Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

EMBRIOLOGI MANUSIA
GAMETOGENESIS: KONVERSI SEL-SEL BENIH MENJADI GAMET
PRIA DAN WANITA SERTA OVULASI HINGGA IMPLANTASI

OLEH
Kelompok 1
Rizkiyah Novianti (2320332001)
Bintari Tri Anggraeni (2320332001)
Rezi Liawati (2320332001)
Yuniarty (2320332001)
Sara Uzlifah
Asiyah Nur Azizi
Putri Gustiriani
Indah Muthara
Fitri Anggraini

DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. ARNI AMIR, MS

PROGRAM STUDI S2 ILMU KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul
“Gametogenesis: Konversi Sel - Sel Benih Menjadi Gamet Pria Dan Wanita
Serta Ovulasi Hingga Implantasi”. Makalah ini merupakan salah satu tugas dari
mata kuliah dari Embriologi Manusia dan tak lupa kami juga mengucap terima
kasih kepada Dosen Pengampu yang telah memberi arahan kepada kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami mengetahui adanya kekurangan baik dalam isi, penulisan atapun
penjelasan dalam makalah ini. Dengan demikian, kritik dan saran diharapkan agar
kesempurnaan makalah ini dapat terwujud.
Terima kasih kepada dosen dan mahasiswa yang telah membaca dan
mempelajari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Maret, 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sel Germinativum Primodial ...............................................................
2.2 Gametogenesis ...................................................................................
2.2.1 Spermatogenesis..........................................................................
2.2.2 Oogenesis.....................................................................................
2.3 Dampak Gangguan Pembelahan Sel ................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ..........................................................................................
3.2 Saran ....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sel merupakan unit terkecil makhluk hidup. Dalam proses manusia
bereproduksi, terdapat berbagai proses, dari fertilisasi, embriogenesis dan
organogenesis. Fertilisasi, yaitu proses penyatuan gamet pria (sperma) dan
wanita (oosit) untuk kemudian menjadi zigot. Sel gamet ini berasal dari sel
germinativum primordial yang dibentuk di epiblas selama minggu kedua dan
bergerak ke arah yolk sac, menuju gonad. Sel germinativum ini kemudian
mengalami pembelahan, yaitu mitosis dan meiosis untuk persiapan fertilisasi.
Proses gametogenesis merupakan proses awal yang sangat penting dan
berpengaruh besar pada saat embriogenesis dan organogenesis. Lebih detail,
proses pembelahan sel yaitu perubahan sel germinativum primordial menjadi
sel gamet yang kaya sifat genetik. Sifat-Sifat genetik ditentukan oleh gen
spesifik di kromosom. Gen-gen kromosom yag sama cenderung diwariskan
bersama dan disebut linked genes.
Kelainan kromosom yang timbul dapat menimbulkan brbagai
komplikasi pada ibu dan bayi, diantaranya adalah abortus, choriocarcinoma,
trisomi 21, trisomi 18, trisomi 13, sindrom klinefelter, teratoma, dan juga
berbagai kecacatan fisik seperti meningokel, omfalokel, dan sebagainya.
Maka, dalam mempersiapkan bayi yang sehat, asuhan harus dilakukan jauh
sebelumnya untuk meminimalkan munculnya berbagai kelainan tersebut.
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan perlu menggali lebih
dalam terkait pembentukan manusia, sehingga dapat mengetahui dan
selanjutnya dapat menentukan upaya promotif dan preventif untuk
menyiapkan bayi sehat, dengan cara memberikan promosi kesehatan bagi
wanita dan keluarga termasuk remaja terkait kesehatan reproduksi juga
dengan memberikan asuhan kebidanan yang sesuai kepada ibu dan bayi.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah Gametogenesis: Konversi sel-sel benih menjadi gamet pria dan
gamet wanita?

1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui proses gametogensis: konversi sel-sel benih menjadi
gamet pria dan gamet wanita.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 SEL GERMINATIVUM PRIMODIAL


Perkembangan berawal dari fertilisasi (pembuahan) yaitu penyatuan
gamet pria (sperma) dan gamet wanita (oosit) untuk menghasilkan zigot.
Gamet berasal dari germinativum primodial (PGC, primodial germ cell) yang
dibentuk di epiblas selama minggu kedua dan bergerak ke dinding yolk sac.
Selama minggu keempat, sel-sel ini mulai bermigrasi dari yolk sac menuju
ke gonad yang sedang terbentuk, tempat sel-sel in sampai pada akhir minggu
kelima. Pembelahan mitosis memperbanyak jumlah sel ini selama bermigrasi
dan juga ketika sel-sel ini sampai ke gonad. Sebagai persiapan untuk
fertilisasi, sel-sel germinativum menjalani gametogenesis, yang mencakup
ieosis, untuk mengurangi jumlah kromosom dan sitodiferensiasi untuk
menuntaskan maturasinya (Sadler, 2013).

Gambar 1 Mudigah pada akhir minggu ketiga, yang memperlihatkan posisi


sel germinativum primordial di dinding yolk sac, dekat dengan perlekatan bakal
tali pusat. Dari lokasi ini, sel-sel tersebut bermigrasi ke gonad yang sedang
terbentuk.

3
2.1.1 Teori Pewarisan Kromosom
Sifat individu baru ditentukan oleh gen-gen spesifik pada kromosom
yang diwariskan dari ayah dan ibu nya. Manusia memiliki sekitas 23.000 gen
pada 46 kromosom. Gen-gen pada kromosom yang sama cendrung
diwariskan secara bersama sehingga dikenal sebagai gen tautan (link gene).
Didalam sel soatik, kromosom tampak sebagai 23 pasangan homolog untuk
membentuk jumlah diploid yaitu 46. Terdapat 22 pasangan kromosom yang
sepadan, yang disebut autosom, dan sepasang kromosom seks. Jika pasangan
seks adalah XX, maka individu secara genetik adalah wanita, jika
pasangannya adalah XY, maka individu secara genetik adalah pria. Satu
kromosom dari setiap pasangan berasal dari gamet maternal, oosit dan satu
dari gamet paternal sperma. Oleh sebab itu setiap gamet mangandung jumlah
haploid, yaitu 23 kromosom dan penyatuan kedua gamet pada fertilisasi
mengembalikan jumlah diploid yaitu 46 (Sadler, 2013).

Gambar 2. Pertemuan Kromosom ayah dan ibu

4
2.1.2 Mitosis
Mitosis adalah proses pembelahan satu sel untuk menghasilkan dua
sel anak yang secara genetis identik dengan sel induk. Saat mitosis dimulai,
kromosom mulai membentuk kumparan, berkontraksi dan memadat, proses in
menandai dimulainya profase. Setiap kromosom sekarang terdiri dari dua
subunit pararel, kromatid yang disatukan oleh suatu daerah sempit
(sentromer) yang terdapat dikeduanya. Selama profase kromosom terus
memadat, memendek dan menebal. Hanya saat prometafase kromatid dapat
dibedakan. Selama metafae kromosom-kromosom berjajar dalam suatu
bidang ekuator dan struktur gandanya tampak jelas. Tidak lama kemudian
sentromer masing-masing kromosom membelah menandai awal anafase
diikuti oleh migrasi kromatid kekutub gelendong yang berlawanan. Akhirnya
selama telofase, kumparan kromosom mengurai dan memanjang, selubung
nukleus kembali terbentuk dan sitoplasma membelah. Masing-masing sel
anak menerima separuh dari bahan kromosom ganda sehingga
mempertahankan jumlah kromosom yang sama seperti sel induk (SADLER,
2013). Proses pembelahan utama siklus ini adalah profase, prometafase,
metafase, anafase dan telofase (Susilowati, 2019).

Gambar 3. Berbagai tahap mitosis. Pada profase, kromosom tampak sebagai


benang-benang halus. Kromatid ganda mulai tampak jelas sebagai unit
individual selama metaphase. Selama pemelahan, anggota satuan pasangan
kromosom tidak pernah menyatu. Biru merupakan kromosom ayah, merah,
kromosom ibu.

5
2.1.3 Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel germinativum untuk
menghasilkan gamet pria dan wanita, yaitu masing-masing sperma dan sel telur.
Meiosis memerlukan dua pembelahan sel, meiosis I dan meiosis II, untuk
mengurangi jumlah kromosom menjadi jumlah haploid 23. Seperti pada mitosis,
sel germinativum pria dan wanita (spermatosit dan oosit primer) pada awal
meiosis I mereplikasikan DNA mereka sehingga setiap ke 46 kromosom tersebut
digandakan menjadi sister chromatid. Namun, berbeda dengan mitosis kromosom-
kromosom homolog kemudian bergabung membentuk pasangan-pasangan, suatu
proses yang disebut sinapsis. Pasangan homolog kemudian berpisah menjadi dua
sel anak setelah itu meiosis II yang memisahkan kromosom ganda tersebut.
Karena itu, setiap gamet mengandung 23 kromosom (Sadler, 2013).
Ciri khas meiosis adalah (Susilowati, 2019) :
0. Jumlah kromosom mereduksi sehingga menjadi separuhnya, dari dua set atau
2n (karena berpasangan) pada sel awal menjadi satu set atau n pada sel gamet.
1. Mekanisme ini meningkatkan keanekaragaman genetik gamet tanpa
mengganggu kebutuhan gamet untuk memiliki satu set kromosom

Gambar 4. Proses Pembelahan Meiotik Pertama dan Kedua

6
Gambar 5. Proses-Proses yang terjadi Selama Pembelahan maturase pertama dan
Kedua

Gambar 6. Pembelahan maturase normal dan non-disjunction


2.2 GAMETOGENESIS
Gametogenesis adalah proses di mana sel-sel kelamin jantan dan
betina (gamet) yaitu, sperma dan ovum terbentuk, masing-masing dalam
gonad pria dan wanita (testis dan ovarium). Gametogenesis ada dalam dua
jenis: Spermatogenesis dan oogenesis.

7
2.2.1 Spermatogenesis
Proses pembentukan dan pemasakan spermatozoa disebut spermatogenesis.
Spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogenesis mencakup
pematangan sel epitel germinal melalui proses pembelahan dan diferensiasi sel,
yang bertujuan untuk membentuk sperma fungsional. Sata lahir, sel-sel
germinativum pada bayi pria dapat dikenali di korda seks testis sebagai sel besar
pucat yang dikelilingi oleh sel penunjang. Sel penunjang yang berasal dari epitel
permukaan kelenjar dengan cara seperti sel folikular, menjadi sel sustentakular
atau sel sertoli. Secara singkat, dapat dijelaskan bahwa sel-sel germinativum
primordial membentuk sel tunas spermatogonia Dari sel tunas spermatogonia
muncul sel-sel yang membentuk spermatogonia tipe A yang pembentukannya
menandai dimulai proses spermatogenesis. Sel spermatogonia tipe A mengalami
pembelahan mitotik hingga menghasilkan spermatogonia tipe B yang kemudian
membelah dan membentuk spermatosit primer. Kemudian spermatosit primer
memasuki tahap profase , diikuti meiosis I dan membentuk spermatosit sekunder.
Selama pembelahan meiotic kedua, sel-sel ini cepat membentuk spermatid haploid
(Sadler, 2013).

Gambar 7. Potongan Melintang Korda seks primitive pada neonates pria, dan
Segmen Melintang Tubulus Seminiferus.

8
Gambar 8. Spermatogenesis

Gambar 9. Produk meiois selama Spermatogenesis pada Manusia

9
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
0. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan
menjadi spermatosit primer. Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat
melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini
mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit
primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom
berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut
spermatogonia tipe A. Satu spermatogonia tipe A membentuk satu klon sel
germinativum yang mempertahankan kontak selama diferensiasi. Selain itu,
spermatogonia dan spermatid tetap terbenam dalam ceruk sel sertoli selama
perkembangannya. Sel sertoli berfungsi sebagai melindungi, menjaga, memberi
nutrisi dan membantu pembebasan spermatozoa matur. Spermatogenesis diatur
oleh produksi LH. LH mengikat reseptor di sel leydig dan merangsang produksi
testosteron untuk mendorong spermatogenesis. FSH merangsang pembentukan
cairan testis dan sintesis protein reseptor androgen intersel.
Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe
B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi
spermatosit primer yang masih bersifat diploid. Spermatosit primer mengandung
kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit
akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
a. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak
dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang
n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi
secara meiosis II membentuk empat buah spermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang
lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan
(Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II

10
memiliki inti yang gelap.

Gambar 10. Sel Sertoli dan Spermatosit yang Sedang Mengalami


Pematangan.
b. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4
fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil
akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid
dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel.
Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat
bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor (Sadler 2013).

11
Gambar 11. Transformasi Spermatid menjadi spermatozoa (atas), Sel
germinativum abnormal (bawah)
2.2.2 Oogenesis
1. Pematangan Oosit sebelum lahir
Diferensiasi sel germinativum primordial menjadi oogonia dimulai Ketika sel
tersebut sampai di ovarium. Sel ini mengalami pembelahan mitotic, dan pada
akhir bulan ketigas sel-sel ini tersusun dalam kelompok kelompok yang dikelilingi
oleh suatu lapisan sel gepeng yaitu sel folikular, berasal dari epitel permukaan
yang menutupi ovarium.
Sebagian besar oogonia terus membelah dengan mitosis, tetapi sebagiannya
terhenti pembelahannya pada tahap profase meiosis I dan membentuk oosit
primer. Pada bulan 3-5 jumlah oogonia meningkat pesat hingga jumlah total sel
germinativum di ovarium mencapai maksimal, diperkirakan sejumlah 7 juta. Pada
masa ini, sel-sel mulai mati dan banyak oogonia serta oosit primer manjadi atretic.
Pada bulan ketujuh, Sebagian besar oogonia mengalami degenerasi.

12
Semua oosir primer tersisa telah masuk ke tahap profase meiosis 1 dan
Sebagian besar diantaranya masing-masing dilapisi sel gepeng, dikenal sebagai
folikel primordial.

Gambar 12. Diferensiasi Sel Germinativum Primordial menjadi Oogonia.


2. Pematangan Oosit saat Pubertas
Saat lahir, Folikel primordial ini tidak melanjutkan ke tahap metaphase namun
masuk ke stadium diplotene (tahap istirahat), yang ditandai oleh adanya jala-jala
kromatin hingga pubertas mulai. Oosit Maturation Inhibition (OMI), suatu peptida
yang dikeluarkan oleh sel folikular yang menahan pematangan folikel. Jumlah
total oosit primer saat lahir diperkirakan 600.000-800.000. Selama masa anak-
anak, oosit primer atresia hingga menjadi 400.000 dan kurang dari 500 yang akan
di ovulasikan saat pubertas.
Saat pubertas, terbentuk cadangan folikel yang terus tumbuh dan
dipertahankan oleh pasokan folikel primordial. Setiap bulan, 15-20 folikel yang
terpilih dari cadangan akan memulai proses pematangan melalui 3 stadium :
a. Stadium Primer atau Pre-Antral periode preantral atau tidak bergantung
pada gonadotropin. Dibutuhkan 290 hari . Sewaktu oosit primer mulai
tumbuh, sel folikel di sekitar berubah menjadi kuboid dan berproliferasi
untuk membentuk epitel berlapis yaitu sel granulosa membentuk folikel
primer. Sel granulosa memisahkan folikel primer dan sel stroma sekitarnya
yang membentuk teka folikuli. Sel-sel granulosa dan oosit juga
mengeluarkan satu lapisan dalam sel sekretorik, teka interna, dan satu

13
kapsul fibrosa di bagian luar, teka eksterna. Sel folikel juga membentuk
tonjolan kecil mirip jari yang menembus zona pelusida dan membentuk
jarring dengan mikrovilus membrane plasma oosit, fungsinya adalah untuk
transport bahan dari sel folikular ke oosit.
b. Stadium Sekunder atau Antral ditandai dengan pertumbuhan dan
diferensiasi oosit. Periode antral (Graafian) bergantung pada
gonadotropin. Dari kavitasi atau awal pembentukan antrum, dibutuhkan 60
hari untuk melewati tahap folikel Graaf. Perkembangan selanjutnya
muncul rongga-rongga terisi cairan natar sel granulosa, penyatuan ruang
ini menghasilkan antrum, dan folikelnya dinamai folikel sekunder. Pada
awalnya antrum membentuk bulan sabit, tetapi seiring waktu membesar.
Sel granulosa yang mengelilingi oosit tetap utuh dan membentuk cumulus
ooforus. Setelah matang, folikel sekunder yang kurang lebih berdiameter
25 mm dikelilngi oleh teka interna dan teka eksterna secara bertahap
menyatu dengan stroma ovarium.
Pada setiap siklus ovarium, sejumlah folikel mulai berkembang, tetapi
biasanya hanya satu yang mencapai kematangan sempurna dan sisanya
mengalami degenarasi. Ketika folikel skunder matang, maka LH akan naik
dan memicu fase pertumbuhan preovulasi.
c. Stadium Pre-Ovulasi (Folikel de Graaf) : Demikian proses meiosis 1
selesai, terbentuklah 2 sel anak dengan ukuran berbeda, masing-masing 23
kromosom berstruktur ganda. Satu sel oosir sekunder mendapat sebgaian
besar sitoplasma sedangkan badan polar pertama tidak emndapat
sitoplasma. Badan polar terletak pada zona pelusida dan membrane sel
oosit sekunder di ruang perivitelina. Sel kemudian masuk ke tahap meiosis
II tetapi terhenti pada saat metaphase sekitar 3 jam sebelum ovulasi.
Meiosis II diselesaikan hanya jila oosit dibuahi.

14
Gambar 13. Potongan Ovarium pada Berbagai Tahap Perkembangan

Gambar 14. Folikel primordial Tahap Pertumbuhan

15
2.3 DAMPAK GANGGUAN PEMBELAHAN SEL
Sel memiliki banyak fungsi, salah satunya adalah pembelahan yang
menunculkan sifat-sifat genetic makhluk dimana bila terdapat ganguan pada
prosesnya dapat menimbulkan komplikasi atau masalah, diantaranya sebagai
berikut :
 Cacat lahir dan Abortus Spontan : Faktor Kromosom dan Genetik
Disebutkan dalam buku Langman, bahwa penyebab 50% kejadian abortus
adalah kelainan kromosom mayor, yaitu terkait jumlah atau struktur
kromosom. Kelainan kromosom tersering pada janin abortus adalah 45X
(sindrom turner), triploidi, dan trisomy 16. Kelainan kromosom
merupakan penyebab 7% cacat lahir mayor dan mutase gen menyebabkan
8% lainnya. Penyebab lainnya adalah trisomi, monosomi yang bisa terjadi
saat pembelahan meiosis atau mitosis.
 Trisomi 21 (Sindrom Down), trisomy 18 dan trisomy 13
Disebabkan adanya tambahan Salinan kromosom 21/trisomy 21.
Disebabkan terjadinya translokasi tak seimbang antara lengan Panjang
kromosom 14 dan 21 selama meiosis I atau II. Dapat juga disebabkan
karena non disjunction mitotic. Yaitu jumlah kromsosom normal namun
Sebagian sel bersifat aneuploid.
 Sindrom Klinefelter
Ditemukan hanya pada pria dan biasa terdeteksi saat pubertas, ditanai
dengan sterilitas, atrofi testis, hianalisasi tubulus seminiferous, dan
biasanya ginekomastia. Sel-sel memiliki 47 kromosom seks tipe XXY dan
satu badan kromatin seks Badan Barr. Penyebab tersering adalah non
disjunction homolog XX.
 Sindrom Turner
Kariotipe 45X/monosomi, didapatkan fenotipe Wanita tanpa ovarium.
Penyebabnya kemungkinan kelainan structural kromosom X atau non
disjunction mitosis.
 Sindrom Triple X
Memiliki dua badan kromatin seks dalam sel

16
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Gametogenesis adalah proses di mana sel-sel kelamin jantan dan betina
(gamet) yaitu, sperma dan ovum terbentuk, masing-masing, dalam gonad pria dan
wanita (testis dan ovarium). Gametogenesis ada dalam dua jenis: Spermatogenesis
dan oogenesis.
Proses pematangan sel germinativum prmitif menjadi gamet matur berbeda
untuk pria dan wanita. Pada Pria sel germinativum primordial tetap dorman
sampai pubertas dan setelahnya baru berdiferensiasi menjadi spermatogonia.
Sedangkan pada wanita, pematangan sel germinativum primordial dimulai sejak
sebelum lahir/masa dalam kandungan dan akan dilanjutkan pada masa pubertas,
pembelahan sel ini tidak akan selesai hingga terjadinya fertilisasi.
Tergangunya proses gametogenesis menyebabkan berbagai komplikasi seperti
abortus hingga cacat lahir dan juga kelainan genetik seperti sindrom down,
klinefelter, sindrom tripple X, ataupun mutasi gen.

3.2 SARAN
Mahasiswa seharusnya dapat menambahkan literatur lain tidak hanya dari
buku saja, namun dapat menambahkan dari berbagai jurnal agar dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ruswana. 2005. Morfologi dan Fungsi Ovarium. Bandung : FK UNPAD.

Sadler, T.W. 2012. Langman Embriologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta: EGC.

Susilowati, Rina. 2019. Kajian Sel Dan Molekuler. Purwokerto : CV. Pena

Persada.

Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans

Info Media.

Ganong, William. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta : EGC.

18

Anda mungkin juga menyukai