Anda di halaman 1dari 12

NISRINA RIZA SABITHA

225100907111031
O
O8
RAZZAN ALDRICH YUDHISTIRA

DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah suatu pemikiran dan upaya
untuk menjaga keselamatan kita selama bekerja di laboratorium dan tempat kerja (Adwan,
2021). K3 juga menjamin kita untuk terhindar dari kecelakaan. Tujuan utama dari Budaya
Kesehatan dan Keselamatan Kerja memberikan jaminan kondisi manusia saat berada di
laboratorium dengan melakukan tindakan antisipasi dan pencegahan terjadinya kecelakaan
sehingga pekerjaan bisa selesai secara efisien dan mencapai tujuan kita.

Acutely Toxic Jika terdapat label dengan gambar tersebut


(Sangat Beracun) bahan kimia tersebut dilarang untuk di konsumsi,
dihirup, dan kontak dengan tangan. Perlu
menggunakan sarung tangan dan masker juga
berhati-hati menanganinya. Bisa menyebabkan
kematian apabila dosisnya tinggi.

Korosif Bahan kimia dengan label tersebut bisa


mengkorosi metal. Selain itu, menyebabkan iritasi
kulit dan merusak mata. Jika menggunakan bahan
ini penting untuk menggunakan gloves dan masker
serta tambahan safety glasses.

Pengoksidasi Simbol ini memang mirip dengan simbol


‘mudah terbakar’ karena bahan kimia dengan
simbol ini memang mudah terbakar akibat reaksi
oksidasi. Bahan tersebut juga mudah menguap.
Apabila terkena panas dapat menyebabkan
kebakaran.
Mudah Terbakar Simbol tersebut berarti bahan kimia tersebut
mudah terbakar bahkan self-reactive dan self-
heating. Selain itu, bahan kimia tersebut
memungkinkan untuk mengeluarkan gas yang bisa
memicu api. Sehingga perlu dijauhkan dari sumber
api, seperti rokok.
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Mudah meledak Simbol tersebut berarti bahan kimia mudah


meledak dan self-reactive. Selain itu, bahan
tersebut adalah bahan peroksida organik. Yaitu
bahan eksplosif untuk pembuatan senjata dengan
kerusakan yang besar dan sudah digunakan di
Timur Tengah (Turker, 2021, hal. 165).

Atau Ethyl Alcohol merupakan nama dagang dari ethanol. Secara penampilan, ethanol
tidak memiliki warna serta mudah menguap. Ethanol mudah terbakar. Bila terkena mata, segera
bilas dengan air selama minimal 15 menit, lalu cari perhatian medis. Bahan kimia ini tidak boleh
didekatkan dengan panas dan ditutup rapat,

Atau Ammonia Solution berwujud cair, tidak berwarna, dan berbau kuat. Bahan kimia ini
memiliki titik didih 37.7 °C, sehingga berpotensi meledak dan membentuk gas toksik. Dapat
menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan sehingga harus pergi ke tempat berudara segar. Harus
disimpan di wadah aslinya, ditutup secara rapat, dan terhindar dari panas.

Atau Sodium Hydroxide. Ciri fisiknya adalah dalam suhu ruangan berbentuk kristal putih.
NaOH sangat korosif, bisa menyebabkan luka bakar. Bila terkena mata dan kulit segera bilas
dengan air selama 15 menit serta segera mencari pertolongan medis. Bahan ini harus diproses dulu
sebelum bisa dibuang

Atau disebut Propanon berbentuk cair, tidak berwarna, dan memiliki bau yang menyengat.
Mudah terbakar di suhu rendah (di bawah 21oC). Bila tertelan segera minum air putih. Aseton
harus berada di wadah tertutup rapat dan terhindar dari pengaruh kelembaban tertentu dan api.

HCL atau disebut dengan asam klorida adalah zat yang pada suhu kamar berbentuk gas
yang tak berwarna dan berbau tajam. HCL bersifat korosif dan menyebabkan iritasi. Bila terkena
kulit segera lepaskan baju lalu bilas kulit dengan air yang banyak. Hindari kontak langsung
dengan kulit dan jauhkan HCL dari logam.

KOH atau Kalium Hidroksida adalah basa kuat berbentuk kristal putih dan higroskopis.
KOH bisa menyebabkan kulit terbakar parah bahkan kebutaan. Sangat penting untuk
menggunakan pelindung mata dan peralatan keselamatan lainnya. Jika akan mengambil KOH
gunakan sarung tangan.
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Shake water bath adalah alat labolatorium yang digunakan untuk


mencampur zat kimia. Alat ini bisa mengatur kelajuan motor sekaligus
mengatur temperaturnya. Alat ini juga bisa berfungsi sebagai inkubasi
sampel darah.
(Husni, 2017)

Erlenmeyer adalah alat di laboratorium kimia yang terbuat dari


bahan boroksilikat (jenis kaca dengan silika dan boron trioksida).
Fungsinya untuk membantu dalam analisis kuantitatif secara volume.
(Chairunnisa, Cara menggunakannya Erlenmeyer diletakkan di bawah buret sebagai
2015) wadah (Susanti, 2017).

Pipet tetes memiliki ujung yang berbeda ujung yang satu


berbentuk lancip dan ujung satunya merupakan karet. Karet tersebut
membantu cairan masuk dan keluar pipet. Fungsi dari pipet itu sendiri
adalah mengambil sedikit cairan.
(Susanti, 2017)

Hot plate stirrer adalah alat yang mengirimkan panas ke


erlenmeyer sehingga larutan bisa bertambah suhunya dan padatan bisa
mencair.

(Andriani, 2016)

Corong tersebut terbuat dari kaca bentuk ujungnya yang seperti


tube berukuran kecil. Fungsinya membantu saat ingin memasukan bahan
kimia ke dalam wadah yang diameternya kecil.

(Susanti, 2017)

Gelas beaker berfungsi sebagai wadah untuk menampung bahan


kimia dan wadah untuk melarutkan zat padat. Bentuknya silinder dan
beralas datar.
(Hartutik, 2012)
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Berfungsi untuk menimbang massa benda dengan ketelitian yang


tinggi, hingga 4 angka di belakang koma (Susanti, 2017, hal. 22).
Timbangan analitik sensitif terhadap getaran sehingga sebaiknya
ditempatkan di meja beton .
(Susanti, 2017)

Fungsi dari alat ini adalah untuk menimbang padatan seperti


kristal dan bubuk. Selain itu, bisa menjadi tempat penguapan zat cair
dalam jumlah sedikit dan tempat untuk mengeringkan bahan .

(Susanti, 2017)

Tabung reaksi digunakan untuk mereaksikan zat – zat kimia


berbentuk liquid. Selain itu, tabung reaksi juga bisa menjadi wadah
untuk memanaskan larutan.

(Susanti, 2017)

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan tabung reaksi saat


melakukan praktikum. Rak tabung reaksi bisa terbuat dari kayu atau
alumunium seperti pada gambar. Disana terdapat 12 lubang untuk
menyimpan tabung reaksi.
(Susanti, 2017)

Labu ukur ini memiliki fungsi untuk menentukan konsentrasi


dari larutan baru. Kapasitas dari labu ukur bermacam – macam dari 5mL
hingga 5L.

(Susanti, 2017)

Botol leher angsa atau disebut dengan botol semprot. Botol ini
memiliki selang kecil diatasnya sehingga bisa menyemprot aquades
sedikit demi sedikit.
(Susanti, 2017)
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Spektrofotometer digunakan untuk mengukur transmisi sampel


dan disajikan sebagai fungsi panjang gelombang. Contoh
penggunaannya spektrofotometer mengukur seberapa lama kalsinasi
padatan Cu/Ni/γAl2O3 terhadap karakteristik katalis (Rahman, 2013).

(Hartutik, 2012)

Kuvet berfungsi untuk mengukur konsentrasi reagen yang


dibaca spektrofotometer. Terbagi menjadi dua bagian yaitu sisi terang
dan gelap.

(Hartutik, 2012)

Gelas ukur berfungsi untuk mengukur jumlah zat (cairan atau


larutan) yang akan digunakan, dengan tepat. Berbentuk silinder dengan
garis – garis penanda jumlah volume zat.

(Susanti, 2017)

Atau disebut juga dengan fume hood. Berfungsi untuk


menyimpan bahan kimia dengan asam yang tinggi serta mengurangi
potensi penyebaran partikel berbahaya di laboratorium.

(Hartutik, 2012)

Bulb atau disebut juga dengan Rubber Bulb adalah alat yang
membantu zat cair untuk masuk ke dalam pipet ukur atau pipet volume.
Terbagi menjadi 3 bagian yaitu aspirate (mengeluarkan udara), suction
(penyedot cairan), dan exhaust (mengeluarkan cairan).
(Susanti, 2017)

Pipet ukur berfungsi untuk mengukur volume zat cair yang akan
ditambahkan ke zat cair lain. Volume dapat dilihat melalui skala.
(Susanti, 2017)
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Kegunaan pipet volume ini adalah untuk mengambil dan


memindahkan cairan dengan volume tertentu sebagaimana yang tertera
pada batang pipet volume. Ditengah – tengah pipet volume terdapat
cembungan dengan skala volume (Susanti, 2017).
(Susanti, 2017)

Cawan petri adalah wadah bundar yang terbuat dari plastik atau
kaca. Kegunaannya adalah sebagai tempat kita menaruh bahan
mikrobiologi yang akan diteliti (Susanti, 2017).
(Chairunnisa,
2015)

Perangkat gelas labolatorium berbentuk silinder yang memiliki


skalar pengukuran dan bisa meneteskan cairan. Buret digunakan saat
kita ingin mencatat penambahan volume larutan pereaksi.

(Susanti, 2017)

Kertas saring adalah kertas yang digunakan untuk memisahkan


partikel padat dari cairan atau gas. Contoh penggunaannya dalam
bidang medis kertas saring ini bisa memfilter udara di sekitar dan
menjadi media yang membantu pengambilan sampel penyakit infeksi
(Hartutik, 2012) tropis.

pH meter berfungsi untuk mengukur tingkat keasaman (pH)


suatu larutan. Cara kerjanya adalah dengan mencelupkan bagian
elektroda ke larutan yang akan diukur lalu apabila akan berpindah ke
larutan lain harus dicuci dulu dengan aquades lalu dikeringkan dengan
tissue (Susanti, 2017).
(Susanti, 2017)
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Sebelum memasuki lab, praktikan wajib mengetahui dan mempelajari apa yang akan
dikerjakan pada saat praktikum atau penelitian. Praktikan juga wajib mengetahui simbol –
simbol zat – zat kimia berbahaya serta menyiapkat alat – alat pelindung diri (APD). APD akan
digunakan sebelum memasuki laboratorium. APD adalah jas lab, sepatu tertutup, sarung tangan
karet, dan masker (Yang, 2017).
Selama berada di laboratorium ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti posisi
fire extinguishers, kotak P3K, wastafel, serta ventilasi. Tujuannya apabila terjadi kecelakaan
praktikan bisa tanggap melakukan tindakan untuk mengurangi dampak yang lebih besar dan
berbahaya. Ada beberapa hal yang dilarang dilakukan selama berada di laboratorium seperti
merokok, makan, dan minum. Selama bekerja di laboratorium praktikan juga harus berhati –
hati saat berjalan karena zat kimia berpotensi tercecer saat berjalan (Yang, 2017).
Setelah selesai, praktikan wajib membersihkan meja tempat melakukan penelitian dan
membuang limbah sesuai pada tempatnya. Limbah tersebut terbagi menjadi dua yaitu limbah
yang bisa dibuang langsung dan limbah yang harus diproses terlebih dulu sebelum dibuang.
Setelah itu praktikan harus segera mencuci tangan dengan sabun di wastafel. Sebelum keluar
laboratorium praktikan wajib melepas APD, supaya tidak terjadi kontaminasi yang terbawa dari
laboratorium ke lingkungan di luar laboratorium (Yang, 2017).
Berdasarkan data yang didapat oleh Cahyaningrum (2019), penyebab kecelakaan di
laboratorium yang paling banyak terjadi disebabkan oleh kontak dengan panas (83,33%),
dilanjutkan dengan terkena tumpahan bahan kimia dan keluhan pusing dengan presentasi sama
sama 66,66%. Kontak dengan kulit, udara, dan mata memiliki potensi besar karena merupakan
jalan masuk zat kimia ke dalam tubuh. Saat terjadi kecelakaan hal yang pertama dilakukan
adalah menenangkan diri dan tidak panik lalu segera meminta pertolongan kepada rekan atau
jika kontak langsung dengan bahan kimia segera lakukan penanganan yang sesuai seperti jika
terhirup gas beracun maka segera keluar untuk mencari udara segar (Padmaningrum, 2012).
Alat – alat yang digunakan di laboratorium pastinya memiliki penanganan khusus.
Penanganan alat – alat tersebut terbagi menjadi 3 yaitu, kesulitan penanganan tinggi contohnya
pipet ukur, timbangan analitik, dan pipet volume; kesulitan penanganan sedang contohnya pipet
tetes dan bulb; kesulitan penanganan rendah contohnya kertas saring. Perawatan alat – alat
laboratorium berbeda – beda bergantung dengan jenisnya namun, secara garis besarnya adalah
praktikan harus mencuci alat laboratorium baik sebelum atau setelah digunakan, kelengkapan
alat wajib diperiksa sebelum disimpan, setiap alat yang rumit penggunaannya memiliki
instruksinya sendiri yang wajib dibaca sebelum menggunakan alat tersebut (Raharjo, 2017).
NISRINA RIZA SABITHA
225100907111031
O
O8

Ada berbagai macam alat yang ada di dalam laboratorium. Alat- alat tersebut terbagi-
bagi sesuai dengan jenisnya. Ada alat yang untuk mengukur seperti pipet ukur, pipet volume,
pH meter, dan timbangan analitik alat – alat tersebut tidak bisa dipanaskan. Ada alat yang tidak
bisa digunakan untuk mengukur karena skalanya yang hanya sebagai gambaran seperti gelas
beaker, berbeda dengan pipet ukur, beaker bisa dipanaskan. Alat – alat tersebut memiliki
penanganan khusus masing – masing seperti timbangan analitik yang sensitif bahkan terhadap
tekanan udara sehingga hanya boleh dibuka sedikit untuk meletakkan gelas arloji dan ada
spektrofotometer yang harus menggunakan media kuvet sebagai wadah dari sampel (Raharjo,
2017).
Andriani, R. 2016. Pengenalan Alat - Alat Laboratorium Mikrobiologi Untuk Mengatasi
Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi.1.
Dwi, A. 2016. Pengenalan Alat - Alat Keselamatan Laboratorium Mikrobiologi untuk
Mengatasi Keselamatan Kerja dan Keberhasilan Praktikum. Jurnal Mikrobiologi.
Fonsesca, A., Kujiper, E., Kling, K., et al. 2018. Particle release and control of worker exposure
during laboratory-scale synthesis, handling and simulated spills of manufactured
nanomaterials in fume hoods. Journal of Nanoparticle Research. 20(2).
Hartutik. 2012. Metode Analisis Mutu Pakan. Malang: Universitas Brawijaya : UB Press.
Husni, K., Wildian, dan Yusfi, M. 2017. Rancang Bangun Shaking Water Bath Berbasis
Mikrokontroler ATmega16. Jurnal Fisika. 6(1): 9, 12.
Lubis, A. P., dan Zainul, R. 2018. Interaksi Molekuler Amonium Hidroksida. Jurnal Kimia. 1: 1,
14 - 15.
Rahman, L., dan Maharani, D. K. 2013. Kajian Karakterisasi Spektrofotometri Infra Merah dan
Difraksi Sinar X Katalis Oksida Logam Cu/Ni/γ-Al2O3. Jurnal Kimia. 2(3): 109 - 110.
Sardi, A. 2018. GHS : Keselamatan Berbicaran Melalui Simbol. Jurnal Bioscience. 2(1): 6 - 7.
Smit, P. W., Elliot, E., and Mabey, D. 2014. An Overviewof The Clinical Use of Filter Paper in
the Diagnosis of Tropical Diseases. Journal of Tropical Medicine and Hygine.
Subamia, I. D., Wahyuni, I. dan Widiasih, N. N. 2019. Analisis Resiko Bahan Kimia Berbahaya
di Laboratorium Kimia Organik. Jurnal Matematika, Sains, dan Pembelajarannya. 13(1):
58, 60 - 62.
Susanti, Rizki Sindi. 2017. Pengembangan Ensiklopedia Peralatan Laboratorium Kimia
Sebagai Sumber Belajar Siswa SMA Negeri 10 Pontianak. Skripsi. Pontianak : Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
T, A. A., Latief, N., dan Ismail, R. 2021. Pengaruh Pengetahuan K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) Terhadap Kesadaran Berperilaku K3 di Laboratorium Jurusan
Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Makassar. Jurnal Teknik Mesin. 1: 2 - 3.
Türker, L. 2021.. Peroxide Based Organic Explosive. Journal of Chemical Science. 6(2): 165.
Cahyaningruma, D., Sari, H. T., & Iswandari, D. 2019.. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Laboratorium Pendidikan. Jurnal Pengelolaan
Laboratorium Pendidikan. 1(2).
Raharjo, dan Harjanto, S. 2017. Penanganan Alat Dan Bahan Yang Baik Dalam Rangka
Menunjang Kegiatan Di Laboratorium Kimia. Jurnal Kimia. 13(2): 59.
Padmaningrum, R.T. 2012. Keselamatan Kerja Dalam Laboratorium Kimia. Jurnal Pendidikan
Kimia.
Yang, L. 2017. Safety Procedures In Science Laboratory. International Journal of Engineering
and Scientific Research. 5(7): 55 - 57.

Anda mungkin juga menyukai