Gabungan Survei
Gabungan Survei
Question 1
berbasis kejadian?
untuk KLB
data surveilans
Question 2
A. kualitas pelayanan
÷
B. endemisitas
C. rasio prevalen
D. besaran masalah
E. status wabah
Question 3
C. Surveilans gizi
Question 4
berbentuk
C. studi epidemiologi
D. surveilans pasif
E. surveilans aktif
Question 5
No.1116/Menkes/SK/VIII/2014
Question 6
A. studi epidemiologi
C. surveilans kedaruratan
Question 7
berbentuk
A. surveilans aktif
B. surveilans pasif
D. studi epidemiologi
Question 8
Question 9
tepat
kemungkinan wabah
Question 10
kecuali
÷
D. laboratorium Kesehatan
Question 11
positif?
Question 12
A. Semua benar
B. Valid
C. Bianyanya murah
D. Reliabel
E. Mudah dikerjakan ✓
Question 13
100 50 150
Tt
B. 50 False positive
D. 20
Question 14
T -
20 1830 1850
B. 120 Total
12°
1880 2000
C. 150
D. 20
E. 50
Question 15
T -
20 1830 1850
TP -1 FN
=
✗ 100% 83,33%
A. 96,5%
B. 98,9%
C. 66,7%
D. 83,3%
E. 97,3%
Question 16
T 20 1830 1850
12°
Total 1880 2000
188¢
✗ 100% 97,3%
BARU tersebut?
A. 66,7%
B. 97,3%
C. 96,5%
D. 98,9%
E. 83,3%
Question 17
T 1830 1850
12°
Total 1880 2000
D; ✗ 100%
tersebut?
A. 7,5%
B. 12,0%
C. 15,0%
D. 6,4%
E. 6,0%
Question 18
Tt 100 50 150
100 100%
tersebut?
=
✗
100-150
%
150×100%-1>66
= 100 >
,
A. 83,3%
B. 98,9%
C. 97,3%
D. 66,7%
E. 96,5%
Question 19
12°
Total
NPN TN
100%
dikonfirmasi. Berapakah NPN dari test BARU
=
✗
TN + FN
A. 96,5%
B. 83,3%
C. 97,3%
D. 66,7%
E. 98,9%
Question 20
Test Dt D- Total
Prevalensi 20%
TP + FN
= 20%
n
200-0 ,#
FP -1 TN = 2000 -
400
= 1600
TP -1
TP
FN
✗ 100%
TN -1 Fp
TN
✗ '◦ ◦ % -
D TN = 1.556,8
= 1.557
97,3410 TN 10-0%1
sisanya positif. Dari yang dinyatakan negative
=
✗
1600
FN = 400 -
333 FP = 1.600 -
1.557
376
T -
67 1557 1624
didapat) dr. Arjuna ingin melakukan program Total 400 1600 2000
= 333_ ✗ 100%
3331-4-3
TN
NPN =
-
✗ cw%
TNTFN
tooth
= KI =
15571-67
.is?q-xiooZ--gsZ
A. 77,8%
B. 89,5%
C. 80,0%
?
D. 79,0%
E. 66,7%
Question 21
adalah
yg lama
populasi
Question 22
A. NPP
B. Akurasi
C. NPN
D. Sensitivitas
E. Spesifisitas
Question 23
A. Sensitivitas
B. Spesifisitas
C. Akurasi
D. NPN
E. NPP
Question 24
A. NPP
B. Sensitivitas
C. Akurasi
D. NPN
E. Spesifisitas
Question 25
A. Sensitivitas
B. NPN
C. Spesifisitas
D. NPP
E. Akurasi
Question 26
:
skrining positif sebesar 83%
83%
Question 27
Indonesia adalah
A. Diare ✗
B. DBD
:
C. Kanker payudara
D. Malaria
E. Kanker pankreas
Question 28
positif adalah….
=
:
C. Besarnya kemungkinan orang yg hasil tesnya
semua yg diperiksa
Question 29
Question 30
A. Positifity rate
B. Persen Agreement
C. Nilai prediktif
D. Spesifisitas
E. Akurasi
} Validitas
Question 31
benar
dinyatakan negative
✗
C. Diantara 100 orang yang negative, 92 benar
sehat
dinyatakan positif
Question 32
A. Sensitifitas
B. Nilai prediktif D
-
Efikasi
C. Akurasi → validitas
D. Keandalan
E. Spesifisitas
Question 33
A. Akurasi
B. Keandalan Reliabilities
C. Sensitifitas
E. Spesifisitas
Question 34
hasilnyar
benar
/ 78 benar
B. Diantara 100 orang yang negative,
÷
tidak sakit kanker serviks
Question 35
SEN : 90%
20%
penyakit X dengan prevalensi 20% berapakah nilai
OTP + FN =
TP -1 FN TP + FN = 200
¥0 →
=
1000
200
= 800
TP
◦ SEN =
✗ 100%
TPXFN
A. 47,1% go %- =
TP
✗ 1009J → TP = 180
200
o SPEC =
TN
✗ 100%
TN -1 FP
FN = 200 180
%
-
TN 640
80% TN → =
= ✗ 100
go , = 20
FP = 800 -
640
= 160
/
Test Dt D- Total NPP
,p÷,=p×ioo%
=
7- 20 640 660
C. 92,0% 1000
Total 200 800
D. 97,0%
E. 18,0%
Question 36
A. 18,0%
B. 47,1%
C. 52,9%
D. 92,0%
E. 97,0%
Question 37
A. Sensitivitas tinggi
B. Spesifisitas rendah
C. Bias tinggi
D. Spesifisitas tinggi
E. Sensitivitas rendah
Test yang mempunyai postif palsu rendah adalah False negatiftv Specificity Sensitivity ↑
A. Sensitivitas tinggi
B. Spesifisitas tinggi
C. Spesifisitas rendah
D. Sensitivitas rendah
E. Bias tinggi
Question 39
D. Semua benar
Question 40
:
B. Semua benar
Skrining
I Wayan Gede Artawan Eka Putra
Epidemiology Department, School of Public Health,
Faculty of Medicine, Udayana University
Tujuan Pembelajaran
Deteksi Dini
Tinggi
Resiko f- sedang
Rendah
Test lanjutan
Test D+ D− Total
T+ TP FP TP+FP
T− FN TN FN+TN
Total TP+FN FP+TN N
= (TP+TN)/(TP+FP+FN+TN) x 100%
Predictive value (Efikasi)
• Ukuran untuk menilai hasil test skrining dapat
mencerminkan kondisi sebenarnya pada saat
diterapkan pada populasi tertentu
• Predictive value tergantung pada:
• Prevalensi penyakit yang diskrining di populasi
• Validitas test skrining
Screening → memisahkan
yang sakit dengan sehat
Skrining Bagian II
I Wayan Gede Artawan Eka Putra
Epidemiology Department, School of Public Health,
Faculty of Medicine, Udayana University
Untuk hasil test berskala data kontinyu, harus dapat
ditentukan cut of point pengkategorian yang sesuai
Y
Tidak Sakit
False Positives
LD Usahakan seminimal mungkin
True Negatives
Sakit
False Negatives
✗
True Positives
Risk factor level
“Cut off point” untuk screening
Apa yang terjadi bila menggunakan cut off point yang
lebih rendah?
Tidak Sakit
False Positives
True Negatives
Sakit
False Negatives
True Positives
Area of
overlap
No
glaucoma
glaucoma
Berhimpitan
14 22 26 42
Sensitifitas dan spesifisitas untuk test
screening yang kontinyu:
geser ke Kiri
sensitivity
true negatives specificity
Suatu test
gang menghasilkan basil
yang sama saat dilakukan berulang
Bias Inter Observer
8
INTRA OBSERVER BIAS
9
E
s
t
i
ma
t
in
g
ob
s
e
r
ve
r
v
ar
i
at
i
o
n
P
e
r
c
en
t
ag
r
ee
m
e
nt
.
K
A
P
P
A
10
Percent agreement
Abnormal Suspect Normal
Abnormal A B C
Suspect D E F
Normal G H I
At F- + I
X100
11
Observer variation percentage
agreement
Abnormal Suspect Doubtful Normal
Abnormal
5 8 4 6
Suspect 4 10 6 12
Doubtful 8 6 15 24
Normal 7 12 6 20
12
Reabilitas
Meningkatkan :
±
kata kunci Dati tidak per nah kadang
0 Menyederhanakan 7
jadi 3 , , seeing
13
Kappa
(Observed Agreement) - (Agreement Expected by chance)
Kappa =
1 - (Agreement Expected by chance)
Observed:
Grading by A Total by B
Grading Grade II Grade III Observed Agreement
by B Grade II 41 3 44 (58.6%) = (41+27)/75
Grade III 4 27 31 (41.4%) = 0.907
Total by A 45 (60%) 30 (40%) 75 (100%)
Expected by chance:
Grading by A Total by B
Grade II Grade III Agreement Expected
Grading Grade II (44x45)/75 (44x30)/75 44 (58.6%) by chance
by B =26.4 =0.176 = (26.4+12.4)/75
Grade III (31x45)/75 (31x30)/75 31 (41.4%) = 0.517
=0.186 =12.4
Total by A 45 (60%) 30 (40%) 75 (100%)
Contoh (Lanjutan) …
Kasus 1
Seorang Epidemiolog, ingin meneliti/mengetahui sensitivitas, spesifisitas, akurasi,
NPP dan NPN dari Metode/Tes skrining untuk deteksi TBC pada kontak erat. Test
tersebut diberi nama “Test Cepat TBC”. Untuk itu dipilih 2000 kontak erat TBC secara
acak dipopulasi. Dari 2000 orang yang diperiksa Tes Test Cepat TBC didapatkankan: 300
orang positif dan sisanya negative. Baik yang positif maupun yang negatif dikonfirmasi
dengan test cepat molekuler (TCM) sebagai Gold Standard dan didapatkan hasil sebagai
berikut: dari 300 orang yang positif Tes Test Cepat TBC, ternyata 25 orang yang negatif
TCM. Dari 1700 orang yang negatif Tes Test Cepat TBC, ternyata 85 orang positif TCM.
1. Buat tabel hasil penelitian skrining tersebut, kemudian hitung dan
interpretasikan sensitivitas, spesifisitas dan akurasinya!
2. Berapakah persenkah prevalensi TBC pada kontak erat pada penelitian
tersebut? Dan bagimana interpretasinya
3. Hitunglah dan interpretasikan NPP dan NPN TBC pada kontak erat sesuai
hasil penelitian skrining di atas!
4. Selanjutnya test tersebut diterapkan pada populasi orang dengan HIV/AIDS
(ODHA) dengan prevalensi TBC 30%, Hitunglah dan interpretasikan NPP dan
NPN nya!
Kasus 2
Pada populasi PSK yang berjumlah 1000 orang dilakukan skrining untuk mendeteksi
kemungkinan menderita GO (gonorhoe) menggunakan test X. Diketahui prevalens
penyakit GO pada PSK ini sebesar 20%. Dan diketahui pula test X ini mempunyai
sensitivitas 85 % dan spesifisitas 75%.
1. Berapakah Jumlah hasil pemeriksaan benar ?
2. Berapakah NPP test tersebut? Dan bagaiman interpretasinya
3. Berapakah Akurasi test tsb? Dan bagaiman interpretasinya
4. Berapakah NPN? Dan bagaiman interpretasinya
5. Coba terapkan test X tersebut pada populasi dengan prevalensi GO 10% dan
hitunglah NPPnya, dan bagaimaan interpretasinya?
6. Berdasakan kasus diatas, Apa saja yang mempengaruhi NPP?
1
Kasus 3
Suatu test X dengan sensitifitas 90% dan spesifisitas 80% digunakan untuk mendeteksi
penyakit Y dengan prevalensi 20% berapakah nilai prediktif test positifnya? Dan
bagaimana interpretasinya
Kasus 4
Terdapat 3 macam test screening untuk mendeteksi dini Ca Servik, test X, Y dan Z dengan
validitas seperti pada table dibawah ini:
1. Bila ingin menurunkan prevalensi kasus kanker servik sebanyak mungkin maka
test yang dipilih adalah ……… dan apa alasan saudara memilih test ini?
2. Bila dana, fasilitas konfirmasi diagnostik dan tenaga spesialis PA sangat terbatas
maka test yang dipilih adalah ………. dan apa alasan saudara memilih test ini?
2
Kasus 1 SEI =
TP
✗ 100%
n =
2000
THEN
76,39%4 TP 10-0%7 TP
""=ˢ°°/
✗ → =
458,34
60€ = 458
negatif = 1700
FP → 25
SPEC = TN
100%
✗
-
TN → 1615 TN + FP
FN -1> 85
98,481% = TN
10-0%1 → TN = 1.378,72
✗
It 2%5 ¥5 300
T -
É 16T¥ noo FN = 600 -
458 FP = 1400 -
1379
Tota = 142 = 21
a.
Sensitivities ( SEN ) = TP -
D Ptopotsi basil tes
positif diantara orang
✗ '◦◦ %
yp FN dengan TBC sebesai 76,39% ataudiantaia
+
Test Dt D- Total
275 275
=
✗ 100% → × "◦ ◦ %
posit if TBC
2751-85 360 T -
142 1379 1521
1400 2000
= 76,39% 7614% Total 600
✗
Ptopotsi basil
Spesifisitas ( SPEC )
b.
tes "
egatif
=
TN TPTFP sakit adalah 95,62% ataudiantata 100
Orang
× ,go%
diantara sehat
y ,y , , , Orang Yang
45cg 458 yang dinyatakan positif TBC Oleh
=
✗ 100% → ✗ 100%
sebesar 98,48%
479 bena ?
_ 458 -121 teidapat
TCM 96 Orang yang
1615
100% %
,
=
✗ ✗ "◦
ataudiantara
%
too
1615 -12g 1640 sakit TBC
= 95,62
Orang teidapat
98,48%
,
98,5% 98 ◦
rang dinyata -
=
✗ ✗
= 94,5%
kasus 2
2. Prevalensi dt Diantara teidapat 18 pendetita TBC
100% Orang atau
= 100 Orang n= tooo
✗
n masalah kontak
besar TBC
pada etat yakni 18% 20%
.
prevalensi =
85%
= 360
✗ 100% →
18% sensitivities --
2000
? spesifisitas = 75%
benoit TBC
Pada kontak etat , basil TCN Besatnyakemungkinan Orang mengalami positif . . .
menyatakan positif .
Maka ,
3. TP TP FN
a. =
✗ 100%
-1
= 20%
sakit adalah 91,67% atav diantata 100
Orang yang n
↳ Hasilsemakin TP -1 FP
baguslefisien zoo
teidapat 92 benat benai 1000 104
275+25 Orang Yang
-
Fp + TN 1000 -
200
padaa, ,
=
◦ pm age ,
✓
↳ Ini menjadi fokuspenelitian ODM pada > 40
91,67% sakit TBC =
800
µ =
✗
basil benar
Kemungkinan test
negatif gang
-
benarsehat
Tp -1 FN
b. NPN= TN
✗ 100%
adalah 95% atavdiantata 100 ◦ tang Yang dinyatakan
* + EN
85%1=1--17 ✗ ☒ % → TP = 170
95% SPEC TN
100%
=
=
✗
TNTFP -
D FN = 200 -
170
-4 .
Ptevalensi : 30% 75%0 = TN
✗
10-0%7 TN = 600 =
30
n 200-0 100
FP -1-11 = n -
TP + FN = 200
= 2000-600-171400
?⃝
besar NPP semakin besar
Test Dt D- Total 6 .
Mempengarvhi ◦ Prevalensi semakin ,
Total 200 800 1000 ◦ Spesifisitas semakin besar maka nilai FP semakin besar Dan NPP
,
semakin Kecil
KASUS 3
Hasil negatif = 600
Sensitivities : 90%
+ .
770
Spesifisitas : 80%
Prevalensi : 20%
?
benai
2 NPP TP Kemungkinan PSK
100% proporsi yang
=
1000
✗
.
17 :
= 45 94 % teidapat 46 PSK
gang benai ?
TP -1 FN TPTFN 200
2g
=
, =
→
100-0 100
FP
sakit GO -1 TN = 1000 -
200
✗ 100 →
Ptoporsi has it true test diantata PSK yang
TP -1 FPTTN -1 FN
di tes sebesai 77% atau diantara too PSK ◦ SEN =
TP
✗
100%
Yang melakukantes ✗
-7>9×10-0 %
170-1600
,
yp + FN
=
✗ 100% →
dan negatifnyata
=
77% posit if 20-0
SPEC TN
100%
=
◦
4. NPN =
TN
✗ 100 % Kemungkinan ptoporsi
PSK
yang
benai
?
tidak * + pp
= 600
.
✗ too
% → 600 ✗ too % adalah 95,24% atav
• o_O =
20
630
600-130 diantaia 100 PSK Yang FP = 800 - 640
=
95,24 % dinyatakan negatifdati = 160
1604
tes ×
teidapat 95 PSK Test Dt D- Total
≤
5. Aerate "ˢi : " % ""
b" " " " °" Tt 180 34° NPP TP
=
✗ 100%
1- p+FN
=
10% TPtFN= 10 mendetita GO
T - 20 640 660 TP -1 x-p
→ -
52,94%
n 100-0 100
Total 200 800
1000
too ✗ •◦ %
TPTFN = 100 348
FP -1 TN = 1000 -
100
→ Kemungkinan hasiltes ✗ positif yang benai ? sakit Y adalah 52,94% atau
85 # = TP
× 10-070 → TP = 85
Kasus 4
10T
✗ Y 2
/
SPEC = TN
% Sensitivities 81%75%7990
✗ too
TN -1 FP → FN =
100 -
85
Spesifisitas 70%72%8040
Test Dt D- Total
sebanyak mungkin .
GO dati hasil tes ✗ adalah 27,42% atau diantaia 100 PSK 27,42 % sehingga cook digunakan kaiena dapat menghindaii basil positif palsv yang
positif
=
yang tinggi
,
,
+
-
72
302 -1>95,4 %
→ NPN 686
100%
=
6861-72
681 ✗ too
% 90,5%
758
23
11,2
-
dr. Septa
Sistem
Surveilans
Nasional
SISTEM
INFORMASI
KESEHATAN
NASIONAL
Struktur Sistem Surveilans di Indonesia berbasis:
Atribut
• Laporan Puskesmas,
• Rumah Sakit
Surveilans
• Laboratorium dan dimanfaatkan di semua tingkatan pemerintahan di
• kesederhanaan,
• fleksibilitas,
• akseptabilitas,
• sensitivitas,
• nilai prediktif positif,
• kerepresentatifan,
• ketepatan
Jejaring Surveilans
UPT SubDin Kesga Unit kerja Dinkes Kab/Kota
Kabupaten/ Kota
UPT UPT
Rumah Sakit Puskesmas
Hubungan struktural/ komando
Unit Surveilans
Lintas Dinas
Jejaring Surveilans
18
Algoritma pelaporan informasi surveilans
Tingkat Dasar
analisis data
penatalaksanaan
melaporkan dalam bentuk
diagnosis penyakit atau
kasus tabel dan grafik
kasus
sederhana
Tingkat intermediet
mendukung seluruh
kegiatan surveilans
secara nasional.
mendukung kegiatan
epidemiologi,
penanggulangan KLB
melaporkan ke WHO
(International Health logistik
Regulation (IHR)).
Tingkat
Regional/Internasional
Oleh:
Dr. Drs. I Made Rentin, AP., M.Si.
(Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali)
Identifikasi faktor risiko lingkungan yang Intervensi faktor risiko lingkungan yang
berpotensi menjadi ancaman KLB berpotensi menjadi ancaman KLB
• Kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan
informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang
mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah
kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan
tindakan pengendalian dan penanggulangan secara efektif dan efisien
(Permenkes 45, 2014)
• KEMITRAAN
1. Kemitraan lintas program di lingkungan sektor kesehatan sendiri
2. Kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi pemerintah
3. Membangun kemitraan yang lebih luas, lintas program, lintas sektor, lintas
bidang dan lintas organisasi yang mencakup :
a) Unsur pemerintah,
b) Unsur swasta atau dunia usaha,
c) Unsur LSM dan organisasi masa
d) Unsur organisasi profesi.
BENTUK PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILANS NASIONAL
• BERBASIS INDIKATOR
• BERBASIS KEJADIAN
• SURVEILANS BERBASIS INDIKATOR: • SURVEILANS BERBASIS KEJADIAN:
dilakukan untuk memperoleh dilakukan untuk menangkap dan
gambaran penyakit, Faktor Risiko memberikan informasi secara cepat
dan masalah kesehatan dan/atau tentang suatu penyakit, Faktor
masalah yang berdampak terhadap Risiko, dan masalah kesehatan
kesehatan yang menjadi indikator dengan menggunakan sumber data
program dengan menggunakan selain data yang terstruktur
sumber data yang terstruktur
SURVEILANS BERBASIS INDIKATOR
• SUMBER DATA:
Respon Tergantung pada waktu antara identifikasi, Tergantung pada konfirmasi kejadian tetapi idealnya
pengumpulan data, dan analisis secepatnya
FORMAT TUGAS PRESENTASI SURVEILANS
KESEHATAN
• Pelajari salah satu SISTEM SURVEILANS KESEHATAN MASYARAKAT
• Buatlah PPT terkait surveilans yang dipelajari
• FORMAT:
• PENDAHULUAN (TERMASUK GAMBARAN PENYAKIT DI MASYARAKAT)
• ISI
• Pengumpulan data (definisi kasus, cara pengumpulan data kasus, termasuk data faktor risiko, alat
ukur: Form atau material lain)
• Alur pelaporan (penyelenggaran surveilans, jejaring, peran jejaring, alur pelaporan: tanggal,
metode)
• Hasil data (indikator data/bentuk informasi yang dihasilkan)
• Diseminasi hasil, Monitoring dan evaluasi
• PENUTUP (SIMPULAN SISTEM SURVEILANS)
• DAFTAR PUSTAKA
PEMBAGIAN TUGAS SURVEILANS
• KELOMPOK 1: Surveilans TB
• KELOMPOK 2: Surveilans DBD
• KELOMPOK 3: Surveilans RABIES
• KELOMPOK 4: Surveilans HIV
• KELOMPOK 5: Surveilans GIZI
• KELOMPOK 6: Surveilans Kesehatan Haji
• KELOMPOK 7: Surveilans Penyakit Tidak Menular
• KELOMPOK 8: SKDR (Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon)
APLIKASI SISTEM SURVEILANS KESEHATAN
KUALITAS SURVEILANS
DUKUNGAN KEGIATAN
KELENGKAPAN KETEPATAN PEDOMAN DAN STANDAR
KEGUNAAN PENERIMAAN PELATIHAN
FLEKSIBILITAS REPRESENTATIF FASILITAS KOMUNIKASI
KESEDERHANAAN SENSITIFITAS DUKUNGAN SARANA
SPESIFISITAS NILAI PREDIKTIF POSITIF MONITORING DAN EVALUASI
KORDINASI
CONTOH APLIKASI SISTEM SURVEILANS KESEHATAN DI
INDONESIA
• TB – SITB
• HIV – SIHA
• COVID-19 – NEW-ALL RECORD-19
• MALARIA – SISMAL
• HEPATITIS B,C – SIHEPI
• SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON – SKDR
• …..dsb
SURVEILANS COVID-19
Perjalanan alamiah Covid-19
UPAYA PENCEGAHAN : 3 T
Sumber : Modifikasi dari Critical preparedness, readiness and response actions for COVID-19, WHO, 16 Maret 2020
PEDOMAN PENANGGULANGAN COVID-19
Definisi Operasional:
1. Kasus Suspek,
2. Kasus Probable,
3. Kasus Konfirmasi,
4. Kontak Erat,
5. Pelaku Perjalanan,
6. Discarded,
7. Selesai Isolasi, dan
8. Kematian.
KASUS SUSPEK
• Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
a. Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari
terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di
negara/wilayah Indonesia yang
melaporkan transmisi lokal**.
b. Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus
konfirmasi/probable COVID-19.
c. Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan
perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan
gambaran klinis yang meyakinkan.
KASUS probable, konfirmasi dan kematian
• Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan
COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
• Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan
laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
a. Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
b. Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
• Kematian (REV-05)
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang
meninggal.
Indikator Penanggulangan Pandemi
• Unit-unit yang melakukan pencatatan kasus COVID-19 diantaranya:
a. Puskesmas
b. Rumah sakit
c. Klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lainnya
d. Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
e. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
f. Laboratorium Kesehatan yang ditunjuk
• Aplikasi online yang sudah disiapkan sebagai sistem pencatatan dan pelaporan
COVID-19 adalah:
• All Record TC-19 (https://allrecordtc19.kemkes.go.id)
• Sistem Online Pelaporan Harian COVID-19 (https://s.id/laporhariancovid).
Penemuan Kasus
• Di Pintu Masuk Negara
• Dilakukan oleh KKP
• Kegiatan di pintu masuk negara meliputi upaya detect, prevent, dan respond terhadap 2019-nCoV di
pelabuhan, bandar udara, dan PLBDN.
• Di Wilayah
• Kasus yang baru diterima oleh Fasyankes (Puskesmas, RS, Klinik, atau fasyankes lain) dan atau Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota, baik dari kunjungan pasien atau hasil penelusuran kontak erat, harus
dicatat dan dilaporkan dalam formulir notifikasi penemuan kasus COVID-19
• Deteksi dini di wilayah dilakukan melalui peningkatan kegiatan surveilans rutin dan surveilans berbasis
kejadian yang dilakukan secara aktif maupun pasif. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan adanya
indikasi pasien dalam pengawasan 2019-nCoV yang harus segera direspon.
Pelacakan Kontak
Erat
Transmisi komunitas Insiden rendah dari kasus yang didapat secara lokal dan tersebar luas terdeteksi
Level 1 dalam 14 hari terakhir, dengan banyak kasus tidak terkait dengan kelompok tertentu;
transmisi dapat difokuskan pada sub-kelompok populasi tertentu.
Risiko infeksi rendah untuk populasi umum.
Level 2 Insiden moderat dari kasus yang didapat secara lokal dan tersebar luas yang
terdeteksi dalam 14 hari terakhir; penularan kurang terfokus pada sub kelompok
populasi tertentu. Risiko infeksi sedang untuk populasi umum.
Level 3 Insiden tinggi dari kasus yang didapat secara lokal dan tersebar luas dalam 14 hari
terakhir; penularannya meluas dan tidak terfokus pada sub kelompok populasi. Risiko
tinggi infeksi untuk populasi umum.
Level 4 Insiden yang sangat tinggi dari kasus yang didapat secara lokal dan tersebar luas
dalam 14 hari terakhir. Risiko infeksi yang sangat tinggi untuk populasi umum.
29
Situas
ional
Definisi
2 Situasi dengan insiden komunitas yang rendah atau risiko penularan komunitas di
luar klaster. Tindakan tambahan mungkin diperlukan untuk mengendalikan
penularan; dengan pembatasan kegiatan sosial dan ekonomi.
3 Situasi penularan komunitas dengan kapasitas tambahan yang terbatas untuk
merespons dan risiko layanan kesehatan menjadi kewalahan. Kombinasi tindakan
yang lebih besar mungkin perlu dilakukan untuk membatasi penularan, mengelola
kasus, dan memastikan pengendalian epidemi.
4 Epidemi yang tidak terkontrol dengan kapasitas respon sistem kesehatan tambahan
yang terbatas atau tidak ada, sehingga memerlukan tindakan ekstensif untuk
menghindari layanan kesehatan yang kewalahan dan morbiditas dan mortalitas
yang berlebihan.
30
31
32
Pelaksanaan Surveilans Kewaspadaan Dini KLB di
KKP
• Kajian epidemiologi secara terus-menerus dan sistematis untuk
identifikasi ancaman KLB
• Memberikan peringatan kewaspadaan dini KLB
• Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman
KLB
Kajian epidemiologi berdasarkan:
• IHR tentang penyakit lintas batas negara yang perlu diwaspadai
• Perkembangan penyakit berbagai negara yang berpotensi menular ke
Indonesia
• Perkembangan penyakit di Indonesia yang berpotensi menular ke negara
lain
• Surveilans berbasis data kunjungan, pemeriksaan orang, barang dan alat
angkut
• Surveilans berbasis data kesakitan di klinik KKP dan klinik lain di lintas batas
negara/wilayah
• Surveilans berbasis lingkungan (alat angkut dan sekitarnya)
• Jejaring surveilans KKP
SURVEILANS LABORATORIUM
• Deteksi Dini
• Surveilans Penyakit Berbasis Laboratorium
Pencegahan penyakit
• Respon KLB (detect dan response)
• Penjaminan mutu laboratorium kesehatan di dan
wilayahnya
Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Laboratorium kesehatan masyarakat berfokus pada penyakit dan status kesehatan kelompok populasi
melalui Pengujian diagnostik terbatas, pengujian dan surveilans penyakit serta memberikan dukungan
dalam tanggap darurat, penelitian terapan serta peningkatan kapasitas personel laboratorium (CDC, public
health laboratory)
SURVEILANS KUALITAS AIR MINUM RUMAH TANGGA (SKAMRT)
• Penyusunan kebijakan dan strategi yang didasari bukti yang akurat dan
jelas dibutuhkan pengelolaan data kualitas air minum secara kontinue
melalui pemantauan rutin kualitas air minum
• Manfaat: menjadi advokasi pada pemangku kepentingan tentang
pentingnya perbaikan kualitas air minum
• Diharapkan daerah kabupaten mandiri melakukan survey dengan APBD
• Terintegrasi dengan program yang lain:
• Pengawasan air minum yang aman
• Rencana pengamanan air minum aman
• Implementasi Pilar 3 STBM
• Pengamanan air minum rumah tangga