Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN

PRAKTIKUM KIMIA ANALISA


PENGENALAN ALAT UKUR
(ACARA – 1)

Penyusun :

Nama : Nahdloh Nadhifa Ida


NIM : 02120010
Fakultas / Prodi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal / Plug : Senin, 13 September 2021 / A
Dosen Pembimbing : Yuli Ristiyaningsih, ST., M.Eng

LABORATORIUM KIMIA ANALISA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALISA
PENGENALAN ALAT UKUR
ACARA 1

DISUSUN OLEH :

Nama : Nahdloh Nadhifa Ida


NIM : 02120010
Fakultas / Prodi : Teknik Industri / D3 Teknik Kimia
Hari, Tanggal / Plug : Senin, 13 September 2021 / A
Dosen Pembimbing : Yuli Ristiyaningsih, ST., M.Eng

Disetujui
Dosen Pembimbing

Yuli Ristiyaningsih, ST., M.Eng


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan
karunia-Nya Saya dapat menyelesaikan praktikum dan menyusun laporan
PRAKTIKUM KIMIA ANALISA dengan judul “PENGENALAN ALAT
UKUR” sebagai data hasil pengamatan saya, saya juga menyampaikan terima
kasih kepada :
1. Ibu Yuli Ristiyaningsih, ST.,M.Eng selaku dosen pembimbing pada praktikum
kimia analisa
2. Para asisten laboratorium
3. Kelompok praktikum saya yang telah saling bekerja sama dalam melakukan
praktikum
Laporan ini saya susun untuk memenuhi tugas PRAKTIKUM KIMIA
ANALISA semester satu D3 Teknik Kimia Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Laporan praktikum ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu
atas kerja samanya Saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca dalam rangka menyempurnakan Laporan Praktikum Kimia Analisa
ini. Demikian yang dapat saya tulis, semoga laporan praktikum ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 13 September 2021


Penulis

Nahdloh Nadhifa Ida


PERCOBAAN 1
PENGENALAN ALAT UKUR

I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengenalkan beberapa macam alat sederhana dan penggunaannya. Percobaan ini
sebagai pendahuluan bagi percobaan–percobaan berikutnya.
II. DASAR TEORI
Berikut ini beberapa alat ukur sederhana yang akan dipakai dalam praktikum
antara lain:
1. Tabung reaksi
Terbuat dari gelas. Dapat dipanaskan, dapat dipakai untuk mereaksikan
zat kimia dalam jumlah sedikit. Tabung reaksi adalah peralatan gelas yang terbuat
dari kaca atau plastik, bentuknya kira kira sebesar jari tangan manusia. Tabung
reaksi tersedia dalam berbagai macam ukuran. Namun pada umumnya memiliki
ukuran berdiameter 10-20 dengan panjang 50-200 mm.
Fungsi tabung reaksi adalah untuk mencampur, menampung dan
memanaskan bahanbahan kimia cair atau padat, utamanya untuk uji kualitatif.
Selain berukuran kecil ada juga tabung reaksi yang memiliki ukuran besar. Alat
tersebut dinamakan “Labu didih”.
2. Penjepit
Terbuat dari kayu atau kawat, yang berfungsi untuk memegang tabung
reaksi pada pemanasan.
3. Pengaduk gelas
Berfungsi untuk mengaduk suatu campuran atau larutan zat kimia pada
waktu melakukan reaksi-reaksi kimia. Dipakai juga untuk menolong pada waktu
menuangkan atau mendekantir cairan dalam proses penyaringan. Batang
pengaduk umumnya terbuat dari kaca pejal, borosilikat (pyrex). Ukurannya
hampir sama dengan sedotan minuman, namun sedikit panjang dengan ujung
membulat. Selain untuk mencampur larutan, fungsi batang pengaduk juga untuk
membantu dekantasi larutan, menginduksi kristalisasi dan memecahkan emulsi
pada suatu ekstraksi.
4. Corong
Biasanya terbuat dari gelas yang fungsinya untuk menolong pada waktu
memasukkan cairan ke dalam suatu wadah yang sempit mulutnya, seperti botol,
labu ukur, buret dan sebagainya. Berbentuk kerucut dengan tutup setengah bola
ini biasanya digunakan dalam proses ekstraksi cair, yaaitu proses memisahkan
komponen-komponen fase pelarut dengan densitas yang berbeda. Corong pisah
atau corong pemisah memiliki bagian penyumbat di atasnya dan keran
dibawahnya. Alat lab kimia ini dibuat dari kaca borosilikat. Sedangkan kerannya
terbuat dari teflon ataupun kaca.
5. Pipa bengkok
Terbuat dari gelas yang berfungsi untuk mengalirkan gas ke dalam suatu
wadah tertutup atau ke dalam larutan.
6. Gelas ukur
Dipakai untuk mengukur volume zat kimia dalam bentuk cair,
mempunyai skala dan terdiri dari bermacam-macam ukuran. Dilarang digunakan
untuk mengukur larutan atau pelarut yang panas. Fungsi gelas ukur adalah sebagai
alat untuk mengukur volume larutan, mulai dari volume 10ml hingga 2L. Gelas
ukur berbentuk pipa dan umumnya terbuat dari bahan plastik (polipropilen) yang
dilengkapi dengan bagian bawah yang lebar, sebagai kaki untuk
menjaga kestabilan gelas ukur.
7. Gelas piala
Biasanya dinamakan juga gelas beker, alat ini bukan alat pengukur
(walaupun volume kira-kira), tetapi sebagai tempat larutan dan dapat juga untuk
memanaskan larutan zat kimia. Untuk menguapkan solven / pelarut atau untuk
memekatkan.Gelas yang sering disebut gelas piala dan gelas kimia ini adalah alat
laboratorium yang berfungsi sebagai penampung. Alat berbentuk silinder dengan
alas datar ini, biasa digunakan untuk bahan kimia dengan sifat korosif yang
terbuat dari PPTE, untuk mencegah terjadinya kontaminasi atau hilangnya cairan,
gelas ini biasa dipasangkan dengan gelas arloji sebagai penutup.
Terdapat beberapa ukuran untuk gelas ini, mulai dari 25ml hingga 3 L. Gelas
beker terbuat dari bahan borosilikat atau plastik.
8. Gelas arloji
Terbuat dari gelas untuk tempat menimbang zat yang berbentuk kristal.
Gelas berbentuk bundar dengan beragam diameter ini memiliki beberapa fungsi,
di antaranya:
 Penutup gelas kimia ketika tengah proses pemanasan sampel (penguapan).
 Sebagai tempat untuk mengeringkan padatan dalam desikator
 Sebagai tempat benda yang tengah berada dalam proses pengamatan
 Sebagai tempat untuk menyimpan bahan yang akan ditimbang.
9. Erlenmeyer
Alat ini juga bukan alat pengukur, tetapi sebagai tempat dari zat
yang dititrasi, kadang-kadang boleh juga dipakai untuk memanaskan larutan.
Erlenmeyer adalah jenis labu laboratorium yang banyak digunakan. Alat
berbentuk kerucut dengan leher silinder dan dasar yang datar ini diambil dari
nama “Emil Erlenmeyer”, seorang kimiawan asal Jerman.
Fungsi labu erlenmeyer adalah untuk mencampur, mengukur dan
menyimpan cairan. Umumnya erlenmeyer terbuat dari kaca borosilikat sehingga
tahan ketika dipanaskan. Ukuran labu erlenmeyer bervariasi mulai dari 50 – 500
ml.
10. Labu ukur
Terbuat dari gelas yang mempunyai bermacam-macam ukuran.
Digunakan untuk membuat larutan standar atau larutan tertentu dengan volume
setepat-tepatnya. Sering juga dipakai dalam pengenceran sampai volume tertentu.
Dilarang digunakan untuk mengukur larutan atau pelarut yang panas.
Labu ukur (Volumetric Flask) atau labu takar adalah alat kimia, yang digunakan
untuk mengencerkan larutan hingga mencapai volume tertentu. Alat yang terbuat
dari kaca berbentuk labu ini juga bisa digunakan untuk menyisakan larutan kimia
analitik dengan konsentrasi dan jumlah yang berakurasi tinggi.
Keakuratan yang tinggi ini dikarenakan oleh bagian lehernya yang
terdapat sebuah lingkaran gradasi, volume, toleransi, suhu kalibrasi dan kelas
gelas. Pada lehernya juga terdapat tanda batas yang menunjukkan ukuran volume,
mulai 1ml hingga 2 L. Umumnya, labu ukur ini berwarna transparan, sehingga
sangat memudahkan pemantauan. Namun, ada pula yang berwarna gelap serta
dilengkapi dengan penutup yang tahan terhadap bahan dan reaksi kimia, seperti
bahan polietilen.
11. Pipet
a. Pipet gondok
Di bagian tengah dari pipet ini ada bagian yang membesar atau gondok.
Ujungnya runcing. Digunakan untuk mengambil larutan dengan volume tertentu
dengan tepat. Alat ini lebih tepat dari gelas ukur.ukurannya juga
bermacammacam.
Pipet gondok atau pipet volume. Berbeda dengan pipet tetes, pipet volume
memiliki ukuran yang lebih besar sehingga mampu memindahkan cairan dari
wadah ke wadah.
Peralatan laboratorium ini merupakan alat ukur kuantitatif dengan tingkat
ketelitian tinggi. Pipet volume memiliki bagian menggelembung ditengahnya
yang berfungsi untuk mengambil larutan dengan volume yang tepat dan sesuai
dengan label yang tertera pada bagian yang menggelembung tersebut.
b. Pipet ukur
Beda dengan pipet gondok, tempat ini semua bagiannya sama. Mempunyai
ukuran yang berbeda, dan mempunyai skala. Digunakan untuk mengambil larutan
dengan volume tertentu.. Fungsi Pipet ukur adalah untuk memindahkan larutan
secara terukur sesuai dengan volume. Pada pipet ini juga terdapat skala yang
menunjukan volume tersebut. Ukuran volume terbesat pipet ukur sendiri adalah
50ml.
c. Pipet Pasteur (pipet tetes)
Digunakan untuk mengambil larutan dalam jumlah kecil dan untuk
memindahkan volume cairan yang telah terukur. Alat ini terdiri dari beberapa
jenis dengan bentuk, fungsi, dan tingkat ketelitian yang berbeda. Macam-macam
pipet diantaranya yaitu : pipet tetes, pipet ukur, dan pipet volume.
12. Buret
Terbuat dari gelas, mempunyai skala dank ran. Digunakan untuk melakukan
titrasi.
Zat yang dipakai untuk menitrasi ditempatkan dalam buret, dan dikeluarkan
sedikit demi sedikit melalui kran. Volume dari zat yang dipakai dapat dilihat pada
skala. Alat dengan bentuk silindris memanjang ini biasanya digunakan untuk
titrasi dengan presisi tinggi, atau bisa juga untuk mengukur volume suatu larutan.
Alat yang dilengkapi dengan skala pada sisi luarnya ini memang dirancang
dengan ketelitian yang sangat tinggi, sehingga cocok digunakan untuk keperluan
analisis volumetrik kuantitatif.
III. ALAT DAN BAHAN
Alat :
- Tabung reaksi
- Labu ukur
- Buret, statif, dan klem
- Penjepit
- Pipet gondok
- Labu erlenmeyer
- Pemanas spiritus
- Pipet tetes
- Gelas ukur 10 ml
- Gelas Beaker

Bahan :
- Larutan NH4Cl
- Larutan HCl 0,1 N
- Larutan NaOH
- Larutan NaOH 0,1 N
- Kertas lakmus dua warna
- Indikator phenolphtalein (pp)
- Pb asetat
- Kertas saring
- H2SO4 pekat
IV. CARA KERJA
1. Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas Serta Pengenalan Kertas Lakmus

Mengambil dan Mengamati perubahan


N memasukkan NH4Cl warna kertas lakmus

Menaruh kertas lakmus


Menambahkan NaOH di mulut tabung reaksi

Memegang tabung reaksi Mengibas-ngibaskan


dengan penjepit tangan untuk membau

Memanaskan sambil Memastikan zat tidak


digoyang-goyangkan keluar tabung reaksi

Langkah kerja :
a. Mengambil NH4Cl dan NaOH masing-masing 5 ml, masukkan kedalam tabung
reaksi
b. Memegang tabung reaksi dengan penjepit dan panaskan diatas pemanas spiritus
sambil digoyangkan
c. Mengangkat tabung saat mulai mendidih dan mencium bau gas dengan cara
mengipaskan tangan dari mulut tabung kearah muka
d. Meletakkan kertas lakmus dimulut tabung reaksi dan mencatat perubahan
warna serta gas yang tercium
2. Pengenceran dengan Labu Ukur

Mengambil HCl
menggunakan pipet
gondok

Memasukkan HCl
kedalam labu ukur

Menambahkan
aquadest hingga tanda
batas

Mengocok labu ukur


agar larutan homogen

Langkah kerja :
a. Mengambil 5 ml HCl pekat menggunakan pipet gondok
b. Masukkan kedalam labu ukur 100 ml
c. Menambahkan aquadest hingga tanda batas
d. Mengocok labu ukur agar larutan homogen
3. Titrasi

Mengisi buret
Mencuci buret dengan
NaOH 0,1 N
sampai skala

Menambahkan 3 Memasukkan 5ml


tetes indikator HCl ke
phenolphtalein dalam erlenmeyer

Membuka kran Meneteskan titran


buret ke
Erlenmeyer
perlahan

Mengamati Menggoyang-
perubahan goyangkan
warna erlenmeyer

Mengulangi
sampai 3 kali
percobaan
Langkah kerja :
a. Mencuci buret dengan larutan pencuci dan bilas dengan larutan standar yang
akan dipakai yaitu NaOH 0,1 N
b. Mengisi buret dengan larutan standar sampai skala 0
C. Pakailah pipet gondok untuk mengambil 5 ml HCl 0,1 N yang sudah dibuat
dari pengenceran tadi. Masukkan HCl ini ke dalam erlenmeyer lalu tambahkan 3
tetes indikator phenolphtalein (PP).
d. Buka kran buret, teteskan pelan-pelan titran ke dalam erlenmeyer. Erlenmeyer
ini harus di goyang-goyang perlahan-lahan. Titrasi dihentikan ketika penambahan
tetesan NaOH memberikan warna merah sangat muda yang tidak hilang pada
larutan standar yang dipakai dengan melihat cairan dalam buret.
e. Ulangi titrasi sampai 3x. Hitung berapa normalitas larutan yang dititrasi.

4. Pengenceran H2SO4 Pekat

Memasukkan ke
Mengambil 10ml dalam tabung reaksi
aquades

Mengambil 3ml Memasukkan


H2SO4 pekat termometer dan catat
suhu

Menuang H2SO4 ke dalam Memperhatikan perubahan


tabung reaksi tadi panasdi tabung reaksi
Langkah kerja :
a. Mengambil 10 ml aquadest dan masukkan ke tabung reaksi
b. Mengukur suhu awal aquadest dalam tabung reaksi
c. Menambahkan 3 ml H2SO4 pekat
d. Mengukur perubahan suhu setelah ditambah 3 ml H2SO4 pekat dan catat
perubahannya
5. Penyaringan PbSO4

Memasukkan 5ml PbSO4 ke


tabung reaksi

Tambahkan H2SO4 hasil


pengenceran tadi

Mengamati dan mencatat


warna dari endapan

Melipat dan memasukkan


kertas saring ke corong

Memasang corong tadi di atas aliran air

Menuangkan larutan ke
dalam corong
Langkah kerja :
a. Mengambil 5 ml Pb asetat dan menambahkan H2SO4 hasil pengenceran dalam
tabung reaksi
b. Mengamati endapan yang terbentuk dari reaksi H2SO4 dan Pb asetat\
c. Melipat kertas saring menjadi 4 bagian dan memasukkan ke corong dan
membasahi dengan aquadest agar menempel
d. Memasangkan corong pada mulut Erlenmeyer
e. Menuangkan larutan yang akan disaring kedalam corong yang berisi kertas
saring. Penuangan dibantu dengan gelas pengaduk dengan cara memegang tepat di
mulut tabung supaya tidak ada cairan yang jatuh diluar kertas saring
f. Amati residu pada kertas saring

V. DATA PERCOBAAN
1. Pembuatan dan Pengenalan Suatu Gas Serta Pengenalan Pemakaian
Kertas Lakmus
Percobaan Pengamatan Identifikasi dengan
Kertas Lakmus
Pemanasan campuran Setelah pemanasan dalam a. Test lakmus merah
larutan NH4Cl dan larutan ada gelembung berubah warna menjadi
NaOH dan bau menyengat biru
b. Test lakmus biru warna
tetap biru

Persamaan reaksi : NH4Cl + NaOH NH3 + NaCl + H2O


Kesimpulan : larutan NH4Cl dan NaOH sebelum dipanaskan tidak ada bau
meskipun larutan tersebut sudah dicampurkan. Namun saat dipanaskan
menimbulkan bau menyengat. Ketika diuji dengan kertas lakmus merah berubah
warna menjadi biru, disimpulkan bahwa larutan NaOH dan NH4Cl bersifat basa.
2. Pengenceran Larutan dengan Labu Takar

Volume dan Normalitas HCl Mula- Volume dan Normalitas HCl yang
mula dibuat
Volume : 5 ml Volume : 100 ml
Normalitas : 2 N Normalitas : 0,1 N

*perhitungan terlampir

3. Titrasi
a. Larutan dalam Erlenmeyer (HCl)
Volume = 25 ml
Normalitas = 0,1 N
Indikator PP = 3 tetes
b. Larutan Standar NaOH dalam Buret
Nor,alitas = 0,1 N
c. Pembacaan Buret
Percobaan Skala Awal Skala Akhir Volume NaOH
(ml)
Titrasi 1 0 27,5 27,5
Titrasi 2 0 27 27
Titrasi 3 0 27,8 27,8
Volume NaOH rata-rata 27,43

Persamaan reaksi : NaOH + HCl -> NaCl + H2O


*perhitungan terlampir
4. Pengenceran Asam Sulfat Pekat
Uraian : terjadi reaksi antara aquadest dan H 2SO4, larutan menjadi panas. Suhu
awal aquadest = 290C namun setelah ditambah H2SO4 Pekat, diperoleh suhu akhir
= 650C.
Suhu Aquadest Awal Suhu Setelah Ditambah H2SO4 Pekat
290C 650C

5. Penyaringan
Uraian : Penyaringan H2SO4 encer yang ditambah Pb asetat menggunakan kertas
saring yang dilipat kemudian dilekatkan pada corong menggunakan sedikit
aquadest, didapatkan endapan berwarna putih.
Persamaan reaksi : Pb(CH3COO)2 + H2SO4 -> PbSO4 + 2CH3COOH.
VII. PEMBAHASAN
Praktikum pengenalan alat ukur sangat penting, karena untuk
mengenalkan dan memberi tahu fungsi serta cara penggunaan alat ukur tersebut.
Tanpa adanya pengenalan alat ukur, praktikan akan kebingungan alat ukur yang
mana yang tepat untuk digunakan dalam praktikum. Hal ini akan berakibat pada
keakuratan data dan perhitungan yang diperoleh sesudah prakatikum, bahkan
dapat terjadi kecelakan selama praktikum.
Percobaan pertama adalah pengenalan dan pembuatan gas serta
pengenalan kertas lakmus. Percobaan ini menggunakan larutan NH4CL dan
NaOH, yang bereaksi menghasilkan gas NH3 yang mempunyai bau menyengat.
Larutan NH4CL dan NaOH direaksikan dalam tabung reaksi. Kemudian tabung
reaksi dipanaskan diatas pembakar spiritus menggunakan penjepit tabung reaksi
sambil digoyangkan. Kertas lakmus diletakkan di mulut tabung reaksi untuk
menentukan sifat keasaman dari gas yang terbentuk selama proses pemanasan
berlangsung. Hasil yang diperoleh kertas lakmus merah berubah menjadi biru,
sedangkan kertas lakmus biru tetap biru. Dapat disimpulkan larutan setelah reaksi
bersifat basa.
Dengan reaksi : NH4CL + NaOH → NH3+ + NaCL +H2O
Percobaan kedua adalah pengenceran larutan HCL dengan labu ukur
. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi yang lebih
rendah. Larutan HCL yang akan dibuat dengan konsentrasi 0,1 N sebanyak 100
ml dari larutan HCL 0,1 N. Larutan yang dibutuhkan 5 ml HCL 2 N,
memasukkan kedalam labu ukur menggunakan pipet ukur, kemudian
ditambahkan aquadest hingga batas tanda. Setelah itu ditutup lalu digoyangkan
agar larutan homogen.
Percobaan ketiga adalah titrasi. Titrasi merupakan metode analisa secara
kuantitatif yang digunakan untuk menentukan konsentrasi suatu larutan. Titrasi
menggunakan buret yang diisi NaOH 0,1 N dengan HCL hasil pengenceran dalam
Erlenmeyer. Sebelum titrasi dilakukan penambahan indicator PP sebanyak 2 tetes
untuk mengetahui titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi tercapai bila terjadi
perubahan warna larutan dari bening menjadi merah muda (pink). Catat dan
hitung volume NaOH yang digunakan. Didapat hasil volume NaOH rata-rata
27,43 ml dan konsentrasi HCL sebesar 0,10972 N/0,1 N dari tiga kali
pengulangan titrasi, dengan reaksi : NaOH + HCL → NaCL +H2O
Percobaan keempat adalah pengenceran asam sulfat pekat (H2SO4).
H2SO4 termasuk dalam jenis asam kuat. Berdasrkan hasil, 10 ml aquadest
dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan suhu awalnya sebesar 29℃, kemudian
ditambahkan 3ml H2SO4 pekat ke tabung reaksi, suhunya berubah menjadi 65℃.
Aquadest dimasukkan lebih dahulu karena reaksi yang dihasilkan melepas panas,
bila aquadest ditambahkan diakhir, aquadest akan seketika mendidih dan
menyebabkan asam kuat memercik. Termasuk reaksi eksoterm, karena melepas
panas saat reaksi berlangsung. Dengan reaksi : H2SO4 + H2O → H3O+ + HSO4-
Percobaan kelima adalah penyaringan dengan mengambil Pb asetat
sebanyak 5ml dan H2SO4 kedalam gelas beker. Kemudian menuang larutan
tersebut kedalam kertas saring yang menempel pada corong, agar mudah
menempel basahi kertas saring dengan sedikit aquadest. Amati residu pada kertas
saring, berdasarkan hasil percobaan H2SO4 encer ditambah Pb asetat terjadi
endapan berwarna putih.

VIII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Mengetahui peralatan, fungsi, dan cara penggunan alat-alat di laboratorium
sangat penting dalam mencegah resiko yang bisa timbul saat praktikum dan
keakuratan data hasil praktikum
2. Campuran larutan NH4Cl dan NaOH setelah dipanaskan akan menimbulkan bau
menyengat dan terdapat gelembung, termasuk larutan bersifat basa berdasarkan
uji kertas lakmus
3. Normalitas HCl yang dibuat pada volume 5 ml menjadi 100 ml adalah 0,1 N
4. Normalitas HCI pada percobaan titrasi adalah 0,10972 N/0,1 N dan volume
rata-rata NaOH adalah 27,43 ml
5. Larutan Pb asetat yang dicampur dengan H2SO4 encer menghasilkan endapan
berwarna putih
IX. DAFTAR PUSTAKA

1. https://salamadian.com/alat-alat-laboratorium-kimia-biolog
2. Petunjuk
Praktikum Kimia Dasar II,1988. Laboratorium Kimia Dasar, FMIPA,
UGM, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai