Anda di halaman 1dari 10

“HADITS MEMELIHARA PROSES, BEKERJA SECARA RUTIN,

REWARD DAN PUNISHMENT”


Diajukan untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Hadits Manajemen Pendidikan Islam

Disusun oleh :
ACHMAD RAZI
ANGGI JUMARAN

Dosen Pengampu :
Dr. Moh. Sulhan, M.Ag.

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
UIN SGD BANDUNG
PENDAHULUAN

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menjumpai anak dengan karakter


yang beragam. Ada anak yang mudah dibina dan ada yang sulit dibina, sebagian
giat belajar dan sebagian lain sangat malas belajar, sebagian mereka belajar untuk
maju dan sebagian lain belajar hanya untuk terhindar dari hukuman. Sebenarnya
sifat-sifat buruk yang timbul dalam diri anak di atas bukanlah lahir dan fitrah
mereka. Sifat-sifat tersebut timbul karena kurangnya peringatan sejak dini dari
orangtua dan para pendidik. Maka merupakan kesalahan besar apabila kita
menyepelekan kesalahan-kesalahan kecil yang dilakukan anak.

Dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa tidaklah lepas dari peran
seorang guru yang merupakan pusat pembelajaran. Setiap media, metode dan
model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa, baik hasil belajar dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotor. Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa
setelah mengalami kegiatan belajar” (Rifa’i dan Anni 2009: 85). Guru selalu
perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku siswa
dalam belajar dengan memberikan reward atau punishment, sebagai reinforcement
positif dan negative, dan penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap
pembelajaran klasikal.

Sebenarnya, tidak ada pendidik yang menghendaki digunakannya


hukuman dalam pendidikan kecuali bila terpaksa. Hadiah atau pujian jauh lebih
dipentingkan daripada hukuman. Dalam dunia pendidikan, metode ini disebut
dengan metode hadiah (reward) dan hukuman (punishement). Dengan metode
tersebut diharapkan agar anak didik dapat termotivasi untuk melakukan perbuatan
progresif.
HADITS MANAJEMEN

‫ َعْن َرُسْو ِل اِهلل َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم ِفْيَم ـا‬، ‫َعِن اْبِن َعَّباٍس َر ِض َي اُهلل َعْنُه َم ـا‬

‫ َّمُث‬، ‫ «ِإَّن اَهلل َك َتَب اْلـَح َس َناِت َو الَّس ِّيـَئاِت‬: ‫ َقاَل‬، ‫َيْر ِو ْيِه َعْن َر ِّبِه َتَباَر َك َو َتَعاىَل‬

‫ َو ِإْن‬، ‫ َك َتَبَه ا اُهلل ِعْنَد ُه َح َس َنًة َك اِم َلًة‬، ‫ َفَم ْن َه َّم َحِبَس َنٍة َفَلْم َيْع َم ْلَه ا‬، ‫َبَنَّي َذِلَك‬

‫َه َّم ِبـَه ا َفَعِم َلَه ا َك َتَبُه الّلـُه َعَّز َو َج َّل ِعْنَد ُه َعْش َر َح َس َناٍت ِإىَل َس ْبِعِم اَئِة ِض ْع ٍف ِإىَل‬

، ‫ َو ِإْن َه َّم ِبَس ِّيـَئٍة َفَلْم َيْع َم ْلَه ا ؛ َك َتَبَه ا اُهلل ِعْنَد ُه َح َس َنًة َك اِم َلًة‬، ‫َأْض َعاٍف َك ِثْيَر ٍة‬
‫ِل ِف‬ ‫ِر‬ ‫ِح‬ ‫ِم‬ ‫ِإ‬
‫ َرَو اُه اْلـُبَخ ا ُّي َو ُمْس ٌم ـْي‬.» ‫ َك َتَبَه ا اُهلل َس ِّيَئًة َو ا َد ًة‬، ‫َو ْن َه َّم َهِبـا َفَع َلَه ا‬
‫ِف‬ ‫ِذِه‬ ‫ِح‬
‫َص ْيَح ْيِه َم ـا َهِب اْلـُح ُر ْو‬
Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-
kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa
berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap
menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat
kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai
sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak.
Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka
Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan
barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh
menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab
Shahiih mereka]
TAKHRIJ HADITS :

Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh al-Bukhâri (no. 6491), Muslim (no. 131
[207]) dan Ahmad (I/310, 361).

، ‫ َح َّد َثيِن َأيِب‬: ‫ َأۡخ َبَر َن ا ُمَع اُذ ۡب ُن ِه َش اٍم‬: ‫) – َح َّد َثَنا ِإۡس َح اُق ۡب ُن ِإۡب َر اِه يَم‬٧٨٢(
‫ َل‬: ‫ َعۡن َعاِئَش َة َر ِض اُهلل َعۡن َه ا َق اَلۡت‬،‫ َح َّد َثَنا َأُبو َس َلَم َة‬: ‫َعۡن َيىَي ۡب ِن َأيِب َك ِث ٍري‬
‫َي‬
‫ َو َك اَن‬. ‫َيُك ۡن َر ُس وُل اِهلل ﷺ يِف الَّش ۡه ِر ِم َن الَّس َنِة ۡكَأ َثَر ِص َياًم ا ِم ۡن ُه يِف َش ۡع َباَن‬
‫ َو َك اَن‬.)‫ َف ِإَّن اَهلل َلۡن َمَيَّل َح ٰىَّت َمَتُّل وا‬، ‫ (ُخ ُذ وا ِم َن اۡل َأۡع َم اِل َم ا ُتِط يُق وَن‬: ‫َيُق وُل‬
.)‫ (َأَح ُّب اۡل َعَم ِل ِإىَل اِهلل َم ا َداَو َم َعَلۡي ِه َص اِح ُبُه َو ِإۡن َقَّل‬: ‫َيُقوُل‬
177. (782). Ishaq bin Ibrahim telah menceritakan kepada kami: Mu’adz bin
Hisyam mengabarkan kepada kami: Ayahku menceritakan kepadaku, dari Yahya
bin Abu Katsir: Abu Salamah menceritakan kepada kami, dari ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
tidak pernah berpuasa dalam satu bulan di suatu tahun yang lebih banyak daripada
dalam bulan Syakban. Beliau pernah bersabda, “Lakukanlah amalan-amalan yang
kalian sanggupi karena Allah tidak bosan sampai kalian bosan.” Dan beliau
pernah bersabda, “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang seseorang
lakukan secara terus menerus walaupun sedikit.

PENJELASAN UMUM

Dari kedua hadits diatas menunjukkan bahwa Allah SWT lebih menyukai
orang yang konsisten melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan kemampuan
dirinya dan bahwa hanya dengan niat baik saja kita mendapatkan pahala/ganjaran
oleh Allah SWT begitu pula dengan amal perbuatan baik ataupun buruk. Dan
disini dijelaskan dengan kita berbuat kesalahan maka akan dihitung/ditulis satu
kesalahan. Dapat dikaitkan dengan lembaga pendidikan bahwa kedua hadist ini
mempunyai banyak cara untuk kita selaku manager mengatur dan membuat
pendidikan lebih baik.
PEMBAHASAN

Reward dan Punishment

Reward merupakan alat pendidikan represif yang menyenangka, reward


juga menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar yang lebih baik
lagi. Penerapan reward di bangku pendidikan dasar adalah bentuk motivasi yang
berorientasi pada keberhasilan belajar atau prestasi anak.

Punishment adalah penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan


sengaja oleh pendidik (guru) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau
kesalahan (Purwanto, 1955:186). Tuhuannya untuk memberikan efek jera dan
mencegah siswa yang bersangkutan untuk mengulangi kesalahan yang sama.

Ketentuan Memberikan Reward dan Punishment

Menurut Suharsimi Arikunto ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh
pendidik (guru) dalam memberikan penghargaan kepada anak, yaitu :

 Penghargaan hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan sifat dari aspek


yang menunjukkan keistimewaan prestasi.
 Penghargaan harus diberikan langsung sesudah perilaku yang dikehendaki
dilaksanakan.
 Penghargaan harus diberikan sesuai dengan kondisi orang yang
menerimanya.
 Penghargaan yang harus diterima anak hendaknya diberikan.
 Penghargaan harus benar-benar berhubungan dengan prestasi yang dicapai
oleh anak.
 Penghargaan harus diganti (bervariasi).
 Penghargaan hendaknya mudah dicapai.
 Penghargaan harus bersifat pribadi.
 Penghargaan sosial harus segera diberikan.
 Jangan memberikan penghargaan sebelum siswa berbuat.
 Pada waktu menyerahkan penghargaan hendaknya disertai penjelasan rinci
tentang alasan dan sebab mengapa yang bersangkutan menerima
penghargaan tersebut (Arikunto, 1990:163).

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan hukuman


(Amin Danien Indrakusuma, 1973:157) adalah sebagai berikut:

1. Macam dan besar kecilnya pelanggaran: Besar kecilnya pelanggaran akan


menentukan berat ringannya hukuman yang harus diberikan;
2. Pelaku pelanggaran: Hukuman diberikan dengan melihat jenis kelamin: usia
dan halus kasarnya perangai dari pelaku pelanggaran;
3. Akibat-akibat yang mungkin timbul dalam hukuman: Pemberian hukuman
jangan sampai menimbulkan akibat yang negatif pada diri anak;
4. Pilihlah bentuk-bentuk hukuman yang pedagogis: Hukuman yang dipilih harus
sedikit mungkin segi negatifnya baik dipandang dari sisi murid, guru, maupun
dari orang tua;
5. Sedapat mungkin jangan menggunakan hukuman badan: Hukuman badan
adalah hukuman yang menyebabkan rasa sakit pada tubuh anak, hukuman
badan merupakan sarana terakhir dari proses pendisiplinan

Bentuk-bentuk Reward

Pemberian kepercayaan (Purwanto,1955:183)

Dalam diri anak membutuhkan pengakuan bagi eksistensinya di mata


orang lain (teman-temannya). Pemberian kepercayaan membuat diri anak merasa
diakui dan dihargai oleh pendidik (guru). Dengan diberikan kesempatan untuk
membuktikan kemampuannya, anak mulai menghargai keberadaan diri dan orang
lain. Hal ini akan memunculkan responsibility untuk mampu menjaga dan
mewujudkan amanat yang ada. Pemberian kepercayaan lebih berimplikasi positif
pada diri anak daripada pemberian materi maupun kata-kata pujian yang tidak
realistik. Kepercayaan menjamin kesenangan seseorang untuk mengurangi
tekanan jiwa.

Senyuman, Pandangan, Tepukan Punggung (Purwanto,1955:183)

Pemberian kasih sayang oleh pendidik (guru) yang diwujudkan melalui


ekspresi wajah dan tindakan jasmaniah akan lebih mengena. Keadaan emosional
anak yang labil akan sering menimbulkan sikap menolak, mencela bahkan
merombak ketentuan apapun yang dirasa mempersempit kebebasannya, karena
anak pada masa pendidikan dasar ingin mendapatkan kebebasan dari
ketergantungan. Adanya tekanan-tekanan dan kungkungan akan menimbulkan
ketegangan yang menjadikan anak semakin marah. Oleh karena itu, adanya sikap
penerimaan positif dari pendidik (guru) sebagai wujud persetujuan mereka pada
perilaku anak, akan diimbangi pula oleh penerimaan positif anak.

Hadiah (Ag. Soejono, 1980:161)

Yang dimaksud dengan hadiah di sini adalah ganjaran yang berbentuk


pemberian berupa barang. Ganjaran berbentuk ini disebut juga ganjaran materiil.
Ganjaran berupa pemberian barang ini sering mendatangkan pengaruh yang
negatif pada belajar murid, yakni bahwa hadiah ini lalu menjadi tujuan dari belajar
anak. Anak belajar bukan karena ingin menambah pengetahuan, tetapi belajar
karena ingin mendapatkan hadiah.

Apabila tujuan untuk mendapatkan hadiah ini tidak bisa tercapai, maka
anak akan mundur belajarnya. Oleh karena itu, pemberian hadiah berupa barang
ini lebih baik jangan sering dilakukan. Berikan hadiah berupa barang jika
dianggap memang perlu, dan pilihlah pada saat yang tepat;

J.J. Hasibuan (1988:56-61), bentuk-bentuk hukuman lebih kurang dapat


dikelompokan menjadi empat kelompok, yaitu:
 hukuman fisik,misalnya dengan mencubit, menampar, memukul dan lain
sebagainya;
 hukuman dengan kata-kata atau kalimat yang tidak menyenangkan, seperti
omelan, ancaman, kritikan, sindiran, cemoohan dan lain sejenisnya;
 hukuman dengan stimulus fisik yang tidak menyenangkan, misalnya
menuding, memelototi, mencemberuti dan lain sebagainya;
 hukuman dalam bentuk kegiatan yang tidak menyenangkan, misalnya
disuruh berdiri di depan kelas, dikeluarkan dari dalam kelas, didudukan di
samping guru, disuruh menulis suatu kalimat sebanyak puluhan atau
ratusan kali, dan lain sebagainya.

Keunggulan dan kelemahan reward

Pemberian penghargaan tidak selamanya bersifat baik, namun tidak


menutup kemungkinan bahwa pemberian penghargaan merupakan satu hal yang
bernilai positif. Armai Arief berpendapat pada implikasi pemberian penghargaan
yang bersifat negatif apabila pelaksanaan pemberian penghargaan dipakai sebagai
berikut : Pertama, menganggap kemampuannya lebih tinggi dari teman-temannya
atau temannya dianggap lebih rendah; Kedua, dengan pemberian penghargaan
membutuhkan alat tertentu dan biaya (Arief, 2002:128).

Pemberian reward pada anak akan menimbulkan perbuatan baik. Oleh


karena itu, reward yang diberikan hendaknya memiliki tiga peranan penting untuk
mendidik anak dalam berperilaku:

1. Reward mempunyai nilai mendidik.


2. Reward berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi berbuat baik.
3. Reward berfungsi untuk memperkuat perilaku yang lebih baik.

Keunggulan dan Kelemahan Hukuman

Keunggulan utama dari hukuman bahwa pemakaiannya dengan tepat akan


dapat menghentikan dengan segera tingkah laku siswa yang mengganggu jalannya
kegiatan belajar mengajar. Seorang siswa yang mengganggu jalannya kegiatan
jalannya kegiatan belajar mengajar, dengan sendirinya akan tidak mengganggu
lagi bila hukuman dengan menyuruhnya keluar dari kelas. Tetapi pada sisi lain,
hukuman mengandung kelemahan berupa sejumlah akibat sampingan yang
negatif. Akibat-akibat negatif yang dapat terjadi antara lain:

1. hubungan antara guru dan siswa menjadi terganggu, misalnya siswa


mendendam pada guru;
2. siswa menarik diri dari kegiatan belajar mengajar, misalnya tidak mau
mendengarkan pelajaran;
3. siswa melakukan tidakan-tindakan agresif, misalnya merusak fasilitas
sekolah;
4. siswa mengalami gangguan psikologis, misalnya rasa rendah diri.

Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih dan menentukan hukuman


adalah sebagai berikut:

 Macam dan besar kecilnya pelanggaran: Besar kecilnya pelanggaran akan


menentukan berat ringannya hukuman yang harus diberikan
 Pelaku pelanggaran:
 Hukuman diberikan dengan melihat jenis kelamin: usia dan halus kasarnya
perangai dari pelaku pelanggaran;
 Akibat-akibat yang mungkin timbul dalam hukuman: Pemberian hukuman
jangan sampai menimbulkan akibat yang negatif pada diri anak;
 Pilihlah bentuk-bentuk hukuman yang pedagogis: Hukuman yang dipilih
harus sedikit mungkin segi negatifnya baik dipandang dari sisi murid,
guru, maupun dari orang tua;
 Sedapat mungkin jangan menggunakan hukuman badan: Hukuman badan
adalah hukuman yang menyebabkan rasa sakit pada tubuh anak, hukuman
badan merupakan sarana terakhir dari proses pendisiplinan.
m itu terpaksa).
KESIMPULAN

Metode reward dan punishment merupakan metode yang cukup ampuh


dalam meningkatkan hasil belajar siswa selama mengikuti syarat dan ketentuan
yang benar. Dan haruslah disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan peserta
didik berdasarkan jenjang pendidikan. Agar peserta didik tidak mengalami
ketergantungan akan reward dan trauma akan punishment.

DAFTAR PUSTAKA

J.J. Hasibuan, dkk. (1988). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Karya.
Makmun Abin Syamsuddin. 2007. Psikologi Kependidikan. Bandung. Remaja
Rosdakarya.
Shahih: HR. al-Bukhâri
Shahih: HR. Muslim
Uno Hamzah B. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta. PT
Bumi Aksara.
Ag. Soejono. (1980). Pendahuluan Ilmu Pendidikan Umum. Bandung: CV. Ilmu.
Arif Hadipranata. 2000. Peran Psikologi di Indonesia, Yogyakarta: Yayasan
Pembina Fakultas Psikologi UGM.
Amir Daien Indrakusuma. 1973. Penganar Ilmu Pendidikan. Surabaya. Usaha
Nasonal.
Suwarno. (1992). Pengantar Ilmu Pendidikan. Jakrta: PT. Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai