Anda di halaman 1dari 2

MODUL NUSANTARA 4

KUNJUNGAN KE MUSEUM GEDUNG SATE


DAN REFLEKSI METODE MIND MAPPING DI TAMAN LANSIA
Oleh: Ferdiman Bate’e

Gedung Sate merupakan ikon dari kota Bandung yang sangat populer. Gedung yang satu
ini bukan hanya ikon kota semata, namun merupakan tempat bersejarah sekaligus kawasan
wisata Bandung yang banyak dikunjungi. Nama gedung sate berasal dari ornamen atap yang
terbuat dari bahan besi yang menyerupai tusuk sate. Ornamen ini menjadi ciri khas Gedung Sate
dan menjadi alasan mengapa gedung ini dinamakan seperti itu.

Gedung Sate ini memiliki sejarah panjang yang sudah ada sejak masa Kolonial Belanda.
Peletakan batu pertamanya dilakukan pada 27 Juli 1920 yang dihadiri oleh Johanna Catherina
Coops yang merupakan putri tertua Wali Kota Bandung dan B. Coops serta Petronella Roelofsen
yang mewakili Gubernur Jenderal di Batavia. Pada zaman Hindia Belanda, Gedung Sate
difungsikan sebagai kantor Department Verkeer en Waterstaat atau kantor Departemen Pekerjaan
Umum dan Pengairan. Namun pada tahun 1980, Gedung Sate dialihfungsikan sebagai kantor
Gubernur Provinsi Jawa Barat hingga saat ini.

Di dalam gedung ini terdapat museum Gedung Sate yang dapat dikunjungi oleh
wisatawan dan menjadi salah satu wisata edukasi yang wajib dikunjungi jika berkunjung ke kota
Bandung. Museum ini khusus dibangun untuk memperkenalkan sejarah pembangunan Gedung
Sate yang memiliki ciri khas berupa ornamen tusuk sate di atap gedung yang berfungsi sebagai
penangkal petir. Terdapat 6 tusuk sate yang melambangkan biaya pembangunan sebesar 6 juta
gulden kala itu. beberapa fasilitas yang ada di gedung ini seperti ruang teater mini, tempat
ibadah, area parkir, teknologi canggih, kaca mata virtual reality, dan toilet.
Selain kunjungan ke museum gedung sate, kami juga melakukan kegiatan refleksi dengan
menggunakan metode Mind Mapping yang kami laksanakan di Taman Lansia lokasinya tidak
jauh dari Museum Gedung Sate. Nah, dalam kegiatan ini kami menceritakan keberagaman
budaya di setiap masing-masing daerah yang dibagi 4 kelompok yang jumlahnya 6 orang.

Penulis bergabung dikelompok 2 bersama mahasiswa lainnya menceritakan daerah


masing-masing ada yang dari Nias, Bengkulu, dan Padang. Adapun keberagaman budaya yang
kami bahas yaitu seperti makanan khas daerah, Lagu daerah, alat music, permainan rakyat,
rumah adat, kesenian/tari, dan masih banyak lagi kemudian di cantumkan kedalam Mind
Mapping. Setelah itu, kami memaparkan dan menceritakannya di depan teman kelompok lain
tentang budaya kami masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai