Selamat datang dan selamat bergabung dalam Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi
Minimum yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Semoga Anda telah dalam
keadaan siap untuk mengikuti program ini!
Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum terdiri dari dua tahap, Orientasi dan
Bimtek serta Pengimbasan. Saat ini, Anda berada pada tahap pertama, Orientasi dan
Bimtek. Pada tahap ini, peserta akan mendapatkan pemahaman terkait latar belakang,
tujuan umum, kebijakan, dan alur Program Guru Belajar seri Asesmen Kompetensi
Minimum. Program ini bertujuan untuk menjawab berbagai persoalan guru dalam
menghadapi Asesmen Kompetensi Minimum, diantaranya:
Dalam hal ini, AN diterapkan untuk mengevaluasi kinerja dan mutu sistem pendidikan.
Nantinya, hasil Asesmen Nasional tidak memiliki konsekuensi apapun pada pencapaian
proses belajar siswa namun memberikan umpan balik untuk tindak lanjut pembelajaran
dan kompetensi siswa.
Kebijakan terkait penerapan Asesmen Nasional (AN) ini telah disampaikan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Anda dapat mendengarkan penjelasannya lebih detail
dengan menyaksikan video yang disampaikan langsung oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Nadiem Makarim. Silakan cermati dengan seksama dan mencatat poin
penting yang Anda peroleh.
Selain tuntutan kecakapan abad 21, profil pelajar Pancasila juga menjadi rujukan
pencapaian karakter bagi seluruh siswa di Indonesia. Bahkan profil pelajar pancasila ini
sudah merangkum serangkaian kecakapan hidup abad 21. Karakter pelajar Pancasila
yang ingin dicapai oleh siswa yaitu:
1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.
2. Berkebhinekaan global
3. Mandiri
4. Bernalar kritis
5. Kreatif
6. Gotong royong
Silakan membaca penjelasan lebih rinci mengenai profil pelajar Pancasila melalui tautan
berikut ini Profil Pelajar Pancasila
Untuk itu, penting bagi guru dan siswa untuk mengadopsi proses pembelajaran yang
berfokus pada pengembangan kompetensi. Pencapaian kompetensi siswa dapat diukur
dari pemahaman konsep, dan keterampilan menerapkan konsep dalam berbagai
konteks. Dengan demikian, siswa tidak hanya menguasai konten semata, tetapi lebih
menguasai pemahaman secara mendalam terhadap konsep yang dapat diterapkan di
berbagai konteks kehidupan. Hal ini yang diharapkan sebagai peningkatan hasil
pembelajaran siswa. Capaian kompetensi siswa secara holistik inilah yang ingin
dievaluasi melalui Asesmen Nasional.
Bagaimana keterkaitan Asesmen Nasional dengan kecakapan abad 21 dan profil pelajar
Pancasila? Simak penjelasannya pada materi yang telah disediakan berikut ini.
Pengantar
Program Bimtek Guru Belajar Seri
Asesmen Kompetensi Minimum
Anda telah menyelesaikan program Orientasi. Sekarang Bapak dan Ibu telah berada pada
tahap kedua, yaitu Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum. Pada
program ini, Anda akan belajar mengenai:
Bagaimana jika hasil asesmen pra kurang maksimal? Tidak perlu khawatir bila mendapat
hasil yang kurang memuaskan. Pada akhir program, Anda akan mengisi kembali kuis ini
pada aktivitas Asesmen Pasca Program. Anda dapat membandingkan hasil yang
diperoleh antara asesmen pra dengan asesmen pasca. Dengan demikian, Anda dapat
mengukur perkembangan proses belajar secara mandiri.
Pengantar Konsep Asesmen Nasional
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen
Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan
mengenai Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan
karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen
utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.
Selamat! Anda telah menyelesaikan asesmen pra program. Semoga Bapak dan Ibu sudah
siap untuk sama-sama belajar.
Pada topik ini, Anda akan lebih jauh mengenal dan memahami mengenai Asesmen
Nasional. Melalui penjelasan pada fase orientasi, apa yang dapat Anda simpulkan
mengenai Asesmen Nasional?
Ya, benar. Asesmen Nasional adalah program penilaian terhadap mutu setiap sekolah,
madrasah, dan program kesetaraan pada jenjang dasar dan menengah. Mutu satuan
pendidikan dinilai berdasarkan hasil belajar siswa yang mendasar (literasi, numerasi, dan
karakter) serta kualitas proses belajar-mengajar dan iklim satuan pendidikan yang
mendukung pembelajaran. Informasi-informasi tersebut diperoleh dari tiga instrumen
utama, yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei
Lingkungan Belajar.
1. Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang mengukur kompetensi mendasar
literasi membaca dan numerasi siswa.
2. Survei Karakter yang mengukur sikap, nilai, keyakinan, dan kebiasaan yang
mencerminkan karakter siswa
3. Survei Lingkungan Belajar yang mengukur kualitas berbagai aspek input dan
proses belajar-mengajar di kelas maupun di tingkat sekolah.
Seiring disosialisasikannya Asesmen Nasional, telah banyak respons yang disampaikan
terkait konsep dan pelaksanaannya. Siswa, orangtua, guru, bahkan kepala sekolah mulai
gelisah terkait penghapusan Ujian Nasional dan pemberlakuan Asesmen Nasional. Untuk
menghindari hal itu, pemahaman yang utuh dan menyeluruh mengenai Asesmen
Nasional pun perlu terus disebarluaskan. Apakah Anda sependapat?
Pertama, Butir-butir soal UN hanya mengukur kemampuan kognitif siswa, sehingga input
dan proses pembelajaran kurang dapat tergambarkan dengan baik. Hal ini belum sejalan
dengan tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi serta kompetensi lain yang relevan dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada
Kurikulum 2013. Harapan untuk mengevaluasi keterampilan siswa dalam menerapkan
pengetahuan serta konsep melalui berbagai konteks kehidupan, serta menunjukan
karakter sebagaimana yang diharapkan dalam profil pelajar pancasila belum lengkap
dilakukan melalui UN saja.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk mengevaluasi mutu pendidikan secara
nasional. Hal ini disebabkan UN diterapkan di akhir jenjang pendidikan lebih
sebagai assessment of learning yang mengukur capaian akhir, bukan sebagai
sebagai assessment for learning, yang mengukur proses pembelajaran. Hasil UN tidak
bisa digunakan untuk mengakomodir kebutuhan belajar yang diperlukan siswa.
Pemberlakuan Asesmen Nasional ini merupakan sinyalemen yang kuat dari pemerintah
untuk terus memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia. Dan dari ketiga poin tersebut,
maka sesungguhnya yang perlu dipersiapkan untuk menghadapi Asesmen Nasional
adalah pemahaman mengenai tujuan dan manfaat Asesmen Nasional, serta implikasinya
pada perubahan praktik dan strategi pembelajaran di kelas. Siswa, guru, orangtua, kepala
satuan pendidikan tidak lagi direkomendasikan untuk berlatih soal-soal persiapan AKM
sebagaimana penilaian yang berbasis ujian.
Daftar Tanya Jawab Kebijakan Ujian Nasional (UN)
Jawab:
Mulai tahun 2021 UN akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter. Kedua asesmen baru ini
dirancang khusus untuk fungsi pemetaan dan perbaikan mutu pendidikan secara nasional.
Jawab:
Pertama, UN lebih banyak berisi butir-butir yang mengukur kompetensi berpikir tingkat rendah. Hal ini tidak sejalan dengan
tujuan pendidikan yang ingin mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi serta kompetensi lain yang lebih relevan
dengan Abad 21, sebagaimana tercermin pada Kurikulum 2013.
Kedua, UN kurang mendorong guru menggunakan metode pengajaran yang efektif untuk mengembangkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Asesmen kompetensi pengganti UN akan dirancang memberi dorongan lebih kuat ke arah pengajaran
yang inovatif dan berorientasi pada pengembangan penalaran, bukan hafalan.
Ketiga, UN kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu pendidikan secara nasional. Karena dilangsungkan di akhir
jenjang, hasil UN tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa dan memberi bantuan yang sesuai
dengan kebutuhan tersebut.
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN mengukur kompetensi bernalar yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah di
berbagai konteks, baik personal maupun profesional (pekerjaan). Saat ini kompetensi apa saja yang akan diukur masih dikaji,
namun contohnya adalah kompetensi bernalar tentang teks (literasi) dan angka (numerasi).
Selain itu, Kemdikbud juga akan melakukan survei untuk mengukur aspek-aspek lain yang mencerminkan penerapan
Pancasila di sekolah. Hal ini mencakup aspek-aspek karakter siswa (seperti karakter pembelajar dan karakter gotong royong)
dan iklim sekolah (misalnya iklim kebinekaan, perilaku bullying, dan kualitas pembelajaran).
Karena fungsi utamanya adalah sebagai alat pemetaan mutu, asesmen kompetensi dan survei pembinaan Pancasila ini belum
tentu dilaksanakan setiap tahun, dan belum tentu harus diikuti oleh semua siswa.
Jawab:
Menggunakan ancaman ujian untuk mendorong belajar akan berdampak negatif pada karakter siswa. Jika dilakukan terus
menerus, siswa justru akan menjadi malas belajar jika tidak ada ujian. Dengan kata lain, siswa menjadi terbiasa belajar
sekedar untuk mendapat nilai baik dan menghidari nilai jelek. Hal ini membuat siswa lupa akan kenikmatan intrinsik yang bisa
diperoleh dari proses belajar itu sendiri. Padahal, motivasi belajar intrinsik inilah yang justru sangat perlu dikembangkan agar
siswa agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Tanpa UN, apakah siswa tidak menjadi orang yang kurang gigih?
Jawab:
UN adalah alat untuk melakukan monitoring dan evaluasi mutu sistem pendidikan. Fungsi UN bukan untuk melatih keuletan
atau kegigihan. Sifat-sifat ini tidak dapat dibentuk secara instan di akhir jenjang pendidikan melalui ancaman ketidaklulusan
atau nilai buruk. Sifat seperti kegigihan hanya dapat ditumbuhkan melalui proses belajar yang memberi berbagai tantangan
bermakna secara berkelanjutan. Butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa membuat sifat seperti kegigihan menjadi bagian dari
karakter siswa.
Jawab:
Literasi dan numerasi adalah kompetensi yang sifatnya general dan mendasar. Kemampuan berpikir tentang, dan dengan,
bahasa serta matematika diperlukan dalam berbagai konteks, baik personal, sosial, maupun profesional. Dengan mengukur
kompetensi yang bersifat mendasar (bukan konten kurikulum atau pelajaran), pesan yang ingin disampaikan adalah bahwa
guru diharapkan berinovasi mengembangkan kompetensi siswa melalui berbagai pelajaran melalui pengajaran yang berpusat
pada siswa.
Jawab:
Fokus asesmen adalah kompetensi berpikir, sehingga hasil pengukuran tidak sekedar mencerminkan prestasi akademik
pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika saja. Literasi dan numerasi justru bisa dan seharusnya memang dikembangkan
melalui berbagai mata pelajaran, termasuk IPA, IPS, kewarganegaraan, agama, seni, dst. Pesan ini penting dipahami oleh
guru, sekolah, dan siswa untuk meminimalkan risiko penyempitan kurikulum pada pelajaran Bahasa Indonesia dan
Matematika.
Jika apa yang diukur tidak terikat pada konten kurikulum, bagaimana kaitan antara asesmen ini dengan standar
pendidikan?
Jawab:
Betul bahwa asesmen ini tidak terikat secara erat dengan konten kurikulum. Namun tidak berarti bahwa asesmen ini sama
sekali terlepas dari kurikulum. Dari sisi konten, asesmen literasi dan numerasi tentu memperhatikan apa yang (seharusnya)
diajarkan oelh guru pada tiap kelas dan jenjang pendidikan. Hanya saja, asesmen ini tidak dimaksudkan untuk mengukur
penguasaan siswa atas konten kurikulum secara keseluruhan.
Pada prinsipnya, penguasaan kurikulum secara utuh hanya bisa dinilai oleh guru menggunakan sumber informasi yang
beragam dari interaksi sehari-hari dengan siswa. Terlebih lagi, kurikulum tiap sekolah bisa berbeda karena masing-masing
memiliki kewenangan untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan visi dan karakteristik siswanya.
Jawab:
Asesmen kompetensi baru akan dilakukan pada siswa yang duduk di pertengahan jenjang sekolah, seperti kelas 4 untuk SD,
kelas 8 untuk SMP, dan kelas 11 untuk SMA. Dengan dilakukan pada tengah jenjang, hasil asesmen bisa dimanfaatkan
sekolah untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar siswa. Dengan dilakukan sejak jenjang SD, hasilnya dapat menjadi deteksi
dini bagi permasalahaan mutu pendidikan nasional.
Jawab:
Perlu diketahui bahwa saat ini pun tidak ada UN pada jenjang SD. Dengan demikian, penghentian UN tidak berdampak pada
siswa SD. Seperti yang dipaparkan pada poin sebelumnya, sebagian siswa SD akan mengikuti asesmen kompetensi baru.
Namun asesmen baru ini dirancang agar tidak memiliki konsekuensi bagi siswa. Karena itu, asesmen baru tidak menjadi
beban tambahan bagi siswa SD.
Jawab:
Perlu dipahami bahwa UN itu sendiri bukan merupakan standar. UN merupakan instrumen asesmen yang membantu menilai
pencapaian sebagian standar nasional pendidikan. Karena itu, menghapus UN bukan berarti menghilangkan standar
pendidikan.
Sebagaimana disebutkan di atas, UN akan diganti dengan asesmen lain yang memang dirancang sebagai alat pemetaan mutu
pendidikan nasional. Hasil asesmen pengganti UN tersebut akan menjadi indikator bagi ketercapaian standar nasional
pendidikan di tiap daerah.
Jika tidak terikat pada konten kurikulum, apakah asesmen ini akan menjadi tambahan beban bagi siswa/guru di luar
kurikulum yang ada?
Jawab:
Asesmen yang dilakukan oleh otoritas (dalam hal ini Kemendikbud) berpotensi dipandang sebagai beban tambahan karena
guru dan sekolah ingin memperoleh hasil yang baik. Meski demikian, sebenarnya asesmen literasi dan numerasi ini bukan
beban tambahan. Yang diukur oleh asesmen ini bukanlah penguasaan konten tambahan yang perlu diajarkan di luar kurikulum
yang ada. Seperti telah disebutkan sebelumnya, kompetensi literasi dan numerasi bisa dan perlu dikembangkan melalui
semua mata pelajaran.
Jika digunakan untuk menilai efektivitas sekolah, apakah asesmen baru tidak berdampak negatif pada siswa?
Jawab:
Harus diakui bahwa asesmen baru dapat dianggap bersifat high stakes bagi guru dan sekolah. Jika itu terjadi, asesmen baru
berpotensi memiliki dampak negatif seperti mendorong adanya tekanan dari guru pada siswa untuk mendapat skor tinggi, serta
anggapan bahwa pelajaran yang dianggap tidak relevan untuk asesmen ini kurang penting.
Dampak seperti ini akan dimitigasi melalui berbagai cara. Yang pertama adalah rancangan kebijakan yang menekankan pada
pemberian dukungan dan sumberdaya sesuai kebutuhan sekolah, bukan hukuman dan hadiah. Kedua, akan tersedia asesmen
yang sama dalam versi yang dapat digunakan oleh guru sebagai bagian dari pengajaran sehari-hari. Versi “asesmen mandiri”
ini juga akan dilengkapi dengan petunjuk pedagogis dan sumberdaya belajar yang relevan untuk mengembangkan kompetensi
siswa sesuai levelnya.
Jawab:
Asesmen kompetensi pengganti UN akan dirancang agar tidak memiliki konsekuensi bagi siswa. Misalnya, pelaksanaan pada
pertengahan jenjang (bukan akhir jenjang) membuat hasil asesmen kompetensi tidak relevan untuk menilai pencapaian siswa.
Hasilnya juga tidak relevan untuk seleksi memasuki jenjang sekolah yang lebih tinggi. Dengan demikian, asesmen ini tidak
akan menjadi beban tambahan bagi siswa, di luar beban belajar normal yang sudah dijalani.
Jawab:
Analisis dan laporan hasil asesmen kompetensi akan dibuat agar bisa dimanfaatkan guru dan sekolah untuk memperbaiki
proses belajar mengajar. Hal ini dimungkinkan karena asesmen baru akan didasarkan pada model learning progression
(lintasan belajar) yang akan menunjukkan posisi siswa dalam tahapan perkembangan suatu kompetensi.
Laporan hasil asesmen juga akan dirancang agar tidak menjadi ancaman bagi guru dan sekolah. Pemerintah menyadari
bahwa baik buruknya pencapaian siswa dipengaruhi oleh faktor pengajaran (proses di sekolah) maupun faktor-faktor di luar
sekolah, seperti lingkungan rumah dan gaya pengasuhan orangtua.
Karena itu keberhasilan guru atau sekolah tidak akan dinilai berdasarkan level kompetensi siswa di satu waktu. Keberhasilan
guru/sekolah akan lebih didasarkan pada perubahan dan kemajuan yang dicapai dibanding waktu asesmen sebelumnya.
Hasil asesmen justru akan digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan sekolah. Kemdikbud akan mengalokasikan dukungan
– misalnya dalam bentuk alokasi SDM dan/atau dana – sesuai dengan kebutuhan tiap sekolah.
Apa dasar hukum penggantian UN dengan asesmen baru?
Jawab:
UU Sisdiknas secara eksplisit memberi mandat kepada pemerintah – melalui lembaga mandiri – untuk melakukan evaluasi
mutu sistem pendidikan nasional. Asesmen pengganti UN akan menjadi instrumen untuk melayani fungsi tersebut.
Selain itu, pengadilan Negeri Jakarta pada 2007, dan kemudian Mahkamah Agung (MA) pada 2009, menilai bahwa UN tidak
adil bagi siswa yang berada di sekolah dan/atau daerah yang kekurangan sumberdaya. MA memerintahkan pemerintah untuk
“meninjau kembali sistem pendidikan nasional”.
Dengan merancang asesmen baru yang berfungsi untuk pemetaan mutu serta umpan balik bagi sekolah, tanpa ada
konsekuensi pada siswa, pemerintah secara otomatis telah mematuhi putusan hukum MA mengenai UN.
Untuk mendapatkan informasi yang tepat, Anda perlu membandingkan beberapa hal
penting mengenai Ujian Nasional dan Asesmen Nasional terlebih dahulu.
Berikut penjelasan setiap poin pembeda AN dan UN:
Benar. Asesmen Nasional bukan pengganti Ujian Nasional. Selain dari teknis
pelaksanaannya, cakupan Asesmen Nasional berbeda jika dibandingkan dengan Ujian
Nasional. Asesmen Nasional lebih memberikan gambaran yang lebih utuh dan luas
mengenai mutu pendidikan, bukan hanya secara kognitif, namun juga karakter dan iklim
belajar.
Perayaan Belajar dan Refleksi Topik 1:
Konsep Asesmen Nasional
Selamat! Anda telah menyelesaikan kuis konsep Asesmen Nasional. Itu artinya, Anda
telah mempelajari seluruh materi pada topik konsep Asesmen Nasional. Anda
mendapatkan 1 lencana. Terima kasih! Anda telah berkomitmen menyelesaikan topik ini
hingga selesai. Setelah ini, Anda dapat melanjutkan proses belajar ke topik berikutnya,
yaitu pelaksanaan Asesmen Nasional.
Pada aktivitas ini, Anda akan mempelajari penjelasan tentang petunjuk dan teknis
pelaksanaan Asesmen Nasional. Silakan Anda cermati infografik berikut ini.
Hal ini terkait dengan tujuan dan fungsi Asesmen Nasional. Asesmen Nasional tidak
digunakan untuk menentukan kelulusan menilai prestasi siswa sebagai seorang individu.
Evaluasi hasil belajar setiap individu siswa menjadi kewenangan pendidik. Pemerintah
melalui Asesmen Nasional melakukan evaluasi sistem. Asesmen Nasional merupakan
cara untuk memotret dan memetakan mutu sekolah dan sistem pendidikan secara
keseluruhan. Karena itu, tidak semua siswa perlu menjadi peserta dalam Asesmen
Nasional. Yang diperlukan adalah informasi dari sampel yang mewakili populasi siswa di
setiap sekolah pada jenjang kelas yang menjadi target dari Asesmen Nasional.
Mengapa yang menjadi sampel adalah siswa kelas V, VIII dan XI?
Perlu diketahui, selain peserta didik, Asesmen Nasional juga akan diikuti oleh semua
guru dan kepala sekolah di setiap satuan pendidikan. Informasi dari peserta didik, guru,
dan kepala sekolah diharapkan memberi informasi yang lengkap tentang kualitas proses
dan hasil belajar di setiap satuan pendidikan. Sementara Asesmen Kompetensi Minimum
untuk pendidikan kesetaraan berfungsi sebagai ujian kesetaraan.
Merumuskan Butir Soal Asesmen
Nasional
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 4 Teknis Pelaksanaan
Asesmen Nasional Merumuskan Butir Soal Asesmen Nasional
IN PROGRESS
Bentuk soal Asesmen Nasional AKM, terdiri dari pilihan ganda, pilihan ganda kompleks,
menjodohkan, isian singkat dan uraian.
1. Pilihan ganda, siswa hanya dapat memilih satu jawaban benar dalam satu soal.
2. Pilihan ganda kompleks, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban benar dalam
satu
3. Menjodohkan, siswa menjawab dengan dengan cara menarik garis dari satu titik
ke titik lainnya yang merupakan pasangan pertanyaan dengan jawabannya.
4. Isian singkat, siswa dapat menjawab berupa bilangan, kata untuk menyebutkan
nama benda, tempat, atau jawaban pasti lainnya.
5. Uraian, siswa menjawab soal berupa kalimat-kalimat untuk menjelaskan
jawabannya.
Murid kelas V akan mengerjakan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 30 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi. Sedangkan siswa
kelas VIII dan XI akan mengerjakan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi literasi
membaca dan 36 butir soal untuk mengukur kompetensi numerasi.
AKM dilaksanakan secara adaptif, sehingga setiap siswa akan menempuh soal yang
sesuai dengan tingkat kemampuan siswa itu sendiri. AKM mengukur kompetensi
mendasar yang perlu dipelajari semua siswa tanpa membedakan peminatannya. Oleh
karena itu seluruh siswa akan mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama.
Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mata pelajaran dan peminatan
tercermin dalam ragam stimulus soal-soal AKM.
Level Pembelajaran
Level 1 (Kelas 1 & 2)
Numerasi (Kelas 2) 31 Soal
Literasi Teks Fiksi 21 Soal
Literasi Teks Informasi 29 Soal
Literasi membaca termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin
dievaluasi dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh
mengenai asesmen Literasi membaca dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau
kembali apa yang dimaksud dengan literasi membaca dan menulis.
Literasi baca dan tulis adalah pengetahuan dan kecakapan untuk membaca, menulis,
mencari, menelusuri, mengolah, dan memahami informasi untuk menganalisis,
menanggapi, dan menggunakan teks tertulis untuk mencapai tujuan, mengembangkan
pemahaman dan potensi, serta untuk berpartisipasi di lingkungan sosial.
Literasi membaca dan menulis, tidak seperti sebutannya, mencakup kemampuan yang
lebih dari sekedar mampu mengeja kalimat dan menuliskannya. Literasi membaca dan
menulis, perlu dikembangkan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih bermakna
terkait berbagai cakupan dan konteks kehidupan. Di dalam lingkungan satuan
pendidikan, kompetensi literasi yang terus berkembang memungkinkan siswa untuk
dapat menggunakannya dalam berbagai mata pelajaran.
Konten pada Literasi Membaca menunjukkan jenis teks yang digunakan, dalam hal ini
dibedakan dalam dua kelompok yaitu teks informasi dan teks fiksi. Kemudian, tingkat
proses kognitif menunjukkan proses berpikir yang dituntut atau diperlukan untuk dapat
menyelesaikan masalah atau soal. Pada Literasi Membaca, level tersebut adalah
menemukan informasi, interpretasi dan integrasi serta evaluasi dan refleksi. Sedangkan
konteks menunjukkan aspek kehidupan atau situasi untuk konten yang digunakan.
Konteks pada AKM dibedakan menjadi tiga, yaitu personal, sosial budaya, dan saintifik.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Selanjutnya Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.
Pada tingkat SD terdapat 3 level pembelajaran, mari kita pelajari setiap level
pembelajaran yang ada pada tingkat SD.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 1 dan 2, siswa akan menemukan informasi
dengan cara mengakses dan mencari informasi dalam teks. Selain itu siswa akan
memahami teks secara literal, kemudian menyusun inferensi, membuat koneksi dan
prediksi baik teks tunggal maupun teks jamak. Siswa juga akan mengevaluasi dan
merefleksi dengan menilai format penyajian dalam teks. Bapak dan Ibu juga dapat
melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link
Level Pembelajaran 1 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 1 Literasi
Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 2 untuk kelas 3 dan 4, sama seperti level pembelajaran 1 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada
kelas 3 dan 4 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Siswa akan
mengevaluasi menilai format penyajian dalam teks, selain itu siswa juga merefleksi isi
wacana untuk pengambilan keputusan, menetapkan pilihan, dan mengaitkan isi teks
terhadap pengalaman pribadi. Bapak dan Ibu juga dapat melihat penjelasan yang lebih
lengkap melalui link Level Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level
Pembelajaran 2 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada level pembelajaran 3 untuk kelas 5 dan 6, sama seperti level pembelajaran 2 siswa
juga akan belajar sesuai tingkat kognitif pada literasi membaca hanya saja siswa pada
kelas 5 dan 6 akan menggunakan konten yang sesuai dengan jenjangnya. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link Level Pembelajaran 3
Literasi Membaca Teks Fiksi dan Level Pembelajaran 3 Literasi Membaca Teks Informasi
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen
literasi membaca pada tingkat SD. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-
contoh butir asesmen literasi membaca teks fiksi dan juga teks informasi tingkat SD.
Berikut ini merupakan salah satu contoh teks fiksi untuk pembelajaran level 1 kelas 1 dan
2:
Melalui teks tersebut, Bapak dan Ibu dapat mengukur beberapa kompetensi yang
dilatihkan. Kompetensi apa saja yang diukur menggunakan teks fiksi untuk level ini?
1. Menemukan informasi tersurat pada teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
Contoh soalnya:
A Kupu-kupu
B Capung
C Belalang
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:
Contoh soalnya:
Sukma dan Trisna mendapat tugas sains dari Ibu Guru untuk
mengamati serangga.
Contoh soalnya:
Bagaimana perasaan Sukma dan Trisna setelah menyelesaikan tugas dari Bu guru?
Ketik jawabanmu!
Gembira
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:
Contoh soalnya:
Klik pada pilihan jawaban yang tepat!
Apa kegiatan Sukma dan Trisna sebelum pergi ke lapangan untuk mencari serangga?
Contoh soalnya:
Perhatikan Gambar!
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Pada gambar nomor berapa Sukma dan Trisna berhasil menangkap capung?
A Gambar nomor 1.
B Gambar nomor 2.
C Gambar nomor 3.
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut:
1. Menemukan informasi tersurat pada teks sastra atau teks informasi yang terus
meningkat sesuai jenjangnya.
Mela mempunyai teman baru di kelasnya
Namanya Arini
Mela ingin mengajak Arini bermain sepeda di taman kota
Sayangnya, Arini belum tahu letak taman kota
Kemudian, Mela membuat sebuah denah untuk Arini
Klik pada satu pilihan jawaban!
B Di seberang masjid
Anda telah mengenali level-level perkembangan kompetensi siswa SD. Pada aktivitas ini,
Bapak dan Ibu akan berlatih membuat butir soal literasi yang akan membantu siswa
Anda untuk berlatih menggunakan kompetensi literasi untuk bernalar dalam
pembelajaran di kelas. Bagaimana langkahnya? Mari kita berlatih.
1. Pertama, pahami kompetensi literasi membaca siswa yang Anda ampu. Dari situ
Anda dapat memilih teks yang sesuai. Misalnya, dari ketiga teks berikut ini
manakah yang paling sesuai dengan level yang anda ampu, Apakah teks 1, teks 2
atau teks 3? Jelaskan.
Teks fiksi 1: Aku Sayang Ayah
Teks Fiksi 2: Belajar Memasak
2. Kedua, setelah memilih teks bacaan sesuai dengan level kompetensi siswa yang
Anda ampu, pilihlah salah satu kompetensi yang ingin Anda kembangkan dan
evaluasi.
3. Ketiga, dari kompetensi literasi tersebut, cobalah membuat 3 buah soal dengan
bentuk yang berbeda-beda berdasarkan teks yang Anda pilih tadi.
Pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan atas dasar kompetensi, bukan hafalan
materi semata, memberikan kesempatan pada siswa untuk terus mengembangkan
kemampuan dasar literasinya dalam penalaran. Kompetensi literasi sendiri tidak dapat
berkembang dengan baik dengan hanya melalui latihan soal. Namun diperlukan strategi
pembelajaran yang lebih berbasis kompetensi.
1. Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan sebelum tidur menurut ajaran Islam, salah
satunya adalah .…
Nabi Ayyub diuji dengan penyakit yang menimpa badannya. Selain itu beliau juga
mengalami musibah berupa kehilangan semua harta dan meninggalnya putra-putranya.
Walaupun ditimpa penyakit yang begitu berat, beliau tetap banyak berdzikir pada Allah
SWT. Semua orang yang bersamanya saat itu berusaha menjauh dari Nabi Ayyub hingga
akhirnya Nabi Ayyub mengasingkan diri di suatu tempat.
Bagaimana sikap yang dilakuakan Nabi Ayyub as dalam menghadapi ujian dari Allah SWT?
Numerasi termasuk dalam kompetensi yang paling mendasar yang ingin dievaluasi
dalam Asesmen Kompetensi Minimum. Sebelum membahas lebih jauh mengenai
asesmen numerasi dalam AKM, Bapak dan Ibu perlu meninjau kembali apa yang
dimaksud dengan numerasi.
Pada topik sebelumnya, Bapak dan Ibu telah mempelajari Butir Soal Asesmen Literasi
pada Setiap Jenjang. Pada topik ini Bapak dan Ibu guru akan mempelajari lebih jauh
mengenai Asesmen Numerasi yang berlaku untuk Asesmen Kompetensi Minimum yang
akan diberikan pada siswa. Dalam penilaiannya asesmen literasi membaca tidak hanya
mengukur topik atau konten tertentu tetapi berbagai konten, berbagai konteks dan pada
beberapa tingkat proses kognitif.
Untuk mempermudah Bapak dan Ibu memahami penilaian asesmen literasi membaca
silakan cek infografis berikut:
Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi
Tingkat SD
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 4 Asesmen Numerasi
Tingkat SD Menganalisis Tahap Asesmen Numerasi Tingkat SD
COMPLETE
Selanjutnya, Bapak dan Ibu akan berlatih menganalisis tahap asesmen pada tingkat SD.
Pada jenjang SD/MI terdapat 3 level pembelajaran. Pada level 1 terdapat 3 konten yang
dipelajari yakni, bilangan, geometri dan pengukuran serta aljabar. Sedangkan pada level
2-3 terdapat 4 konten yakni, bilangan, geometri dan pengukuran, aljabar, dan data dan
ketidak pastian.
Pada level pembelajaran 1 untuk kelas 2, siswa akan belajar merepresentasi,
mengurutkan dan operasi penjumlahan dan pengurangan bilangan. Siswa akan
mengenal bangun geometri dan pengukurannya. Selain itu siswa juga akan mempelajari
persamaan dan pertidaksamaan bilangan serta relasi dan fungsi bilangan. Bapak dan Ibu
juga dapat melihat penjelasan yang lebih lengkap melalui link berikut.
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah belajar menganalisis tahap asesmen
numerasi pada tingkat SD. Pada topik ini, Bapak dan Ibu akan mengenal contoh-contoh
butir asesmen numerasi tingkat SD.
Pembahasan:
B dan C, Bilangan pada digit satuan di gambar trapesium merah adalah 4 dan bilangan
pada digit satuan di gambar jajargenjang ungu adalah 1. Keduanya lebih kecil daripada 5.
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 1 level 1
2. Memahami pecahan satuan sederhana (1/2, 1/3, 1/4, 1/5).
Perhatikan kue cokelat yang telah dipotong berikut!
Potongan-potongan kue coklat tersebut digambarkan sebagai berikut
Jika Andi mendapatkan ⅓ bagian dari kue yang telah dipotong, pilihan yang
menggambarkan kue bagian Andi adalah…
D
Anda dapat melihat lebih banyak contoh-contoh soal kompetensi ini melalui tautan
berikut Contoh-contoh butir soal kompetensi 2 level 1
3. Mengenal garis bilangan dan mengetahui posisi bilangan cacah pada garis
bilangan.
Tabel berikut menunjukkan nilai Ulangan Harian dari 5 orang siswa.
No Nama Nilai
1 Tika 89
2 Wira 90
3 Ady 91
4 Titin 87
5 Dian 88
Jika mereka diminta berdiri berurutan dengan nilai terbesar berada di depan, maka yang
berdiri pada posisi:
2. Diketahui banyak rumah di perumahan Griya Cantik khusus komplek sebelah timur
seluruhnya ada 5 deret dan satu deretnya ada 5 rumah. Penomorannya secara berurutan,
deretan paling depan nomor rumah angka 40 sampai 45.
a. Nomor rumah pada deretan kedua adalah ...
b. Nomor rumah pada deretan kelima adalah ....
Jawab:
1. 40 - 41 - 42 - 43 - 44 - 45
2. 50 - 51 - 52 - 53 - 54 - 55
3. 60 - 61 - 62 - 63 - 64 - 65
4. 70 - 71 - 72 - 73 - 74 - 75
5. 80 - 81 - 82 - 83 - 84 - 85
a. Nomor rumah pada deretan kedua adalah 50 -55
b. Nomor rumah pada deretan kelima adalah 80 -85
Anda telah sampai pada topik yang terakhir dari Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen
Kompetensi Minimum. Pada topik-topik sebelumnya Anda telah memahami mengenai
konsep Asesmen Nasional, teknis pelaksanaannya, AKM sebagai bagian dari AN, serta
memahami contoh-contoh butir soal AKM literasi membaca dan numerasi. Sekarang
Anda akan menggali pemahaman mengenai apa yang terjadi setelah Asesmen
Kompetensi Minimum dilaksanakan.
Dari laporan hasil Asesmen Kompetensi tersebut, satuan pendidikan dapat melihat
tingkat penguasaan kompetensi siswanya. Penguasaan kompetensi literasi membaca dan
numerasi siswa dikategorikan dalam 4 tingkatan. Untuk lebih memahami penjelasan
kompetensi pada setiap kategori, Anda dapat membaca infografik berikut ini:
Tingkat kompetensi tersebut dapat dimanfaatkan guru berbagai mata pelajaran untuk
menyusun strategi pembelajaran yang efektif dan berkualitas sesuai dengan tingkat
kompetensi siswa. Dengan demikian “Teaching at the right level” dapat diterapkan.
Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan tingkat capaian siswa akan
memudahkan siswa menguasai konsep, keterampilan dan konten yang diharapkan pada
suatu mata pelajaran. Anda dapat membaca informasi selengkapnya pada tautan berikut
ini: AKM dan Implikasinya pada Pembelajaran
Tidak semua siswa akan mencapai level mahir dalam waktu yang bersamaan. Akan tetapi
setiap usaha dan proses yang dilakukan siswa untuk mencapai level yang lebih tinggi,
tentu akan menunjukan peningkatan kinerja siswa. Dimana siswa menjadi lebih fasih dan
terampil. Kefasihan mengacu pada kelancaran mereka dalam melakukan pekerjaannya.
Siswa menjadi lebih yakin pada kemampuannya jika siswa dapat naik ke level
penguasaan yang lebih tinggi. Keterampilan mengacu pada kemampuan untuk
beradaptasi dan bereaksi terhadap situasi baru untuk “bergerak dengan cepat”
berdasarkan informasi baru.
Pada infografik berikut ini, disajikan contoh analisis tingkat kompetensi berdasarkan
kebutuhan, pendekatan, struktur pembelajaran. Penjelasan ini diadaptasi dari penjelasan
tahapan penguasaan Marc Rosenberg (2012).
Merekomendasikan Strategi
Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan
Asesmen Kompetensi Minimum
Bimtek Guru Belajar Seri Asesmen Kompetensi Minimum untuk Tingkat SD – Angkatan 4 Tindak Lanjut Laporan
Hasil Asesmen Kompetensi Minimum Merekomendasikan Strategi Pembelajaran Berdasarkan Hasil Laporan
Asesmen Kompetensi Minimum
COMPLETE
Dengan penjelasan dan ilustrasi yang diberikan diharapkan guru dan pemangku
kepentingan pendidikan lainnya dapat memperoleh gambaran AKM secara
komprehensif. Seperti telah disampaikan dan ditunjukkan, meskipun AKM tidak
mengukur secara spesifik capaian belajar pada mata pelajaran, namun pelaporan hasil
AKM dapat dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran pada berbagai mata
pelajaran. Tentunya dengan didasarkan pada analisis hasil laporan Asesmen Kompetensi
Minimum.
Implikasi tingkat kompetensi pada pembelajaran dapat dilihat melalui contoh mata
pelajaran IPS berikut ini. Disajikan bacaan berisi materi baru mengenai koperasi:
menjelaskan definisi, fungsi, manfaat dan beragam contoh baik. Guru diharapkan
menyesuaikan pembelajarannya sesuai tingkat kompetensi murid. Misalnya:
1. Murid di tingkat Perlu Intervensi Khusus belum mampu memahami isi bacaan,
murid hanya mampu membuat interpretasi sederhana. Guru IPS tidak cukup
bertumpu pada materi bacaan tersebut. Murid perlu diberi bahan belajar lain
secara audio, visual dan pendampingan khusus.
2. Murid di tingkat Dasar telah mampu mengambil informasi dari teks, namun tidak
memahami secara utuh isi topik koperasi. Murid dapat diberi sumber belajar
pendamping dalam bentuk catatan singkat atau simpulan untuk pemahaman
yang utuh.
3. Murid di tingkat Cakap mampu memahami dengan baik isi teks mengenai
koperasi, namun belum mampu merefleksi. Murid dapat diberi pembelajaran
identifikasi kondisi lingkungan murid, mengaitkan dengan fungsi dan manfaat
koperasi.
4. Murid di tingkat Mahir mampu memahami isi bacaan dan merefleksi kegunaan
koperasi dari teks yang diberikan oleh guru. Guru dapat melakukan pembelajaran
berupa menyusun beragam strategi pemanfaatan koperasi.
Untuk melihat contoh-contoh ragam strategi pembelajaran berdasarkan kategori tingkat
penguasaan kompetensi, Anda dapat membaca lebih jauh pada tautan berikut ini AKM
dan Implikasinya pada Pembelajaran
Pada aktivitas sebelumnya, Bapak dan Ibu telah memahami bahwa laporan hasil
Asesmen Nasional mengidentifikasi tingkat kompetensi literasi dan numerasi siswa
dalam sebuah satuan pendidikan ke dalam 4 kategori. Anda juga telah memahami
bagaimana laporan hasil AKM dianalisis untuk menentukan tindak lanjut dalam strategi
pembelajaran yang lebih berbasis penguasaan kompetensi, bukan berfokus pada konten
saja.
Contoh praktik baik berikut ini, akan memberikan gambaran pada Bapak dan Ibu
bagaimana praktik pembelajaran yang berbasis kompetensi. Selain itu contoh berikut ini
juga memberikan gambaran bagaimana literasi dan numerasi terintegrasi dalam
pembelajaran mata pelajaran.
Apa sebenarnya peran asesmen dalam peningkatan kualitas pembelajaran murid? Apa
keterkaitan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran dalam menyediakan
pengalaman belajar murid yang berkualitas?
Asesmen seringkali dipersepsikan sebagai upaya menentukan nilai murid. Tidak heran
apabila banyak dari kita yang berusaha keras melakukan upaya agar nilai murid kita
setinggi mungkin. Nilai murid menjadi sasaran kinerja. Padahal peran asesmen yang
pertama dan utama bukan lah menentukan nilai murid.
Peran pertama dan utama asesmen harus dilihat sebagai bagian dari proses
pembelajaran yang utuh. Kerangka yang sering digunakan adalah segitiga belajar yang
mengkaitkan antara asesmen, kurikulum dan pembelajaran. Segitiga belajar membantu
kita tidak melihat asesmen, kurikulum dan pembelajaran sebagai aspek yang berdiri
sendiri. Guru dan pemimpin sekolah dapat melakukan penyelarasan antar 3 aspek yang
menentukan pengalaman belajar murid.
Dalam segitiga belajar, maka makna masing-masing segi adalah sebagai berikut: