Anda di halaman 1dari 6

KASUS 1

Tipe lesi : Vesikel

Bentuk lesi : Bulat kecil ,oval kecil dan irregular apabila adanya gabungan dari beberapa ulcer
yang berdekatan

Ukuran lesi : < 1 cm, berkisar antara 1-2 mm, 2-4 mm

Lokasi lesi : Ventral lidah, vermillion zone bibir atas

Warna lesi : putih kekuningan karena adanya fibrin kuning, adanya eksudat abu kekuningan

Tepi lesi : Berbatas jelas

Jumlah lesi : 11 lesi di Ventral lidah dan 2 lesi di vermilion zone

Anamnesa pasien :

 Dimana lesi tersebut berada? Selain dilokasi itu apakah terdapat bercak lain di rongga mulut?
Alasan : biasanya lesi ini dapat timbul disisi lainnya seperti : palatum, bibir, gingiva,
vermillion bibir, posterior faring dan tonsilss
 Apakah bercak putih kekuningan tersebut sakit?
Alasan: karena ulserasi ini simptomatik dengan adanya rasa yang sangat nyeri
 Sudah berapa lama bercak putih kekuningan tersebut timbul?
Alasan: untuk melihat progres perkembangan ulser dan biasanya ulser tersebut perpanjangan
dari Herpes simpleks HHV tipe 1
 Apakah bercak putih kekuningan tersebut semakin luas?
Alasan: biasanya ulser bersifat lokal, dan apabila semakin meluas maka prognosis semakin
buruk.
 Apakah terdapat lesi lain pada kulit dan mata?
Alasan: karena HSV tipe 1 dapat menular dengan cara kontak. Banyak beberapa bercak lain
timbul pada bagian kulit dan mata akibat sentuhan pada lesi sebelumnya

 Apakah ditempat kerja/ sekolah pasien memiliki jenis bercak yang sama?

Alasan: karena dapat meular melalui droplet diudara dan melalui kontak fisik

 Apakah adanya pembengkakan gusi sebelumnya?

Alasan : biasanya HSV tipe 1 ini memiliki gambaran klinis dengan pembengkakan pada
sekitaran margin gingiva

 apakah gusi pasien sering berdarah ketika menyikat gigi?

Alasan: karena salah satu faktor penyebab ANUG

 Bagaimana pola tidur pasien dalam waktu belakangan ini?

Alasan: jikalau ada stress fisik patut dicurigai adanya hub dengan ANUG

Pemeriksaan penunjang :
 Diagnosis dapat diambil berdasarkan anamnesis, gambaran klinis dengan ciri khas :
- Lesi multiple
- Dimulai dari pinhead vesikel  red lesion  ulserasi (yang ditutupi fibrin kekuningan)
dengan dibatasi lingkaran merah eritema
- serta adanya ulserasi putih kekuningan yang sangat menyakitkan.
 Pemeriksaan Titer Antibodi : IgG IgM dan anti HSV 1 atau 2 (+)
Hasilnya :
- Untuk melihat titer IgM dan IgG dalam darah  respon terhadap adanya HSV
- IgM : jumlah terbatas, diproduksi sebagai respon imun dini. Positif bila > 0,9
- IgG : diproduksi lebih lambat, namun bersifat permanen  menjadi tanda pernah terpapar
antigen. Positif bila > 0,9
- Pada infeksi HSV 1 herpes primer  IgM (+) dan IgG (-)
- Pada RIH dan RHL  IgM (+) dan IgG (+)
- Peningkatan IgM (>0,9) 7-10 hari awal dan menetap selama 14 hari berikutnya  Virus
sedang aktif
- Peningkatan IgG (>0,9) dalam waktu lebih lambat, kadang baru terdeteksi setelah gejala
klinis primer sudah tidak ada, namun keberadaannya permanen  hanya menunjukkan
pernah terjadi infeksi terdahulu, bukan proteksi terhadap virus laten.

Diangnosis kerja : Primary Herpetic Ginggivostomatitis

- Lesi multiple
- Dimulai dari pinhead vesikel  red lesion  ulserasi (yang ditutupi fibrin kekuningan)
dengan dibatasi lingkaran merah eritema
- serta adanya ulserasi putih kekuningan yang sangat menyakitkan.
- Lesi menginfeksi mukosa bergerak dan tidak bergerak
- Gingiva biasanya membengkak, nyeri, dan terdapat eritematous yang ekstrim

Diagnosis banding (DD) :

• Necrotizing Ulcerative Gingivitis


- Jauh lebih menyakitkan
- Adanya jaringan nekrosis
- Halitosis
- Rasa seperti logam
- Hanya di gingiva

• Erythema Multiforme
- Adanya lesi target
- Krusta merah kehitaman
- Lesi intraoral pada nonkeratinized mucosa : mukosa bukal, vermillion zone, ventral
lidah, palatum mole, mukosa bibir dan dasar mulut
- Diawali oleh bula

• Herpangina
- Dysphagia dan demam
- Batuk, rhinorrhea, anorexia, diarrhea, myalgia, dan sakit kepala
- Lesi terdapat pada palatum lunak, pilar tonsil dan orofaring
- Simptomatik lebih ringan  demam

• RAS
- Dari hasil titer antibodi  penyakit yang tidak disertai infeksi virus biasanya
ditemukan IgM (-) sedangkan IgG (+)

Penatalaksanaan pasien :
1. Self limiting
2. Faktor terpeting dalam treatment ialah waktu  48-72 jam symptom sudah muncul
merupakan waktu ideal untuk dilakukan treatment
3. Pemberian secara topical :
- acyclovir dan penciclovir  dapat mengendalikan replikasi virus dan mengganggu
polimerisasi DNA virus
- Docosanol 10%  mengganggu interaksi virus dengan jaringan epitel dan mencegah
akses interselular oleh virus
4. Pemberian secara sistemik :
Tablet :
- Acyclovir 400mg tab  5x/ day selama 5 hari
- Acyclovir 200mg tab  5x/ day selama 5 hari
- Valacyclovir 1000mg  2x/day

Untuk anak-anak :
- Pulvis  Acyclovir 200mg  5x/ day selama 5 hari
- Syrup (Indonesia belum ada) Acyclovir sirup (1 sendok teh 5 ml = 200mg acyclovir)
selama 5x/day 5 hari
Jika usia pasien anak dibawah 2 tahun dosis yang diberikan  ½ dosis dewasa = ½
200mg = 100mg. namun jika usia pasien anak sudah mencapai 2 tahun lebih makan
digunakan dosis dewasa yaitu 200 mg

5. Kekambuhan kembali HSV :


- Famciclovir 250mg  2x/day dapat mengurangi potensi kekambuhan
- Acyclovir 400mg tab  2x/ day selama 5 hari
- Valacyclovir 1000mg  1x/day

6. Medikasi tambahan  pain relief


- Dyclonine hydrochloride sprays
- Tetracaine hydrochloride lollipops
- NSAIDs  nonsteroid antiinflamantory drug
7. Pemberian secara suspensi oral :
- Anak  Acyclovir 15mg/kg suspensi oral bilas dan telan 5x/day selama 5 hari
- Dewasa  Acyclovir 200mg tab  5x/ day bilas dan telan selama 5 hari

Prognosis : Prognosis Baik


- Self limiting
- Semakin cepat ditangani maka semakin baik
- Hindari kontak lansgung dengan faktor infeksi virus

Referensi :
Burket’s Oral Medicine 12th Edition - People’s Medical Publ. House (2014). P : 119

Regezi : 3-6

Neville : 220-224

Anda mungkin juga menyukai