Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten Simalungun
Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panombeian Panei Kabupaten Simalungun
TESIS
Oleh :
JUSTINA NURIATI PURBA
057024036
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI
KABUPATEN SIMALUNGUN
(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)
TESIS
Oleh :
JUSTINA NURIATI PURBA
057024036
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Judul Tesis : PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA
DI KECAMATAN PANOMBEIAN PANEI
KABUPATEN SIMALUNGUN
(Studi tentang Program Bantuan Pembangunan
Nagori / Kelurahan (BPN / K)
Menyetujui,
Komisi Pembimbing :
Anggota, Ketua,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
PERNYATAAN
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah
ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRAK
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
ABSTRACT
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
dalam proses penyusunan sejak awal hingga selesainya Tesis ini. Tesis yang berjudul
Kelurahan (BPN / K) ini ditulis sebagai salah satu persyaratan akhir, guna
memperoleh gelar Magister Studi Pembangunan (M.SP) pada Program Pasca Sarjana
Andil yang sangat besar telah diberikan sejak proses perkuliahan, penyusunan
sebuah Tesis telah diberikan banyak pihak, maka pada kesempatan ini dengan
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Erika Revida, MS, selaku Pembimbing Pertama yang penuh
serta pencerahan intelektual yang sangat berkesan bagi penulis, sejak proses awal
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
2. Bapak Drs. Agus Suriadi, M.Si, selaku Pembimbing Kedua yang telah banyak
4. Suami tercinta Rizal Edi Praja Saragih, AP, M.Si (Cia) yang juga selaku Camat
kasihnya kepada penulis. Demikian juga terhadap Keluarga Besar Saragih yang
5. Ayahanda R.B. Purba dan Ibunda S. Sipayung, yang senantiasa berdoa dan
berjuang untuk keberhasilan penulis serta dorongan dan semangat yang selalu
diberikan. Warisan pendidikan yang beliau berikan sangat berharga bagi penulis
hingga kelak diakhir hayat. Demikian juga terhadap Keluarga Besar Purba yang
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang sedikit banyak
memberi bantuan dan peluang untuk penyelesaian penulisan tesis ini, baik
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Penulis sangat menyadari bahwa Tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
kesempurnaan karya tulis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini dapat
bermanfaat.
Syaloom.....
Medan, 2008
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
RIWAYAT HIDUP
NIM : 057024036
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ........................................................................................... iv
ABSTRACT ......................................................................................... v
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
2.3. Program Dana Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan
(BPN / K) ............................................................................. 28
2.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Program
Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K) ...... 33
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB V PENUTUP ............................................................................ 97
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 97
5.2. Saran .................................................................................... 99
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jarak Ke Ibu Kota
Kecamatan .......................................................................... 44
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.12 Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan
Panombeian Panei yang bersumber dari Tahun 62
Anggaran 2005 ............
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Pedoman Wawancara ............................................................... 104
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB I
PENDAHULUAN
bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan
daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan
struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan
bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara ke desa.
penyebaran jumlah tenaga kerja produktif yang tidak seimbang, termasuk tingkat
masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan
demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak
dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten,
Partisipasi yang ada masih sebatas pemanfaatan hasil. Tingkat partisipasi dalam
pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa
penyelesaian yang tepat pada waktunya (efisiensi dan efektifitas) serta sesuai dengan
rencana yang ditetapkan. Dengan orientasi seperti ini, tentunya masyarakat desa
beserta stakeholder lainnya di desa yang seharusnya memiliki peranan yang besar
berinovasi. Hal tersebut misalnya dapat dilihat dari implementasi program bantuan
desa (Bangdes) selama ini, justru peranan birokrat pemerintah yang amat menonjol.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
dikenal luas di desa, namun masyarakat selalu dianggap kurang mampu, sehingga
bimbingan dan arahan dari pemerintah begitu kuat pengaruhnya dan merasuk
bimbingan dan arahan dari pemerintah. Bila kondisi tersebut tetap dipertahankan,
mengandung unsur proses dan adanya suatu perubahan yang direncanakan untuk
ini dimaksudkan supaya perubahan yang hendak dituju adalah perubahan yang
155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu.
Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder
yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
1988:378). Meskipun demikian, dalam konteks yang lebih luas, juga terdapat peranan
Domain pembangunan desa juga tidak terlepas dari wacana tentang model
perencanaan pembangunan yaitu dari atas ke bawah (top down planning) dan dari
bawah ke atas (bottom up planning). Pada dasarnya setiap program dari pemerintah
berbeda. Sesuai dengan tuntutan paradigma baru tentang pembangunan yang berpusat
sudah sewajarnya diperbesar dan menjadi inti dari proses pembangunan yang
memberdayakan masyarakat.
pemberdayaan masyarakat.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Penelitian ini dikhususkan pada desa-desa di Kecamatan Panombeian Panei
besar, meskipun tidak secara fisik, akan tetapi dalam wujud regulasi yang kurang
pelaksanaan program BPN / K yang masih didominasi oleh elit formal di tingkat
lokal.
Rp. 40.000.000,- (10 %), dari dana stimulan sebesar Rp. 400.000.000,- untuk 8 desa
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Penelitian ini dikhususkan pada desa di Kecamatan Panombeian Panei
%), merupakan kecamatan yang paling dekat dan berbatas langsung dengan wilayah
Simalungun. Selain itu juga banyak warga kota yang bermukim di kecamatan ini.
Dengan demikian terjadi interaksi karakter masyarakat pertanian dengan sifat wilayah
sebagai hinter-land nya Kota. Berarti hal tersebut akan berkontribusi dalam
disebabkan oleh peranan Bupati Simalungun periode 2000 s/d 2005 yang merupakan
putra asli daerah tersebut, sehingga banyak dialokasikan program pembangunan, yang
Terbukti dari realisasi penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kecamatan
Panombeian Panei yang berada pada rangking terakhir (dari 30 kecamatan). Target
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
PBB dari tahun ke tahun berkisar Rp 60.000.000,- s/d Rp 70.000.000,- dan
ketidakberdayaan masyarakat.
Tentunya penelitian ini bukan untuk mencari siapa yang salah, atau
bagaimana fomat yang paling ideal, namun berangkat dari proses pembangunan yang
memberi “ruang” dan kesempatan bagi masyarakat untuk dapat berperan dalam
baik sumber daya material maupun non material, terutama sumber daya manusianya
sendiri untuk mandiri (Uphoff dalam Cernea, 1988:501). Dengan kata lain
pembangunan.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
partisipatif, sebagaimana dinyatakan Soetrisno (dalam Lasito, 2002:7), sebagai
berikut :
masyarakatlah yang memiliki peran yang besar (termasuk pendanaan) serta sangat
menentukan bagi arah kegiatan pembangunan, sesuai dengan aspirasi dan perspektif
cenderung birokratis.
Bertitik tolak dari perumusan masalah yang diajukan diatas, tujuan penelitian ini
Panombeian Panei.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat menguatkan kajian
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan
kesejahteraan material dan spiritual mereka sebagai tujuan pembangunan. Visi ini
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
dan pemanfaatannya, peranan masyarakat yang menonjol. Peran itu lebih efektif
mengemukakan dua cara, yaitu: “Pertama, dengan membangun sebuah program dan
organisasi yang sama sekali baru dari bawah. Kedua, dengan “mencangkok” proses
tersebut pada organisasi yang ada, sehingga mempunyai kemampuan baru untuk
bekerja di pedesaan”.
belajar yang koheren. Pengalaman selama ini telah memberi dasar bagi perumusan
kerangka kerja dan metode penyusunan pembangunan yang lebih sesuai dengan
proses belajar di antara masyarakat desa dan outsider stakeholder, sebab tingkat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Muara seluruh proses pembangunan adalah desa, sehingga desain
peranan penting yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya
keliru jika memandang atau merencanakan suatu proyek yang terpisah sama
Bryant dan White (1987:137) menggaris bawahi pentingnya perspektif ini dengan
menyatakan bahwa lebih tepatlah jika proyek dipandang sebagai ungkapan lokal
dari program nasional secara luas dan bukan sebagai kegiatan tersendiri yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
lepas. Proyek dapat dirancang antara lain untuk menyajikan informasi yang
Bryant dan White (1987:142) mengatakan ada empat aspek dalam konseptualisasi
proyek dan program sebagai bagian dari proses pembangunan yang berinteraksi,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Wujud pembangunan desa adalah adanya berbagai program dan proyek
pembangunan yang bertujuan menciptakan kemajuan desa. Program dan proyek itu
tidak hanya untuk mencapai kemajuan fisik saja, tetapi juga meningkatkan
mengadakan sesuatu yang baru dalam arti fisik, akan tetapi lebih luas. Sasaran
pembangunan desa meliputi perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat desa,
kebutuhan dan memecahkan masalah, sehingga dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
Partisipasi itu diartikan tidak saja sebagai keikutsertaan dalam pembangunan yang
direncanakan dan dilaksanakan oleh pihak luar desa (outsider stakeholder) atau
desanya, akan tetapi lebih dari sekedar itu. Dalam partisipasi yang terpenting adalah
bagaimana pembangunan desa itu berjalan atas inisiatif dan prakarsa dari warga
Sejalan dengan itu, segala potensi lokal betapapun kecilnya tidak dapat
diabaikan, karena ia akan menjadi sumber dan entry point dari sebuah pembangunan.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Midgley (1995:78-79) mengemukakan ada beberapa aspek dalam pembangunan desa,
diantaranya mementingkan proses dan adanya intervensi. Dua hal tersebut perlu
tidak terlepas dari campur tangan pemerintah, karena pemerintah yang menguasai
menyebutkan tiga hal yang penting dan menentukan tentang pembahasan tersebut,
yakni :
a. Pentingnya organisasi lokal yang partisipatif dan beorientasi pada belajar dari
pengalaman, yang merupakan salah satu cara pokok untuk menanggulangi
kekeliruan-kekeliruan dan ketidakpastian dalam lingkungan pembangunan yang
sangat tidak pasti.
b. Tidak dapat hanya dengan mengandalkan kompetensi teknokratik semata-mata
yang dianggap sebagai “pemberesan kilat”. Kompetensi tersebut dianggap
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
menggunakan top down planning yang kecenderungannya bukannya merupakan
bagian dari jalan keluar, melainkan justru merupakan bagian dari permasalahan.
c. Pentingnya menyimak kebutuhan-kebutuhan yang spesifik dari masyarakat lokal
yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan budayanya. Kompleksitas budaya
lingkungan itu merupakan bagian penting dari kehidupan lokal.
Bahwa pemecahan yang cepat dan tepat bagi pembangunan desa tidak ada,
khususnya jika pembangunan dipahami dalam hubungan dengan kapasitas,
keadilan dan penumbuhan kekuasaan (empowerment) dalam suatu dunia yang
lestari, berkecukupan dan saling bergantung. Dengan demikian siapapun yang
terlibat dalam pengelolaan pembangunan desa harus menghindari dua hal
yang sangat merugikan yaitu sikap pesimistik dan metode pemecahan yang
simplimistik.
menjadi titik penentu apakah proses pembangunan itu menjadi wahana proses belajar
atau hanya sekedar sebuah rekayasa yang mana pemerintah menjadi pemain tunggal.
Dengan demikian penekanan pada aspek “proses” memiliki arti penting. Proses
belajar mengandung makna bahwa setiap kekurangan dan kelemahan yang muncul
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemberdayaan masyarakat adalah konsep yang berkembang dari masyarakat
budaya barat sejak lahirnya Eropa modern pada pertengahan abad 18. Dalam
kekuasaan untuk meningkatkan posisi sosial, ekonomi, budaya dan politik dari
45) yakni :
(blueprint) atau pendekatan yang datangnya dari atas. Dengan kondisi ini,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Jika partisipasi yang ada ternyata berasal dari atas, maka ia akan menjadi
mobilisasi, yakni sekedar alat untuk mencapai apa yang diinginkan. Akan tetapi
jika partisipasi sungguh-sungguh berasal dari bawah, maka akan mengarah pada
dengan kebutuhan dan kemampuan penduduk yang diharapkan untuk meraih manfaat
keberdayaan yang aktif, bukan secara pasif, apalagi sampai dimobilisasi oleh outsider
stakeholder. Lebih jelasnya dapat disimak dari pernyataan Uphoff dalam Cernea
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
ditempatkan di lapangan dari pusat untuk bekerja dengan penduduk pedesaan
dan mengembangkan kapasitas organisasi diantara mereka.
saja.
Pengalaman empirik dan historis dari format sosial ekonomi kultural yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
hak normatif manusia yang tidak berkuasa atau yang dikuasai. Oleh sebab itu,
kekuasaan harus didistribusikan kesemua orang, agar semua orang dapat
mengaktualisasikan diri.
c. Pandangan ketiga, pemberdayaan adalah penguatan kepada yang lemah tanpa
menghancurkan yang kuat. Pandangan ini adalah pandangan yang paling moderat
dari dua pandangan lainnya. Pandangan ini adalah antitesis dari pandangan power
to nobody dan pandangan power to everybody. Menurut pandangan ini, power to
nobody adalah kemustahilan dan power everybody adalah chaos dan anarki. Oleh
sebab itu menurut pandangan ketiga yang paling realistis adalah power to
powerless.
atau kelompok agar lebih berdaya. Ada unsur luar (baik dalam bentuk lembaga atau
memunculkan kekuatan dan kemampuan individu dan kelompok yang selama ini
dan sekunder. Kedua kecenderungan tersebut akan merubah individu atau kelompok
pemberdayaan muncul dari kondisi sosial ekonomi budaya yang dikotomis yaitu
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
situasi menguasai dan dikuasai, maka harus dilakukan pembebasan melalui proses
pemberdayaan hendaknya menyangkut kondisi sosial, ekonomi dan budaya dari yang
diberdayakan.
mengetahui usaha yang dapat mereka lakukan dan kebutuhan mana yang paling
mendesak.
pengaruh yang lebih besar di arena politik secara lokal maupun nasional.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemberdayaan juga merupakan suatu proses yang menyangkut hubungan-
cenderung hanya menerima keadaan akan lebih berani bertindak untuk merubah
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat berupa menghadapi kekuasaan formal
atau bahkan tidak mencerminkan aspek pemberdayaan. Hal ini tidak sesuai dengan
Komitmen yang rendah dari pihak pemberdaya dapat saja muncul dari kekhawatiran
mereka.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan rakyat dibuat di tingkat lokal
dimana didalamnya rakyat memiliki identitas dan peran yang dilakukan sebagai
partisipasi aktif.
b. Fokus utama pembangunan adalah memperkuat kemampuan rakyat miskin dalam
mengawasi dan menggerakkan aset-aset guna memenuhi kebutuhan yang khas
menurut daerah mereka sendiri.
c. Pendekatan ini mempunyai toleransi terhadap perbedaan.
d. Pendekatan pembangunan dengan menekankan pada proses “social learning”.
e. Budaya kelembagaan yang ditandai oleh adanya organisasi yang bisa mengatur
diri dan lebih terdistribusi.
f. Proses pembentukan jaringan koalisi dan komunikasi antara birokrasi dan
lembaga lokal, satuan organisasi tradisional yang mandiri, merupakan bagian
yang integral dan pendekatan ini baik untuk meningkatkan kemampuan mereka
dalam mengidentifikasikan dan mengelola berbagai sumber maupun untuk
menjaga keseimbangan antara struktur vertikal dan horizontal.
Bantuan yang terbaik yang dapat diberikan pada masyarakat adalah bantuan
intelektual yaitu berupa pemberian pengetahuan yang berguna. Bantuan ini
jelas lebih baik daripada bantuan dalam bentuk barang. Karena sesuatu yang
tidak diperoleh dengan usaha atau pengorbanan yang sungguh-sungguh tidak
akan menjadi “milik sendiri”. Bantuan barang dapat diterima oleh penerima
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
bantuan tanpa usaha dan pengorbanan. Karenanya jarang menjadi “milik
sendiri”.
Memang disadari bahwa saat ini bantuan berupa pengetahuan itu sudah ada
yang diberikan. Namun hal itu didasarkan pada anggapan bahwa “apa yang baik
untuk si kaya pasti baik pula untuk si miskin”. Anggapan inilah yang ditentang
Schumacher (1993:187) sebagai sesuatu yang salah. “Selama kita mengaku tahu,
padahal sesungguhnya tidak tahu, maka kita akan terus datang ke negara miskin dan
memperagakan pada mereka segala yang indah yang dapat mereka lakukan kalau
perlunya kondisi keterbukaan yang lebih besar dalam masyarakat. Akan tetapi
tampaknya masih ada kekhawatiran pemerintah terhadap proses politik yang terbuka.
dapat menjadi gerakan yang destruktif, karena dapat tampil sebagai reaksi terhadap
diri sebelum akhirnya obyek akan beralih fungsi menjadi subyek yang baru. Karena
proses tersebut didukung oleh faktor atau stimulus dari luar, maka subyek tersebut
sebagai faktor eksternal. Selain itu, faktor internal yang mementingkan tindakan aktif
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
obyek atau masyarakat miskin sendiri juga merupakan prasyarat penting yang dapat
Pada umumnya “negara” hampir selalu takut pada aksi politik tingkat bawah
yang murni. Istilah yang lebih disukai adalah “partisipasi”, bukan pemberian
karena pada tingkat operasional di lapangan, masih adanya kontrol yang “kuat” pada
masyarakat, sebagaimana pengalaman yang ditunjukkan, yaitu: “Salah satu hasil dari
modernisasi yang paling melemahkan adalah rasa tidak berdaya dalam menghadapi
lembaga-lembaga yang dikontrol oleh mereka yang tidak dikenal oleh masyarakat
lokal dan nilai-nilai yang dibawapun juga seringkali tidak sesuai dengan yang dianut
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Sehingga bagaimanapun, masyarakat selalu lebih mampu memahami
kebutuhan mereka sendiri dengan lebih baik dari siapapun juga, sehingga sudah pada
sebagai berikut :
masyarakat adalah upaya dan proses yang dilakukan supaya masyarakat memiliki
keleluasaan dalam menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya yang lebih khas dan
desa. Mereka dapat menggerakkan segala potensi yang dimilikinya untuk dapat turut
mewarnai hasil pembangunan yang diharapkan akan lebih sesuai dengan kebutuhan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Friedmann (1992) menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat harus
dimulai dari rumah tangga. Pemberdayaan rumah tangga adalah pemberdayaan yang
pemberdayaan sosial adalah usaha bagaimana rumah tangga lemah memperoleh akses
tangga yang lemah memiliki akses dalam proses pengambilan keputusan publik yang
masa depannya.
merupakan unsur yang sungguh penting dalam hal ini. Dengan dasar pandang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pada dasarnya pemberdayaan bermaksud membantu klien (warga masyarakat)
oleh situasi dan kondisi yang kondusif, khususnya political will dari pemerintah,
alokasi dana yang memadai serta kesungguhan dari para stakeholders yang terlibat
prosesnya, bukan sekedar hasil, karena proses akan terkait dengan kesinambungan.
Demikian juga halnya dengan para stakeholders yang terlibat hendaknya tetap dalam
hubungan yang equal sesuai dengan paradigma pemberdayaan yang modern (bukan
sekedar paradigma pemberdayaan klasik yang berangkat dari persepsi dikotomi “yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
kepada Nagori / Kelurahan, partisipasi aktif dari masyarakat tetap sangat
oleh LKMD, sedangkan program DPD/K yang digulirkan sejak tahun anggaran
program BPN / K. Program BPN / K ini dimulai sejak tahun 2001 dan dikelola
oleh LKMD.
(dalam istilah lokal disebut Pangulu) serta Lurah sebagai PjOK dan Sekretaris
Nagori sebagai PjAK sejak tahun anggaran 2002. Pengalihan tersebut untuk lebih
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
pihak yang paling bertanggung-jawab dan tidak jarang saling melempar
tanggung-jawab.
Penggunaan dana BPN / K sebesar Rp. 50.000.000,- / Nagori dibagi dalam tiga
alokasi yaitu :
prasarana yaitu :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
3. Sarana dan prasarana penunjang ekonomi masyarakat dan produksi, misalnya :
saluran irigasi nagori, sarana penunjang kegiatan pertanian, peternakan,
perkebunan, industri rumah tangga dll dan
4. Sarana dan prasarana pemasaran, misalnya : lods pasar nagori, lumbung pangan
dll. Konsekuensi Dana BPN / K yang bersifat stimulan atau perangsang supaya
masyarakat dapat aktif berpartisipasi melalui swadaya gotong royong berupa
uang, tenaga dan bahan material, sehingga tidak semata-mata mengandalkan
seluruhnya dana bantuan tersebut.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
pelaksanaan dan pemantauan selanjutnya. Sedangkan untuk tingkat kecamatan,
Kecamatan.
merasa ikut memiliki dengan swadaya gotong royong masyarakat berupa uang,
tenaga dan material, Kedua, pelaksanaan kegiatan harus dilakukan dengan tepat
waktu, tepat sasaran dan tepat jumlah, Ketiga, penggunaan dana agar dilakukan
secara tertib, efisien dan efektif sesuai yang tercantum dalam DURK secara
jawabkan secara fisik proyek dan administrasi keuangan sesuai dengan ketentuan
sesuai dengan keinginan nagori yang dapat berupa Tim Pengelola atau kelompok
sejenis.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BUPATI
SIMALUNGUN
TIM PEMBINA
KABUPATEN
CAMAT
KASI PMN /
DALWASPOR
PEMERINTAHAN NAGORI /
MAUJANA KELURAHAN LPMN / K
NAGORI (PjOK dan PjAK)
MUSYAWARAH
PEMBANGUNAN NAGORI/
KELURAHAN
Gambar 2.1
Struktur Organisasi Pelaksanaan Program BPN / K
Kabupaten Simalungun
Keterangan :
Garis Pembinaan
Garis Pelaporan
Garis Koordinasi
Garis Dukungan Kegiatan
Sumber : Juklak BPN / K, BPMN
Kabupaten Simalungun 2006
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
2.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi tentang Program
Bantuan Pembangunan Nagori Kelurahan (BPN / K)
growth, growth with equity & basic need yang dianggap gagal memenuhi
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
alternatif pembangunan pada intinya memberi tekanan pada otonomi
berikut :
dari aspirasi rakyat, merupakan wahana baru yang harus diwujudkan dan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
diperkuat, agar dari sana rakyat mempunyai media untuk meningkatkan
keberdayaannya.”
sebagai berikut :
Pemberdayaan Masyarakat
Dalam Pembangunan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterlibatan Masyarakat Desa
(Nagori)
Mekanisme Pembangunan
Gambar 2.2
Skema Kerangka Pemikiran
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB III
METODE PENELITIAN
masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi
berikut:
Untuk memperoleh informasi yang lebih detail mengenai gejala sosial yang
sebagaimana disebut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2001:3),
yaitu :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
kesutuhan.
Menurut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2001:3) menyebutkan bahwa
tersebut dalam bahasa dan peristilahannya. Jadi, alat pengumpul data dalam
penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci (key instrument)”.
yang bertujuan melaksanakan perubahan yang terarah dan sesuai dengan apa yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan mempunyai arti yang sangat
dilaksanakan di tingkat desa, sebab dengan demikian mereka akan terlibat secara
3.3. Informan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
tidak terstruktur, sedangkan pengamatan dilakukan secara langsung terhadap
informan dalam penelitian ini cukup luas ruang lingkupnya (mencakup seluruh
Pamatang Panombeian, Nagori Marjandi dan Nagori Talun Kondot. Selain itu
supervisor (2 orang)
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
3.4. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara dilakukan secara tidak terstruktur dan mendalam pada informan yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Studi kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan dokumen-dokumen resmi dan
3. Observasi
nagori. Alasan pemilihan ketiga nagori tersebut adalah berdasarkan jumlah Kepala
Keluarga (KK) dan jarak orbitasi ke pusat pemerintah Kecamatan, yaitu Nagori
Pamatang Panombeian (Nagori yang terdekat sebagai ibukota Kecamatan yaitu 0,5
km dengan 317 KK), Nagori Marjandi (Nagori yang pertengahan yaitu 6 km dengan
988 KK) dan Nagori Talun Kondot (Nagori yang terjauh yaitu 12 km dengan 532
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang diperoleh dari
berikut :
a. Reduksi Data (Data reduction), pada tahap ini data diberi kode, disimpulkan, dan
dikategorikan menurut aspek-aspek penting dari setiap tema yang diteliti. Tahap
ini juga membantu dalam menentukan data apa lagi yang diperlukan dan
bagaimana serta siapa yang akan memberikan informasi selanjutnya, metode apa
yang akan digunakan untuk menganalisis yang akhirnya akan membawa pada
kesimpulan.
meliputi beberapa kategori yang ditetapkan, sehingga pada tahap ini adalah proses
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
c. Interpretasi atau Penafsiran (Interpretation), tahap ini meliputi proses
(explanations) yang akan membawa kepada simpulan yang telah teruji melalui
data yang benar-benar lengkap, sehingga tidak ada informasi atau pengertian baru
yang terlewatkan.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Panombeian yang berjarak 14 Km dari Kantor Bupati Simalungun dan berjarak 123
Km dari Kota Medan, Ibukota Propinsi Sumatera Utara. Secara administratif batas
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya dan Kecamatan Tapian Dolok.
sehingga merupakan daerah berhawa sejuk yang terletak pada ketinggian 600 meter
dari permukaan laut dengan luas wilayah 92,20 Km2 atau 2,1% dari luas Kabupaten
Simalungun (4.386,60 Km2). Pembagian luas wilayah menurut Nagori dan Jarak ke
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.1
Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jarak Ke Ibu Kota Kecamatan
merupakan wilayah terbesar yang mempunyai rasio 24,34 % terhadap total luas
wilayah Kecamatan Panombeian Panei dan Nagori Pamatang Panei (02,22 Km2)
merupakan wilayah terkecil yang mempunyai rasio 2,40 % terhadap total luas
Didukung oleh topografi wilayah yang sejuk dan terletak pada dataran landai,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.2
Luas Wilayah Menurut Nagori dan Jenis Penggunaan Lahan
Lahan Lahan
Perkebunan Pemukiman Lainnya
No Nagori Sawah Kering Jumlah
(Ha) (Ha) (Ha)
(Ha) (Ha)
1. Pam. Panombeian 550 80 0 15 5 650
2. Panombeian 625 124 0 76 25 850
3. Nagori Bosar 90 75 255 36 19 475
4. Marjandi 100 200 830 100 57 1.287
5. Simpang Panei 603 500 0 200 20 1.323
6. Pamatang Panei 135 55 0 22 10 222
7. Talun Kondot 155 875 880 200 58 2.168
8. Simbolon Tengkoh 160 700 1140 200 45 2.245
Jumlah 2.418 2.609 3.105 849 239 9.220
Persentase 26,23 28,3 33,68 9,208 2,59 100
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007
4.568 Kepala Keluarga, untuk jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk dan KK Di Kecamatan Panombeian Panei
(Keadaan Akhir Desember 2006)
Dari data diatas, terlihat bahwa komposisi jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan tidak terlalu jauh berbeda. Penduduk laki-laki sekitar 48,20 % dan
penduduk yang paling banyak terdapat di Nagori Bosar dan Nagori Marjandi.
ramai bersebelahan dengan kota Pematang Siantar dan merupakan daerah pemukiman
perkebunan. Sedangkan Bila dilihat dari kelompok umur dan jenis kelamin, penduduk
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.4
Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
non produktif antara 0–14 tahun dan 60 tahun keatas lebih sedikit, yaitu 2.965 jiwa
(15,46 %), dibandingkan dengan kelompok usia yang dianggap produktif 15–59
tahun yaitu 6.275 jiwa (84,53 %). Indikator anggapan usia produktif pada dua asumsi,
yaitu usia 15–19 sudah mampu membantu orangtuanya bekerja di ladang pertanian
paruh waktu kalau masih sekolah, atau bahkan putus sekolah, tentunya akan penuh
waktunya. Usia 55–59 juga dianggap masih produktif, karena penduduk yang
dan tanah yang landai, sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian
sebagai petani selain Pedagang, PNS / Guru / TNI/Polri dan lainnya, sebagaimana
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.5
Penduduk Kecamatan Panombeian Panei Menurut Mata Pencaharian
keras dan padi sawah. Lebih lengkapnya, sebagaimana dalam tabel berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.6
Jumlah Rumah Tangga Pengguna Lahan Tanaman Padi,
Palawija dan Holtikultura
Holtikultura
Palawija
Jumlah
Sawah
Lain-
Lain
Padi
No. Nagori
disusul oleh Rumah Tangga yang bergerak dibidang tanaman palawija berupa
Tangga yang berperan sebagai karyawan dalam perkebunan rakyat dan perkebunan
negara.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
karena didukung oleh keberadaan berbagai sarana pendidikan di Kecamatan,
Tabel 4.7
Penyebaran Sarana Pendidikan di Setiap Nagori se Kecamatan
Panombeian Panei Keadaan Tahun 2006
SD SLTP SLTA
No. Nagori
N S N S N S
1. Pamatang Panombeian 2 - - - - -
2. Panombeian 2 - - 1 - -
3. Nagori Bosar 2 - - 2 - 1
4. Marjandi 4 - 1 - 1 -
5. Simpang Panei 2 - - - - -
6. Pamatang Panei 3 - - 1 - -
7. Talun Kondot 5 - - - - -
8. Simbolon Tengkoh 2 - - - - -
Jumlah 22 - 1 4 1 1
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007 (Ket : N = Negeri, S = Swasta)
sarana SMP dan SLTA masih memusat di Marjandi, Simpang Panei dan Nagori
Bosar, sehingga siswa yang melanjutkan sekolah ke SMP dan SLTA yang berasal
beragam. Di Kecamatan ini juga ada masyarakat yang telah sekolah sampai tahap
Pasca Sarjana untuk S2 dan S3, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.8
Penduduk Menurut Nagori dan Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Nagori
Panombeian
Panombeian
Tingkat
Pamatang
Marjandi
Simbolon
Simpang
Tengkoh
Pamatang
Kondot
Nagori
No
Talun
Bosar
Panei
Panei
Pendidikan Jumlah
1. Belum Sekolah 226 200 411 258 222 601 530 227 2.675
2. Tidak Tamat SD 502 300 655 278 195 691 768 260 3.649
3. SD 558 266 707 341 363 1.276 1.084 1.139 5.734
4. SLTP 254 245 968 448 357 1.137 447 208 4.064
5. SLTA 244 234 726 391 289 451 295 166 2.796
6. Dip I-II 7 7 22 10 15 8 1 16 86
7. Dip III 7 10 18 8 6 8 4 1 62
8. Dip IV-SI 7 9 34 1 4 31 5 6 97
9. S2-S3 0 0 0 0 0 6 0 0 6
Jumlah 1.805 1.271 3.541 1.735 1.451 4.209 3.134 2.023 19.169
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang
ditamatkan sangat bervariasi. Tingkat pendidikan sarjana sudah ada pada setiap
nagori. Hal tersebut didukung oleh jarak yang dekat dan dapat dijangkau dari masing-
Kelurahan / Nagori. Walaupun sarana kurang memadai namun tenaga medis baik
bidan dan perawat sudah merata di setiap Nagori, sehingga keberadaan merekapun
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.9
Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Nagori
dengan baik. Tidak pernah terjadi keributan / pertikaian ataupun salah paham yang
dilatar belakangi oleh faktor agama, walaupun terdapat nagori yang dari segi jumlah
antara agama yang satu dengan yang lain tidak jauh berbeda. Sebagaimana terlihat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.10
Jumlah Penduduk Menurut Agama Yang Dianut
Katholik
Protestan
Lainnya
Jumlah
Budha
Hindu
Islam
No Nagori
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. Pamatang Panombeian 34 526 1036 0 0 0 1596
2. Panombeian 5 138 1625 0 0 0 1768
3. Marjandi 2239 134 286 0 0 0 2659
4. Simpang Panei 4 295 3094 0 0 0 3393
5. Pamatang Panei 13 48 1315 0 0 0 1376
6. Simbolon Tengkoh 685 286 1070 0 0 0 2041
7. Nagori Bosar 2619 132 1516 0 0 0 4267
8. Talun Kondot 1714 82 1333 0 0 0 3129
Jumlah 7313 1641 11275 0 0 0 20229
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007
Dari tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa penyebaran agama berlangsung
tidak merata sehingga terjadi pemusatan agama pada nagori tertentu. Mayoritas
pemeluk agama Islam berada pada Nagori Marjandi dan Nagori Bosar, sedangkan
Nagori Simpang Panei, dan Nagori Pamatang Panei. Namun khusus untuk Nagori
Talun Kondot dan Nagori Simbolon Tengkoh jumlah pemeluk agama Islam dan
juga telah dikenal luas sebagai basis tradisional pertumbuhan dan perkembangan adat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
simalungun lainnya. Kemudian Kerajaan Panei tersebut melahirkan Partuanon
(10 pemekaran) dari 31 kecamatan yang ada di simalungun yang berasal dari
pemekaran Kecamatan Panei. Kecamatan ini terbentuk dan resmi berdiri sejak tahun
2002. Walaupun tergolong masih baru pembangunan kecamatan ini termasuk cepat
geografis kecamatan ini bersebelahan dengan Kota Pematang Siantar yang tentu saja
membawa banyak pengaruh dari segi pandangan, cara berpikir dan cara bekerja
masyarakat.
dalam sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, karena bersebelahan persis
dengan Kota Pematang Siantar, yang mana tentunya sedikit banyak akan menyuplai
kebutuhan pangan sebagian masyarakat Kota Pematang Siantar. Juga dilalui jalan
lintas melalui Simpang Panei dan Pamatang Panei menuju Kecamatan Raya dan
Kabupaten Karo.
9 Desa (Nagori). Nomenclatur “Nagori” sebagai istilah lokal yang asli untuk
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
digunakan menggantikan istilah “Desa” berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten
Nagori” menggantikan istilah “Badan Perwakilan Desa (BPD)”. Hal tersebut memang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.11
Perubahan Nomenclatur Pemerintahan Desa menjadi
Pemerintahan Nagori
Dasar Hukum
No UU No. 22 Thn. 1999 (Pasal 95)
UU No. 5 Tahun 1979 Kepmendagri No. 64 Thn. 1999
Perda Kab. Simalungun No. 11 Thn. 2000
1. Desa Nagori sebagai Kesatuan Masyarakat Hukum yang memiliki
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan
berada di daerah Kabupaten Simalungun.
2. Kelurahan Kelurahan (Tidak mengalami perubahan istilah, tetap dengan
istilah dan pengertian lama)
3. Kepala Desa (Ex-Officio Ketua Pangulu (Tidak ada lagi perangkapan jabatan)
Umum LKMD dan Ketua LMD)
4. Pemerintahan Desa Pemerintahan Nagori
5. Lembaga Musyawarah Desa Maujana Nagori (Dalam UU No. 22 Thn. 1999 dikenal sebagai
(LMD) Badan Perwakilan Desa ) Merupakan Lembaga Pemerintahan
Nagori sebagai wahana pelaksanaan demokrasi di nagori dan
berkedudukan sejajar dan mitra pemerintahan nagori yang
bertugas merumuskan dan menetapkan peraturan nagori dan
mengawasi pelaksanaan pemerintahan nagori.
6. Lembaga Ketahanan Masyarakat Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Nagori (LPMN)
Desa (LKMD) Merupakan Organisasi Kemasyarakatan yang bersifat lokal,
berdiri sendiri, atas prakarsa masyarakat dan sebagai wadah
masyarakat dalam perencanaan pembangunan nagori.
7. Perangkat Desa Tungkat Nagori
8. Sekretaris Desa Sekretaris Nagori
9. Kepala Urursan Pemerintahan Kepala Urusan Pemerintahan & Kemasyarakatan
10. Kepala Urusan Pembangunan Kepala urusan Perekonomian & Pembangunan
11. Kepala Urusan Keuangan Kepala Urusan Administrasi & Keuangan
12. Dusun Huta
13. Kepala Dusun Gamot
Sumber : Bagian Pem.Nagori Setdakab Simalungun, 2007
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
4.4. Pemberdayaan Masyarakat Desa dengan Studi Tentang Program
Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K)
lapangan, wawancara dan kajian pada data, dokumentasi dan literatur yang
relevan. Hasil temuan penelitian tersebut bervariasi dan dinamis, namun secara
penelitian.
Panei, disebabkan sikap masyarakatnya cenderung apatis, tetapi justru bersikap kritis
menyebabkan kondisi yang kontradiktif. Sikap itu juga menyebabkan masyarakat luar
dan birokrat sering bersikap apriori dalam memahami dinamika pembangunan yang
ada.
selama ini masih kurang melibatkan penduduk secara aktif dan nyata, kecuali
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
program dana pembangunan desa (Bangdes). Selebihnya banyak program
program perbaikan sarana perhubungan oleh Dinas PU Bina Marga, dll. Bergulirnya
pelaku utama.
Panombeian Panei, tidak terlepas dari kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah
dengan peranan birokrat sebagai change agent (agen perubah) yang mempengaruhi
keterlibatan masyarakat.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
2) Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT). Namun dalam penelitian ini
K) karena Proyek Pemberdayaan Kecamatan Terpadu (P2KT) sejak tahun 2006 sudah
”Ketika kami mendengar akan ada pembangunan yang akan bergulir di nagori kami,
kami cenderung tidak peduli karena kami pikir itu merupakan lanjutan dari program
istilah lokal disebut Pangulu) serta Lurah sebagai PjOK dan Sekretaris Nagori sebagai
PjAK sejak tahun anggaran 2002. Pengalihan tersebut untuk lebih mengefektifkan
tertib administrasi, karena pada tahun-tahun sebelumnya dana bangdes dikelola oleh
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
bahkan juga ikut bersekongkol. Dialihkannya tanggung jawab kepada
pangulu, maka diharapkan selain lebih tertib dan terkendali, juga ada pihak
yang paling mudah untuk diminta pertanggung-jawabannya, lagi pula pangulu
tersebut tidak akan macam-macam, karena resikonya besar dan hanya dia
yang menanggungnya. (KS, 6 Agustus 2007)
kelurahan pada hakikatnya merupakan dana yang bersifat stimulan, sehingga sangat
dan tidak hanya mengandalkan dana BPN / K tersebut. Peranan masyarakat dalam
Pencairan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu Tahap I sebesar Rp. 35.000.000,-
(70%) yang penggunaannya untuk kegiatan pembangunan fisik yang disertai dengan
DURK, bestek proyek, berita acara musbang, surat perjanjian penarikan dana, berita
acara pembayaran penarikan dana, nomor rekening pangulu di BPDSU terdekat, foto
copy KTP PjOK dan PjAK serta SK penetapan PjOK dan PjAK sebagai dokumen
kelengkapan administrasi.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Kemudian pencairan Tahap II sebesar Rp. 15.000.000,- dilaksanakan setelah
Kabupaten melalui Tim Pengelola Kecamatan. Berkaitan dengan itu tentunya PjAK
program BPN / K. Hal tersebut juga dinyatakan oleh Kepala Seksi Pemerintahan
Anggaran 2005 dimulai sejak bulan Juni 2005 sesuai dengan pengesahan APBD
Kabupaten Simalungun yang hingga akhir tahun 2005 telah berjalan 100 %. Untuk
Tahun Anggaran 2006 dimulai sejak bulan Juni 2006 yang hingga akhir tahun 2006
telah berjalan 100 %. Data kegiatan Tahun Anggaran 2005 dan 2006, sebagaimana
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.12
Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei
Pada Tahun Anggaran 2005
Pembiayaan
No Nagori Jenis Kegiatan Volume Manfaat Pemda Swadaya Jumlah
Masyarakat
Pamatang Pembuatan Parit 120m x Meningkatkan
1. 3.000.000 2.000.000 5.000.000
Panombeian Pasangan 60cm Saluran Limbah
Pembuatan
Meningkatkan
2. Panombeian Gorong-Gorong 5m x 3m 3.000.000 1.000.000 4.000.000
Transportasi
di dua tempat
Pembuatan Titi
Nagori Meningkatkan
3. Plat beton 2 1m x 4m 3.000.000 1.000.000 4.000.000
Bosar Transportasi
(dua) buah
Pembuatan
Meningkatkan
4. Marjandi Tembok 70m x 1m 3.000.000 2.000.000 5.000.000
Transportasi
Panahan
Simpang Pembatuan Meningkatkan
5. 150m x 3m 3.000.000 1.000.000 4.000.000
Panei Jalan Transportasi
Talun Pembuatan Parit 140m x Meningkatkan
6. 3.000.000 2.000.000 5.000.000
Kondot Pasangan 60cm Saluran Limbah
Simbolon Merehab Kantor Pelayanan
7. 8m x 12m 3.000.000 1.000.000 4.000.000
Tengkoh Pangulu Nagori Masyarakat Lancar
Jumlah 21.000.000 10.000.000 31.000.000
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007
berpartisipasi dengan nilai swadaya masyarakat yang bervariasi antar nagori sesuai
dengan volume kegiatan pembangunan. Jumlah dana untuk tiap nagori berbeda-beda
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.13
Kegiatan Program BPN/K di Kecamatan Panombeian Panei yang
bersumber dari Tahun Anggaran 2006
Pembiayaan Nagori
No Nagori Jenis Kegiatan Volume Manfaat
Pemda Nagori
Pamatang Pembuatan Parit Meningkatkan
1. 298m x 40cm 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Panombeian Pasangan Saluran Limbah
Meningkatkan
3. Nagori Bosar Pembatuan Jalan 400m x 3m 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Transportasi
Meningkatkan
Pembatuan Jalan 386m x 3m
Transportasi
4. Marjandi 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Pembuatan Plat Beton 180m x 3m Meningkatkan
0,8 x 0,7 x 5 m Transportasi
Simpang Meningkatkan
5. Pembatuan Jalan 649m x 3m 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Panei Transportasi
Pamatang Meningkatkan
6. Pembatuan Jalan 677m x 3m 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Panei Transportasi
Meningkatkan
Pembatuan Jalan 490m x 3m
Transportasi
7. Talun Kondot 45.000.000 5.000.000 50.000.000
0,6 x 0,6 x Meningkatkan
Pembuatan Plat Beton 2,6m Transportasi
Simbolon Pembuatan Paret Meningkatkan
8. 298m x 40cm 45.000.000 5.000.000 50.000.000
Tengkoh Pasangan Saluran Limbah
Jumlah 360.000.000 40.000.000 400.000.000
Sumber : Kantor Camat Panombeian Panei, 2007
pembangunan dialokasikan untuk sarana dan prasarana (10 kegiatan). Alokasi dana
sebesar Rp. 40.000.000 atau 10 %. Nilai swadaya masyarakat tersebut berasal dari
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
totalitas seluruh nilai bahan material serta nilai upah tenaga masyarakat yang dihitung
secara lokal.
terhadap masyarakat justru menjadi hal yang baru dan menuntut transparansi
dilingkungan pemerintahan nagori. Kondisi tersebut terlihat dari adanya sorotan yang
tajam dan bahkan apriori dari masyarakat dan LPMN yang beranggapan dana tersebut
.....Memang ada juga orang-orang tertentu yang merasa cemburu dan selalu
ingin memantau kami para pangulu sebagai PjOK dan PjAK, karena kami
memegang uang, yang mereka anggap dapat saja kami pergunakan seenak
kami saja, padahal tidak begitu. Kalau dipikir-pikir, yah.... lain juga rasanya,
karena sekian lamanya sewaktu pelaksanaan Bangdes dulu, dipegang oleh
LKMD dan sewaktu DPD/K juga dipegang sekretaris desa, tapi sama saja
sih.. yang penting bagaimana kita transparan dan dapat mempertanggung-
jawabkannya dengan baik. (RS, 6 Agustus 2007)
masyarakat pada umumnya beranggapan tidak ada pangulu yang merasa “mentang-
yang sesungguhnya dan masyarakatlah sebagai sumber dan tujuan dari seluruh proses
seorang masyarakat :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
.....Cara dan sikap bapak pangulu sekarang sangat baik dalam mengajak peran
serta masyarakat dan keterbukaannya dalam pengelolaan dana pembangunan,
mungkin karena sudah zaman reformasi atau karena baru 2 tahun menjabat
pangulu. Pelaksanaan musbang nagori, walaupun sedikit masyarakat
menghadirinya, tetap terlaksana dengan terbuka dan tidak ada yang ditutup-
tutupi oleh pangulu. Kelihatannya pangulu orangnya baik sama masyarakat di
huta, sering menghadiri undangan pesta dan perayaan di gereja walaupun
beliau bukan nasrani. (JD, 12 Agustus 2007)
Hal tersebut didukung juga oleh salah seorang masyarakat di nagori lain
yaitu :
pangulu kami sekarang ini sudah agak tau. Lagipul masa jabatannya sebagai
pangulu sebentar lagi akan berakhir. Selama bapak itu menjadi pangulu, setiap
ada pembangunan selalu disampaikan kepada pangulu darimana
pembangunan itu dan apa maunya. Semua kami bicarakan secara terbuka.
Apalagi sebentar lagi akan ada pemilihan pangulu, kami berharap agar bapak
ini terpilih lagi. Walaupun dari segi kesehatan sudah agak kurang mendukung.
(AP, 26 September 2007)
Pada sisi yang lain, keberadaan lembaga pemerintahan nagori juga merupakan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
sangat disorot dan langsung berhadapan dengan masyarakat, sekaligus mereka juga
tabel berikut :
Tabel 4.14
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Karakteristik
Program BPN/K
Temuan Program
No
Penelitian BPN/K
1. Lokasi Kegiatan Seluruh Nagori
2. Alokasi Kegiatan 1. Pembangunan Sarana dan Prasarana Fisik
2. Pembinaan PKK dan Anak Remaja
3. Biaya Operasional Pembangunan Nagori
3. Desain Perencanaan Murni dilaksanakan dan dirumuskan dari bawah di tingkat
Nagori dalam Forum Musbang. Setelah disetujui oleh
Maujana Nagori, kemudian disyahkan Camat, sebagai upaya
tertib administratif dan dalam rangka upaya preventif.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
8. Proses Pencairan Dana Langsung ke Rekening PjOK di BPD Sumut (Bank
Pembangunan Daerah ) Sumatera Utara.
Sumber : Hasil Penelitian, 2007
dibandingkan dengan P2KT yang baru digulirkan sejak tahun anggaran 2002.
dahulu. Distorsi informasi tentang program BPN / K juga terjadi karena sistem
informasinya yang kurang transparan atau masyarakat justru sudah terlanjur skeptis
bersifat relatif, akan tetapi secara umum masyarakat dapat memahaminya walaupun
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterangan senada juga tercermin dalam pernyataan salah seorang Pangulu,
sebenarnya tidak asing lagi sejak dahulu, hanya saja sekarang sudah dikelola
langsung oleh pangulu, tidak lagi oleh LKMD, tapi begitupun, kami juga harus
Tabel 4.15
Rangkuman Hasil Penelitian tentang Keterlibatan Masyarakat
dalam Program BPN/K
Program
No Temuan Penelitian
BPN/K
1. Keterlibatan Masyarakat Masyarakat sudah terlibat dalam tataran perencanaan Program
dlm Perencanaan BPN / K BPN / K
2. Pengelolaan Kegiatan dan Pengelolaan kegiatan dan penguasaan alokasi dana oleh
Penguasaan Alokasi Dana masyarakat melalui fungsi dan peranan pemerintahan nagori
(PjOK dan PjAK). Meskipun demikian, bukan berarti
pemerintahan nagori dapat leluasa mengelolanya, karena
bagaimanapun tidak terlepas dari jangkauan pembinaan dan
monitoring lembaga pemerintahan kecamatan. Selain itu
ketidak beresan dalam pengelolaan, akan mempunyai resistensi
yang tinggi sebagai aplikasi social control.
Kata akhir yang dapat mempresentasikan kondisi pengelolaan
dan penguasaan alokasi dana yaitu masih adanya “Proses
Birokratisasi” proyek pembangunan yang walaupun kadarnya
kecil serta scoupe-nya pada tataran lokal nagori. Dibutuhkan
kapasitas pemerintahan nagori mengaplikasikan program dalam
kondisi masyarakat nagori dengan sistem sosial yang
abirokratisasi.
3. Temuan Khusus di Adanya sikap apriori masyarakat yang dimotori elit lokal
Lapangan nagori yang terpinggirkan, seperti LPMN & Tokoh Masyarakat
terhadap proses pelaksanaan. Namun realitasnya, transparansi
kegiatan memang belum optimal.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemerintah Kecamatan masih menganggap perlu intervensi
dalam wujud pola pembinaan sebagai bagian dari tanggung
jawabnya, sedangkan Nagori dalam hal tertentu justru
mengganggap tidak saatnya lagi, karena kondisi empirik yang
menunjukkan selama ini masih melekatnya stigma negatif
pelaksanaan Bangdes di masa lalu pada pelaksanaan Program
BPN / K.
implementasi kegiatan tersebut, masih terbentur oleh kepentingan birokrat yang ada,
terutama dalam proses perencanaannya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui
tersebut sangatlah wajar, karena sebagai salah satu kecamatan pemekaran, masih
banyak prasarana jalan yang masih rusak, belum di onderlag (pembatuan), bahkan
masih ada yang berupa jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut
merupakan urat nadi jalur pertanian masyarakat, sebagaimana telah disebutkan dalam
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
sebagai berikut : ”Apapun nama dan bentuk program pembangunan yang akan
trnsportasi. Jalan di huta kami sudah lama kami usulkan agar pemerintah melakukan
pembangunan. Untunglah ada program BPN / K sehingga jalan ditempat kami sudah
sarana dan prasarana jalan transportasi. Hal tersebut disambut antusias oleh
dan tokoh-tokoh masyarakat. Ketika sosialisasi demi sosialisasi dari program tersebut
oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterangan informan tersebut senada dengan informan (pangulu) lainnya
tanah tersebut di Nagori Talun Kondot, yang memang masih banyak jalan yang
“.....Kami sangat senang program-program tersebut dapat membuka jalan huta yang
telah lama sekali kami inginkan menghubungkan talun kondot ke kampung baru,
dulu, secara bulat kami setuju sekali dengan rencana itu”. (AP, 5 September 2007)
yang perlu dipersiapkan, seperti dituturkan oleh salah seorang masyarakat nagori
transportasi sesuai dengan kondisi obyek jalan yang akan diperbaiki atau diperkeras
dengan besarnya dana yang memungkinkan dari program yang ada, seperti
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
....Saat musbang nagori yang biasanya kami selenggarakan pada bulan maret
setiap tahun yang memang secara khusus membahas tentang BPN / K, tapi
pada saat itu juga saya sampaikan, bahwa perlunya membuat peringkat
prioritas dari banyaknya usulan tentang jalan, dalam artian yang mana dapat
didanai oleh BPN / K yang memang dananya terbatas pada tahun ini, yang
mana didanai pada tahun depan dan demikian seterusnya, disamping
dimohonkan melalui Dinas PU Bina Marga, selain itu juga kami perhitungkan
bobot rusaknya jalan dan dampak yang timbul, dengan demikian, kami sudah
siap dan tinggal menunggu pelaksanaannya saja. (RS, 23 Agustus 2007)
Strategi seperti yang diterapkan oleh salah seorang pangulu tersebut memang
Kecamatan Panombeian Panei tidak tahu persis apa saja alokasi program BPN / K.
Masyarakat hanya mengetahui bahwa melalui program tersebut dapat membuka jalan,
karena memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program
dan kemampuan setempat adalah prasyarat utama untuk efektifitas dan efisiensi,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
permintaan kami yang disampaikan. Cuma bapak pangulu menjelaskan biaya
dan mencari jalan tengah apa yang mendesak untuk dilakukan. Eh...ternyata
benar juga. Apa yang kami rencanakan itu pula yang dilaksanakan. (TS, 27
September 2007)
Pendapat yang berbeda, justru muncul dari tokoh masyarakat nagori yaitu
LPM yang memandang fenomena tersebut dari sisi yang lain, sebagaimana
Panombeian Panei. Pandangan pertama yang menyebutkan usulan atas masukan dan
tersebut memang sudah diprogramkan berdasarkan data yang telah ada di kecamatan
dan kabupaten sebelumnya. Padahal data yang dimaksud oleh aparat kecamatan
tingkat kabupaten, Camat telah membentuk Tim yang bertugas sejak sosialisasi,
perencanaan sampai pelaksanaannya. Tim yang dibentuk terdiri dari Tim Pengelola &
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tim tersebut dikoordinasikan oleh Camat. Demikian juga halnya di tingkat
nagori/kelurahan, sudah ada pembagian tugas antara PjOK, PjAK maupun Korlap.
masyarakat yang diperoleh dilapangan, peranan kecamatan dianggap cukup baik dan
untuk berpartisipasi aktif, seperti disampaikan oleh salah seorang masyarakat, sebagai
berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Kegiatan yang paling menonjol dilaksanakan di Kecamatan Panombeian
birokrat yang ada. Pada sisi lain, nyata terjadi bahwa hasil-hasil kegiatan
pembangunan tidak dapat dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat. Ini terkait
dengan minimnya tingkat rasa memiliki dan empati masyarakat lokal. Karenanya
penting untuk mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan masyarakat sejak proses
perencanaan.
prasarana transportasi terutama pembatuan jalan. Hal tersebut sangatlah wajar, karena
sebagian besar jalan desa di Kecamatan Panombeian Panei masih ada yang berupa
jalan tanah dan jalan setapak, sedangkan jalan tersebut merupakan urat nadi jalur
sebagai berikut : ”Memang selama ini kami merindukan pembangunan jalan. Di jalan
utama memang jalan sudah sangat baik namun bila dilihat ke dalam masih banyak
jalan yang belum dibatui sehingga kami sangat sulit mengangkut hasil pertanian
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Alokasi tersebut disambut antusias oleh masyarakat seluruh nagori/kelurahan,
akan dialokasikan.
oleh Pangulu. Dalam hal ini Pangulu telah mengambil suatu sikap untuk
memang ada kesesuaian antara peluang yang diberikan dalam program tersebut
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Mencermati mekanisme perencanaan pembangunan di tingkat nagori, juga
peranan antara pria dan wanita. Meskipun dalam konsep program yang digulirkan,
tidak mengatur secara khusus tentang peranan wanita tersebut, akan tetapi
sama seperti pria. Hal tersebut juga terkait dengan aplikasi capacity building sebagai
sebagai berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterangan Pangulu tersebut, juga sejalan dengan keterangan salah seorang
seorang Ibu Rumah Tangga tersebut. Pada prinsipnya sangat senang dengan
langsung.
lokal memiliki rasa saling percaya, saling mengenal dan saling bekerja sama, sebab
hal yang akan direncanakan merupakan suatu rencana bersama, sehingga dukungan
yang diperoleh sangat nyata adanya. Saling percaya sangat dibutuhkan supaya proses
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Hal diatas didukung oleh pernyataan salah seorang masyarakat sebagai
berikut: ” masyarakat harus bersatu padu mulai dari perencanaan sampai ke tahap
masyarakat masih terjadi saling curiga maka bukan kemajuan yang didapatkan malah
makin terbelakang. Pihak Kecamatan dan Nagori tidak dapat berbuat banyak bila
pandangan, usulan dan aspirasi secara fair dan bebas, maka diantara masyarakat
sebagai peserta musbang nagori tidak boleh ada yang lebih tinggi kedudukannya,
dalam arti kesetaraan menjadi hal yang penting. Hal yang dimaksudkan bukan berarti
suatu suasana dan kondisi yang setara. Tujuan dasarnya adalah agar semua
masyarakat yang terlibat dapat mengaktualisasikan pikiran secara sehat dan tidak
dapat menyepakati hasil yang diperoleh, baik pada saat itu, dan terutama pada saat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
implementasinya. Harus dihindarkan perang intelektual atau opini, dimana pihak
keputusan bersama, bukan hasil rekayasa pihak tertentu atau elit tertentu.
hendaknya menekankan pentingnya informasi yang jujur dan apa adanya, supaya
dengan apa adanya. Sehingga dalam perumusan kegiatan tentunya juga benar-benar
menyentuh kebutuhan dan kepentingan lokal. Kejujuran informasi ini terkait erat
dalam upaya capacity and accountability building, sehingga tidak terjadi dislokasi
hal apa saja yang akan dilakukan. Masyarakat secara menyeluruh dapat terlibat
dengan Program BPN / K. Pada saat ini jugalah masyarakat bebas bertanya kepada
pemerintah hal-hal yang kurang dimengerti mengenai program tersebut. Jadi di dalam
aspek sosial telah berjalan dengan baik sebagaimana yang dikatakan oleh salah
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Ketika ada undangan rapat untuk membicarakan pembangunan hendaknya
masyarakat dapat meluangkan waktu mengikutinya. Karena banyak hal yang
akan diperoleh yang bermanfaat bagi kita sendiri. Informasi yang diberikan
pun langsung dapat diterima tanpa perantara orang lain. Sehingga informasi
yang diterima lebih akurat. Lagipula pada saat itulah masyarakat dapat
menambah pengetahuan, sehingga ketika pelaksanaan Program BPN / K
masyarakat tidak lagi terkejut dan merasa sinis. Memang sepanjang
pengamatan kami antusias masyarakat dalam mengikuti rapat perencanaan
Program BPN / K sangat tinggi. Hendaknya hal tersebut tidak menurun dan
kami harapkan lebih ditingkatkan. (RS, 9 Nopember 2007)
Ketika aspek sosial telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik
mengenai apa yang akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Masyarakat
Maujana yaitu:
menjadi wahana berkembangnya proses belajar bagi semua pihak yang terlibat,
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
terutama masyarakat sebagai aktor utama. Akan tetapi ternyata tidak semua program
Wacana tentang orientasi pembangunan sebagai proses belajar, terlihat dari beberapa
yaitu:
.....Tidak kita duga-duga tahu-tahu ada bantuan untuk perkerasan jalan atau
pembatuan jalan, kami tidak tahu persisnya tentang program tersebut. Itu
malahan kita mengucapkan terima-kasih.... Sebenarnya kami sendiri sudah
mengetahui bagaimana namanya usulan ataupun perencanaan dalam
musbang, dimana kami bermusyawarah menentukan pembangunan yang akan
dilaksanakan di nagori kami. Tapi hanya sebatas itu saja. Kami tidak
mengetahui persis kapan implementasinya akan berlangsung dan bagaimana
teknis pelaksanaannya. (PS, 12 September 2007)
Informasi yang lain muncul dan patut dirujuk, tercermin dari keterangan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
terjadi, masyarakat tidak tergantung dengan pemerintah, akan tetapi kami juga
realistis, dinamika masyarakat juga sudah sedemikian maju, sehingga menjadi
pertimbangan untuk perbaikan program yang lebih memberdayakan
masyarakat dimasa yang akan datang, jadi di dalam kebijakan Pemkab
Simalungun pun.. kedepan, senantiasa mendesain program yang bermuatan
pemberdayaan masyarakat dan memperhatikan kehidupan sosial budaya dan
ekonomi mereka, sebab bagaimanapun harta karun pemda terbesar berada di
nagori sebenarnya. (REPS, 2 Oktober 2007)
bantuan yang terbaik yang dapat diberikan kepada masyarakat adalah bantuan
memahami suatu pengetahuan, diperlukan kerja keras dan pengorbanan. Sesuatu yang
sukar didapat, biasanya setelah didapat akan berusaha untuk tetap memilikinya dan
bahkan melestarikannya. Lain halnya bila bantuan diberikan dalam bentuk barang
atau sesuatu yang telah jadi, yang tanpa diusahakan maka jarang menjadi “milik
sendiri”.
sebagaimana telah dianalisa sebelumnya, ada beberapa aspek yang memberikan ruang
bagi masyarakat untuk dapat mengerahkan segala sumber daya yang dimilikinya.
Pertama, meskipun bukan berupa uang yang dapat mereka sumbangkan, namun
dengan adanya kesempatan yang terbuka bagi masyarakat untuk berpartisipasi, berarti
sesuai dengan kebutuhannya, karena mereka juga nantinya yang akan memanfaatkan
hasilnya.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Hal diatas sejalan dengan keterangan salah seorang masyarakat nagori Talun
Kondot tentang peranan mereka, sebagai berikut : ” kami sebagai warga masyarakat
tidak mengharapkan pemerintah dapat memenuhi semua kebutuhan kami. Namun bila
ada pembangunan kami akan senang sekali apabila kami sebagai masyarakat dapat
turut terlibat walaupun dalam hal yang kecil-kecil saja karena dari situ kami merasa
Kedua, informasi program yang transparan yang dimulai dari besarnya, siapa
yang harus dilibatkan dan bagaimana mekanisme kerjanya dalam setiap kesempatan
dan tempat pertemuan baik secara formal ataupun informal. Adanya transparansi ini
berarti masyarakat dapat segera memposisikan diri untuk berperan. Apa saja yang
dapat mereka lakukan supaya dapat memberikan manfaat yang lebih besar. Melalui
(1988:247), juga dapat dijadikan sebagai wahana proses belajar untuk meningkatkan
keberdayaan masyarakat.
program, akan tetapi sebagai salah satu bentuk keikutsertaan masyarakat agar
Begitu pula dengan hasil akhir yang dapat mencerminkan bahwa insiatif dan kreatif
masyarakat pada saat perencanaan awal dapat terakomodasi. Saat ini representasi
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
social control di nagori tercermin dalam lembaga Maujana Nagori, namun sampai
sejauh mana mereka dapat merefleksikannya, tentu merupakan persoalan yang lain.
menjadi entry point bagi masyarakat untuk berperan sesuai dengan kapasitas dan pada
maka adanya intervensi sebagai salah satu aspek dalam pembangunan, berarti
pertama, yang bertindak untuk memenuhi kebutuhan rakyat, dan peran kedua, yang
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Penempatan masyarakat sebagai aktor utama berarti melibatkan masyarakat
secara langsung, yang akan membawa tiga dampak penting, yaitu : 1) terhindar dari
rumusan perencanaan yang sangat kuat, karena secara kuantitas semakin banyak
masyarakat yang terlibat akan lebih baik, terlepas dari segi kualitasnya dan 3)
meningkatkan kesadaran atas hak berpartisipasi dan adanya komitmen moral yang
khususnya dalam aspek keterlibatan dalam perencanaan merupakan hal yang urgen,
karena itulah titik awal yang menentukan arah perjalanan program itu sendiri. Bukan
sekedar dilaksanakan dan lalu selesai, akan tetapi bagaimana dapat bermanfaat
optimal dan berkelanjutan. Manfaat akhir atau keluaran program adalah untuk
mendapatkan tempat yang penting. Dengan demikian keluaran program itu sesuai
masyarakat secara optimal dan obyektif. Tercermin dari sikap apriori serta masih
adanya stigma pelaksanaan bangdes dimasa lalu yang dianggap “jelek” dikalangan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
.....Untuk diketahui saja, masyarakat kecamatan ini jelas saja bersemangat
karena mereka tahu dana ada dari atas, kalaupun mereka berpartisipasi, itupun
hanya sebentar, seperti pernah ada kasus di nagori marjandi, masyarakat
berhenti berpartisipasi dalam program BPN / K yang memperkeras jalan,
karena ada hasutan semua dana sudah ditanggung dari atas dan masyarakat
tinggal terima beres, jadi serba susah sih....padahal khan... tujuannya
bagaimana masyarakat diberdayakan. (MG, 2 Nopember 2007)
keterlibatannya dalam perencanaan pembangunan, dapat dianalisis dari dua hal, yaitu:
Pertama, adanya kenyataan dimana masyarakat lokal (nagori) telah sekian lama
hidup dibawah hegemoni birokrat yang berakibat munculnya kesadaran dan aspirasi
masyarakat, yang justru merupakan refleksi dari aspirasi birokrat. Terlihat bahwa
kondisi yang dihadapi masyarakat merupakan entry point bagi birokrat untuk
tingkat lokal, yang menjadi standar penilaian bagi birokrat tingkat atas.
akibat tekanan “terselubung” dari elit lokal. Situasi demikian membuat masyarakat
hasil kegiatan menyentuh kebutuhan mereka, tanpa mau tahu dengan “sepak terjang”
elit lokal (nagori) yang terpinggirkan akibat peralihan pengelolaan BPN / K dari
LPMN ke Pangulu.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Masyarakat itu sendiri haruslah dilihat dari berbagai komponen dan strata
yang ada. Harus disadari bahwa banyak kesulitan yang akan ditemukan bila hendak
Untuk mencapai tujuan tersebut, sudah barang tentu peranan para stakeholder
di tingkat lokal/nagori seperti LPMN dan Maujana Nagori, menjadi penting dalam
namun peranan masyarakat tetap sangat penting, mereka tidak boleh menjadi sekedar
program pembangunan yang ada di Kecamatan Panombeian Panei. Hal ini tampak
dari terbukanya kesempatan bagi masyarakat untuk mengerahkan sumber daya yang
mereka miliki. Program sebagai stimulan supaya masyarakat dapat lebih bergerak
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
dalam mengembangkan kreatifitasnya dalam pembangunan, sebagaimana tercermin
mudah dilaksanakan, terutama pengerahan sumber daya yang ada dari masyarakat.
Umumnya banyak program yang mempunyai sifat yang sama dan implementasinya
masih terpengaruh pada struktur kekuasaan baik di tingkatan nagori atau di tingkatan
kecamatan. Sering terjadi proses awalnya masih berupa bottom-up planning, namun
harus diakui dalam kelanjutannya justru sering tergantung pada “pertimbangan lain”
yang berasal dari atas, sehingga mengalami pembiasan, dan akhirnya secara
Uphoff dalam Cernea (1998:500) sebagai suatu yang paradoks dalam mendorong
justru sering pula membutuhkan upaya dari atas, sehingga memunculkan top down
planning.
masyarakat harus dapat mandiri dan mampu mengelola sumber daya yang mereka
miliki. Untuk itu pemerintah harus mempunyai komitmen, bahwa masyarakatlah yang
menjadi aktor utama dalam pembangunan. Peranan yang dijalankannya harus sesuai
dengan misi pemberdayaan. Mereka harus memiliki sikap yang dilandasi pandangan
bahwa rakyat mampu memperbaiki kehidupannya asal diberi peluang untuk itu.
Peluang itu tidak saja sekedar pada pelaksanaan operasional di lapangan, tetapi yang
lebih penting sejak awal kegiatan sampai pada tahap akhir yang melibatkan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
masyarakat secara utuh. Hal tersebut menyiratkan bahwa aspek bottom-up planning
pembangunan dapat benar-benar terwujud. Hal diatas kurang sejalan dengan keadaan
”Memang sulit sekali meluangkan waktu untuk bergotrong royong. Padahal semua itu
dilaksanakan untuk kebutuhan masyarakat. Apalagi sebentar lagi akan jatuh musim
tanam. Wah...gak adalah waktu untuk itu. Waktu untuk ngurus ladang aja kalau bisa 1
kalau memang tidak dapat ditinggalkan 100 % dan diganti dengan bottom-up
planning. Hal tersebut terkait dengan konsep pembangunan yang berpusat pada
utama dalam pembangunan, sedangkan peranan pemerintah lebih terbatas dan bersifat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
dari masyarakatlah sebenarnya banyak diperoleh pengetahuan yang membumi.
Sehingga dimasa mendatang tidak ada lagi program yang didesain, justru teralienasi
pelaksanaan disebutkan bahwa penggunaan dana untuk pembelian bahan, alat dan
keperluan pelaksanaan BPN / K diatas Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 50.000.000,- adalah
penghunjukan langsung (PL) oleh Pangulu / Lurah kepada rekanan. Hal ini dapat
memberi peluang kepada para aparat desa untuk melakukan manipulasi dan kolusi
BPN / K sebagian besar diambil alih oleh pihak ketiga baik pemborong maupun
memberdayakan segala potensi masyarakat tidak berjalan dengan baik. Hal tersebut
....kami sebagai pangulu sering merasa serba salah. Di satu pihak kami
mengetahui betul tujuan dari program BPN / K adalah pemberdayaan
masyarakat dengan aplikasi keikutsertaan masyarakat secara nyata dalam
pembangunan. Namun kami juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika
pelaksanaan BPN / K masyarakat cenderung apatis bila diajak gotong-
royong. Mereka beralasan bekerja keladang, sehingga kamipun mengupah
pekerja karena program harus cepat direalisasikan. (RS, 22 Oktober 2007)
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pernyataan diatas menunjukkan sikap masyarakat yang tidak mendukung
pelaksanaan pembangunan padahal disatu pihak mereka selain sebagai objek mereka
juga adalah subjek dalam pembangunan. Seperti yang dinyatakan oleh Camat sebagai
berikut:
Program BPN / K, namun ada hal lain yang membuat kondisi dilematis dalam
masyarakat seperti yang dikatakan salah seorang masyarakat yaitu : ” walaupun kami
tidak terlibat langsung dalam pembangunan seperti gotong royong bukan berarti kami
tidak mendukung program BPN / K. Tapi apa boleh buat....bila kami gotong royong
tanpa dibayar maka keluarga kami mau makan apa? Padahal kalau kami bekerja
diladang orang atau marombo, upah yang kami terima bisa mencapai Rp. 20.000,-
Dalam proses implementasi aspek yang berperan adalah aspek budaya dan
ekonomi. Aspek budaya adalah usaha bagaimana setiap masyarakat dapat terlibat
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BPN / K berlangsung, masyarakat tidak terlibat. Justru yang berperan adalah pihak
Ketika mulai dekat hari pelaksanaan Program BPN / K, saya selalu keliling
kampung untuk mengingatkan masyarakat agar terlibat dalam gotong royong.
Tunggu punya tunggu....masyarakat tidak ada yang datang. Saya sebagai
pangulu tentu tidak mungkin memaksa masyarakat. Segala cara saya lakukan
mulai dengan cara membujuk dan adat. Namun semua gagal. Saya juga sadar
bahwa mereka juga perlu mencari nafkah. Sejak saat itu saya akhirnya
mengupah tukang agar melaksanakan program yang telah kami rumuskan
sebelumnya. Lagipula hal tersebut tidak bertentang dengan juklat Program
BPN / K dari Kabupaten. Padahal kalau masyarakat yang bergotng royong,
pasti pembangunan dapat lebih efisien. Kakau sudah begini saya gak mau
terjepit ditengah-tengah. (KP, 29 Nopember 2007)
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
a. Pengawasan Fungsional yaitu Inspektorat Kabupaten Sirmalungun
b. Pengawasan Melakat dilakukan oleh aparat Pemerintah Kabupaten
Simalungun yang mempunyai tugas dan tujuan pembinaan secara vertikal
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Pengawasan oleh masyarakat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri
bersama Maujana Nagori selaku sosial Kontrol.
Hal tersebut juga senada dengan yang dikatakan oleh Pangulu Pamatang
Panombeian yaitu:
bahwa pengawasan memiliki banyak manfaat yang bukan hanya sekedar mengawasi
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
pembangunan yang berlangsung termasuk BPN / K agar kedepannya masalah
yang terjadi agar tidak terulangi lagi dan pelaksanaannya pun dapat lebih
efektif dan efisien. (REPS, 15 Nopember 2007)
berikut:
pada tingkat pertama, penyelesaian oleh Bupati dengan ketentuan sebagai berikut:
telah berjalan selama 2 tahun tidak ditemukan hal-hal yang menyimpang karena
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Nagori selalu berkoordinasi kepada Kecamatan dalam mengatasi masalah yang ada
ajang instropeksi diri agar dalam pembangunan selanjutnya tidak terulang masalah
sebagaimana telah diuraikan dan dianalisis diatas, dapat terlihat dalam tabel sebagai
berikut :
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Tabel 4.16
Proses Pemberdayaan Masyarakat dalam Program BPN/K
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
di Kecamatan Panombeian Panei sejak dari perencanaan yang terbuka dan melibatkan
masyarakat telah memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan hasilnyapun
efektif. Manfaat bagi masyarakat yang bernilai paling besar adalah adanya
pemahaman tentang keterlibatan masyarakat tersebut sebagai suatu solusi dari apa
yang dibutuhkan dan apa yang menjadi masalah masyarakat. Dengan terbentuknya
Pada sisi lain, program apapun namanya asal bertujuan untuk memajukan
kehidupan masyarakat lokal haruslah membuka peluang yang lebar bagi masyarakat
untuk turut terlibat secara langsung sejak perencanaan sampai tahap pengawasan
untuk masyarakat nagori, apabila tidak terlebih dahulu mengkaji sampai sejauh mana
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Keterlibatan masyarakat meskipun kecil kapasitasnya, akan tetapi sangat
pemeliharaan, hal ini terkait dengan asumsi bahwa keterlibatan masyarakat signifikan
antusias dan respon yang tinggi dalam proses pembangunan yang memang berkenaan
dianggap baik yang terlihat dari tingginya tingkat antusias masyarakat. Aspek yang
terlibat dalam proses perencaaan adalah aspek sosial dan politik. Ketika aspek sosial
telah terlaksana maka dengan sendirinya aspek politik juga akan berjalan.
akan dikerjakan dan dilaksanakan di nagori mereka. Akan tetapi dalam proses
pelaksanaan masyarakat kurang terlibat karena sikap masyarakat yang susah diajak
pihak ketiga. Keterlibatan pihak ketiga tersebut telah diatur dalam petunjuk Teknis
Pelaksanaan BPN / K sehingga dari segi peraturan hal tersebut dapat dikatakan sah
dan resmi namun dari segi konsep pemberdayaan hal tersebut tidak memberikan
pelaksanaan aspek yang berperan adalah aspek budaya dan ekonomi. Aspek budaya
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis ketika pelaksanaan program BPN /
Masyarakat dalam hal ini Maujana Nagori telah memberikan manfaat yang berarti
bukan hanya sebagai pengawas semata tetapi juga bermanfaat sebagai bahan masukan
5.2. Saran
menumbuhkan rasa memiliki dari masyarakat dan pada sisi lain hal tersebut juga akan
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Pemerintah nagori hendaknya dapat lebih memberikan pengertian dan
adalah untuk mereka sendiri. Sehingga pejabat Nagori dapat meminimalisasi peran
pihak ketiga dan dana yang ada dapat dipergunakan secara optimal dan maksimal
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Babbie, Earl, 1995, “The Practise Of Social Research, 7th Edition”, Belmont CA,
Wadsworth Publishing Company, USA
Bryant, Coralie & Louise G. White, 1987, “Manajemen Pembangunan Untuk Negara
Berkembang”, Jakarta, LP3ES.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Kartasasmita, Ginandjar, 1996, “Pembangunan Untuk Rakyat :
Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan”, Jakarta, PT. Pustaka
Cidesindo.
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Sumodiningrat, Gunawan, 1997, “Pembangunan Daerah dan
Pemberdayaan Masyarakat”, Jakarta, Bina Rena Pariwara.
Tesis
Lainnya
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008
Justina Nuriatu Purba: Pemberdayaan Masyarakat Desa Di Kecamatan Panobeian Panei Kabupaten Simalungun(Studi tentang
Program Bantuan Pembangunan Nagori / Kelurahan (BPN / K), 2008.
USU e-Repository © 2008