Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aswaja adalah singkatan dari "Ahlussunnah Wal Jamaah", yang secara harfiah berarti

"orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah (ajaran) Nabi Muhammad SAW dan bersatu

dalam jamaah (komunitas)". Istilah ini merujuk pada ajaran Islam yang dipegang oleh

mayoritas umat Muslim Sunni.

Latar belakang Aswaja dapat dilacak kembali ke periode awal Islam, ketika terjadi

perbedaan pendapat di antara para sahabat Nabi Muhammad SAW tentang bagaimana ajaran

Islam harus diinterpretasikan dan diterapkan. Dalam beberapa dekade pertama setelah

wafatnya Nabi, perbedaan pendapat ini berkembang menjadi berbagai mazhab atau aliran

pemikiran dalam Islam. Diantaranya adalah empat mazhab besar dalam Sunni, yaitu Mazhab

Hanafi, Mazhab Maliki, Mazhab Syafi'i, dan Mazhab Hanbali.

Ahlussunnah wal jamaah pemikiranya menggunakan pemikiran al asyari dan hukum

fiqihnya menggunakan imam madzhab sehingga golongan aswaja inilah golongan yang

sifatnya luas. Dari uraian diatas maka penulis tertarik mengangkat tema ASWAJA (Ahlus

sunnah wal jama‟ah).

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Aswaja?

2. Bagaimana Konsep Dasar Aswaja NU?

3. Apa saja peran Aswaja terhadap pendidikan?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Aswaja

2. Untuk mengetahui Konsep Dasar Aswaja NU

3. Untuk Mengetahui peran Aswaja terhadap pendidikan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ahlussunnah wal Jamaah

Aswaja adalah singkatan dari "Ahlussunnah Wal Jamaah", yang secara harfiah berarti

"orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah (ajaran) Nabi Muhammad SAW dan bersatu

dalam jamaah (komunitas)". Pengertian Aswaja merujuk pada ajaran dan prinsip-prinsip yang

dipegang oleh mayoritas umat Muslim Sunni. Ini mencakup keyakinan, metode interpretasi,

praktik keagamaan, dan pandangan sosial yang dipengaruhi oleh ajaran Islam yang diajarkan

oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Secara etimologi, Aswaja berasal dari

bahasa Arab ahl artinya keluarga. Al-sunnah, berarti jalan, tabi„at dan perilaku kehidupan.

Sedangkan al-jama„ah, berarti sekumpulan.1

Menurut Muhammad Khalifah al-Tamimy, Ahlus sunnah Wal Jama‟ah adalah para

sahabat, tabi‟in, tabi‟ut tabi‟in dan siapa saja yang berjalan menurut pendirian imam-imam

yang memberi petunjuk dan orang-orang yang mengikutinya dari seluruh umat semuanya.2

Menurut KH. M. Hasyim Asy‟ari, Ahlusssunnah Wal Jamaah adalah golongan yang

berpegang teguh kepada sunnah Nabi, para sahabat, dan mengikuti warisan para wali dan

ulama. Secara spesifik, Ahlus sunnah Wal Jama‟ah yang berkembang di Jawa adalah mereka

yang dalam fikih mengikuti Imam Syafi‟i, dalam akidah mengikuti Imam Abu al-Hasan al-

Asy‟ari, dan dalam tasawuf mengikuti Imam al-Ghazali dan Imam Abu al-Hasan al-

Syadzili.3

1
Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997, cet. 14),
hlm. 46.
2
Sahilun A. Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan Perkembangannya (Jakarta
: Rajawali Press, 2010, cet. 1) hlm. 190
3
Zuhairi Misrawi, Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari, Moderasi Keumatan Dan Kebangsaan (Jakarta: Kompas, 2010,
cet. 1), hlm. 107.

2
Dengan demikian yang dimaksud dengan Aswaja adalah kaum yang konsisten

mengikuti amaliah Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya, tidak mendistorsi ajaran Nabi

Muhammad saw. dan tidak mendiskreditkan sebagian sahabat atau seluruh sahabat Nabi.

Pengertian ini dapat diperkuat dengan beberapa hadisth Nabi yang diriwayatkan beberapa

perawi dengan redaksi hadisth.

B. Konsep Dasar Ahlussunnah wal Jamaah Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama memahami bahwa perbedaan dan keragaman merupakan

sebuah keniscayaan, dan bahkan merupakan garis sunnahtullah yang tidak bisa

diingkari. Karena itu sejak awal berdirinya, Nahdlatul Ulama senantiasa

mengembangkan sikap keterbukaan dan sangat menghormati perbedaan. Dalam

mengamalkan prinsip-prinsip ini, Nahdlatul Ulama mengamalkan kosep dari

pemahaman Aswaja, yaitu:

1. Tawasuth, artinya mengambil jalan tengah atau pertengahan. Bahwa

Nahdlatul Ulama tidak berpihak kepada siapapun. Karena kebijakan

memang selamanya terletak diantara dua ujung. Sebagaimana termaktub

dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 143: “Dan demikian

(pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan

pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul

(Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. “

2. Tasamuh, yang berarti toleran. Maksudnya adalah NU toleran terhadap

perbedaan pandangan dalam masalah keagamaan. Begitu pula masalah

yang berhubungan dengan sosial budaya atau kemasyarakatan, sebagaiman

dilakukan oleh walisongo ketika berdakwah.

3
3. Tawazun, yang berarti keseimbangan, tidak berat sebelah, tidak berlebihan

suatu unsur atau kekurangan suatu unsur. Prinsip tawazun ini diambil dari

kata Al-Waznu yang berarti alat penimbang. Yang dimaksud disini adalah

bahwa NU menyerasikan antar khidmah kepada Allah dan khidmah kepada

manusia. Bagi NU tujuan hidup yang ideal adalah bahagia dunia dan

akhirat.

4. Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, artinya mengajak pada kebajikan dan

mencegah pada kemungkaran. Maksudnya mendorong kepada kebaikan,

selalu mempunyai kepekaan terhadap kejadian-kejadin di lingkungan dan

mencegah hal-hal yang dapat merusak moralitas masyarakat.

C. Peran Aswaja Terhadap Pendidikan

Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/ penting sekali dikembangkan

sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu pendidikan aswaja muncul karena

kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan moral.

Pendidikan Aswaja muncul sebagai jawaban dari pertanyaan diatas. Pendidikan

aswaja mempunyai kelebihan, salah satunya: pendidikan aswaja tidak hanya ditujukan ke

lembaga pendidikan saja namun juga di tujukan kepada masyarakat luas, hal ini dapat

memperkuat aspek agama maupun moralitas masyarakat. Misalnya acara pengajian rutin

yang diisi oleh ulama‟ , hal itu sangat baik untuk meningkatkan nilai- nilai agama dalam

masyarakat.. Adapapun beberapa aspek peran Aswaja terhadap Pendidikan sebagai berikut :

1. Pendidikan Agama : Aswaja memiliki peran penting dalam menyediakan landasan

agama bagi pendidikan umat Muslim. Melalui pengajaran Aswaja, siswa

diperkenalkan dengan keyakinan dan praktik-praktik agama Islam yang sesuai dengan

ajaran Nabi Muhammad SAW dan pemahaman para sahabatnya. Ini termasuk

4
pemahaman tentang aqidah (keyakinan), ibadah (ritual keagamaan), etika, moralitas,

dan tata cara hidup Islam yang seimbang.

2. Pendidikan Moral dan Etika : Aswaja menempatkan penekanan yang besar pada

pengembangan karakter dan moralitas yang baik. mendidik generasi muda Islam

dengan akhlak-akhlak yang mulia, seperti jujur, amanah, istiqomah, itsar dan lain-

lain4 Prinsip-prinsip Aswaja memberikan landasan bagi pengajaran nilai-nilai moral

seperti kejujuran, kasih sayang, keadilan, kesabaran, dan penghargaan terhadap

sesama manusia. Pendidikan dalam konteks Aswaja tidak hanya mengajarkan siswa

untuk menjadi cerdas secara akademis, tetapi juga untuk menjadi individu yang baik

dan bertanggung jawab secara moral.

3. Pendidikan Akademis : Aswaja juga mendukung pendidikan akademis dan ilmiah.

Prinsip-prinsip Aswaja mendorong pencarian ilmu dan pengetahuan sebagai bagian

integral dari ibadah. Oleh karena itu, pendidikan dalam kerangka Aswaja tidak hanya

terbatas pada pemahaman agama, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum

seperti matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu sosial, dan lain-lain.

4. Pendidikan Karakter : Aswaja tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga

pada pengembangan karakter yang kuat dan kepribadian yang baik. Pendidikan dalam

kerangka Aswaja bertujuan untuk membentuk individu yang berakhlak mulia,

berintegritas tinggi, dan berkontribusi positif kepada masyarakat.

5. Pendidikan Kepemimpinan : Aswaja juga mengembangkan konsep kepemimpinan

yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Melalui pendidikan dalam kerangka Aswaja,

siswa diajarkan untuk menjadi pemimpin yang adil, bijaksana, dan bertanggung

jawab, yang memimpin berdasarkan prinsip-prinsip moral dan etika yang tinggi.

4
Ahmad Farid, Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah (Surabaya: Pustaka eLBA, 2011),
hlm. 237.

5
6. Pendidikan Jasmani : Abdullah Nasih Ulwan mengatakan: “salah satu sarana

pendidikan yang paling efektif yang ditetapkan oleh Islam dalam mendidik individu-

individu dalam masyarakat secara fisik dan menjaga kesehatan mereka adalah

mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan-kegiatan jihad, latihan- latihan

ketangkasan dan olahraga setiap ada waktu dan kesempatan. Dan ketika sudah

menginjak usia aqil baligh, dia membutuhkan perhatian yang besar dalam aspek

pendidikan kesehatan dan pembentukan fisiknya. Bahkan baginya lebih diutamakan

mengisi waktu-waktu luangnya dengan segala macam kegiatan yang menyehatkan

badannya, menguatkan organ-organ tubuhnya, dan memberrikan kesegaran dan

kebugaran keseluruh tubuhnya. Hal itu disebabkan oleh 3 hal:5

a. Banyaknya waktu luang yang dimilikinya.

b. Untuk melindunginya dari serangan berbagai macam penyakit

c. Untuk membiasakannya dengan latihan-latihan olahraga dan kegiaatan-

kegiatan jihad

Dengan demikian, Aswaja memberikan kontribusi yang signifikan dalam

pengembangan pendidikan yang holistik, yang tidak hanya mencakup aspek akademis, tetapi

juga moral, etika, dan kepemimpinan, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang diajarkan oleh

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

5
Khâlid Bin Hâmid al-Hâzimî, Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah (Madinah Munawwaroh: Dâr „Âlam al-Kutub,
1420 H/2000 M), hlm. 342.

6
BAB II

KESIMPULAN

Dari pemaparan di atas, dapat ditarik benang merahnya berupa kesimpulan,

bagaimana peran Aswaja terhadap pendidikan.

Pembelajaran Aswaja di jenjang pendidikan dasar, khususnya Madrasah Ibtidaiyah

yang berada di bawah lingkungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU merupakan penjabaran

dan penerapan konsep dasar Aswaja yang meliputi: Sikap Tawasut, Sikap Tasamuh dan

Sikap Tawazun.

Aswaja dalam bidang pendidikan islam sangat krusial/ penting sekali dikembangkan

sebagai nilai pendidikan islam di Indonesia, disamping itu pendidikan aswaja muncul karena

kebutuhan masyarakat Indonesia, yaitu pendidikan agama dan moral.

Peranan penting yang paling mendasar oleh sebuah pendidikan/ madrasah adalah

mengimplementasikan ibadah kepada Allah SWT, juga meluruskan pemahaman yang salah

dari segi akidah maupun ibadahnya serta untuk menuai akhlaq yang mulia dan terpuji.

7
DAFTAR PUSTAKA

Warson Munawwir, Ahmad. 1997. Al-Munawwir: Kamus Arab–Indonesia (Surabaya:

Pustaka Progressif.

Nasir, Sahilun A. 2 0 1 0 . Pemikiran Kalam (Teologi Islam), Sejarah, Ajaran, dan

Perkembangannya. Jakarta : Rajawali Press.

Misrawi, Zuhairi. 2010. Hadratussyaikh Hasyim Asy‟ari, Moderasi Keumatan Dan

Kebangsaan. Jakarta: Kompas.

Farid, Ahmad. 2011. Pendidikan Berbasis Metode Ahlus Sunnah wal Jama‟ah.

Surabaya: Pustaka eLBA.

Khâlid Bin Hâmid al-Hâzimî. 2000. Ushûl at-Tarbiyah al-Islâmiyah (Madinah

Munawwaroh: Dâr „Âlam al-Kutub

Anda mungkin juga menyukai