Anda di halaman 1dari 87

PENANGANAN PANGAN SEGAR

&
SERTIFIKASI
PRODUK PANGAN SEGAR

Tarakan, 1 Juni 2016


KEAMANAN PANGAN SEGAR

Konsep Keamanan Pangan.


Keamanan pangan---Jaminan bahwa bahan pangan tersebut
tidak menyebabkan bahaya terhadap konsumen,
pada saat pangan disiapkan,
dikonsumsi sesuai dengan petunjuk yang diberikan.

Jaminan Keamanan Pangan


Persyaratan yang harus dilakukan selama tahapan
Rantai produksi pangan mencakup proses produksi,
saat panen, pasca panen, proses pengolahan,
penyimpanan dan distribusi.
CAKUPAN JAMINAN KEMANAN PANGAN SEGAR

Pengendalian bahaya dalam pangan


 Bahaya di lahan (produksi)
 Bahaya pada saat pascapanen (grading,
pengemasan, distribusi)
 Bahaya saat penjualan/pemasaran
 Prinsipnya Keamanan harus di mulai dari
lahan produksi sampai ke meja makan “from
farm to table”

PENGAWASAN
LATAR BELAKANG

PENGAWASAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN


PSAT

1)Perlindungan terhadap konsumen


2)Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk
Pertanian Dalam Negeri/lokal
3)Perdagangan Yang Jujur dan Transparan
4)Perlindungan Terhadap Petani dan Usaha Kecil di Pedesaan
Masalah Keamanan Pangan di
Tingkat Dunia (menurut WHO)
Didunia:
 840 juta manusia belum bisa memperoleh pangan
yang aman
 1,500 juta kasus diare terjadi tiap tahun.
 Sekitar 70% kasus diare setiap tahunnya
disebabkan oleh Kontaminasi Biologis

Di negara - negara industri


lebih dari 30% manusia sakit tiap tahun akibat
penyakit penyebaran melalui makanan.
ROADMAP PENGAWASAN
KEAMANAN PANGAN

1.Kelembagaan dan regulasi


2.Pengembangan sumber daya FOOD
3.Penguatan jejaring FOR
4.Pengawasan berbasis risiko
5.Komunikasi risiko
HEALTH
2015-2019
KEMANDIRIAN
KEAMANAN
2011-2014
PANGAN
Optimalisasi
pengawasan
KP. Fokus
S
Komunikasi KO N N
s/d 2010 UM E
Resiko
Membangun sejalan
sistem dengan
keamanan manajemen
PRODUSEN
pangan resiko
Indonesia PEMERIN
TAH
Memiliki peran dan tanggung jawab bersama
(shared roles and responsibilities)
dalam keamanan pangan
PENANGANAN PANGAN SEGAR

Postharvest
Penanganan Pasca Panen

pengolahan primer 1. Pengeringan


(primary processing) 2. Precooling
3. Pemulihan (curing)
4. Pengikatan (bunching
5. Pencucian (washing)
6. Pembersihan ( cleaning,
perlakuan dari mulai panen
trimming)
sampai komoditas dapat
7. Sortasi
dikonsumsi “segar” atau
untuk persiapan pengolahan
berikutnya
drying

1. Pengeringan (drying) bertujuan


mengurangi kadar air dari komoditas. Pada
biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar
air tertentu agar dapat disimpan lama.
Pada bawang merah pengeringan hanya
dilakukan sampai kulit mengering.
precooling

2. Pendinginan pendahuluan (precooling)


untuk buah-buahan dan sayuran buah.
 Buah setelah dipanen segera disimpan di
tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena sinar
matahari, agar panas yang terbawa dari kebun
dapat segera didinginkan dan mengurangi
penguapan, sehingga kesegaran buah dapat
bertahan lebih lama.
 Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya
dilakukan pada temperatur rendah (sekitar
10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.
3. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom.
 Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan
pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai
tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah
dilepaskan/ umbi dibersihkan, setelah itu juga segera
disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering.
 Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada
penyinaran) !
 Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat
panen.
4. Pengikatan (bunching) dilakukan pada
sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada
buah yang bertangkai,bayam, sawi, kangkung,dll.
 Pengikatan dilakukan untuk memudahkan
penanganan dan mengurangi kerusakan.
5. Pencucian (washing) dilakukan pada sayuran
daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi
kesegaran.
 Selain itu dengan pencucian juga dapat mengurangi
residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
 Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih,
penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat
dianjurkan.
 Kentang dan ubi jalar tidakdisarankan untuk dicuci.
 Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan
simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut
tercuci.
 Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
6. Pembersihan ( cleaning, trimming) yaitu
membersihkan dari kotoran atau benda
asing lain, mengambil bagian-bagian yang tidak
dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang
tidak dikehendaki.

7. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang


layak pasar (marketable) dengan yang tidak
layak pasar, terutama yang cacat dan terkena
hama atau penyakit agar tidak menular pada
yang sehat.
 Pangan Segar adalah pangan yang belum mengalami
pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang
dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan.
 Pangan Segar Asal Tumbuhan, yang selanjutnya disingkat PSAT
adalah pangan asal tumbuhan yang belum mengalami
pengolahan yang dapat dikonsumsi langsung dan/atau yang
dapat menjadi bahan baku pengolahan pangan
 Keamanan PSAT adalah kondisi dan upaya yang diperlukan
untuk mencegah PSAT dari kemungkinan cemaran biologis,
kimia, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya
masyarakat sehingga aman untuk dikonsumsi.
Isu keamanan pangan

1. Apel Granny Smith dan Gala


• Bakteri Listeria monocytogenes
• Kontaminasi di packing house di
California bukan di perkebunan
• Bakteri bisa menyebabkan infeksi
listerosis, yang fatal bagi anak-anak,
usia lanjut dan saat kondisi tubuh
kurang fit
2. Beras plastik
3. Masih terdeteksi residu bahan aktif yang
dilarang
 Beberapa pestisida dilarang digunakan
berdasarkan Permentan No.
01/Permentan/OT.140/1/2007
 Bahan aktif pestisida yang dilarang
penggunaannya umumnya mempunyai pengaruh
negatif bagi kesehatan manusia, seperti hormone
disruptor
 Organochlorine : meningkat tajam
 Organophosphat : kecendrungan meningkat di tahun
terakhir, meskipun pernah mencapai titik terendah (5.6 %)
 Karbamat : kecendrungan menurun, bahkan di tahun –
tahun terakhir dari sampel yang diambil, tidak didapatkan
adanya pangan segar yang mengandung residu karbamat
 Piretroid : kecendrungan meningkat. Pada tahun awal
pengambilan sampel, tidak didapati pangan segar dengan
residu pestisida piretroid. Tetapi 2 tahun kemudian terdapat
residu pada jumlah sampel yang meningkat.
4. Import buah dan sayur meningkat
Beberapa contoh, misal apel mengandung
Dieldrine dan Lindan
 Dieldrine dan Lindane : senyawa yang paling
beracun dari semua jenis pestisida.
Penggunaannya pada umumnya tidak untuk
ditelan sehingga masuk ke dalam saluran
pencernaan.
5. Sanitasi pangan segar di pasar
 Trend kontaminasi E.coli cenderung meningkat
 E.coli strain O157:H7 merupakan mikroba
patogen yang dapat menyebabkan sakit sampai
meninggal dunia
 Budaya Indonesia banyak mengkonsumsi sayuran
dalam bentuk mentah
 Perlu adanya kewaspadaan
Parameter pengujian keamanan pangan antara lain

 Pengujian residu pestisida


 Residu Organophosphat
 Residu Organochlorine
 Residu Karmat
 Residu Piretroid
 Pengujian cemaran logam berat
 Pengujian cemaran mikroba,
 Pengujian cemaran salmonella
 Pengujian E Coli
Tujuan umum Penanganan Keamanan Pangan
Segar yaitu :

1.Menyiapkan petugas pengambil contoh dan pengawas


keamanan pangan segar yang kompeten;
2. Menyiapkan lembaga sertifikasi profesi pengawas keamanan
pangan segar;
3. Melakukan pengawasan keamanan pangan segar melalui
pengambilan contoh terhadap pangan segar (sayur dan
buah) yang beredar di pasar untuk diuji laboratorium;
4. Menyiapkan sarana pengawasan keamanan pangan segar;
5. Menyiapkan informasi tentang kondisi keamanan pangan
segar; dan
6. Melakukan pertemuan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan
penanganan keamanan pangan segar.
Sasaran yang ingin dicapai sebagai berikut :

1. Meningkatnya jumlah dan kompetensi SDM yang menangani


keamanan pangan segar;
2. Tersedianya lembaga sertifikasi profesi pengawas keamanan
pangan segar di pusat;
3. Tersedianya data tentang kondisi cemaran mikroba, residu
pestisida dan logam berat dari pangan segar yang diuji di
laboratorium;
4. Tersedianya sarana penanganan keamanan pangan segar di
pusat dan daerah;
5. Tersedianya bahan informasi dan publikasi tentang
keamanan pangan segar;dan
6. Adanya koordinasi dan sinkronisasi antara instansi di pusat
dan daerah
Keberhasilan penanganan keamanan pangan segar
ditandai dengan :

1. Tersedianya jumlah SDM terlatih yang menangani


keamanan pangan segar di pusat dan daerah;
2. Terlaksananya registrasi dan sertifikasi pengawas keamanan
pangan segar pusat dan daerah;
3. Tersedianya direktori dan analisis data keamanan pangan di
pusat dan daerah;
4. Tersebarnya informasi dan publikasi tentang keamanan
pangan segar di semua provinsi;
5. Terealisasinya kegiatan penanganan keamanan pangan
segar di pusat dan daerah minimal 85 %; dan
6. Terlaksananya koordinasi dan sinkronisasi antara instansi di
pusat dan daerah.
Otoritas Kompetensi Keamanan
Pangan Daerah (OKKPD)

Untuk melaksanakan kewenangan tersebut,


dipandang perlu untuk membentuk lembaga
yang menangani keamanan pangan produk
segar pertanian di Indonesia dalam hal ini
Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat
(OKKP-P) dan Otoritas Kompeten Keamanan
Pangan Daerah (OKKP-D).
BAGAN ORGANISASI OKKP-D

DEWAN PENGARAH

INSPEKTOR/
KOMISI TEKNIS KETUA OKKP-D
JAFUNG PMHP

MANAJER MANAJER MANAJER


MUTU ADMINISTRASI TEKNIS

ANGGOTA ANGGOTA ANGGOTA


Tugas OKKP-D

Pengawasan mutu dan


keamanan pangan hasil
pertanian
RUANG LINGKUP
OKKPD
Melakukan Pengawasan
pangan segar hasil
pertanian mulai dari hulu
(on-farm) sampai ke hilir
(off-farm)
Kewenangan OKKP-D
 Menerbitkan sertifikat Prima 2 dan Prima 3
 Membekukan berlakunya sertifikat Prima 2
dan Prima 3.
 Mencabut sertifikat Prima 2 dan Prima 3.
 Memberikan rekomendasi hasil pengawasan
registrasi kepada OKKP-P
 Memberikan rekomendasi hasil
pengawasan terhadap pangan hasil
pertanian yang beredar berisiko tinggi
dan/atau yang dikemas dan berlabel
kepada Dinas lingkup Pertanian untuk
ditindak lanjuti.
TUJUAN
 MENJAMIN MUTU DAN KEAMANAN PRODUK
HASIL PERTANIAN

 MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PENGAWASAN


MUTU HASIL PERTANIAN

 MENINGKATKAN AKSES PASAR PRODUK


HASIL PERTANIAN

 MEMPERBAIKI KELEMBAGAAN PELAKU


MAUPUN PASAR
Pengertian-Pengertian.
 Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah
yang selanjutnya disebut OKKP-D adalah
institusi atau unit kerja di lingkup Pemerintah
Daerah sesuai dengan tugas fungsinya
diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pengawasan Sistem Jaminan Mutu Pangan
Hasil Pertanian dan telah lulus verifikasi oleh
OKKP-P

 Sistem Jaminan Mutu adalah tatacara dalam


bentuk tanggung jawab, prosedur, proses,
sumberdaya organisasi untuk menghasilkan
produk sesuai standar dan atau regulasi teknis
yang berlaku
 Pangan hasil pertanian adalah pangan segar yang berasal dari
tumbuhan dan hewan yang belum mengalami pengolahan, yang dapat
dikonsumsi langsung dan/atau yang dapat menjadi bahan baku
pengolahan pangan.
 Sertifikasi adalah pemberian sertifikat kepada pelaku usaha
pangan hasil pertanian sebagai bukti pengakuan bahwa pelaku
usaha pangan hasil pertanian tersebut telah memenuhi
persyaratan dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan
hasil pertanian.
 Verifikasi adalah serangkaian kegiatan pengakuan formal oleh
OKKP-Pusat kepada OKKP-Daerah melalui proses penilaian
pemenuhan persyaratan OKKP-Daerah terhadap pedoman BSN
401-2000.
 Mutu adalah nilai pangan yang ditentukan atas dasar kriteria
keamanan pangan, kandungan gizi dan standar perdagangan terhadap
bahan makanan, makanan dan minuman.
 Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang
diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan terkontaminasi
oleh cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
 Sertifikat hasil uji adalah keterangan tertulis yang diberikan oleh
Laboratorium Penguji yang telah diakreditasi atau ditunjuk untuk
menyatakan bahwa produk yang diuji telah memenuhi standar yang
dipersyaratkan.
 Sertifikasi mutu pangan adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat
terhadap pangan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan
dan merupakan jaminan tertulis yang diberikan oleh Laboratorium
Penguji Mutu, Lembaga Sertifikasi, Lembaga personel, atau Lembaga
Inspeksi Mutu Pertanian yang telah diakreditasi atau ditunjuk oleh
Menteri yang menyatakan bahwa pangan tersebut telah memenuhi
kriteria tertentu dalam standar mutu pangan yang bersangkutan.

 Standar adalah spesifikasi atau persyaratan teknis yang


dibakukan, termasuk tata cara dan metode yang disusun
berdasarkan konsensus semua pihak yang terkait dengan
memperhatikan syarat-syarat keselamatan, keamanan,
kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengalaman perkembangan masa kini dan
masa yang akan datang untuk memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya.
 Inspektor/pengawas mutu hasil pertanian adalah
personel yang secara resmi ditugaskan oleh Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan (OKKP) untuk melakukan
pengawasan dan penilaian terhadap unit usaha atau
lembaga dalam menerapkan sistem jaminan mutu pangan
yang ditentukan.
 Verifikator adalah personel yang ditugaskan oleh OKKP-
Pusat dalam proses verifikasi OKKP-Daerah.
 Petugas Pengambil Contoh (PPC) adalah personel yang
ditugaskan oleh OKKP, OKKPD atau Laboratorium uji
dalam proses pengambilan contoh produk untuk keperluan
pengujian mutu.
 Laboratorium penguji adalah Laboratorium penguji mutu
dan keamanan pangan hasil pertanian.
 Lembaga sertifikasi adalah lembaga yang menerbitkan
sertifikat jaminan mutu pangan hasilpertanian.
 Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan
yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau
bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke
dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan
pangan.
 Prima Satu (P-1) adalah peringkat penilaian yang diberikan
terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan
aman dikonsumsi, bermutu baik serta cara produksinya ramah
terhadap lingkungan.

 Prima Dua (P-2) adalah peringkat penilaian yang diberikan terhadap


pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan aman
dikonsumsi dan bermutu baik.

 Prima Tiga (P-3) adalah peringkat penilaian yang diberikan


terhadap pelaksanaan usaha tani dimana produk yang dihasilkan
aman dikonsumsi.
BENTUK JAMINAN
PADA PRODUK
PRIMA TIGA PRIMA DUA PRIMA SATU
TINGKATAN
SERTIFIKAT SERTIFIKAT PRIMA 1 : DIKELUARKAN OLEH
OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
GAP
PUSAT (OKKP-P)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN
- MUTU
- LINGKUNGAN
- SOSIAL

SERTIFIKAT PRIMA 2 : DIKELUARKAN OLEH


OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
DAERAH (OKKP-D)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN
• MUTU

SERTIFIKAT PRIMA 3 : DIKELUARKAN OLEH


OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
DAERAH (OKKP-D)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN
 Good Manufacturing Practices (GMP) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara memproduksi pangan agar bermutu, aman, dan
layak dikonsumsi.
 Good Handling Practices (GHP) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara penanganan pangan agar bermutu, aman, dan layak
dikonsumsi.
 Good Farming Practices (GFP) adalah suatu pedoman yang
menjelaskan cara budidaya ternak agar bermutu, aman, dan layak
dikonsumsi.
 Nomor Kontrol Veteriner adalah sertifikat sebagai bukti tertulis
yang sah telah dipenuhinya persyaratan hygiene sanitasi sebagai
kelayakan dasar jaminan keamanan pangan asal hewan pada unit
usaha pangan asal hewan;
 Jaminan varietas adalah jaminan terhadap produk yang menunjukan
kebenaran tentang keaslian varietas yang dinyatakan dalam label.
 Pangan organik adalah pangan yang berasal dari suatu pert. organik
yang menerapkan praktek-2 pengelolaan yang bertujuan untuk
memelihara ekosistem dlm mencapai produktvs yang berkelanjutan
dan melakukan pengendalian gulma, hama dan penyakit melalui
berbagai cara seperti daur ulang sisa-sisa tumbuhan dan ternak, seleksi
dan pergiliran tanaman, pengelolaan air, pengelolaan lahan dan
penanaman serta penggunaan bahan-bahan hayati.
 Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu
konsepsi manajemen mutu yang diterapkan untuk memberikan
jaminan keamanan dari produk pangan.
ERMOHONAN AUDIT PEMBAHASAN
KELENGKAPAN KOMTEK

PENUNJUKAN REKOMENDASI
TIM PENILAI SERTIFIKASI

AUDIT PEMBERIAN
KECUKUPAN SERTIFIKAT

AUDIT SURVEILAN
LAPANGAN
Tahapan Sertifikasi
Pelaku usaha pangan hasil pertanian
1. Penyampaian permohonan sertifikasi
2. Penunjukan tim auditor
3. Penyampaian informasi tim auditor kepada Pelaku
usaha dan pelaksanaan penilaian oleh tim auditor
4. Penyampaian laporan hasil penilaian oleh tim
auditor
5. Pembahasan hasil penilaian oleh Panitia Teknis
6. Penyampaian rekomendasi sertifikasi dari Panitia
Teknis
7. Penyampaian sertifikat kepada Pelaku usaha
pangan segar pertanian
8. Pelaksanaan survailen
1. Persyaratan administrasi

Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh pelaku usaha


pangan hasil pertanian untuk dapat disertifikasi adalah :
• Mengisi dan menandatangani form permohonan yang berisi antara lain
nama perusahaan, alamat, nama pemohon, ruang
lingkup sertifikasi
• Melampirkan foto copy identitas pemohonan
• Melampirkan peta lahan/lokasi
• Memiliki sistem menejemen mutu untuk menjamin bahwa kegiatan
sertifikasi yang dilaksanakannya sesuai dengan persyaratan sistem jaminan
mutu hasil pertanian
• Bersedia memberikan informasi yang diperlukan untuk penilaian.
2. Persyaratan Teknis

2.1. Memiliki fasilitas sebagai berikut :


a.Fasilitas administrasi :
 Ruang kerja yang memadai
 Sarana penyimpanan dokumen
 Sarana komunikasi (telepon, fax dll)

b. Memiliki kompetensi sebagai berikut:


 Memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu Pangan
Hasil Pertanian PRIMA III untuk pengajuan
persyaratan pengajuan sertifikat PRIMA III.
Memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu Pangan
Hasil Pertanian PRIMA III untuk pengajuan
persyaratan pengajuan sertifikat PRIMA II dan
memiliki sertifikat PRIMA II untuk pengajuan
permohonan sertifikasi PRIMA I.
2.2. Telah menjalankan satu siklus penuh proses produksi
pangan hasil pertanian sesuai persyaratan sistem
jaminan mutu pangan hasil pertanian yang dibuktikan
dengan rekaman/catatan pelaksanaan kegiatan dan
atau bukti-bukti lain sesuai persyaratanyang ditetapkan.
2.3. Penanggung Jawab Teknis
Pelaku usaha pangan hasil pertanian harus memiliki
penanggung jawab teknis dengan kualifikasi sebagai
berikut:
 Pendidikan minimal SLTA
 Memiliki kompetansi di Bidang Teknis penanganan
mutu hasil pertanian yang dibuktikan dengan
pengalaman atau sertifikat pelatihan yang diterbitkan
oleh pihak/instansi lembaga yang kompeten.
2.4. Penanggung Jawab Sistem Mutu
Pelaku usaha pangan hasil pertanian harus memiliki
penanggung jawab Sistem Mutu pelaksanaan sertifikasi
jaminan mutu pangan hasil pertanian dengan kualifikasi
sebagai berikut:
Pendidikan minimal SLTA
Memiliki kompetensi bidang pertanian yang
dibuktikan dengan sertifikat pelatihan yang diterbitkan
oleh pihak / instansi / lembaga yang kompeten.
PROSEDUR SERTIFIKASI PRIMA

Sertifikasi PRIMA III dan PRIMA II


 Permohonan sertifikasi

Permohonan sertifikasi disampaikan oleh pelaku


usaha pangan hasil pertanian kepada Kepala BKP
Jawa Tengah selaku Ketua OKKPD Jawa Tengah
dengan melampirkan berkas serta keterangan
yang diperlukan (Surat Permohonan Sertifikat, Surat
Permohonan Perpanjangan Sertifikat Prima,
Pernyataan Kesanggupan);
 Penilaian (Kaji Ulang) Permohonan
Setelah surat permohonan dari pelaku usaha pangan
hasil pertanian diterima oleh OKKPD, akan dilakukan
penilaian permohonan untuk memeriksa
kelengkapan dokumen/berkas permohonan serta
audit kecukupan dokmn sistem jaminan mutu.
 Apabila berkas permohonan belum lengkap,
permohonan tersebut akan dikembalikan kepada
pelaku usaha pangan hasil pertanian yang
bersangkutan untuk dilengkapi. Setelah semua berkas
dilengkapi OKKPD akan menindak lanjuti dengan
persiapan inspeksi awal.
Inspeksi Awal
Inspeksi Awal Inspeksi awal terhadap pelaku usaha pangan hasil
pertanian dilakukan oleh Inspektor OKKPD atas perintah Ketua OKKPD.
Jumlah Inspektor disesuaikan dengan beban pekerjaan sertifikasi yang akan
dilaksanakan, akan tetapi berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang.

Tim akan meninjau secara langsung fasilitas yang dimiliki oleh pelaku
usaha pangan hasil pertanian. Hasil penilaian/inspeksi dilaporkan oleh
inspektor kepada OKKPD.

Pengujian Hasil Audit


OKKPD setelah menerima laporan hasil inspeksi menugaskan Tim
Teknis untuk melakukan pengujian atas laporan tersebut. Tim teknis
berjumlah ganjil, paling sedikit terdiri dari 3(tiga) orang. Laporan hasil
inspeksi dan rekomendasi sertifikasi disampaikan oleh Tim Teknis kepada
Ketua OKKPD secara tertulis.
Apabila dalam sidang TimTeknis menemukan hal-hal yang meragukan
maka dapat dilakukan pengecekan beserta alasannya, dan hal ini akan
diberitahukan kepada pelaku usaha pemohon sebelum sebelum pelaksanaan
Pengambilan keputusan
Keputusan atas permohonan setifikasi ditetapkan oleh Ketua OKKPD
setelah mempertimbangkan saran dari Tim Teknis. Keputusan yang diambil
dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap permohonan sertifikasi.

Kepada pelaku usaha yang permohonan sertifikasinya ditolak permohonan


sertifikasinya akan diberikan Surat Penolakan Permohonan Sertifikasi. Kepada
pelaku usaha yang disetujui dberikan sertifikat PRIMA-3 atau PRIMA-2 yang
mencantumkan sertifikat PRIMA berlaku selama 1 (satu) tahun dan dapat
diperpanjang dengan masa berlaku selanjutnya 2 (dua) tahun, dengan
ketentuan dapat ditinjau kembali atau dicabut sewaktu-waktu apabila di
kemudian hari ternyata pelaku usaha tidak dapat memenuhi kewajiban-
kewajiban yang ditentukan.
Sertifikasi PRIMA I
1.Permohonan Sertifikasi.

Permohonan sertifikasi disampaikan oleh pelaku usaha pangan hasil pertanian


kepada: Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian cq. Direktorat Mutu
dan Standarisasi selaku Ketua OKKPP dengan melampirkan berkas serta keterangan
yang diperlukan (Surat Permohonan Sertifikat, Surat Permohonan Perpanjangan
Sertifikat Prima, Pernyataan Kesanggupan) dengan Tembusan OKKPD.
2. Penilaian (Kaji Ulang) Permohonan

Setelah surat permohonan dari pelaku usaha pangan hasil pertanian diterima oleh
OKKPD, akan dilakukan penilaian permohonan untuk memeriksa
kelengkapan dokumen/berkas permohonan serta audit kecukupan dokumen sistem
jaminan mutu.
Apabila berkas permohonan belum lengkap, permohonan tersebut akan
dikembalikan kepada pelaku usaha pangan hasil pertanian yang bersangkutan
untuk dilengkapi. Setelah semua berkas dilengkapi OKKPD akan menindak
lanjuti dengan persiapan inspeksi awal.
3. Inspeksi Awal
Inspeksi awal terhadap pelaku usaha pangan hasil
pertanian dilakukan oleh Inspektor OKKPP Pusat
bersama OKKPD atas perintah Ketua
OKKPP.

Jumlah Inspektor disesuaikan dengan beban pekerjaan


sertifikasi yang akan dilaksanakan, akan tetapi berjulah
paling sedikit 2 (dua) orang. Tim akan meninjau secara
langsung fasilitas yang dimiliki oleh pelaku usaha pangan
hasil pertanian. Hasil penilaian/inspeksi dilaporkan oleh
inspektor kepada OKKPP.
4. Pengujian Hasil Audit
OKKP Pusat setelah menerima laporan hasil inspeksi
menugaskan Tim Teknis untuk melakukan pengujian atas
laporan tersebut. Tim teknis berjumlah ganjil, paling sedikit
terdiri dari 3 (tiga) orang. Laporan hasil inspeksi dan
rekomendasi sertifikasi disampaikan oleh Tim Teknis kepada
Ketua OKKPD secara tertulis.
Apabila dalam sidang Tim Teknis menemukan hal-hal yang
meragukan maka dapat dilakukan pengecekan beserta
alasannya, dan hal ini akan diberitahukan kepada pelaku usaha
pemohon sebelum sebelum pelaksanaan pengecekan. Tim
Teknis juga dapat meminta pendapat atau pandangan dari
pihak lain yang berkepentingan (antara lain OKKPP atau
pelanggan) nuntuk melengkapi keterangan yang diperlukan
dalam rangka pengujian pelaku usaha yang bersangkutan.
5. Pengambilan keputusan

Keputusan atas permohonan setifikasi ditetapkan oleh Ketua OKKPP


setelah mempertimbangkan saran dari Tim Teknis. Keputusan yang diambil
dapat berupa persetujuan atau penolakan terhadap permohonan sertifikasi.

Kepada pelaku usaha yang permohonan sertifikasinya ditolak


permohonan sertifikasinya akan diberikan Surat Penolakan Permohonan
Sertifikasi. Kepada pelaku usaha yang disetujui dberikan sertifikat PRIMA-
3 atau PRIMA-2 yang mencantumkan sertitikat PRIMA berlaku selama 1
(satu) tahun dan dapat diperpanjang dengan masa berlaku selanjutnya 2
(dua) tahun, denga ketentuan dapat ditinjau kembali atau dicabut sewaktu-
waktu apabila di kemudian hari ternyata pelaku usaha tidak dapat
memenuhi kewajiban-kewajiban yang ditentukan.
AUDIT SURVAILEN DAN AUDIT
INVESTIGASI

 1. Audit Survailen
Audit survailen dimaksudkan untuk memeriksa
konsistensi Pelaku usaha pertanian yang telah
memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.
Terhadap pelaku usaha pangan hasil pertanian
yang baru memperoleh sertifikat dan atau pelaku
usaha yang sertifikatnya baru diberlakukan
kembali maka audit survailen dilakukan 3 (tiga)
bulan kemudian yang selanjutnya dilaksanakan
secara rutin paling lama 6 (enam) bulan sekali.
Terhadap pelaku usaha pangan hasil pertanian
yang memperoleh perpanjangan sertifikat PRIMA
maka audit survailen dilaksanakan secara rutin
paling lama 6 (enam) bulan sekali.
Hasil audit survailen dapat berakibat:

 SertifikatPRIMA tetap berlaku.


(Pelaku usaha pangan hasil pertanian diperintahkan
untuk melakukan tindakan perbaikan atas temuan
ketidak sesuaian dalam jangka waktu yang ditentukan.
Apabila pelaku usaha tidak dapat melakukan perbaikan
dalam waktu yang ditentukan maka sertifikatnya
dibekukan).
 Pembekuan sertifikat PRIMA dalam kurun waktu yang
tertentu sampai pelaku usaha dapat melakukan
perbaikan atas temuan ketidak sesuaian.
2. Audit Investigasi
Audit investigasi dilaksanakan sewaktu-waktu apabila ada indikasi kuat
bahwa pelaku usaha pangan hasil pertanian

yang telah memperoleh sertifikat PRIMA melakukan kegiatan yang tidak


sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, hasil audit investigasi dapat
berakibat:
a. Sertifikat PRIMA tetap berlaku, pelaku usaha pangan hasil pertanian
diperintahkan untuk melakukan tindakan perbaikan atas temuan
ketidak sesuaian dalam jangka waktu yang ditentukan. Apabila pelaku
usaha tidak dapat melakukan perbaikan dalam waktu yang ditentukan
maka sertifikatnya dibekukan.
b. Pembekuan sertifikat PRIMA dalam kurun waktu yang tertentu sampai
pelaku usaha dapat melakukan perbaikan atas temuan ketidak sesuaian
PENOMORAN SERTIFIKAT

 Sertifikat diberikan kepada pelaku usaha


pangan hasil pertanian yang telah
melaksanakan sistem menejemen mutu
hasil pertanian. Nomor yang dicantumkan
menyertai logo adalah nomor sertifikat
Prima yang diberikan kepada pelaku
usaha pangan hasil pertanian sebagai
berikut:
1. Nomor sertifikat Prima minimal terdiri dari 18 angka (digit) yang terbagi
dalam 5 kelompok yang dipisahkan oleh tanda strip yaitu:
1) 4 (empat) angka pada kelompok I menunjukkan kode Provinsi, dan 2
digit kedua menunjukkan kode Kabupaten/Kota .
2) 1 (satu) angka pada kelompok II menunjukkan kode tingkatan:
Prima 1 sampai dengan 3 yaitu:
Prima 1 = 1
Prima 2 = 2
Prima 3 = 3
3) 4 (empat) angka pada kelompok III menunjukkan kode jenis
komoditas dari unit usaha pangan hasil pertanian yang telah
memperoleh sertifikat PRIMA.
4) 3(tiga) angka pada kelompok IV menunjukkan nomor urut sertifikat
unit usaha pangan hasil pertanian yang telah memperoleh sertifikat
Prima di Kabupaten/Kota bersangkutan (apabila jumlah pelaku
usaha hasil pertanian di Kabupaten/Kota yang bersangkutan lebih
dari 999 maka nomor urut sertifikat menjadi 4 angka/digit)
5) 4(empat) angka pada kelompok V menunjukkan tahun
dikeluarkannya sertifikat.
2. Nomor sertifikat prima dicantumkan pada logo prima
dengan cara penulisan seperti contoh berikut:

Sert. No. 33/33-3-50/03-001-05/2009

Keterangan :
 33/33 = kode Provinsi dan Kabupaten/Kota adalah
provinsi Jawa Tengah, kabupaten Banjarnegara
3 = kode prima 3
 50/03 = kode komoditas (salak)
 001 = nomor urut sertifikat Prima yang ke-1
dikeluarkan di Kabupaten/Kota yang
bersangkutan
 05/2009 = sertifikat dikeluarkan pada bulan Mei tahun
2009
TINDAKAN PERBAIKAN, PEMBEKUAN
DAN
PENCABUTAN SERTIFIKAT PRIMA
 Tindakan Perbaikan.
 Tindakan perbaikan dilakukan apabila
dari hasil audit (audit awal, survailen,
investigasi atau ulang) ditemukan
adanya ketidaksesuaian yang bersifat
mayor atau minor atau pengembangan.
 Pelaku usaha pangan hasil pertanian
harus melakukan tindakan perbaikan
dalam waktu yang telah disepakati.
Hasil tindakan perbaikan yang
dilaksanakan oleh pelaku usaha harus
dilaporkan kepada Kepala BKP selaku
ketua OKKPD. Setelah menerima laporan
tersebut, Ketua OKKPD akan
Pembekuan Sertifikat PRIMA
 Pembekuan dilakukan apabila:
 Dari hasil audit survailen atau hasil
audit investigasi ditemukan adanya
ketidak sesuaian yang sifatnya kritis.
 Pelaku usaha pangan hasil pertanian
tidak melakukantindakan perbaikan
atas temuan ketidaksesuaian yang
bersifat mayor dalam jangka waktu
yang telah disepakati.
 Masa berlaku sertifikat habis atau
masih dalam proses perpanjangan atas
permintaan pelaku usaha yng
bersangkutan.
 Pembekuan sertifikat akan berakibat
pelaku usaha pangan hasil pertanian
 Pemberlakuan kembali sertifikat yang telah dibekukan
dilakukan setelah pelku usaha terbukti dapat melaksanakan
perbaikan atas ketidaksesuaian yang menjadi penyebab
dikenakannya tindakan tersebut.
 Apabila dalam proses pembekuan pelaku usaha yang
bersangkutan tidak melakuan perbaikan dalam jangka
waktu yang telah ditentukan maka terhadap pelaku usaha
yang bersangkutan dikenakan tindakan pencabutan
sertifikatnya. Surat pemberitahuan pembekuan dan
pemberlakuan kembali sertifikat tersebut akan
diberitahukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan
oleh Kepala BKP selaku ketua OKKPD.
Pencabutan sertikat PRIMA
Pencabutan sertifikat dilakukan apabila:
 Setelah tiga kali dibekukan, pelaku usaha pangan hasil
pertanian masih melakukan kesalahan yang mengakibatkan
pembekuan sertifikat.
 Pelaku usaha tidak melakukan perbaikan selama 6 (enam)
bulan sejak dibekukan sertifikatnya.
 Selama sertifikat PRIMA di bekukan pelaku usaha pangan
hasil pertanian masih melakukan kegiatan sertifikasi produknya.
 Atas permintaan pelaku usaha yang bersangkutan.
Pelaku usaha pangan hasil pertanian yang dicabut sertifikat
PRIMA nya tidak dapat disertifikasi ulang dan sertifikat PRIMA
yang dicabut tidak dapat dipergunakan lagi. Surat pemberitahuan
pencabutan sertifikat tersebut akan diberitahukan kepada
pihak-pihak yang berkepentingan oleh Kepala BKP selaku Ketua
OKKPD.
Perpanjangan sertifikat PRIMA

 Pelaku usaha pangan hasil pertanian yang akan


berakhir masa berlaku sertikat PRIMA nya dapat
mengajukan permohonan perpanjangan sertifikat
jaminan mutu kepada Ketua OKKPD untuk P-3
dan P-2, sedangkan untuk P-1 kepada Ketua
OKKP Pusat.
 Proses perpanjangan sertifikat sama dengan
proses sertifikasi awal. Permohonan
perpanjangan sertifikat dapat diajukan 2 (dua)
bulan sebelum masa berakhirnya sertifikat.
Pernyataan kesanggupan

 Pelaku usaha pangan hasil pertanian yang disetujui


permohonan sertifikat PRIMA nya harus membuat
pernyataan (compliance
agreement) bahwa pelaku usaha tersebut sanggup
memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku
dalam melaksanakan kegiatannya sebagai
produsen pangan hasil pertanian yang
dipersyaratkan.
 Pernyataan tersebut harus dibuat diatas kertas
bermeterai dan ditanda tangani oleh pimpinan
puncak (top management) dari pelaku usaha yang
bersangkutan.
1. Penyampaian permohonan sertifikasi
2. Penunjukan tim auditor dan inspektor
3. Penyampaian informasi tim auditor kepada Pelaku
usaha dan pelaksanaan penilaian oleh tim auditor
4. Penyampaian laporan hasil penilaian oleh tim auditor
dan inspektor
5. Pembahasan hasil penilaian oleh Komisi Teknis
6. Penyampaian rekomendasi sertifikasi dari Panitia
Teknis
7. Penyampaian sertifikat kepada Pelaku usaha pangan
segar hasil pertanian
8. Pelaksanaan survailen
PROSEDUR SERTIFIKASI
Pelaku Usaha Pangan Hasil Pertanian
Yang Dapat Disertifikasi Prima:

1.Persyaratan administrasi
Persyaratan administrasi yang harus dipenuhi oleh pelaku
usaha pangan hasil pertanian untuk dapat disertifikasi
adalah :

Mengisi dan menandatangani form permohonan yang berisi antara


lain nama perusahaan, alamat, nama pemohon, ruang lingkup
sertifikasi
Melampirkan foto copy identitas pemohon
Melampirkan peta lahan/lokasi
Memiliki sistem menejemen mutu untuk mejamin bahwa kegiatan
sertifikasi yg dilaksanakannya sesuai dengan persyaratan sistem
jaminan mutu
Bersedia memberikan informasi yg diperlukan untuk penilaian
KOP SURAT KELOMPOK TANI

………….., tgl ……….……


No. :
Lamp. :
Hal : Permohonan Sertfifikasi
Kepada Yth.
Ketua Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Daerah Jawa Tengah,
( Kepala Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Tengah )
Jl. Gatot Subroto
( Komplek Pertanian Tarubudaya )
Ungaran
Yang bertanda tangan di bawah ini, kami
Nama Kelompok :
Alamat Kelompok :
Nama Pemohon :
Nomor Identitas ( KTP ) :
Komoditas :
Luas Lahan :
Bersama ini dengan hormat, kami mengajukan permohonan sertifikasi Prima III/ Prima II terhadap kelompok
tersebut diatas, dengan gambar peta lahan dan catatan-catatan kelompok seperti terlampir.
Demikian, atas perkenannya diucapkan terima kasih.
Mengetahui Pemohon
Ka BKP / Kantor Ketahanan Pangan
KOP SURAT KELOMPOK TANI

Sketsa gambar peta lahan


Nama Kelompok :
Alamat Kelompok :
Komoditas :
Luas Lahan :
Batas sebelah Utara :
Batas sebelah Timur :
Batas sebelah Selatan :
Batas sebelah Barat :
Mengetahui Pemohon,
Ka / Lurah Desa

( ............................. ) ( .................................)
KOP SURAT KELOMPOK TANI

Lampiran:
Struktur organisasi, Rekaman/Catatan telah melakukan GAP dan SOP
dan Nomor Regristrasi Kebun dari Dinas Pertanian TPH Prov. Jateng
Catatan yang dimiliki pemohon:
1. Catatan perencanaan Kebun
2. Catatan persiapan lahan
3. Catatan penyiapan benih
4. Catatan penanaman
5. Catatan pemangkasan bentuk pohon
6. Catatan pemeliharaan
7. Catatan pemupukan
8. Catatan pengairan
9. Catatan penjarangan buah
10.Catatan pengendalian OPT
11.Catatan panen
12.Catatan pasca panen
Keterangan:
- Fotocopy diatas agar dilampirkan dalam berkas permohonan.
- Catatan merupakan catatan rekapan dari kelompok.
- Catatan harus diketahui oleh pembina setempat (Dinas pertanian kabupaten ...........)
Mengetahui Pemohon,
Kata Pengantar
I. Potensi “Buah” di Kabupaten ………
II. Susunan dan Struktur Organisasi Kelompok Tani……………
III. Sejarah Organisasi Kelompok Tani
IV. Peta Lahan
V. Kegiatan Usahatani
1. Perencanaan Kebun
2. Persiapan Lahan
3. Persiapan Benih
4. Penanaman
5. Pemangkasan Bentuk Pohon
6. Pemeliharaan
7. Pemupukan
8. Pengairan
9. Penjarangan Buah
10. Pengendalian OPT
11. Panen
12. Pasca Panen dan Pemasaran

VI. Regristasi Kebun (Produk Dispertan Prov.Jateng)


VII. Penutup.
2. Persyaratan
Teknis
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi
oleh pelaku usaha pangan hasil pertanian
untuk dapat disertifikasi adalah sebagai
berikut:

2.1 Memiliki fasilitas sebagai berikut :


a. Fasilitas administrasi :
Ruang kerja yang memadai
Sarana penyimpanan dokumen
Sarana komunikasi (telepon, fax dll)
b. Memiliki kompetensi sebagai berikut:
Memenuhi persyaratan sistem jaminan mutu Pangan
Hasil Pertanian PRIMA 3 untuk pengajuan persyaratan
pengajuan sertifikat PRIMA 3.
 Memenuhi persyaratan sistem
jaminan mutu Pangan Hasil Pertanian
PRIMA 3 untuk pengajuan
persyaratan pengajuan sertifikat
PRIMA 2 dan memiliki sertifikat
PRIMA 2 untuk pengajuan
permohonan sertifikasi PRIMA I.
 Telah menjalankan satu siklus penuh
proses produksi pangan hasil
pertanian sesuai persyaratan sistem
jaminan mutu pangan hasil pertanian
dengan rekaman/catatan
pelaksanaan kegiatan dan atau bukti-
bukti lain sesuai persyaratan yang
ditetapkan.
c. Pelaku usaha pangan hasil pertanian
harus memiliki penanggung jawab
teknis dengan kualifikasi sebagai
berikut:

 Pendidikan minimal SLTA


 Memiliki kompetansi di Bidang
Teknis penanganan mutu dan
menejeman mutu hasil pertanian
yang dibuktikan dengan
pengalaman atau sertifikat
pelatihan yang diterbitkan oleh
pihak/instansi lembaga yang
kompeten.
Inspeksi Awal
Inspeksi Awal terhadap pelaku usaha
pangan hasil pertanian dilakukan oleh
Inspektor OKKPD atas perintah Ketua
OKKPD. Jumlah Inspektor disesuaikan
dengan beban pekerjaan sertifikasi yang
akan dilaksanakan, akan tetapi
berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang.
Tim akan meninjau secara langsung
fasilitas yang dimiliki oleh pelaku usaha
pangan hasil pertanian. Hasil
penilaian/inspeksi dilaporkan oleh
inspektor kepada OKKPD.
Pengujian Hasil Audit
 OKKPD setelah menerima laporan
hasil inspeksi menugaskan Tim
Teknis untuk melakukan pengujian
atas laporan tersebut. Tim teknis
berjumlah ganjil, paling sedikit
terdiri dari 3(tiga) orang. Laporan
hasil inspeksi dan rekomendasi
sertifikasi disampaikan oleh Tim
Teknis kepada Ketua OKKPD secara
tertulis.
Pengambilan keputusan
 Keputusan atas permohonan
sertifikasi ditetapkan oleh Ketua
OKKPD setelah mempertimbangkan
saran dari Tim Teknis. Keputusan
yang diambil dapat berupa
persetujuan atau penolakan
terhadap permohonan sertifikasi.
 Kepada pelaku usaha yang
permohonan sertifikasinya ditolak
permohonan sertifikasinya akan
diberikan Surat Penolakan
 Kepada pelaku usaha yang disetujui
diberikan sertifikat PRIMA-3 atau
PRIMA-2 yang mencantumkan
sertifikat PRIMA berlaku selama 1
(satu) tahun dan dapat diperpanjang
dengan masa berlaku selanjutnya 2
(dua) tahun, dengan ketentuan
dapat ditinjau kembali atau dicabut
sewaktu-waktu apabila di kemudian
hari ternyata pelaku usaha tidak
dapat memenuhi kewajiban-
kewajiban yang ditentukan.
 Pelaku usaha pangan hasil pertanian yang
disetujui permohonan sertifikat PRIMA
nya harus membuat pernyataan
(compliance agreement ) bahwa pelaku
usaha tersebut sanggup memenuhi
ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam
melaksanakan kegiatannya sebagai
produsen pangan hasil pertanian yang
dipersyaratkan.
 Pernyataan tersebut harus dibuat diatas
kertas bermeterai dan ditanda tangani
oleh pimpinan puncak (top management)
KOP SURAT KELOMPOK TANI

PERNYATAAN KESANGGUPAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ..............................................................................
Alamat : ..............................................................................
Selaku :
(Jabatan dalam unit usaha) pada unit usaha pangan hasil pertanian asal budidaya
tanaman.

Dengan ini menyatakan kesanggupan kami untuk mematuhi semua ketentuan yang
ditetapkan oleh OKKP-D Provinsi Jawa Tengah dalam pedoman Sertifikasi PRIMA
berikut semua perubahannya, sehubungan dengan keiukutsertaan kami dalam Progran
Sertifikasi PRIMA tersebut.
Demikian pernyataan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
..........................., tanggal......................................
(materai Rp. 6.000,-)
Stempel unit usaha bila ada,
Tanda tangan,
Nama dan Jabatan
setiap keterangan mengenai pangan
yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain
yang disertakan pada pangan,
dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada,
atau merupakan bagian kemasan pangan.
BENTUK JAMINAN
PADA PRODUK
PRIMA TIGA PRIMA DUA PRIMA SATU
TINGKATAN
SERTIFIKAT SERTIFIKAT PRIMA 1 : DIKELUARKAN OLEH
OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
GAP
PUSAT (OKKP-P)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN
- MUTU
- LINGKUNGAN
- SOSIAL

SERTIFIKAT PRIMA 2 : DIKELUARKAN OLEH


OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
DAERAH (OKKP-D)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN
• MUTU

SERTIFIKAT PRIMA 3 : DIKELUARKAN OLEH


OTORITAS KOMPETEN KEAMANAN PANGAN
DAERAH (OKKP-D)
MEMENUHI ASPEK :
• KEAMANAN PANGAN

Anda mungkin juga menyukai