisa dilakuakn berulang-ulang diluar
jadwal.
6. Pertemuan keempat : Diskusi panel dan Tanyajawab pakar. Tujuan : untuk melaporkan
hasil analisa dan sintese informasi yang ditemukan untuk menyelesaikan masalah pada
scenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau terjadi salah persepsi, maka bisa
diselesaikan oleh pakar yang hadir pada pertemuan ini. Laporan penyajian dibuat oleh
kelompok dalam bentuk sesuai urutan yang tercantum pada buku kerja.
7. Masing-masing mahasiswa kemudian diberi tugas untuk menuliskan laporan sesuai dengan
scenario yang telah didiskusikan bersama pada kelompoknya. Laporan ditulis dalam
bentuk laporan penyajian dan laporan lengkap.
8. Pertemuan terakhir : laporan kasus dilakukan dalam kelas besar oleh masing-masing
mahasiswa.
Catatan :
 Laporan penyajian kelompok serta semua laporan hasil diskusi kelompok serta
laporan kasus masing-masing mahasiswa diserahkan satu rangkap ke koordinator
PBL melalui ketua kelompok
 Semua laporan akan diperiksa dan dinilai oleh pakarnya masing-masing dan
dikembalikan ke mahasiswa melalui koordinator untuk perbaikan.
 Setelah diperbaiki, dua rangkap masing-masing laporan diserahkan ke koordinator
PBL .
 Semua mahasiswa wajib menyalin laporan dari kelompok dan mahasiswa lain untuk
dipakai sebagai salah satu bahan ujian.
SUMBER INFORMASI
A. Buku ajar dan jurnal
B. Diktat dan hand-out
C. Sumber lain : internet
D. Nara sumber (dosen pengampu)

STRATEGI PEMBELAJARAN
1. Diskusi kelompok difasilitasi oleh tutor
2. Diskusi kelompok tanpa tutor
3. Konsultasi pakar
4. Kuliah khusus dalam kelas
5. Aktivitas pembelajaran individual di perpustakaan dengan menggunakan buku ajar, majalah,
video dan internet.
KASUS I

Pasien Ny A, dirawat di RS, setelah dilakukan amputasi pada kaki sebelah kiri. Saat ini klien
dirawat dengan keluhan badan pegal-pegal, kaki dan tangan sering kesemutan dan
terdapat gangren di kaki kanan, mata klien kabur, dan terasa nyeri. Seringkali klien tersandung
Ketika berjalan atau bergerak. Saat di ruangan pasien menolak dibesuk oleh keluarga dan
teman – temannya karena merasa tidak nyaman dan malu dengan keadaannya. Hasil ini
dapatkan bahwa klien mengatakan semenjak sakit klien merasa kurang dalam menjalani
peran sebagai orang tua, klien merasa seharusnya lebih bisa menjaga anak anaknya di
rumah selain itu klien mengatakan merasa malu, karena selalu bergantung pada orang
lain. Keluarga klien sering mengatakan bahwa gejala penyakit klien sudah semakin memberat
“nanti banyak sekali yang mau dibuat, kami kesulitan kalau terdapat hal-hal yang dilarang, mau
buat begini salah, begitu salah, toh nanti pasiennya sakit lagi, kalau begitu sebaiknya tidak usah
makan sekalian” ungkap salah satu keluarga pasien. Pola tidurnya berubah dan sering terjaga saat
tidur. Keluarga pasien mengatakan ibunya sering merasakan kram dan kesemutan pada bagian
telapak kaki. Pasien tidak mengikuti anjuran dokter untuk menghindari makanan manis, hal ini
terlihat dari seringnya dia mengkonsumsi makanan dan minuman manis. Dengan kondisi saat ini
memkasa klien untuk terus terusan berada di tempat tidur. Hasil pemeriksaan GDS : 350 mg/dl,
HbA1c = 7,4%, TD : 110/70 mmHg, ureum 22 mg/dl, kadar kreatini 2 mg/dl. GDP 220 mg/dl,
GD 2 jam PP 490 mg/dl, TGA 278 mg/dl, HbA1c 31%, HDL 35 mg/dl, LDL 210 mg/dl,
Kolesterol total 285 mg/dl.

KASUS II

Tn B. Umur 17 tahun , masuk rumah sakit dengan keluhan seluruh tubuh lemas kurang
lebih seminggu semenjak masuk rumah sakit. Tn B mengatakan sebelum masuk rumah
sakit merasa mual dan muntah setiap kali makan dan minum. Saat ini klien merasa nyeri
terlilit di daerah perut dengan skala nyeri 7. Selain itu klien mengeluh nyeri pada sendi
klien mengatakan hidupnya terasa kurang bermakna, dan selalu mengatakan kenapa harus
dia yang terkena penyakit ini selalu mengatakan hidupnya sudah tidak berguna karena
semenjak sakit bergantung pada orang lain semenjak sakit juga klien mengatakan
keluarga seperti acuh tak acuh dalam merawat klien. Hasil pemeriksaan didapatkan
konjungtiva tampak anemis, membran mukosa pucat, tampak lesi pada kulit dan beberapa
memar. Klien tampak sesak, Pasien mengatakan sulit untuk makan karena bibir dan lidah
terluka. Hasil pengkajian didapatkan BB 46 kg, TB 170 Cm, Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan meliputi hemoglobin 7,3 L g/dL, jumlah eritrosit 3,39 L 10^6/ul,
hematokrit 27,3 L%; Jumlah leukosit 45,54 H 10^3/ul, Eosinofil 0,1 L%, Neutrofil 13,9 L
%, Jumlah limfosit 15,17, trombosit 13 L 10^3/, Hasil pemeriksaan USG abdomen pada
18 Juni 2018 yaitu hepatomegali 16,8 cm dan splenomegali 20,7 cm. Semenjak sakit.
Merasa malu dengan kondisi kulitnya. Klien sering menolak minum obat , dan sering
mengatakan putus asa terhadap kehidupannya, serta menolak untuk berinteraksi dengan orang
lain termasuk orang tua klien.

KASUS III

Seorang laki-laki umur 25 tahun datang di RS dengan keluhan utama sesak nafas sejak 2
hari yang lalu dengan intensitas yang semakin meningkat, demam tinggi sejak seminggu
yang lalu, nyeri pada dada, batuk berdahak dengan sekret berwarna kuning kecoklatan,
Saat ini pasien di rawat di ruang Isolasi. Klien mengatakan seluruh badan klien, merasa
kurang bertenaga, oleh karena klien selalu tidur untuk memulihkan tenaga namun klien
mengatakan tetap capek. Saat dilakukan pengkajian tampak kondisi kulit tampak bintil
kehitaman, dan terkelupas, tampak kurus. Klien selalu tidak menghabiskan makanan,
karena merasa tidak nyaman di area lidah dan sulit menelan. Hasil inspeksi menunjukkan
konjungtiva anemis, kondisi klien saat ini membuat klien malu dan menolak untuk
ketemu dengan orang lain. Selain itu semenjak sakit klien sulit untuk melakukan
hubungan seksual dengan pasangannya, karena sering ditolak. Klien selalu
mengungkapkan merasa khwatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, merasa tidak
berdaya, sering merasa bahwa Tuhan memberikan cobaan terlalu berat, Selain itu ia
mengungkapkan bahwa penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan, dan mengatakan
percuma dengan segala pengobatan yang diberi kan. Hasil observasi didapatkan bahwa
semenjak di RS klien dibantu sepenuhnya oleh perawat dan bergantung pada orang lain,
keluarga hanya datang dan melihat klien, saat ditanya oleh perawat keluarga mengatakan
bahwa keluarga belum bisa menerima kenyataan seperti ini. Sem enjak sakit pula, klien
mengatakan ,erasa bahwa keluarga sudah tidak memperdulikannya. BB : 33 Kg, TB : 160
cm, pemeriksaan Vikia, D ½ yang menunjukkan hasil reaktif. Hasil pengakjian
menunjukkan, pemeriksaan radiologi didapatkan infiltrat pada kedua paru. Penderita
sebelumya telah dirawat namun karena keadaan yang membaik, pasien menghentikan
pengobatan. Saat ini diberikan : O2 3 – 4 liter/menit, infus RL / D5 / Aminofusin,
Parasetamol 3x500 mg, direncanakan pasien akan dilakukan tranfusi packet red cell
(PRC).
KASUS IV

Pasien laki-laki usia 45 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan bengkak pada kaki dan
tangan sejak 5 bulan aebelum masuk RS dan sesak nafas selama 1 minggu dan demam.
Keluhan ini menetap dan dirasakan semakin bertambah parah saat ini keluhan bengkak
klien bukan hanya di kaki dan tangan, namun semenjak 1 bulan sebelum masuk RS mata
klien dan perut klien bengkak terutama pada pagi hari. Frekuensi berkemih menurun
dibandingkan sebelumnya dari awalnya 5-6 kalo sehari menjadi 2-3 kali sehari dengan
urin yang sedikit dan keruh, selain itu klien mengatakan bahwa klien sering merasa lelah,
dan merasa kurang bertenaga, sekalipun tidur klien cukup. Pemeriksaan fisik didapatkan
kesadaran compos mentis, tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 96 x/menit, pernapasan 28
x/menit, suhu 36,60C. TB : 168 cm, BB : 80 kg, Pada pemeriksaan mata didapatkan
konjungtiva anemis +/+. Pemeriksaan leher, paru dan jantung tidak ditemukan adanya
kelainan. Dari inspeksi abdomen didapatkan perut cembung, auskultasi didapatkan bising
usus + sebanyak 8x/menit, pada palpasi ditemukan nyeri tekan pada seluruh regio
abdomen serta tidak ditemukan pembesaran hepar dan limpa, pada perkusi didapatkan
shifting dullness +. Pada pemeriksaan ekstremitas superior dan inferior didapatkan
normotonus, gerakan aktif dan edema pitting. Saat ini klien mengatakan merasa sedih,
sering mengatakan tidak ada harapan untuk sembuh, selalu merasa bersalah dengan
keadaanya, hal ini dibuktikan dengan seringnya klien mengatakan “seandanya waktu itu
saya sering patuh minum obat tidak akan jadi begin”. Klien merasa bahwa keadaan saat
ini membuat dia merasa tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasanya dan selalu
bergantung pada orang lain. Klien juga sering marah, dan sering bertanya apa maksud
Tuhan memberikan penyakit ini ke saya “saya sering sholat, tapi kenapa Tuhan ngasih ini
ke saya”,, klien seringkali merasa hidupnya tidak bermakna lagi. Dengan kondisi ini klien
menolak untuk bertemu dengan banyak orang, karena merasa malu,dan merasa putus asa
dengan keadaan sekrang ini, dan tidak mau banyak bicara, dan tidak mau mengikuti
sepenuhnya isntruksi dari perawat. Saat didiagnosis oleh dokter klien mengatakan bahwa
ini hanya penyakit biasa, dan tidak perlu sampai menginap di rumah sakit, dan sering
meminta untuk dipulangkan ke rumah.
Hasil observasi didapatkan kontak mata klien kurang, muka sering terlihat cemberut, dan
sering menunduk. Pada pemeriksaan laboratorium darah Rutin didapatkan hasil Hb: 6,7
gr/dl, Ht: 22 %, Leukosit : 5700/μl, Hitung jenis: Basophil 0%, Eosinophil 0%, Batang
0% Segmen 67%, Limfosit 5 %, Monosit 4%, Trombosit: 286000/μl, LED: 56 mm/jam.
Pada pemeriksaan kimia darah didapatkan hasil: GDS: 280 mg/dl, Ureum: 242 mg/dl,
Creatinine: 15,97 mg/dl. Pada pemeriksaan status lokalis regio pedis dextra didapatkan:
Look: Ulkus (+), jaringan nekrotik (+), pus (+), perdarahan (-), Feel: hangat (+), pulsasi
arteri dorsalis pedis (+), sensibilitas ↓, Move: ROM aktif dan pasif terbatas karena nyeri.
Pasien saat ini dilakukan pembatasan crian 1 liter perhari, pembatasan protein iran 1 liter
per hari, pembatasan protein 0,9 g/kgbb per hari, diet rendah garam 2-3 gr per hari,
debridement luka, tranfusi PRC200 cc, hemodialisa. Terapi medikamentosa yang
diberikan berupa cairan intravena IVFD NaCl 0,9 % X TPM, Captopril 2 x 12,5 mg,
Furosemid Injeksi/ 8 Jam, asam folat 2x1mgdanGlimepiride1x2mg.

LAPORAN KELOMPOK

BAB 1
Pendahuluan

Bab II
Tinjauan Teori
(konsep penyakit)

Bab III
Tinjauan Kasus

3.1 Pada bab ini dijelaskan hasil analisi kasus kelompok.


Analisa kasus ini berdasarkan kasus yang didapat, di telaah berdasarkan data yang ada, kasus
tersebut masuk dalam kasus apa.

3.2 Gambaran kasus kelolaan utama


Pada bagian ini silahkan diisi dengan format asuhan keperawatan

PENGKAJIAN
a. Identifikasi kebutuhan dasar yang mengalami gangguan

Keluhan Utama

Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwawayat Kesehatan Masa Lalu


Kategori dan Subkategori Data Subjektif dan Objektif
Fisiologis Respirasi

Sirkulasi
Nutrisi dan cairan

Eliminasi

Aktivitas dan
istirahat

Neurosensori

Reproduksi dan
Seksualitas

Psikologis Nyeri dan


Kenyamanan

Integritas ego

Pertumbuhan dan
perkembangan
Perilaku Kebersihan diri

Penyuluhan dan
pembelajaran
Relasional Interaksi social

Lingkunga Keamanan dan


n proteksi

1. Diagnosis Keperawatan
Data Subjektif dan Analisis Data Masalah Keperawatan
Objektif

2. Rencana Intervensi Keperawatan


No* Diagnosis Luaran Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer
Keperawatan** Keperawatan*** ****
Tuliskan Terapi
komplementer yang
bisa dilakukan untuk
mengurangi gejala
berdasarkan diagnose
yang anda ambil,

No* Diagnosis Luaran Intervensi Keperawatan Terapi Komplementer


Keperawatan** Keperawatan*** **** pada pasien dan
keluarga
Konstipasi Eliminasi Fekal Manajemen Konstipasi Pada pasien Aplikasi
Pijat Dengan Tekhnik
Efleurage
Pada keluarga :
Mengedukasi
pemilihan makanan,
Dan edukasi terapi
pijat

Ket :
*) nomor menggambarkan urutan prioritas diagnosis keperawatan
**) penulisan diagnosis keperawatan sesuai dengan SDKI
Contoh :
***) penulisan luaran keperawatan sesuai SLKI
Contoh :

****) penulisan intervensi keperawatan sesuai dengan SIKI. Dituliskan dengan 4 tipe
tindakan (observasi, terapeutik, edukasi, dan kolaborasi)
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Analisis kasus
Pada bagian ini silakan dijelaskan alasan pengambilan diagnosa klien berdasarkan hasil
kajian mahasiswa. Pada bagian ini diperjelas setiap diagnosa tersebut kenapa diambil
misalnya
1. Defisit perawatan diri
Pada data diperoleh bahwa pasien tampak tidak mampu melakukan perawatan diri. Hal
ini disebaban karena…………… Alasan kenapa ini harus menjadi maslaah, dan
bagaimana bisa menjadi masalah, dijelasksan secara rinci,

Pada bagian ini juga dijelaskan kenapa mengambil intervensi manajemen perawatan diri
kenapa harus dilakukan pengambilan intervensi tersebut.
Dan dikemukaan juga alasan kenapa memilih intervensi komplementer tersebut, dan
bagaimana intervensi ini bekerja untuk membantu penyelesaian diagnose tersebut.

BAB V
PENUTUP
Pada bab ini dimasukkan kesimpulan dan saran.
1. Diagnosa Medis
2. Diagnosa kEPERAWATAN

Saran
1. Untuk Dosen mata kuliah
2. Untuk Jurusan Keperawatan
3. Untuk Kelompok Sendiri

Anda mungkin juga menyukai