Anda di halaman 1dari 18

BENDUNGAN SEULIMEUM KRUENG ACEH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Rekayasa Irigasi

Dosen Pembimbing :

Dr. Ir. Ahmad Reza Kasury, ST, MT IPM


NIP : 197810262009121002

Disusun Oleh :

Muhammad Asyifa’ An Nur 2004101010083

Putri Amalia Noralita 2104101010002

Qatrun Nada 2104101010003

Raudhah 2104101010013

Meyli Nabila Afirda 2104101010084

JURUSAN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2023
BENDUNGAN SECARA UMUM

Bendungan adalah sebuah struktur atau bangunan yang dirancang dan dibangun
untuk mengatur aliran air sungai atau sungai kecil dengan cara menahan sebagian air di
dalam waduk atau kolam penampungan.

Tujuan utama dari bendungan adalah untuk mengontrol pasokan air, seperti
penyimpanan air untuk irigasi, pasokan air minum, produksi listrik, pengendalian banjir,
dan berbagai keperluan lainnya. Bendungan juga berfungsi untuk
menyimpan/menampung air saat terjadi kelebihan air pada musim hujan, yang kemudian
air yang melimpah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan pertanian dan berbagai
keperluan lainnya pada saat musim kemarau. Adapun fungsi dari bendungan yaitu :

• Menyimpan cadangan air bersih


• Sebagai sumber irigasi lahan pertanian di sekitar
• Mencegah banjir dengan mengendalikan debit air yang besar pada sungai di
sekitar pemukiman warga
• Menjadi tempat wisata
• Sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
• Tempat budidaya perikanan
• Tempat konservasi tumbuhan dan hewan

Adapun salah satu contoh bendungan yang terdapat di Sumatera yaitu Bendungan
Seulimeum Krueng Aceh yang terletak di Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar,
Provinsi Aceh. Dimana bendungan tersebut merupakan salah satu infrastruktur yang
sangat penting di Provinsi Aceh. Terletak di kawasan yang indah dengan lanskap yang
memukau, bendungan ini telah memainkan peran yang signifikan dalam mengatasi
masalah banjir, menyediakan sumber daya air untuk pertanian, dan menghasilkan energi
listrik bagi masyarakat sekitarnya.
SEJARAH BENDUNGAN SEULIMEUM

Bendungan Seulimeum adalah sebuah bendungan yang terletak di Desa Kreung


Leungah, Kecamatan Seulimeum, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Bendungan ini
memiliki sejarah yang signifikan dalam pengembangan infrastruktur dan manajemen
sumber daya air di wilayah tersebut.

Rencana pembangunan Bendungan Seulimeum dimulai pada tahun 1976 sebagai


bagian dari upaya pemerintah Indonesia untuk mengembangkan sumber daya air dan
energi listrik di berbagai wilayah. Bendungan ini direncanakan untuk mengatur aliran
Sungai Peusangan yang merupakan salah satu sungai utama di Aceh. Konstruksi
Bendungan Seulimeum dimulai pada tahun 1979 dan selesai pada tahun 1981. Bendungan
ini dibangun dengan tujuan utama mengendalikan banjir, menyediakan air untuk irigasi
dan pembangkit listrik tenaga air.

Selain mengatur aliran Sungai Peusangan, Bendungan Seulimeum juga digunakan


untuk menghasilkan energi listrik. Bendungan ini memiliki kapasitas pembangkit listrik
tenaga air (PLTA) sekitar 12 MW. Selain itu, bendungan ini juga mendukung pertanian di
sekitarnya dengan menyediakan air irigasi, yang sangat penting bagi pertanian di daerah
tersebut.

Salah satu titik penting dalam sejarah bendungan ini adalah ketika bencana gempa
bumi dan tsunami besar melanda Aceh pada tanggal 26 Desember 2004. Gempa bumi
tersebut adalah salah satu gempa terbesar yang pernah tercatat dan memicu gelombang
tsunami yang menghancurkan banyak wilayah Aceh. Bendungan Seulimeum, meskipun
mengalami kerusakan, berhasil mengurangi dampak buruk gelombang tsunami di daerah
sekitarnya. Ini menunjukkan pentingnya infrastruktur bendungan dalam mengurangi
risiko bencana alam.

Sejak pembangunannya, Bendungan Seulimum telah menjalani beberapa proyek


pemeliharaan dan perbaikan untuk memastikan operasionalnya yang optimal. Pemerintah
Aceh terus mengawasi dan memelihara bendungan ini agar dapat memberikan manfaat
yang maksimal bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
KARAKTERISTIK BENDUNGAN SEULIMEUM

1. Bendungan Berdasarkan Pembangunannya


Berdasarkan pembangunannya, Bendungan Seulimeum Krueng Aceh ini
termasuk ke dalam bendungan dengan tujuan tunggal. Hal ini dikarenakan bendungan
seulimeum diperuntukkan untuk keperluan irigasi. Namun saat kami mendatangi lokasi
bendungan tersebut, ternyata bendungan tersebut tidak hanya dipergunakan untuk
keperluan irigasi saja melainkan juga dipergunakan untuk mengendalikan banjir dan
pembangkit listrik tenaga air. Sehingga dengan seiring perkembangan zaman, ternyata
bendungan tunggal ini juga dapat beralih ke dalam kategori bendungan dengan tujuan
serbaguna.

2. Bendungan Berdasarkan Penggunaannya


Berdasarkan penggunaanya, Bendungan Seulimeum Krueng Aceh ini termasuk ke
dalam bendungan penampung air. Dikarenakan bendungan ini memiliki fungsi
mengendalikan banjir, menyediakan air untuk irigasi dan pembangkit listrik tenaga air.
Fungsi tersebut sesuai dengan kriteria bendungan penampung air.

3. Bendungan Berdasarkan Jalan Air


Berdasarkan jalannya air, Bendungan Seulimeum Krueng Aceh ini termasuk ke
dalam bendungan yang didesain untuk mampu dilewati air.

4. Bendungan Berdasarkan Material Pembentuknya


Berdasarkan material pembentuknya, Bendungan Seulimeum Krueng Aceh ini
termasuk ke dalam bendungan beton. Hal ini dikarenakan dalam pembangunannya
bendungan ini menggunakan material beton pada desain mercu, pintu air, dan tanggulnya.
BAGIAN-BAGIAN BENDUNGAN

1. Tubuh Bendungan (Main Dam)


Bagian utama dari bendungan adalah tubuh bendungan itu sendiri. Ini adalah
struktur yang menampung dan mengendalikan air. Tubuh bendungan biasanya terbuat
dari beton, tanah, atau campuran keduanya, tergantung pada jenis bendungan. Pada
bendungan ini tubuh bendungannya terbuat dari material beton.
2. Jembatan (Bridge)
Rumah jembatan dalam konteks irigasi merujuk pada struktur yang biasanya
terletak di atas saluran irigasi dan berfungsi sebagai penyeberangan bagi manusia, hewan,
atau kendaaan melintasi saluran tersebut. Jembatan menjadi kawasan wisata bagi warga
sekitar.
3. Rumah Operasi Pintu (Water House)
Rumah operasi pintu pada sistem irigasi adalah fasilitas yang digunakan untuk
mengontrol aliran air ke saluran irigasi. Fungsi rumah operasi pintu pada irigasi sangat
penting dalam mengatur distribusi air ke lahan pertanian. Rumah operasi pintu biasanya
dilengkapi dengan mekanisme yang memungkinkan petani atau operator irigasi untuk
membuka atau menutup pintu dengan mudah, mengubah aliran air, dan mengontrol
pengaturan lainnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan adanya rumah pintu air, alat buka
tutup air ini lebih mudah dalam perawatannya dan terlindungi dari tangan tak bertanggung
jawab.

a. Rumah Pengambilan (Intake Tunnel)


b. Rumah Penguras

4. Pintu Penguras
Pintu penguras (drainage gate) dalam sistem irigasi memiliki beberapa fungsi
penting, yang utamanya adalah mengatur dan mengelola aliran air di dalam saluran
irigasi. Pintu penguras biasanya dilengkapi dengan mekanisme yang memungkinkan
petugas atau operator irigasi untuk membuka atau menutupnya sesuai kebutuhan. Dengan
penggunaan yang tepat, pintu penguras dapat membantu memaksimalkan hasil pertanian
dan mengurangi risiko genangan air yang dapat merusak tanaman.

5. Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan (intake gate) dalam sistem irigasi memiliki beberapa fungsi
penting, yang berkaitan dengan mengatur dan mengelola aliran air dari sumber air utama
ke dalam sistem irigasi. Pintu pengambilan memiliki mekanisme pengoperasian yang
memungkinkan petugas atau operator irigasi untuk mengatur aliran air dengan mudah.

6. Alat Ukur Tinggi Muka Air (Water Level Meter)


Alat ukur tinggi muka air pada sistem irigasi memiliki fungsi penting dalam
mengelola dan mengoptimalkan kecukupan penggunaan air di lahan pertanian. Alat ukur
tinggi muka air adalah alat penting dalam manajemen irigasi yang berkelanjutan dan
membantu petani mengelola irigasi dalam memaksimalkan hasil pertanian dengan
menjaga elevasi air berdasarkan luas kebutuhan air sawah dan sawah terjauh.
7. Gorong-Gorong
Gorong-gorong (culvert) dalam sistem irigasi adalah struktur berongga atau pipa
yang digunakan untuk mengalirkan air dari satu sisi saluran irigasi ke sisi lainnya di
bawah jalan atau perlintasan dilengkapi dengan desain hidraulika yang efektif lagi
hidrolis.
8. Bangunan Sadap
Bangunan sadap pada irigasi memiliki beberapa fungsi penting dalam sistem
pengairan pertanian. Fungsi utama dari bangunan sadap adalah untuk mengambil air dari
saluran utama irigasi dan mendistribusikannya ke lahan pertanian.
9. Bangunan Bagi
Bangunan bagi dalam sistem irigasi memiliki beberapa fungsi penting, terutama
dalam mengatur dan mendistribusikan air ke lahan pertanian. Konstruksi ini membagi air
menjadi dua aliran, contohnya aliran dari saluran sekunder dibagi ke saluran tersier atau
seterusnya.
10. Kantong Lumpur
Kantong lumpur adalah struktur berbentuk kantong atau wadah yang berisi
lumpur atau endapan lainnya. Struktur ini umumnya digunakan untuk tujuan
pengendalian erosi, pengendalian banjir, atau pengelolaan limbah. Konstruksi ini
bermanfaat menimalisir pengendapan sedimen pada bangunan bagi dan bangunan sadap
pada jalur irigasi dan jadi bagian penting yang menentukan pencapaian air ke sawah
terjauh.
11. Kolam Olak
Kolam olak adalah suatu konstruksi yang berfungsi sebagai peredam energi yang
terkandung dalam aliran dengan memanfaatkan loncatan hidraulis dari suatu aliran yang
berkecepatan tinggi atau yang juga dikenal sebagai kolam aerasi atau kolam pengolakan,
adalah struktur yang digunakan dalam pengolahan air limbah atau pengolahan lumpur.
Bangunan ini biasanya menangkap sedimen dari hulu.
12. Pluviometer
Pluviometer adalah perangkat khusus yang dirancang untuk mengumpulkan dan
mengukur curah hujan yang jatuh di suatu lokasi selama periode waktu tertentu.
Pluviometer digunakan dalam meteorologi, penelitian lingkungan, dan pemantauan
sumber daya air untuk mengukur jumlah hujan yang jatuh di suatu tempat. Alat ini
digunakan untuk memantau kondisi curah hujan di daerah tersebut guna pendataan untuk
perencanaan di masa depan.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai