Anda di halaman 1dari 6

KOTA TUA-PECINAN DENPASAR

BUDAYA KOTA DENGAN TIGA KERANGKA

ART, MART DAN SMART

OLEH

DR IR I GUSTI NGURAH NITYA SANTHIARSA MT

DENPASAR
MEI 2021
PENDAHULUAN
OM SWASTYASTU
Setelah Perang Puputan Badung 20 September 1906, kekuasaan
atas wilayah Kerajaan Badung ada di tangan Kerajaan Hindia Belanda
yang berpusat di Batavia. Wilayah sekitar Puri Pemecutan di sebelah
barat Tukad Badung dan wilayah sekitar Puri Denpasar di sebelah timur
Tukad Badung, ditata oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda dengan
pendekatan modern. Beberapa hal yang menonjol adalah :
a. Pembangunan lapangan kota(alun-alun) dengan sisi timurnya
dibangun Museum Bali
b. Pembangunan Hotel Denpasar di atas lahan bekas Puri Denpasar
dan Wantilan Kerajaan
c. Pembangunan jalan kota dilanjutkan dengan jembatan di atas
Tukad Badung, ada dua , satu di bagian utara dan satu lagi di
bagian selatan
d. Pembangunan kawasan perdagangan sepanjang jalan kota
melintang dari barat ke timur ( dari perempatan barat Puri Kaleran
terus ke timur sampai Kawasan Hotel Denpasar. Kawasan
perdagangan ini disebut Pecinan Denpasar, karena didominasi
suku Tionghoa perantauan yang memang keahliannya adalah
pedagang
e. Kawasan pusat Badung dirubah namanya menjadi Kota Denpasar(
sebelumnya nama Puri).
Jadi semenjak 1906 secara perlahan terjadi perubahan di wilayah
bekas pusat Kerajaan Badung, yang semula bernuansa tata kota
kerajaan pendekatan arsitektur Bali berubah menjadi kota besar modern
dengan pendekatan tata kota kolonial Hindia Belanda., proses ini
berlangsung hingga tahun 1942, saat penjajahan Hindia Belanda diakhiri
dengan aksi Kolonial Kekaisaran Jepang, yang mana berlangsung
selama tiga setengah tahun ( sampai Agustus 1945). Selama itu tidak
banyak terjadi perubahan dikarenakan Kekaisaran Jepang disibukkan
dalam Perang Dunia II. Setelah Indonesia merdeka, maka Kota
Denpasar mengikuti perkembangan sesuai dengan peraturan dan
kebijakan yang ditetapkan Pemerintah NKRI dan yang dilaksanakan
oleh Pemda Tingkat I dan Tingkat II, hingga sekarang ini yaitu tahun
2021. Pembangunan kota di era kemerdekaan bercorak modern
( berbasis kemajuan iptek) dengan paduan kearifan lokal yaitu tata kota
pola arsitektur Bali.
Bagaimana nasib Kota Tua atau Pecinan Denpasar sekarang?
Sesungguhnya Kawasan seperti Pecinan Denpasar ada di banyak
di kota di Indonesia, ada beberapa yang besar seperti yang ada di
Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pemerintahan Kota di kota-kota
tersebut telah menetapkan Kawasan Cagar Budaya Kota Tua sekaligus
menetapkan kawasan tersebut sebagai daerah tujuan wisata budaya
kota. Ini disebut juga sebagai kebijakan revitalisasi budaya kota, tanpa
banyak melakukan pembangunan atau perubahan di kawasan tersebut
namun potensi ekonomi dan sosial di kawasan tersebut ditingkatkan dan
dimanfaatkan secara optimal sehingga warga sekitar mendapatkan
keuntungan ganda, yaitu pertama, peredaran uang meningkat di
kawasan tersebut yang berarti terjadi peningkatan pendapatan, kedua,
terjadi proses pelestarian asset sosial budaya kota secara mandiri atau
hanya memerlukan input minimum dari Pemerintah, jadi tidak lagi
merupakan beban bagi Pemerintah.
Kawasan Pecinan Denpasar merupakan asset sosial dan budaya
kota yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan Kota
Denpasar! Bagaimana penjelasannya?

KAJIAN
Penjelasannya dimulai dari Teori Kajian Keadaan ( atau teori
Desa, Kala dan Patra) dimana obyek kajian dianalisis dari tiga
pandangan , yaitu secara geografis, chronografis dan psikososiografis.
Secara geografis maksudnya obyek yang dibahas dianalisa kondisi
wilayahnya, misal macam tanah, kontur tanah, dan cuaca setempat.
Secara chronografis, kondisi obyek diamati dalam kurun waktu tertentu,
sejarahnya, masa kininya dan masa depannya. Kemudian secara
psikososiografis, pengamatan pada obyek berpusat konteksnya dengan
manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu maupun kelompok.
Kajian Keadaan sangat penting sebelum melakukan analisis lebih
mendalam seperti pemakaian analisis strategis SWOT.
Kajian Keadaan pada Kota Tua Pecinan Denpasar sebagai berikut :
1. Analisis Geografis, Pecinan Denpasar dibatasi wilayah berikut
sebelah timur Catus Patha Catur Muka, sebelah selatan area
melintang dari timur ke barat sepanjang bagian selatan Jalan
Gajah Mada, sebelah barat, area Catus patha di utara Puri
Kaleran Pemecutan ke utara sampai ke are Puri Belong Jro Kuta,
dan sebelah utara, area melintang dari barat ke timur sepanjang
bagian uatara Jalan Gajah Mada. Pusat Pecinan adalah Kawasan
Pertokoan sepanjang Jalan Gajah Mada.
2. Analisis Chronografis, Pecinan Denpasar dibangun sekitar tahun
1920-an secara bertahap oleh Kolonial Hindia Belanda, jadi
sekarang sudah berusia 100 tahun! Sangat layak masuk dalam
kategori Cagar Budaya. Pecinan Denpasar mempunyai potensi
wisata budaya kota di masa mendatang.
3. Analisis Psikososiografis, Pecinan Denpasar warganya mayoritas
adalah suku Tionghoa perantauan yang ahli berdagang dan juga
warga asli Bali dari Denpasar serta beberapa warga dari suku-
suku lain yang perantauan. Masyarakat pedagang sangat
berperan penting dalam menunjang ekonomi suatu wilayah,
karena mereka menguasai distribusi komoditi yang dibutuhkan
warga kota.
Berdasarkan kajian keadaan, maka Pecinan Denpasar memiliki
potensi yang vital dalam menunjang perkembangan Kota Denpasar ke
depan, dimana potensi ini dapat direalisasikan dengan menetapkan
Pecinan Denpasar sebagai Kawasan Cagar Budaya dan dikembangkan
sebagai daerah tujuan wisata budaya kota!
Apa saja yang ada di Pecinan Denpasar dan berapa besar
potensinya?
Pecinan Denpasar memiliki beberapa situs :
1. Puri JroKuta, Puri Grenceng dan Puri Batan Moning, merupakan
istana para bangsawan Kerajaan Badung dan memiliki beberapa
peristiwa sejarah penting selain sebagai pusat kebudayaan.
2. Pura Maospahit, Pura Majelangu dan Pura Desa Denpasar,
merupakan tempat suci yang bersejarah dan berusia ratusan
tahun, mempunyai pengaruh kuat pada spiritualitas warga Kota
Denpasar,
3. Pasar Kumbasari dan Pasar Badung serta pertokoan Gajah Mada,
merupakan Kawasan perdagangan yang unik, perpaduan gaua
tradsional dengan modern, juga banyak kisah di dalamnya.
4. Palemahan atau Pelaban, ada beberapa macam, area pedestrian
sekitar pemukiman menuju ke Tukad Badung, pedestrian trotoar
sepanjang Jalan Gajah Mada ( seperti Kawasan Malioboro
Yogyakarta), area pedestrian sepanjang DAS Tukad Badung,
aliran air sepanjang Tukad Badung, dan area lapang sebagai
central parkir di sekitar Pasar Badung dan area lapang lainnya.
Inilah asset 4P yang sangat dikenal di Bali yaitu Puri, Pura, Pasar
dan Pelaban, potensi ekonomi wilayah yang sangat besar!

Ada beberapa kegiatan yang bisa dikembangkan dalam destinasi


Pecinan Denpasar nantinya, antara lain yang utama adalah :
1. Pedestrian dibuat senyaman dan seindah mungkin yaitu dengan
menghiasi dinding sepanjang gang dengan lukisan mural yang
mengandung kisah local yang menarik, dan pertamanan yang
hijau menyejukkan.
2. Pedestrian sepanjang jalan Gajah Mada dibuat nyaman , trotoar
dilengkapi kanopi agar pejalan kaki merasa sejuk, beberapa
bagian atau sector dilengakpi dengan lapak kaki lima untuk usaha
souvenir, angkringan, dan performance art.
3. Pembangunan bendungan dan instalasi penjernih air sungai di
area Puri Belong, serta lokasi start untuk wisata perahu menuju
finish di Pasar Badung.
4. Penataan area sekitar Pasar Badung dan Pasar Kumbasari
termasuk Tukad Badung dan Jembatan, terutama dengan
penataan lampu agar tercipta wisata panormana malam Kota
Denpasar
5. Festival Gajah Mada dihidupkan kembali, sehingga Pecinan
Denpasar terkenal ke seluruh dunia.
6. Pertokoan sepanjang Gajah Mada disegarkan kembali dengan
bantuan dana CSR BUMN/BUMD sehingga bisnis bergeliat lagi
dan ramai pengunjung
7. Wisata tour keliling kota dengan Dokar dan pemutaran lagu Kusir
Dokar karya AA Made Cakra, juga ada wisata seni budaya
( Maestro Meet) untuk mengenang seniman besar Badung seperti
AA Wedhasmara, AA M Cakra, maestro seni patung Puri
Grenceng dan sebagainya.
8. Satu hal yang pokok, roh Pecinan Denpasar harus dihidupkan dan
menghidupkan, apa yang menjadi roh atau spirit itu? Roh atau
spirit itu adalah Seni Lukis Gaya Denpasar, yang muncul pada
tahun 1930-an hampir bersamaan dengan lahirnya seni lukis gaya
Ubud, dimana dipelopori oleh I Gusti Made Deblog dan Rai
Regoeg/Jro Dukuh dengan gurunya adalah Yap Sin Tin,
seorang Tionghoa yang merantau ke Denpasar. Beberapa
peristiwa penting dan mahakarya telah lahir pada kurun waktu
1930-an, seperti apa juga yang terjadi di Ubud. Ketokohan,
peristiwa dan mahakarya inilah yang menjadi roh Pecinan
Denpasar, layaknya Leonardo Da Vinci yang mahakaryanya
sekarang menghidupi Kota Paris, Kota Milan dan Kota Florence.
Demikianlah kajian ringkas tentang Pecinan Denpasar sebagai
situs sekaligus destinasi wisata Kota Budaya

PENUTUP
Pecinan Denpasar dapat diibaratkan sebagai permata Kota
Denpasar, mempunyai daya pesona tersendiri ,yang tentunya berbeda
dengan Pecinan di Jakarta, Semarang dan Surabaya. Pengembangan
Kota Tua atau Pecinan Denpasar pada intinya berbasis pada tiga
kerangka yaitu Art( seni), Mart( Pasar atau bisnis) dan Smart
( Kecerdasan atau Iptek), ketiganya ini merupakan satu kesatuan,
saling melengkapi dan bersinergi sehingga menciptakan inovasi karya
secara berkelanjutan. Seni budaya yang tumbuh berkembang di Kota
Denpasar menjadi hulu dari dinamika kehidupan Pecinan Denpasar,
kemudian didukung dengan pasar atau bisnis industri kreatif dan
pariwisata yang tentunya menciptakan mata pencaharian dan
menggerakkan uang ke segala lapisan masyarakat, dan akhirnya di
muara, ada kecerdasan atau strategi penerapan iptek terutama di dunia
digital untuk meningkatkan kualitas, kreatifitas dan inovasi tiada henti
sehingga produk-produk seni budaya tetap menjadi komoditas yang
unggul dan menjadi ikon yang mendunia. Swaha!
OM SANTI SANTI SANTI OM

Anda mungkin juga menyukai