Anda di halaman 1dari 2

Makna Judul akta:

1. Untuk memenuhi asas normatif/dogmatik/positif yaitu kepastian hukum.


Karena judul itu diwajibkan dalam Pasal 38 UUJN, akt ayang tidak ada judul,
nomor, dan lain-lain yang disebutkan dalam UUJN berarti akta tersebut cacat,
bukan lagi akta otentik.
2. Memenuhi asas integrasi, artinya judul harus terintegrasi dengan isinya. Oleh
karena itu tidak boleh bersifat bias atau umum, melainkan harus jelas dan tegas
sesuai apa yang diterangkan dalam isinya.

Makna Nomor Akta:


1. Untuk memenuhi asas normatif/dogmatik/positif yaitu kepastian hukum.
Karena judul itu diwajibkan dalam Pasal 38 UUJN, akta yang tidak ada judul,
nomor, dan lain-lain yang disebutkan dalam UUJN berarti akta tersebut cacat,
bukan lagi akta otentik.
2. Sebagai fungsi pengawasan. Karena akta-akta yang dibuat dicatat dalam
repretorium yang repretorium itu sendiri disahkan oleh MPD (Majelis Pengawas
Daerah)

Ketentuan mengani waktu, jam, hari, tanggal itu memberikan suatu penjelasan bahwa
para penghadap itu menerangkan kepada notaris dalam hal ini untuk memenuhi
ketentuan opmeken (mencatat). Pada saat opmeken itu notaris tidak dapat melakukan
perubahan-perubahan. Artinya sepanjang kehendak para pihak itu sudah sesuai dengan
nilai-niali dan norma-norma, maka notaris tidak boleh mengarahkan/ikut campur
didalamnya. Kalau pra opmeken masih orang konsultasi. Tapi kalau saat opmeken
ketika notaris itu mulai menerangkan bahwa “..menghadap kepada saya..” jam nya
berbeda dengan verlijden. Jadi opmeken itu jamnya pada saat para penghadap itu
menghadap, lalu nanti pada saat tandatangan, di belakang diakhir akta nanti ketika
bunyinya “..demikian akta ini saya bacakan pada para penghadap kemudian para pihak
saksi dan saya notaris menandatangani akta ini..” kemudian diterangkan jam nya jam
berapa. Itu makna dari verlijdennya dalam konteks waktu akta. Verlijden kalau
dibahasakan bahasa indonesianya adalah meninggalkan, artinya para pihak sudah
menyempurnakan seluruh proses otentisitas akta. Proses otentisitas akte yang
disempurnakan itu ketika notarisnya sudah menyusun, lalu notarisnya membacakan,
lalu menerangkan, lalu kalau ada perubahan, maka melakukan perubahan atas
kehendak para pihak, misal kesalahan ketik, pencoretan, penggantian, penambahan
yang disebut dengan kategori renvoi. Renvoi dilakukan saat salinan belum keluar,
dilakukan saat notaris membacakan akta dan menerangkan manakala ketika
diterangkan itu ada kata yang salah, atau konteksnya salah, arti atau makna salah.
Sehingga kata “membacakan” dalam akta otentik itu sebenarnya menerangkan.
Sehingga ia melakukan verlijden. Verlijden itu bisa bermakna memvalidasi. Oleh
karenanya sebenarnya pembuatan akta itu kewajiban konstatering. Semacam observasi,
melakukan semua hal yang berhubungan dengan observasi itu pasti ujungnya validasi
dan memverifikasi. Memvalidasinya berupa keterangan-keterangan, memverifikasinya
itu dalam hal administratif pencocokan ttd, teraan, dst.

Selanjutnya antara jam, tanggal, bulan dan tahun. Apakah antara oopmiken dan verliden
itu selalu dalam 1 waktu?
Opmeken itu mencatat. Sedangkan verlijden itu menyusun, membacakan, menerangkan,
memastikan teraan, ttd, atau validasi.
Tidak sama. Karena opmiken itu saat notaris itu mendengarkan, belum sampai
menyusun, kemudian ketika verliden itu ketika notaris sudah menyusun, membacakan,
kemudian menerangkan, termasuk memvalidasi. Sehingga memang mestinya opmeken
dan verlijden itu sebenarnya tidak sama.

Kesalahan pada akta lalu dulu di UUJN tidak diatur menentukan jam yang berarti
kembali pada web notaris hindia belanda yang memisahkan antara opmeken dan
verlijden. Sepanjang ilmu pengetahuan itu bisa dibaca sejarahnya, sebenarnya orang itu
akan lebih paham. Di ketentuan web notaris itu dipisahkan antara opmiken dan
verliden. Tidak hanya jam, bahkan harinya berbeda juga nggakpapa sebenarnya. Karena
kepastian hukum itu bukan dipastikan pada hari atau jam yang sama. Justru kepastian
hukum itu ketika isi dari akta itu apa adanya. Tidak ada rekayasa yang melanggar pasal
1322-1328, tau tidak ada ketentuan2 yg terlarang.

Tentang menghadap dan hadir dihadapan. Ada 2 macam akta dalam hal mengahadap.
Satu sisi menghadap kepada saya itu untuk akta partij. Sisi lainnya hadir dihadapan saya
itu untuk ketentuan akta relaas. Relaas dan partij ini berbeda. Dalam akta partij kata-
katanya mengahdap kepada saya karena posisi notais bersifat pasif, tidak aktif, karena
notaris itu pejabat publik yang mana ditugaskan sebagai konstatering. Menghadap
berarti para pihak datang dihadapan notaris di kantor notaris. Posisi notaris lebih tinggi
dari para pihak karena sebagai rule cansioning. Sedangkan para pihak itu rule
occupen/penerima sanksi karena memang didudukkan oleh UU sebagai pengguna
pelayanan. Sesuai dengan teori bekerjanya hukum dan didasarkan pada undang-
undang. Notaris sebagai pemberi pelayanan dari negara.

Kewengangan menggunakan symbol negara. Sebenarnya kewenangan menggunakan


symbol negara yang kita kenal dengan stempel burung garuda adalah kewenagan yang
diberikan oleh undang-undang juga. Yaitu di UU no 24 tahun 2009 tentang symbol
negara, lagu negara dan lain lain. Hanya 13 pejabat yang diberi kewenangan
menggunakan symbol burung garuda, termasuk notaris. Maka notaris itu disebut
dengan pejabat yang terhormat, berharkat dan bermartabat karena diberi kewenangan
untuk menggunakan lambang negara.

Kritik akte para pendahulu:


- Ada hal aneh dalam akta notaris. Akte tidak mencantumkan kewenangan
notarisnya, tidak seperti akta PPAT. Tidak dicantumkan nomor SK nya.
- Di akta partij menghadap kepada saya. Harusnya kalau relaas juga sebenarnya
tifak boleh “berhadap-hadapan dengan saya”. Seharusnya notaris juga tetap lebih
tinggi kedudukannya.

Anda mungkin juga menyukai