Anda di halaman 1dari 33

Desk-Side Teaching dan

Mini-Cex
Herpes Simplex Virus pada Bibir
(Herpes Labialis)

Putri Rahmadyani Condroasih


22/516390/KU/24818
Rania Belva Syafitri
22/516480/KU/24875

Kelompok 23207
LOCALLY ROOTED,
Stase Dermatologi dan Venereologi
GLOBALLY RESPECTED ugm.ac.id
Identitas Pasien

Nama : VAP

No. RM : 01959156

Tanggal Lahir : 7 Februari 2004

Usia : 19 tahun 11 bulan

Alamat : Welahan Wetan, DIY

Pekerjaan : Tidak bekerja

Tanggal Periksa : 9 Januari 2024


Keluhan Utama

Luka di bibir setelah plenting pecah


Riwayat Penyakit Sekarang

3HSPRS Pasien mengeluh muncul plenting di tengah bibir atas. Keluhan


disadari ketika bangun tidur. Plenting tidak nyeri, tidak terasa panas atau
terbakar, dan tidak gatal. Keluhan tidak diiringi dengan demam. Plenting
dibiarkan sepanjang hari, kemudian dikatakan ketika sore hari plenting
pecah dan mengeluarkan cairan bening dan diseka dengan tisu. Plenting
tidak muncul di tempat yang lain dan tidak menyebar.
HPRS Pasien datang dengan keluhan adanya luka di bibir setelah plenting
pecah. Keluhan cekit-cekit, gatal, terbakar disangkal. Demam (-).
Riwayat Penyakit Dahulu dan Keluarga

Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Penyakit Keluarga


● Systemic Lupus Erythematosus, ● Keluhan serupa
terdiagnosis Februari 2021 ● Alergi (-)
● Herpes Zoster di area bokong, ● Asthma (-)
terdiagnosis April 2021
Riwayat Pengobatan dan Kontaktan

Riwayat Pengobatan Riwayat kontaktan


● Methylprednisolone 4mg/24 jam ● Lip cream merk Wardah, terakhir
untuk SLE dipakai saat HPRS
● Myfortic untuk SLE
● Suplemen Vitamin D 1 tab/24 jam
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan Umum: baik, compos mentis, kesan gizi cukup
Tanda Vital Antropometri
● Tekanan Darah : 119/73 mmHg ● Berat Badan : 66 kg
● Frekuensi Nadi : 119 kali/menit ● Tinggi Badan : 158 cm
● Suhu : 36,2 ● IMT : 26,44 kg/m2
● Frekuensi Napas : 23 kali/menit ● Status Gizi : Cukup
Status Dermatovenerologis (9/1/2024)

Pada bibir bagian atas


terdapat erosi dengan
dasar eritem, batas
ireguler, soliter,
tertutup krusta
kecokelatan
Status Dermatovenerologis (6/1/2024)

Pada bibir bagian atas terdapat


vesikel dengan dasar eritem,
berbentuk lonjong, berukuran
0,5 cm, soliter
Diagnosis Banding 1: Herpes Labialis
● Etiologi: Herpes simplex virus terutama HSV-1
● Insidensi: immunocompromised, kontak dengan
penderita HSV
● Predileksi: Herpes labialis adalah suatu bentuk
herpes orofacial yang biasanya menyerang area
bibir dan mukosa oral
● Patogenesis: Virus masuk dan bereplikasi di sel
epithel -> sel yang terinfeksi mengalami lisis,
terjadi inflamasi -> terbentuk vesikel
● Klinis: UKK berbentuk papul dan vesikel, bersifat
konfluens/herpetiformis/berkelompok dengan
dasar eritem pada daerah predileksi, rasa
nyeri/perih/terbakar, jika pecah membentuk ulkus
dan krusta.
● Penunjang: Tzanck test
Diagnosis Banding 2: Herpes Zoster
● Etiologi: Varicella Zoster Virus yang re-aktivasi
● Insidensi: pada immunocompromised patients
● Predileksi: Penyebaran mengikuti dermatom
(dermatomal) pada trunkus atau pada wajah
● Patogenesis: Terjadinya reaktivasi varicella zoster
virus pada immunocompromised host
● Klinis: Vesikel dengan dasar eritema, multipel,
persebaran konfluens. Keluhan lain dapat berupa
nyeri, pegal-pegal pada daerah yang dipersarafi
oleh nervus yang terkena
● Penunjang: Tzanck test, PCR
Diagnosis Banding 3: Impetigo Bullosa
● Etiologi: S. aureus (80%)
● Insidensi: Biasanya terjadi pada neonatus dan bayi,
● Predileksi: daerah intertriginosa (aksila, inguinal, gluteal),
dada dan punggung
● Patogenesis: S. aureus mengekspresikan toksin eksfoliatif
yang dapat memecah desmoglein 1 di epidermis →
terbentuk bulla dinding tipis, vesikel, dan/atau pustul.
● Klinis: Bulla berisi cairan bening hingga cairan kuning
kental dan turbid, superfisial dan dalam 1-2 hari akan
mengalami ruptur sehingga dapat meninggalkan krusta
berwarna cokelat terang hingga kuning keemasan.
Nikolsky sign negatif.
● Penunjang: Melakukan kultur dan tes sensitivitas bakteri
pada krusta atau discharge purulent. Untuk lesi ekstensif:
pemeriksaan darah lengkap dan CMP
Diagnosis Banding 4: Bullous SLE
● Etiologi: Tidak diketahui secara jelas
● Insidensi: Lebih sering ditemukan pada
perempuan
● Predileksi: Ekstremitas, truncus, wajah, leher,
vermilion border, regio supraclavicula, mucosa
oral
● Patogenesis: Autoantibodi terhadap kolagen tipe
VII
● Klinis: Akut, lesi tampak sebagai vesikel atau
bulla dinding tegang dengan dasar kulit eritem
atau normal, lebih sering tampak pada area yang
terekspos sinar matahari (kulit dan mukosa).
● Penunjang: Pemeriksaan serologi, histopatologi,
dan immunofluorescence
Pemeriksaan Penunjang

Dilakukan pemeriksaan Tzanck: Tidak ditemukan multinucleated


giant cell
Diagnosis Kerja

- Herpes labialis
Terapi

● R/ Acyclovir cream 5% Tube No. I


s 2 d d ue pada lesi di bibir
Edukasi
● Edukasi bahwa penyakit herpes dapat sembuh dengan
pemakaian obat yang tepat
● Herpes merupakan penyakit menular, sehingga pasien sebaiknya
menghindari kontak langsung dengan orang lain agar tidak
menularkan serta menghindari kontak dengan orang yang
terinfeksi jika nanti sudah sembuh
● Hindari berbagi kosmetik bibir dan alat minum yang bersentuhan
dengan lesi herpes untuk mencegah penularan
● Menjaga higiene oral dan perioral
● Apabila lesi semakin menyebar dan bertambah banyak, segera
kembali ke dokter
PEMBAHASAN
DEFINISI
Herpes simplex adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh
Herpes simplex virus (HSV), ditandai dengan munculnya
vesikel-vesikel di kulit atau membran mukosa.
Dapat disebabkan oleh HSV tipe 1 atau 2
• Herpes orofasial → biasanya disebabkan HSV-1, lesi pada
area wajah terutama bibir dan sekitarnya serta mukosa oral
• Herpes genitalis → biasanya disebabkan HSV-2, lesi pada
area genitalia

Predileksi: mulut, anogenital, tangan/jari


PATOFISIOLOGI
• Infeksi primer HSV → terjadi melalui kontak
dengan pengidap HSV yang sedang mengalami
pelepasan virus (viral shedding) pada kulit,
mukosa, atau sekret. Dapat ditularkan melalui
kontak kulit-kulit, kulit-mukosa, atau
mukosa-mukosa.
• Virus bereplikasi di sel epitel → sel yang terinfeksi
mengalami lisis → vesikel dengan inflamasi lokal
• HSV akan berjalan melalui saraf sensorik perifer
menuju ganglia sensorik/otonom, yang
membentuk latensi
• Secara periodik, HSV akan mengalami reaktivasi
dan virus akan berjalan melalui saraf sensorik ke
kulit dan mukosa
MANIFESTASI KLINIS
• Papul dan vesikel pada tempat inokulasi. Lesi bersifat
konfluens/herpetiformis/berkelompok dengan dasar eritema pada
daerah predileksi, rasa nyeri/perih/terbakar, jika pecah membentuk
ulkus dan krusta.
• Dapat disertai limfadenopati regional dan gejala sistemik (demam,
sakit kepala, malaise, dan mialgia)
KRITERIA DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan


penunjang
• Tes Tzanck
• Antigen detection direct fluorescent antibody
• Monoclonal antibody anti HSV-1 dan HSV-2
TATALAKSANA
• Terapi antiviral oral
• Acyclovir 3x400 mg atau 5x200 mg (7-10 hari)
• Valacyclovir 2x1 gram (7-10 hari)
• Famcyclovir 3x200 mg (5-10 hari)
• Jika rekuren, terutama rekuren berat, dapat diberikan
continous oral maintenance therapy dengan valacyclovir
500 mg
Herpes Zoster
DEFINISI

Herpes zoster adalah penyakit infeksi akibat reaktivasi virus


Varicella zoster. Biasanya, virus Varicella zoster laten endogen di
ganglion sensoris radix dorsal setelah infeksi primer.
PATOFISIOLOGI
MANIFESTASI KLINIS
• Gejala awal: nyeri, kebas, panas, hiperestesia, nyeri tekan,
rasa ditusuk-tusuk di area dermatom → erupsi kulit
• Gejala konstitusional: malaise, sefalgia, gejala mirip flu yang
akan menghilang setelah erupsi kulit muncul
• Gejala diawali dengan lesi makulopapular eritematosa →
12-48 jam setelahnya menjadi vesikel berkelompok dengan
dasar kulit eritematosa dan edema → Vesikel berisi cairan
jernih, kemudian mengeruh, dapat menjadi pustul dan krusta
dalam 7-10 hari → Krusta dapat bertahan hingga 2-3 minggu
• Lokasi unilateral dan bersifat dermatomal
UKK
Erupsi kulit muncul secara dermatomal dan unilateral dengan
predileksi level T3-L2. Erupsi kulit dapat berupa makula → papula →
vesikel → pustul → krusta.

Lesi vesikular Herpes Zoster Oftalmika Ramsay Hunt Syndrome


PEMERIKSAAN PENUNJANG
● PCR untuk identifikasi antigen
● Tzanck test pada fase erupi vesikel
○ Dapat menunjukkan gambaran
multinucleated giant cells
TATALAKSANA
• Antivirus
• Acyclovir oral 5x800 mg/hari selama 7-10 hari
• Valacyclovir 3x1 gr/hari selama 7 hari
• Famcyclovir 3x250 mg/hari selama 7 hari
• Dosis anak: Acyclovir 30 mg/kgBB/hari selama 7 hari
(<12 th) atau 60 mg/kgBB/hari selama 7 hari (>12 th)
• Jika lesi luas, ada keterlibatan organ, atau pada
immunocompromised → acyclovir IV 10 mg/kgBB/hari 3
kali sehari selama 5-10 hari
TATALAKSANA
• Terapi topikal
• Lesi vesikular: bedak salisil 2% atau zinc acetate
0,1%+pramoxine 1%, bedak kocok kalamin
• Jika vesikel pecah dan basah → kompres terbuka, kalau
ada tanda infeksi sekunder dapat diberikan salep antibiotik
• Terapi simptomatis:
• Nyeri ringan: Paracetamol 3x500 mg/hari atau NSAID
• Nyeri sedang-berat: kombinasi dengan tramadol/opioid
ringan
• Pada pasien dengan kemungkinan terjadi neuralgia pasca
herpes zoster selain diberikan acyclovir pada fase akut:
• Antidepresan trisiklik (amitriptilin 10 mg/hari → 20mg/7
hari)
• Gabapentin 300 mg/hari 4-6 minggu
• Pregabalin 2x75 mg/hari 2-4 minggu
TERIMAKASIH

LOCALLY ROOTED, GLOBALLY RESPECTED ugm.ac.id

Anda mungkin juga menyukai