Anda di halaman 1dari 11

III.

LINGKUNGAN TUMBUH

Daratan Kalimantan memiliki potensi keanekaragaman hayati yang sangat


tinggi, baik flora maupun fauna dan dikenal dengan sebutan mega-biodiversity,
namun masih banyak jenis tumbuhan yang belum diketahui dan digali potensinya.
Keanekaragaman hayati ini dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan
makanan, obat-obatan, bahan bangunan dan lain-lain.
Aspek ekologi
Untuk mendapatkan potensi tumbuhan karamunting yang ada di lapangan,
berdasarkan hasil wawancara dengan informan kunci maka dilakukan survei lapangan
yang dipandu oleh informan kunci yang berpengalaman dan mengetahui tentang
tumbuhan karamunting.
Pengambilan data di lapangan dengan cara menggunakan metode jalur berpetak
atau “nested sampling” yaitu kombinasi antara jalur dan garis berpetak. Jalur
pengamatan dibuat selebar 10 m dengan, jarak antar jalur 100 m. Pembuatan petak
ukur tingkat pohon dan tiang 10 x 10 m, petak ukur tingkat pancang dan liana 5 x 5
m, dan petak ukur tingkat semai dan tumbuhan bawah 1 x 1 m, dapat dilihat pada
Gambar 1.

c 100m
c
b b
a
a
Gambar.
Gambar.Plot
4.1. Pengamatan dan Pengukuran Vegetasi dengan metode Jalur.
Keterangan :
a. Petak ukur tingkat semai, tumbuhan bawah 1 m x 1 m
b. Petak ukur tingkat pancang, liana 5 m x 5 m
c. Petak ukur tingkat pohon, tiang 10 m x 10 m

Parameter yang diamati pada setiap petak ukur meliputi :


1) Jumlah dan diameter tingkat pohon, tiang, pancang dan semai dan berdasarkan
habitus tumbuhan
2) Jumlah tumbuhan karamunting dan sifat-sifat morfologi tumbuhan karamunting.
3) Identifikasi organ tumbuhan yang digunakan sebagai bahan obat.

Analisis Data Aspek Ekologi

Untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil pengamatan dan


pengukuran di lapangan, maka dilakukan pengolahan sebagai berikut :

a. Kerapatan

b. Pola penyebaran jenis


Pola penyebaran tumbuhan karamunting pada berbagai tingkat pertumbuhan
digunakan Indeks Penyebaran Morisita (Id)

dimana :
Id = Indeks Penyebaran Morisita
n = Jumlah Petak Ukur
Xi = Jumlah individu pada petak ke-i
Selanjutnya dilakukan uji Chi Square dengan menggunakan rumus :

Indeks keseragaman
dimana :
Mu = Indeks keseragaman
x20,975 = Nilai Chi Square dari tabel, dengan derajat bebas n-1 selang
kepercayaan 97,5%
xi = Jumlah individu pada petak ke-i

Indeks pengelompokan

dimana :
Mc = Indeks keseragaman
x20,025 = Nilai Chi Square dari tabel, dengan derajat bebas n-1 selang
kepercayaan 2,5%
xi = Jumlah individu pada petak ke-i
Setelah diketahui nilai-nilai dari Indeks Morisita, indeks keseragaman dan
indeks pengelompokan, selanjutnya untuk menunjukkan pola penyebaran tumbuhan
adalah mencari nilai standar morisita mempunyai syarat-syarat sebagai berikut :
1. Bila Id ≥Mc >1,0, maka ;

2. Bila Mc > Id≥ 1,0, maka ;

3. Bila 1,0 > Id > Mu, maka ;

4. Bila 1,0 > Mu > Id maka ;


Standar Morissita memiliki selang nilai -1,0 sampai 1,0 dengan selang kepercayaan
0,5 dan -0,5, dengan demikian nilai Ip dapat digunakan untuk menunjukkan pola
penyebaran jenis tumbuhan obat bila :
Ip = 0, maka penyebarannya acak
Ip > 0, maka penyebarannya mengelompok
Ip < 0, maka penyebarannya seragam/merata
Hasil pengamatan jumlah vegetasi karamunting di 2 (dua) kecamatan di Kota
Tarakan diperoleh dengan menghitung jumlah banyaknya pohon karamunting
perpetak sampel ditunjukkan pada Tabel. 5.1 dan 5.2.

Tabel 5.1. Jumlah Vegetasi Karamunting di Kelurahan Kampung Enam Kecamatan


Tarakan Timur
Plot Sampel 1 Plot Sampel 2
I II I II
60 phn 280 phn
III IV III IV
54 phn 218 phn
V VI V VI
221 phn 198 phn
VII VIII VII VIII
99 phn 322 phn

Tabel 5.2. Jumlah Vegetasi Karamunting di Kelurahan Juata Laut Kecamatan


Tarakan Utara
Plot Sampel 1 Plot sampel 2
I II I II
246 phn 80 phn
III IV III IV
411 phn 112 phn
V VI V VI
168 phn 148 phn
VII VIII VII VIII
326 phn 206 phn

5.1.1 Kerapatan

Kerapatan vegetasi karamunting diperoleh dengan menghitung banyaknya


vegetasi karamunting dalam satuan luas tertentu. Hasil analisa dan perhitungan
didapatkan kerapatan untuk 2 (dua) kecamatan di kota Tarakan tampak pada Tabel
5.3

Tabel 5.3. Kerapatan Vegetasi Karamunting di Kota Tarakan


Lokasi Plot Jumlah Luas Kerapatan
Sampel Vegetasi Plot (phn/m2)
(pohon) (m2)
Kelurahan Kampung Enam 1 108.5 100 1.08
Kecamatan Tarakan Timur 2 254.5 100 2.54
Kelurahan Juata 1 287.7 100 2.87
Kecamatan Tarakan Utara 2 136.5 100 1.36

Dari hasil perhitungan diperoleh kerapatan vegetasi karamunting di kelurahan


Kampung Enam kecamatan Tarakan Timur yaitu 1.81 pohon/m 2, sedangkan
kelurahan Juata kecamatan Tarakan Utara sebesar 2.11 pohon/m2..

5.2. Pola penyebaran jenis


Hasil pengamatan jumlah karamunting perpetak sampel di lapangan dianalisa
dengan menghitung nilai Indeks Penyebaran (id) dan Indeks pengelompokkan (MC)
sehingga diperoleh angka pada Tabel 5.4

Tabel 5.4 Pola Penyebaran Karamunting di Kota Tarakan


No Lokasi Plot Indeks Pola
Sampel Penyebaran Penyebaran
Karamunting
1 Kelurahan Kampung Enam 1 0,67 Mengelompok
kecamatan Tarakan Timur 2 0.50 Mengelompok
2 Kelurahan Juata kecamatan 1 0.52 Mengelompok
Tarakan Utara 2 0.50 Mengelompok

Dari hasil perhitungan dan analisa statistik diperoleh bahwa pola penyebaran
jenis tumbuhan karamunting di 2 kecamatan di kota Tarakan adalah mengelompok.
Pola Komunitas
Bentuk atau pola komunitas tumbuhan di suatu areal tidak tetap tetapi
berubah-ubah sesuai dengan faktor-faktor yang mempengeruhinya mengikuti kaedah
umum dinamika populasi tumbuhan.

Kerapatan vegetasi karamunting diperoleh dengan menghitung banyaknya


vegetasi karamunting dalam satuan luas tertentu. Hasil analisa dan perhitungan
didapatkan kerapatan untuk 2 (dua) kecamatan di kota Tarakan tampak pada Tabel
5.1
Tabel 5.1. Kerapatan Vegetasi
Lokasi Jumlah
Kerapatan
No. Identitas Vegetasi Vegetasi
(phn/m2)
(pohon)
1 Bukit Rumput halia hitam (Cyperus rotundus L.) 4,94 1,23
Karamunting (Melastoma malabathricum) 4,32 1,08
Meniran (Pyllanthus niruri) 4,00 1,00
Rumput tiga segi (Cyperus compressus L.) 4,94 1,23
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) 3,56 0,89

2 Bekas ladang Rumput halia hitam (Cyperus rotundus L.) 1,38 0,34
Karamunting (Melastoma malabathricum) 5,75 1,44
Meniran (Pyllanthus niruri) 2,38 0,59
Rumput tiga segi (Cyperus compressus L.) 3,38 0,84
Bayam duri (Amaranthus spinosus L.) 1,69 0,42
Sawi Hutan (Hyptis capitata Jacq.) 1,81 0,45

3 Rawa-rawa Rumput sendawan (Rhynchospora 2,63 0,66


corymbosa Britt.)
Suket babang/galaan (Brachiaria mutica) 2,94 0,73
Karamunting (Melastoma malabathricum) 4,63 1,16
Rumput mederong (Scirpus grossus L.) 2.69 0,67
Tebuk sedulang (Polygonum barbatum L.) 1,94 0,48
Para-para (Cyperus pilosus Vahl..) 2,13 0,53
Lakum/Bujang semalam (Ludwigia 1,81 0,45
octovalvis Jacq.)

4 Belukar datar Letupan letup (Physallis minima L.) 3,13 0,78


Jajarongan/kilen (Chioris barbata Sw.) 3,50 0,88
Lilit kain/rumput darah (Centotheca 3,63 0,91
lappacea)
Karamunting (Melastoma malabathricum) 7,13 1,78
Grintingan (Cynodon dactilon) 3,06 0,77

5 Tanaman Jampang canggah/rumput kerbau (Paspalum 6,19 1,55


budidaya conjugatum Berg.)
Karamunting (Melastoma malabathricum) 0,69 0,57
Rumput parit (Axonopus compressus) 6,13 1,53
Ilalang (Imperata cylindrica) 4,63 1,16
Bunga Tahi ayam (Lantana camara L.) 4,75 1,19

Gbr. 1. Karamunting di antara vegetasi lain pada areal berbukit


Dari hasil perhitungan diperoleh kerapatan vegetasi karamunting di kelurahan
Kampung Enam pada lokasi bukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar dan budidaya
tanaman masing-masing yaitu; 1.08 pohon/m 2, 1.44 pohon/m2, 1.16 pohon/m2, 1.78
pohon/m2, 0.17 pohon/m2. Keberadaan karamunting tersebar diberbagai lokasi, hal ini
menunjukkan bahwa karamunting dapat hidup di berbagai kondisi tanah, tofografi
dan vegetasi yang berbeda, namun mempunyai tingkat kerapatan yang berbeda.
Kerapatan relatif dari sebaran karamunting di kelurahan Kampung Enam pada
lokasi berbukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar dan budidaya tanaman masing-
masing adalah; 22,70%, 35,11%, 24,67%, 34,86% dan 3,07%. Karamunting turut
mendominasi vegetasi dalam komunitas; berbukit, bekas ladang, rawa dan belukar
dan hanya sedikit berada di areal tanaman budidaya (mangga dan kelapa).
Hasil pengamatan dan perhitungan jumlah dan kerapatan semua vegetasi
dalam komunitas menggambarkan bahwa karamunting dapat hidup berdampingan
dengan semua vegetasi pada lokasi berbukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar
maupun di areal tanaman budidaya. Dan jika dilihat secara jelas di lapangan
menunjukkan adanya simbiosis komensalisme, hanya saja pada areal bekas ladang
ketika vegetasi karamunting lebih dahulu tumbuh dapat mengurangi kemungkinan
tumbuhnya vegetasi lain karena karamunting termasuk gulma berdaun lebar sehingga
vegetasi lain mendapatkan persaingan dalam hal ruang hidup dan suplai sinar
matahari.
Tebel 5. 2 Jenis Karamunting di Kampung Enam
Jenis Habitus Batang Daun Bunga
Karamunting Pohon, Hijau Hijau(permukaan atas lebih Ungu, letak
Pedang tinggi 1 m, kecoklatan hijau bawaah agak coklat) letak cylindrical, buah
membentuk daun berhadapan, bentuk elips keras dan kecil di
percabangan tepi rata, pangkal asimetris dan tangkai, buah
ujung runcing, permukaan daun mentah ungu,
kasar, tulang daun sejajar, masak hitam
ukuran daun lebih besar
Karamunting Pohon, Hijau Hijau(permukaan atas lebih Ungu, letak
kodok tinggi 2 m, kecoklatan hijau bawaah agak coklat) letak cylindrical, buah
membentuk daun berhadapan,bentuk elips keras dan kecil di
percabangan tepi rata, pangkal asimetris dan tangkai, buah
ujung runcing, permukaan daun muda hijau,
halus, tulang daun sejajar, masak merah dan
ukuran daun lebih kecil terlalu masak
hitam

5.2. Frekuensi
Frekuensi keberadaan karmunting di kelurahan Kampung Enam pada lokasi
berbukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar dan budidaya tanaman masing-masing
adalah; 1, 1, 1, 1, dan 0,67. Hal ini mengisyaratkan bahwa hampir di setiap petak
pengamatan keberadaan karamunting selalu ada artinya sebaran karamunting cukup
merata di kelurahan Kampung Enam.
Frekuensi relatif keberadaan karmunting di kelurahan Kampung Enam pada
lokasi berbukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar dan budidaya tanaman masing-
masing adalah; 20,00%, 16,67%, 14,29%, 20,00%, dan 14,29%.

5.3. Indek Nilai Penting (INP)


Indeks Nilai Penting dari keberadaan karamunting di kelurahan Kampung
Enam pada lokasi berbukit, bekas ladang, rawa-rawa, belukar dan budidaya tanaman
masing-masing adalah; 42,70%, 51,78%, 38,95%, 54,86% dan 17,36%. Hal ini
menggambarkan bahwa dalam berbagai komunitas vegetasi, karamunting ada dan
penting bagi ekosistem vegetasi, sehingga perlu diperhatikan jika ingin
memanfaatkan karamunting untuk berbagai keperluan.
5.4. Pola penyebaran jenis
Hasil pengamatan jumlah karamunting perpetak sampel di lapangan dianalisa
dengan menghitung nilai Indeks Penyebaran (id) dan Indeks pengelompokkan (MC)
sehingga diperoleh angka pada Tabel 5.4
Tabel 5.1. Pola Penyebaran Karamunting di Kota Tarakan
No Lokasi Indeks Indeks Indeks Pola
Penyebaran Keseragaman Pengelompokkan Penyebaran
(Id) (MU) (MC) Karamunting
1 Bukit 0,37 2,29 1,05 Mengelompok
2 Bekas 0,33 2,11 1,04 Mengelompok
Ladang
3 Rawa-rara 0,34 2,40 1,05 Mengelompok
4 Belukar 0,33 1,89 1,03 Mengelompok
5 Budidaya 0,56 11,1 1,39 Mengelompok
tanaman

Dari hasil perhitungan dan analisa statistik diperoleh bahwa pola penyebaran
jenis tumbuhan karamunting di kelurahan Kampung Enam dan berbagai lokasi
diperoleh nilai lebih besar dari angka 1 yaitu 1,03-1,39, menunjukkan pola
mengelompok. Karamunting memiliki pola hidup mengelompok walaupun hidup
diberbagai lokasi dan jenis vegetasi di sekitarnya. Hasil ini tidak jauh berbeda dengan
hasil penelitian Elly J. Dkk (2007), dimana hasil perhitungan Indeks pengelompokkan
diperoleh bahwa kelurahan Kampung Enam kecamatan Tarakan Timur sebesar 0,50-
0,57 dan kelurahan Juata kecamatan Tarakan Utara yaitu 0,50-0,52 sehingga pola
penyebaran jenis tumbuhan karamunting di 2 kecamatan di kota Tarakan adalah
mengelompok.

Anda mungkin juga menyukai