DISUSUN OLEH:
KETUA KELOMPOK:
- DWIKI DARMAWAN (H021221079)
ANGGOTA KELOMPOK:
- GEBRIANTY BOROTODING (H021221074)
- A. QURRATU AINI (H021221075)
- LULU SINTIA (H021221077)
- AHMAD AKSA (H021221080)
- SITI NURHIDAYAH (H021221081)
DAPERTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunianya. Berbagai upaya telah dilakukan dalam
penyelesaian makalah ini demi proses kelancaran belajar dan pembelajaran sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penguat Operasional Linear”.
Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca
mengenai Penguat operasional linear.
Dwiki Darmawan
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Tujuan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perbedaan antara Op-amp linear dan non-linear sangat penting untuk dipahami
dalam desain sirkuit elektronik. Op-amp linear memiliki karakteristik penguatan yang
linier dalam rentang operasinya. Artinya, responsnya terhadap perubahan input adalah
proporsional dan tidak menimbulkan distorsi yang signifikan. Op-amp linear stabilitas
frekuensinya dalam rentang operasi, yang berarti responsnya terhadap sinyal input
berfluktuasi secara linier dengan frekuensi operasionalnya. Sedangkan, Op-amp
nonlinear memiliki karakteristik penguatan yang tidak linier dalam rentang operasinya.
Ini berarti responsnya terhadap perubahan input tidak selalu proporsional dan dapat
menyebabkan distorsi pada sinyal outputnya. Op-amp nonlinear cenderung distorsi
harmonik pada sinyal outputnya, yang dapat menghasilkan sinyal yang terdistorsi atau
tidak sesuai dengan sinyal inputnya (Carter & Mancini, 2009).
Kata linier, dipakai untuk menguraikan kelas-kelas rangkaian dan IC, terutama
yang memberikan tanggapan terhadap sinyal-sinyal analog dibandingkan terhadap
sinyal-sinyal digital. Sinyal analog adalah sinyal yang variabel, dan oleh karena itu
6
dapat mengambil tiap nilai diantara beberapa limit yang didefinisikan. Suatu contoh
yang baik dari suatu sistem analog adalah penguatan tegangan kecil yang dibangkitkan
oleh termokopel pada suatu level untuk memberikan indikasi suhu pada gerakan meter
1 mA. IC linier, dalam hal ini untuk menaikan tegangan keluar termokopel (Anisa,
2015).
7
OP-amp adalah jenis penguat amp. Yang mempertahankan bentuk sinyal
masuknya pada sinyal keluaran. Artinya op amp linear tidak mengubah bentuk
gelombang sinyal,hanya meningkatkan amplitudo nya dengan faktor penguat tertentu.
Karakteristik Op-Amp Linear sebagai berikut:
1. Gain Tegangan Tinggi (Tapi Terbatas)
Op-amp linear memiliki gain tegangan yang tinggi, typically between 100,000 and
1,000,000.
Gain ini memungkinkan op-amp untuk memperkuat sinyal input yang sangat kecil
menjadi sinyal output yang besar.
Gain op-amp linear terbatas karena faktor internal seperti:
Kebisingan: Noise internal op-amp dapat membatasi gain yang dapat dicapai.
Distorsi: Distorsi sinyal output dapat terjadi pada gain yang tinggi.
Kecepatan slew rate: Kecepatan slew rate membatasi seberapa cepat op-amp dapat
mengubah outputnya.
2. Impedansi masukkan
impedansi masukkan op amp adalah tak terhingga, namun dalam kenyataannya
hanya mencapai 1 M( atau lebih, berberapa op amp khusus ada yang memiliki
impedansi masukkan 100 M (semakin tinggi impendansi masukkan semaikin baik
penampilan op amp tersebut, pada frekuensi tinggi kapasitansi masukkan op amp
banyak berpengaruh lazimnya kapasitansi ini kurang dari 2 pF, bila sebuah terminal
masukkan op amp dibumikan.
3. Impedansi Keluaran
Idealnya, impedansi keluaran adalah nol. Kenyataannya, berbeda beda untuk
setiap op-amp. Impedansi keluaran yang rendah, typically between 10 Ω and 100 Ω.
Impedansi keluaran yang rendah memungkinkan op-amp untuk memberikan tegangan
output yang kuat ke beban. Dengan impedansi masukan yang tinggi dan impedansi
keluaran yang rendah op-amp akan berperan sebagai peranti penyesuai impedansi.
Impedansi keluaran op-amp linear tidak nol karena:
8
- Resistensi internal: Resistensi internal transistor dalam op-amp menghasilkan
impedansi keluaran.
- Kapasitansi keluaran: Kapasitansi internal op-amp dapat membatasi
kemampuannya untuk memberikan sinyal output yang cepat.
4. Arus Bias Masukan
Secara teoritis impedansi masukan tak berhingga. Besarnya, sehingga
seharusnya tak ada arus masukan. Namun, akan ada sedikit arus masukan, pada
khususnya dalam ordo pikoampere sampai mikroampere. Harga rata-rata kedua arus
ini dikenal sebagai arus bias masukan. Arus ini dapat menggoyahkan kestabilan op-
amp, sehingga mempengaruhi keluaran. Pada umumnya makin rendah arus bias
masukan, kian rendah pula kelabilannya. Op-amp yang menggunakan transistor efek
medan (FET) pada masukan-masukannya memiliki arus bias masukan terendah.
5. Offset Keluaran Tegangan
Offset keluaran (tegangan kesalahan) disebabkan oleh arus bias masukan. Bila
tegangan kedua masukan sama besar, keluaran op-amp akan nol volt. Namun jarang
ditemukan kejadian seperti ini, sehingga pada keluarannya akan ada sedikit tegangan.
Keadaan seperti ini dapat diatasi dengan teknik penolan offset, yaitu dengan
menambahkan arus atau tegangan offset masukan. Arus Offset Masukan Kedua arus
masukan seharusnya sama besar sehingga tegangan keluarn nol. Tapi ini tidak
mungkin, karena itu harus ditambahkan arus offset masukan untuk menjaga supaya
keluaran tetap nol volt. Dengan kataan lain, untuk. Memperoleh keluaran nol volt,
sebuah masukan mungkin menarik arui lebih besar daripada lainnya.
Tegangan offset ini adalah tegangan output yang dihasilkan op-amp ketika tegangan
input sama dengan nol.
Tegangan offset op-amp linear tidak nol karena:
- Ketidakcocokan transistor: Ketidakcocokan transistor internal dapat
menghasilkan tegangan offset.
9
- Gangguan eksternal: Gangguan elektromagnetik dapat memengaruhi tegangan
offset.
2.parameter
- Gain (Penguatan): Menunjukkan seberapa besar POL memperkuat sinyal.
Peningkatan gain dapat meningkatkan respons sistem terhadap sinyal, tetapi perlu
dikelola dengan hati-hati untuk mencegah osilasi atau ketidakstabilan.
-Bandwidth (Baneicht): Rentang frekuensi di mana POL dapat mengoperasikan
penguatannya secara efektif. Ada trade-off antara gain dan bandwidth; peningkatan
gain seringkali dapat membatasi bandwidth, dan sebaliknya.
-Stabilitas: Keterkaitan antara gain dan stabilitas penting. Gain yang tinggi dapat
menyebabkan osilasi yang tidak diinginkan, sehingga stabilisasi sistem perlu
diperhatikan.
-Common-mode Rejection Ratio (CMRR) dan Open-loop Gain: CMRR:
Menunjukkan seberapa baik POL dapat mengabaikan sinyal common-mode (noise atau
sinyal yang muncul pada kedua input). CMRR yang tinggi menandakan kemampuan
POL dalam mengisolasi sinyal yang diinginkan dari noise common-mode. Open-loop
Gain: Gain POL tanpa umpan balik. Meskipun tinggi, umpan balik umumnya
diterapkan untuk mengontrol dan menyesuaikan gain sesuai kebutuhan aplikasi. Cnrr
Adalah sifat yang berkaitan Dengan penguat differensial. Jika
Tegangan-tegangan yang Sama Fasanya diumpankan ke dalam masukan penguat,
maka keluarannya akan nol, sehingga hanya perbedaan tegangan masukkan yang akan
menghasilkan keluaran. Kemampuan suatu penguat operasional untuk menguatkan
sinyal differensial sambal menolak sinyal dengan modus bersama disebut Common
Mode Rejectio Ratio(CMRR). (Malvino, 1991).
10
Dikerjakan oleh : Gebrianty Borotoding
11
Gambar 2.3 Penguat Tegangan Tak Pembalik
c). Penguat Penjumlah
Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masukan, dengan
persamaan berikut:
12
maksimum. Contoh aplikasinya, misalnya: penguat daya pada pemancar televisi,
penguat sinyal pada pesawat penerima radio.
Penguat kelas A dapat menghasilkan sinyal output sesuai dengan sinyal input
selama siklus penuh. Arus output (kolektor) mengalir terus menerus meskipun tidak
ada sinyal input, sehingga transistor menerima panas karena adanya ICQ. Efisiensi
penguat yang beroperasi pada kelas A sangat rendah. Gambar 2. menunjukkan
karakteristik transistor yang bekerja pada kelas A.
Pada kurva gambar 2. terlihat adanya sinyal input berbentuk sinus yang
menumpang pada IBQ dan sinyal output terlihat mengayun secara penuh (selama 360°)
disekitar ICQ. Pada umumnya titik kerja (ICQ maupun VCEQ) penguat kelas A
diletakkan ditengah-tengah garis beban ac agar diperoleh ayunan sinyal output
maksimum. Dengan demikian arus ICQ selalu mengalir baik pada saat ada sinyal input
maupun pada saat tidak ada sinyal input. Hal inilah yang menyebabkan banyak daya
yang terdisipasi pada transisor dan terbuang menjadi panas, sehingga efesiensi penguat
kelas A sangat rendah.
13
Dikerjakan oleh : AHMAD AKSA
14
e. Kuantitas (𝐴) mewakili penguatan tegangan dari penguat.
2. Penguatan Tegangan (𝐴)
a. Penguatan tegangan (𝐴) didefinisikan sebagai rasio antara tegangan
keluaran 𝑉𝑜 (𝑡) dengan tegangan masukan 𝑉𝑖 (𝑡).
𝑉 (𝑡)
b. Secara matematis, 𝐴 = 𝑉0(𝑡).
𝑖
c. Jika penguat bersifat ideal dan linear, penguatan tetap konstan untuk
semua tingkat sinyal masukan.
3. Hubungan Sinyal Ideal:
a. Hubungan antara sinyal masukan dan keluaran untuk penguat linear
ideal diberikan oleh 𝑉0 (𝑡) = 𝐴 ∙ 𝑉𝑖 (𝑡).\
b. Gambaran gelombang pada Gambar mengilustrasikan hubungan ini,
dengan gelombang keluaran (𝐴) kali dari titik-titik yang sesuai pada
gelombang masukan.
4. Masukan Daya DC:
a. Hampir semua penguat memerlukan masukan daya DC (arus searah)
untuk memberikan penguatan.
b. Dalam diagram blok yang digunakan untuk analisis pemrosesan sinyal,
hanya tingkat sinyal yang biasanya ditampilkan, dan pasokan daya DC
(atau bias supply, sebagaimana sering disebut) dianggap ada.
Penguat tidak menghasilkan energi baru; sebaliknya, sinyal masukan diperkuat dengan
menggunakan pasokan daya DC.
a. Inverting Amplifier
Inverting amplifier atau penguat pembalik adalah penguat yang dimana ketika
inputnya bernalai positif maka outputnya bernilai negative, sehingga disebut penguat
pembalik. Dalam penggunannya di dunia nyata biasanya digunakan dalam.
- Penguat Audio: Op-Amp digunakan dalam penguat audio untuk memperkuat
sinyal suara dalam perangkat audio seperti penguat headphone, penguat audio
rumah, dan penguat di dalam perangkat audio profesional.
- Filter Sinyal: Op-Amp digunakan dalam desain filter aktif untuk mengontrol
karakteristik frekuensi sinyal. Ini dapat mencakup filter rendah, filter tinggi,
atau filter bandpass yang digunakan dalam pemrosesan sinyal atau pemfilteran
sinyal frekuensi tertentu(Nuryanto, 2017).
15
b. Non-Inverting Amplifier
Non Inverting amplifier atau penguat non pembalik adalah penguat yang dimana
ketika inputnya bernalai positif maka outputnya juga akan bernilai positif. Dalam
penggunannya di dunia nyata biasanya digunakan dalam.
- Penguatan Sinyal Audio: Penguat non-inverting sering digunakan dalam
aplikasi audio untuk memperkuat sinyal dari perangkat pemutar musik atau
instrumen musik. Keuntungan yang konsisten dan sederhana membuatnya
cocok untuk penguatan sinyal audio tanpa mengubah fase sinyal.
- Penguatan Sinyal Sensor: Pada banyak kasus, sinyal yang dihasilkan oleh
sensor (seperti sensor suhu atau sensor tekanan) relatif lemah dan memerlukan
penguatan sebelum diolah lebih lanjut. Penguat non-inverting dapat digunakan
untuk meningkatkan amplitudo sinyal dari sensor-sensor tersebut.
- pemulihan Impedansi: Penguat non-inverting dapat digunakan untuk
memulihkan impedansi dalam sirkuit, membantu dalam mengatasi masalah
kehilangan tegangan atau arus ketika sinyal melewati kabel panjang atau jalur
transmisi(Nuryanto, 2017).
c. Penguat Penjumlah
Penguat penjumlah menjumlahkan beberapa tegangan masukan
- Mixer Audio: Pada peralatan audio, seperti mixer musik atau soundboard,
penguat penjumlah sering digunakan untuk menggabungkan berbagai sinyal
audio dari mikrofon, instrumen musik, atau perangkat lainnya. Ini
memungkinkan operator audio untuk mencampur dan mengatur sejumlah
sumber suara dalam satu sinyal output.
- Sistem Pengendali Otomatis: Dalam sistem pengendali otomatis, penguat
penjumlah dapat digunakan untuk mengkombinasikan beberapa sinyal umpan
balik atau input sensor sehingga sistem dapat merespons dengan lebih tepat
terhadap kondisi tertentu. Ini berguna dalam kendali proses industri atau sistem
otomatis lainnya(Nuryanto, 2017).
16
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
1. Operational amplifier (op-amp) linear adalah suatu jenis penguat elektronik yang
memiliki karakteristik operasional linier, yang dirancang untuk menghasilkan
penguatan yang proporsional terhadap perbedaan potensial pada dua inputnya.
2. Operational Amplifier (Op-Amp) adalah komponen elektronika yang mencolok
dengan penguatan tinggi, resistansi input besar, impedansi output rendah, dan respons
frekuensi luas.
3. Salah satu jenisnya yaitu Penguat kelas A (class A amplifier). Adalah suatu penguat
yang tegangan kasa kemudinya diatur dan dibuat sedemikian rupa, sehingga arus pada
anoda mengalir terus-menerus pada setiap saat
4. Sebuah penguat linear ideal ditandai dengan menghasilkan sinyal keluaran yang
langsung proposional dengan sinyal masukan. Sinyal keluaran mengalami perubahan
level selama proses penguatan
5. Dapat diaplikasikan sebagai op amp inverting, non inveting, penjumlah dan
sebagainya. Dalam kehidupan sendiri salah satuna digunakan dalam penguat sinyal
audio.
17
DAFTAR PUSTAKA
B. Carter dan R. Mancini. Op Amps for Everyone 3rd Edition. Newnes Elsevier : USA.
2009.
I. Anisa. 2015. Rangkaian IC Linear dan Kasusnya. Diakses pada 3 Maret 2024 dari
https://citra-teknologi.blogspot.com/2015/01/rangkaian-ic-linear-dan-kasusnya.html.
R.Oktavianus, A.Trisno, M.A.Muhammad, H.Fitriawan. “RANCANG BANGUN
SISTEM GERBANG KEAMANAN BERBASIS RFID ID-12 PADA
PERPUSTAKAAN”. Jurnal Fisika.Vol 1 no.1 2018
A. RAHIM, H. SUGIRAWAN, T.N.MANIK. “OPTIMASI COMMON MODE
REJECTION RATIO (CMRR) PAA PENGUAT INSTRUMENTASI”. Jurnal
Fisika FLUX. Vol.10, No.2. 2013
T.Transinata. Tegangan Tarik dan Tekan. Universitas Negeri Semarang, 2011.
H. D. Surjono. 2008. Elektronika analog. Penerbit Cerdas Ulet Kreatif. Jawa Timur.
18