DOSEN PENGAMPU
1. Dr. Handoko Santoso, M.Pd
2. Dr. Sudirman Amini, M.Hum
DISUSUN OLEH
NAMA : MASHURI,S.Pd.I NPM : 21720011
NAMA : SUHERI NPM :
i
KATA PENGATAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini sampai dengan selesai. Tidak lupa pula penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah memberikan
semangat dan dukungan serta telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Mashuri, S.Pd.I
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR ISI ...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 4
C. Tujuan Penulisan.................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................... 5
A. Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal.............. 5
B. Analisis Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal
dan Informal............................................................................ 6
C. Urgensi Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Anak
Usia Dini Nonformal dan Informal........................................... 10
D. Pengaruh Kebijakan Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal
dan Informal ........................................................................... 12
DAFTAR LITERATUR.......................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu tujuan negara Indonesia dinyatakan dalam Pembukaan
Undang- Undang Dasar 1945 pada alinea ke 3 (tiga) adalah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa. Maka setiap warga Negara Republik
Indonesia berhak memeperoleh akses dan kesempatan pendidikan yang
merata, bermutu dan relevan, serta berdaya saing sesuai dengan minat,
bakat serta kemampuan yang dimiliki setiap warga negara tanpa
memandang status sosial, etnis dan gender di seluruh pelosok tanah air.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka dikeluarkan kebijakan yang
mengatur tentang sistem penyelenggaraan pendidikan sebagaimana
terakhir dikeluarkan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa Pendidikan
Anak Usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai usia enam (0-6 tahun) yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan anak usia dini dalam
pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak/Raudatul Athfal (TK/RA),
pendidikan anak usia dini dalam jalur nonformal berbentuk Kelompok
Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) atau bentuk lain yang
sederajat; sedangkan pendidikan anak usia dini dalam jalur informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh
lingkungan. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam
tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut dan merupakan
tanggung jawab sepenuhnya orang tua.
Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 1 butir 14, pendidikan anak usia dini
didefinisikan sebagai suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
1
sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Rasulullah SAW menjelaskan tentang pendidikan anak yang dilalukan
secara informal oleh orang tua, sebagaimana sabdanya :
َ َال ق
ال َ َس ع َْن ْال َح َس ِن ع َْن َجابِ ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللا ِ ق
ٍ َيع ب ِْن َأن
ِ َِاش ٌم َح َّدثَنَا َأبُو َج ْعفَ ٍر ع َْن ال َّربِ َح َّدثَنَا ه
ب َع ْن هُ لِ َس انُهُ فَ ِإ َذا ْ ِصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ُكلُّ َموْ لُو ٍد يُولَ ُد َعلَى ْالف
َ ط َر ِة َحتَّى يُ ْع ِر َ ِ َرسُو ُل هَّللا
ب َع ْنهُ لِ َسانُهُ ِإ َّما َشا ِكرًا َوِإ َّما َكفُورًا َ َأ ْع َر
Telah bercerita kepada kami Hasyim telah bercerita kepada kami Abu
Ja'far dari Ar-Robi' bin Anas dari Al Hasan dari Jabir bin Abdullah berkata;
Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan di atas
fithrah (Islam), hingga lisannya menyatakannya (mengungkapkannya), jika
lisannya telah mengungkapkannya, dia nyata menjadi orang yang bersyukur
(muslim) atau bisa juga menjadi orang yang kufur".[2]
1
BAB II
PEMBAHASAN
1
apabila ia ditinggalkan dengan memahami dengan segala sesuatu yang
terkandung didalam hati anaknya, jika anak telah mulai agak besar,
disertai kasih sayang dapatlah ibu mengambil hati anaknya untuk
selama-lamanya.
1) Dasar-dasar tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan
anaknya meliputi:
1. Adanya motivasi atau dorongan cinta kasih yang menjiwai
hubungan rang tua dan anak.
2. Pemberian motivasi kewajiban moral sebagai konsekuensi nilai-
nilai spiritual.
3. Tanggung jawab sosial.
4. Memelihara dan membesarkan anak.
5. Memberikan pendidikan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang berguna bagi kehidupan anak tersebut.
2) Ciri- ciri pendidikan informal adalah ;
1. Pendidikan berlangsung terus-menerus tanpa mengenal tempat
dan waktu.
2. Guru adalah orang tua.
3. Tidak adanya manajemen yang jelas.
1
jenjang pendidikan tinggi. Pada Pasal 28 ditetapkan bahwa pendidikan
anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal,
nonformal, dan informal. Sedangkan pendidikan anak usia dini dalam
jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan oleh lingkungan.
2. Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
dimana salah satu ketentuannya menyebutkan bahwa pendidik anak
usia dini wajib memiliki kualifikasi akademik pendidikan minimum D-IV
atau S1 serta kompetensi sebagai pendidik. Para calon guru yang
memiliki kualifikasi akademik S1 dan kompetensi sebagai pendidik,
selanjutnya harus mengikuti uji kompetensi untuk mendapatkan
sertifikat pendidik Sebagai implementasi dari undang-undang tersebut.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 137 Tahun 2014
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini : Bab I Ketentuan
Umum Pasal 1 dalam peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1) Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini selanjutnya
disebut Standar PAUD adalah kriteria tentang pengelolaan
dan penyelenggaraan PAUD di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2) Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
selanjutnya disebut STPPA adalah kriteria tentang
kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek
perkembangan dan pertumbuhan, mencakup aspek nilai
agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-
emosional, serta seni.
3) Standar Isi adalah kriteria tentang lingkup materi dan
kompetensi menuju tingkat pencapaian perkembangan yang
sesuai dengan tingkat usia anak.
4) Standar Proses adalah kriteria tentang pelaksanaan
pembelajaran pada satuan atau program PAUD dalam
rangka membantu pemenuhan tingkat pencapaian
perkembangan yang sesuai dengan tingkat usia anak.
5) Standar Penilaian adalah kriteria tentang penilaian proses
1
dan hasil pembelajaran dalam rangka mengetahui tingkat
pencapaian yang sesuai dengan tingkat usia anak.
6) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
tentang kualifikasi akademik dan kompetensi yang
dipersyaratkan bagi pendidik dan tenaga kependidikan
PAUD.
7) Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria tentang
persyaratan pendukung penyelenggaraan dan pengelolaan
pendidikan anak usia dini secara holistik dan integratif yang
memanfaatkan potensi lokal.
8) Standar Pengelolaan adalah kriteria tentang perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada
tingkat satuan atau program PAUD.
9) Standar Pembiayaan adalah kriteria tentang komponen dan
besaran biaya personal serta operasional pada satuan atau
program PAUD.
10) Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam)
tahun yang dilakukan melalui pemberian rancangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
11) Satuan atau program PAUD adalah layanan PAUD yang
dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk
Taman Kanak-kanak (TK)/Raudatul Athfal (RA)/Bustanul
Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak
(TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).
12) Kurikulum PAUD adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pengembangan
serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pengem-bangan untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu.
1
13) Pembelajaran adalah proses interaksi antaranak didik, antara
anak didik dan pendidik dengan melibatkan orangtua serta
sumber belajar pada suasana belajar dan bermain di satuan
atau program PAUD.
14) Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
1
C. Urgensi Kebijakan Pemerintah Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal
dan Informal.
Arah kebijakan tersebut berkenaan dengan pengembangan konsep
Pendidikan Anak Usia Dini, pengembangan pendidikan guru anak usia dini,
pengembangan anak usia dini sesuai dengan potensinyasecara optimal,
serta pengembangan saran dan prasaranya.
Pendidikan Anak Usia Dini tampak jelas dengan masuknya Pendidikan
Anak Usia Dini dalam Sistem pendidikan nasional. Pemerintah berupaya
keras mewujudkan target tersebut sehingga meluncurkan Gerakan
PAUDISASI, Satu Desa Satu Pendidikan Anak Usia Dini, Bunda Pendidikan
Anak Usia Dini Nasional sampai Desa bahkan sudah mulai merumuskan
wacana Wajib Pendidikan Anak Usia Dini bagi anak 5-6 tahun. Namun satu
yang harus dipastikan, bagaimana mengupayakan Guru Pendidikan Anak
Usia Dini yang kompeten bagi setiap anak, yang kulified dibingkai karakter
sejati mengingat kesalahan mendidik pada usia dini dapat bersifat
permanen yang tak bisa diperbaiki lagi di masa berikutnya. Maka penting
bagi kita semua untuk menjaga dan menjamin mutu setiap guru Pendidikan
Anak Usia Dini di layanan manapun mereka berada, karena Guru adalah
nyawanya perubahan SDM bangsa melalui pendidikan (Herawati, 2015).
Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan Anak Usia Dini
Pemerataan dan perluasan akses pendidikan diarahkan pada upaya
memperluas daya tampung satuan pendidikan serta memberikan
kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai
golongan masyarakat yang berbeda baik secara sosial, ekonomi, gender,
lokasi tempat tinggal dan tingkat kemampuan intelektual serta kondisi
fisik. Kebijakan ini ditujukan untuk meningkatkan kapasitas penduduk
Indonesia untuk dapat belajar sepanjang hayat dalam rangka
peningkatan daya saing bangsa di era global, serta meningkatkan
peringkat indeks pembangunan manusia (IPM) hingga mencapai posisi
sama dengan atau lebih baik dari peringkat IPM sebelum krisis.
Peluncuran program Pendidikan Anak Usia Dini secara nasional,
program ini bertujuan untuk mengatasi berbagai permasalahan dengan
perjalanan program Pendidikan Anak Usia Dini antara lain :
1
1) Masih banyaknya anak usia dini di Indonesia yang belum mengenyam
pendidikan Taman Kanak-kanak.
2) Alasan pemerataan pendidikan dengan adanya Pendidikan Anak Usia
Dini diharapkan dapat memberi kesempatan kepada anak-anak
terutama di daerah-daerah untuk mengeyam Pendidikan Anak Usia
Dini.
3) Sebagai salah satu bentuk respon pemerintah terhadap laporan
beberapa badan dunia tentang rendahnya kualitas pendidikan
Indonesia.
4) Aspek Peningkatan Sumber Daya
Agar aspek sumber daya dapat berjalan lebih efektif dan maksimal di
masa-masa yang akan datang, maka disarankan agar hendaknya
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Daerah Provinsi dan
Kabupaten Kota bersama Kepala Bidang Pendidik dan Tenaga
Kependidikan dan Bidang Pendidikan Anak Usia Dini , untuk :
1. Mendorong Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota
menerbitkan Perda/Pergub/Perbup/Perwakot tentang
Penyelenggaraan Layanan PAUD, Serta dapat mengalokasikan
anggaran APBD secara bertahap dan berkesinambungan unuk
pembangunan dan pengembangan sarana dan prasarana, sumber
daya manusia (guru dan tenaga kependidikan), dan pembiayaan
operasional (BOP) PAUD.
2. Menggalang Organisasi Mitra PAUD baik di Tingkat Provinsi dan
Tingkat Kabupaten, di wilayahnya untuk memastikan “Pemanfaatan
Alokasi Dana Desa” khususnya yang bersumber dari dana
Dekonsentrasi (APBN) untuk peningkatan kualitas layanan PAUD;
3. Merekomendasikan Pola Pembinaan dan Pengembangan Guru dan
Tenaga Kependidikan PAUD dalam rangka selain Peningkatan
Kualifikasi Akademik, juga peningkatan Kompetensi yang mendukung
peningkatan kualitas layanan PAUD secara intensif dan
berkelanjutan.
Dengan kebijakan yang dikeluarkan dan diberlakukan pemerinta pada proses
pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini telah menghasilkan Pendidik yang
1
berkualitas dan pada akhirnya menghasilkan peserta didik yang cerdas, sesuai
dengan tahapan umur dan perkembanagannya.
1
akan terus dilakukan terhadap para pengurus sekolah atau satuan
pendidikan nonformal lainnya untuk meningkatkan kemampuan manajerial
dan leadership menuju otonomi pengelolaan (Depdiknas, 2007: 48).
Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat menentukan.
Pada usia ini berbagai pertumbuhan dan perkembangan mulai dan sedang
berlangsung, seperti perkembangan fisiologik, bahasa, motorik, kognitif.
Perkembagan ini akan menjadi dasar bagi perkembangan anak
selanjutnya. Oleh karena itu perlu dukungan lingkungan yang kondusif bagi
perkembangan potensi yang dimiliki anak, dimana tidak sedikit
permasalahan yang dihadapi masyarakat di pedesaan yaitu :
1. Kondisi Akses Pendidikan Anak Usia Dini
Masyarakat Indonesia telah menyadari pentingnya pendidikan anak usia
dini dan berbagai lembaga pendidikan anak usia dini yang telah marak di
daerah perkotaan sampai pedesaan. Walaupun demikian, pendidikan di
Indonesia masih mengalami berbagai permasalahan dan tantangan yang
perlu penanganan lebih lanjut.
2. Peningkatan Mutu, Relevansi dan Daya Saing
Peningkatan mutu Pendidikan Aanak Usia Dini berkaitan erat dengan
standar Pendidikan Aanak Usia Dini dituangkan dalam peraturan menteri
pendidikan nasional RI : No 58 Tahun 2009 tentang standar Pendidikan
Aanak Usia Dini.
Adapun standar Pendidikan Aanak Usia Dini yang dimaksud adalah
mencakup, standar tingkat pencapaian perkembangan, standar
pendidikan dan tenaga kependidikan, standar isi proses dan penilaian,
serta standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan,
1
Pendidikan juga dilihat dari meningkatnya penghayatan dan
pengamalan nilai-nilai humanisme yang meliputi keteguhan iman dan taqwa
serta berakhlak mulia, etika, wawasan kebangsaan, kepribadian tangguh,
ekspresi estetika, dan kualitas jasmani. Peningkatan mutu dan relevansi
pendidikan diukur dari pencapaian kecakapan akademik dan nonakademik
yang lebih tinggi yang memungkinkan lulusan dapat proaktif terhadap
perubahan masyarakat dalam berbagai bidang baik di tingkat lokal, nasional
maupun global (Fadli Idris, 2015).
Peningkatan mutu pendidikan semakin diarahkan pada perluasan
inovasi pembelajaran baik pada pendidikan formal maupun nonformal
dalam rangka mewujudkan proses yang efisien, menyenangkan dan
mencerdaskan sesuai tingkat usia, kematangan, serta tingkat
perkembangan peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan pada jenjang
pendidikan yang lebih tinggi semakin memperhatikan pengembangan
kecerdasan intelektual dalam rangka memacu penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi disamping memperkokoh kecerdasan
emosional, social, dan spiritual peserta didik.
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan :
Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan
kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut.
Bentuk membangun dan mengembangkan PAUD, berbagai kebijakan
telah dikeluarkan oleh pemerintah, mulai dari sistem perundang-undangan,
sampai dengan hal-hal yang bersifat teknis operasional., Berbagai ketentuan
tentang pendidikan anak usia dini termuat dalam UU RI No. 20/2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, khususnya ketentuan-ketentuan yang berkaitan
dengan seluruh jenjang pendidikan, mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini
sampai dengan jenjang pendidikan tinggi. Pada Pasal 28 ditetapkan bahwa
pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Mengenai pendidikan non-formal ini
1
dijelaskan dalam UU No 20 thn 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional ,
pasal 26 ayat (4) satuan pendidikan non-formal terdiri atas lembaga kursus,
lembaga pelatihan kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan
majelis taklim serta satuan pendidikan yang sejenis, ayat (5) Kursus dan
Pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal
pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk
mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.[9]
Penyelenggaraan pendidikan nonformal ini tidak terikat oleh jam
pelajaran sekolah, dan tidak ada penjejangan sehingga dapat dilaksanakan
kapan saja dan dinama saja; dan tergantung kepada kesempatan yang
dimiliki oleh para anggota masyarakat dan para penyelenggara pendidikan
agama Islam pada masyarakat itu sendiri.
1) Pengawasan Fungsional yang terintegrasi dan berkelanjutan.
Pengawasan fungsional dilakukan oleh Inspektorat Jenderal, Badan
Pengawas Keuangan RI, dan BPKP terhadap hasil pembangunan
pendidikan. Untuk peningkatan efisiensi dan mutu layanan, diperlukan
pengembangan kapasitas daerah serta penataan tata kelola pendidikan
yang sehat dan akuntabel, baik pada tingkat satuan pendidikan maupun
tingkat kabupaten/kota. Dalam kaitan itu, pemerintah daerah lebih
berperan dalam mendorong otonomi satuan pendidikan melalui
pengembangan kapasitas dalam pelaksanaan proses pembelajaran
yang bermutu (Fadli Idris, 2015).
2) Penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik PAUD.
Salah satu hal yang dapat meningkatkan kualitas data dan informasi
pendidikan yang cepat, akurat, dan dapat dipercaya dalam upaya
mendukung sistem pembuatan kebijakan dan keputusan yang
menyangkut manajemen pembangunan di daerah. Meningkatkan peran
serta masyarakat, perusahaan, dan stakeholder pendidikan lainnya yang
diarahkan pada kebersamaan memikul tanggung jawab antar
pemerintah, masyarakat, dan peserta didik sebagai bagian dari subyek
pembelajaran, yang dinamis, adaptif, dan penuh inisiatif. Merintis
pembangunan, dan mengembangkan inovasi-inovasi pendidikan yang
1
lebih bersifat antisipatif kearah kualitas, relevansi dan daya saing
pendidikan. Dalam rangka menciptakan sekolah yang maju dan
berkualitas haruslah memiliki tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik
sekolah TK/ RA yang ideal dapat dilakukan dengan beberapa hal, yakni;
3) Sistem Otonomisasi dan Desentralisasi
Prinsip otonomisasi dan desentralisasi ditegaskan pada GBHN 1999-
2004 tentang pendidikan yang mencakup tujuh hal yaitu (1) perluasan
dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu; (2)
peningkatan kemampuan akademik, profesional dan kesejahteraan
tenaga kependidikan; (3) pembahasan sistem pendidikan sebagai pusat
nilai sikap, kemampuan dan partisipasi masyarakat; (4) pembahasan
penyediaan/pengadaan tenaga pendidik; (5) pembahasan dan
pemantapan sistem pendidikan nasional berdasarkan prinsip
desentralisasi, otonomi, dan manajemen; (6 ) peningkatan kualitas
lembaga pendidikan yang diselenggarakan pemerintah dan masyarakat;
(7) mengembangkan kualitas sumber daya manusia sedini mungkin
secara terarah, terpadu dan menyeluruh (Azra, 2002: 5).
4) Otonomi Manajemen Sekolah.
Otonomi manajemen sekolah ini mencakup perencanaan
penyelenggaraan pendidikan, dimana kewenangan dan tanggungjawab
atas berfungsinya sekolah tergantung pada kapasitas internalnya,
dengan tidak bermaksud menghilangkan tanggungjawab kantor
kementrian atau institusi yang membawahkan sekolah. Tujuannya
adalah bagaimana institusi sekolah mampu menjadi wadah
pembagunan manusia seutuhnya (Danim, 2010: 102).
5) Sistem Desentralisasi
Sistem Desentralisasi adalah penyerahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan rumah
tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya
dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya
desentralisasi maka muncullah otonomi bagi suatu pemerintahan
daerah.
6) Sistem Manajemen Berbasis Sekolah
1
Manajemen berbasis sekolah atau madrasah merupakan tuntutan dari
dari diterapkannya kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah.
Otonomi bidang pendidikan ini secara mikro lebih dikenal dengan
otonomi sekolah atau desentralisasi pengelolaan sekolah yang berarti
pengelolaan pendidikan berdasarkan kebutuhan sekolah/ masyarakat.
7) Manajemen Berbasis Masyarakat
Manajemen Berbasis Masyarakat menurut Winanrno Surakhamdan dan
dikutip oleh Zubaidi konsep Pendidikan berbasis masyarakat adalah
model penyelenggaraan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat,
oleh masyarakat, dan untuk masyarakat”. Pendidikan dari masyarakat
atartinya pendidikan memberikan jawaban atas kebutuhan masyarakat.
Pendidikan oleh masyarakat atinya masyarakat ditempatkan sebagai
subyek atau pelaku pendidikan, bukan obyek pendidikan, pada konteks
ini masyarakat dituntut berperan aktif dalam setiap program pendidikan.
Dengan kata lain, masyarakat harus diberdayakan, diberi peluang dan
kebebasan untuk mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola,
dan menialai apa saja yang diperlukan secara spesifik didalam, untuk
dan oleh masyarakat sendiri (Hidayat dan Machali, 2012: 252).
Dari paparan di atas, dapat dipahami bahwa urgensi kebijakan pemerintah
pada Pendidikan Anak Usia Dini saat ini mampu meningkatkan tata kelola,
akuntabilitas dan sistem pembelajaran sehingga mampu membawa
perubahan dan peningkatan kualitas serta perluasan Pendidikan Anak Usia
Dini, dimana peran kebijakan mampu mengarahkan ketatalaksanaan proses
kegiatan dan pelaksanaan operasional Pendidikan Anak Usia Dini.
sedangkan untuk non-formal pemerintah telah mengeluarkan kebijakan
tentang Menu Pembelajaran Generik Pendidikan Aanak Usia Dini kebijakan-
kebijakan tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila disosialisasikan
kepada berbagai pihak secara professional, serta adanya hubungan dan
kerjasama yang harmonis antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah,
dalam hal ini pemerintah daerah juga telah mengeluarkan kebijakan dalam
pengaturan penerimaan peserta didik dan penyelenggaraan pendidikan.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan Pemerintah dalam bentuk Otonomisasi dan Desentralisasi,
Prinsip otonomisasi dan desentralisasi ditegaskan pada GBHN 1999-2004
tentang pendidikan yang mencakup tujuh mampu merubah arah dan tujuan
dari Pendidikan Anak Usia Dini dalam lembaga pendidikan nonformal dan
informal, yang mampu menjadi wadah pembangunan manusia seutuhnya.
Kemudian kebijakan desentralisasi atau penyerahan kewenangan dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurusi urusan
rumah tangganya sendiri berdasarkan prakarsa dan aspirasi dari rakyatnya
dalam kerangka negara kesatuan Republik Indonesia, mampu mendorong
pemerintahan daerah untuk melakukan rekayasa inovatif sistem
pengelolaan dan pengembangan Pendidikan Anak Usia dini didaerahnya
masing-masing namun tetap mengacu pada kebijakan Nasional
pemerintah.
Ditetapkannya kebijakan Manajemen Berbasis Sekolah atau
madrasah merupakan tuntutan dari dari diterapkannya kebijakan
desentralisasi dan otonomi daerah bidang pendidikan ini secara mikro lebih
dikenal dengan otonomi sekolah atau desentralisasi pengelolaan sekolah
yang berarti pengelolaan pendidikan berdasarkan kebutuhan
sekolah/masyarakat.
Pemerintah juga memberikan standar begi pendidikan anak usia dini
untuk mengukur keberhasilan dan mengatasi berbagai maslah terkait
pelaksanaan program pendidikan anak usia dini dengan mengeluarkan
Peraturan Pemerintah dan Permendikbud.
Semua kebijakan yang dicanangkan oleh pemerintah dalam
pelaksanaan program pendidikan anak usia dini nonformal dan informal
telah mampu memberikan arah yang jelas menuju kepada modernisasi
pengelolaan pendidikan anak usia dini.
1
B. Saran
Dari paparan dinatas diharapkan penyelenggaraan pendidikan anak
usia dini saat ini merupakan satu keberhasilan dari sebuah kebijakan,
dimana langkah berikutnya adalah menekankan pada kualitas interaksi
PAUD dengan mengimplementasikan ilmu manajemen pendidikan
(administrasi pendidikan) menerapkan tentang proses perencanaan,
pengkoordinasian, pelaksanaan, pemasaran , mobnitoruing dan evaluasi.
Aspek yang dikaji menekankan pada aspek general yaitu kepemimpinan,
tenaga pendidik (kual;ifikasi dan kompetensi), sarana dan prasarana,
pedagogik, pembiayaan dan peserta didik. Agar pelaksanaan Pendidikan
Anak Usia Dini dapat mencapai harapan yang diinginkan baik oleh orang
tua siswa ataupun pemerintah selaku penanggungjawab pengambil
kebijakan.
1
DAFTAR RUJUKAN
1
1