Anda di halaman 1dari 12

IMAN & TAKWA

DI BULAN
RAMADHAN
BERIBADAH KARENA IMAN DAN MENGHARAP PAHALA

Jama’ah ingkang mugi pikantuk rahmatipun ALLOH.


Kewajiban Puasa Ramadhan
ALLOH telah berfirman:

‫ين ِم ْن قا ْبلِ ُك ْم‬


‫ا‬
ِ َّ‫الصيام اكما ُكتِب اعلاى ال‬
‫ذ‬ ‫ُ اُ ا ا‬
ِِّ ‫َي أايُّ اها الَّ ِذين آمنُوا ُكتِب اعلاْي ُكم‬
‫ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬
‫لا اعلَّ ُك ْم تا تَّ ُقو ان‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183)

ALLOH telah berfirman:

‫ين ِم ْن قا ْبلِ ُك ْم‬


‫ا‬
ِ َّ‫الصيام اكما ُكتِب اعلاى ال‬
‫ذ‬ ‫ُ اُ ا ا‬
ِِّ ‫َي أايُّ اها الَّ ِذين آمنُوا ُكتِب اعلاْي ُكم‬
‫ا‬ ‫ا ا‬ ‫ا‬
‫لا اعلَّ ُك ْم تا تَّ ُقو ان‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kamu
bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183)

Puasa Ramadhan
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫س ااًب غُِف ار لاهُ اما تا اق َّد ام ِم ْن اذنْبِ ِه‬ِ‫احت‬ ِ ‫ام ارام ا‬


‫ضا ان إميا ااًن او ْ ا‬ ‫صا‬ ‫ام ْن ا‬
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan
mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)
Qiyam Ramadhan (shalat Tarawih)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫س ااًب غُِف ار لاهُ اما تا اق َّد ام ِم ْن اذنْبِ ِه‬ِ‫احت‬


‫ضا ان إ ا ا‬
ْ ‫و‬ ‫اًن‬
‫ا‬ ‫مي‬
‫ا‬ ِ ‫ام ارام ا‬
‫ام ْن قا ا‬
“Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan
mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR.
Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)

Menghidupkan shalat malam pada Lailatul Qadar


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫س ااًب غُِف ار لاهُ اما تا اق َّد ام ِم ْن ذانْبِ ِه‬ِ‫احت‬


ْ ‫اًن‬
‫ا‬ ‫مي‬
‫ا‬ ِ
‫ام لاْي لاةا الْ اق ْد ِر إ ا ا‬
‫و‬ ‫ام ْن قا ا‬
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan
mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan
diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)

BERPUASA ATAS DASAR IMAN

Yang dimaksud berpuasa atas dasar iman yaitu berpuasa karena


meyakini akan kewajiban puasa. Sedangkan yang dimaksud ihtisab
adalah mengharap pahala dari Allah Ta’ala. (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

Al Khottobi berkata, “Yang dimaksud ihtisab adalah terkait niat yaitu


berpuasa dengan niat untuk mengharap balasan baik dari Allah. Jika
seseorang berniat demikian, ia tidak akan merasa berat dan tidak akan
merasa lama ketika menjalani puasa.” (Lihat Fathul Bari, 4: 115).

firman Allâh Azza wa Jalla :


ۖ ً‫اِلًا ِم ْن ذَ َك ٍر أ َْو أُنْثَ ٰى َوُه َو ُم ْؤِم ٌن فَلَنُ ْحيِيَ نَّهُ َحيَاةً طَيِبَة‬ِ ‫من ع ِمل ص‬
َ َ َ َْ
ْ ‫َجَرُه ْم ِِب‬
‫َح َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُو َن‬ ُ ‫َولَنَ ْج ِزيَن‬
ْ ‫َّه ْم أ‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami
berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.” [QS. An-Nahl [16]: 97]

PENGERTIAN IMAN

Para ulama mendefinisikan iman sebagai:

‫ان‬ ِ ‫ان وإِقْ رار ًِبللِِّس‬


ِ ‫ان و اعمل ًِب ْلوا ِر ِح و ْالاراك‬ ِ ‫ا ِْل ْمياا ُن ا ْعتِ اقاد ًِب ْلنا‬
ْ ‫اا ا‬ ‫ا ا ا‬ ‫ا ا ا‬
Iman adalah keyakinan hati, ikrar di lisan, dan amal anggota badan dan
perbuatan.
Imam Ahmad berkata,

‫الميان قول وعمل يزيد وينقص‬


“Iman adalah perkataan dan amalan, bisa bertambah dan berkurang.”
(Diriwayatkan oleh anaknya ‘Abdullah dalam kitab As Sunnah, 1: 207)

RUKUN IMAN
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,
ِ‫ وتُؤِمن ِِبلْ َق َد ِر خ ِْيه‬،‫ْاْل ِخ ِر‬
َْ َ َْ ‫ َوالْيَ ْوِم‬،‫ َوُر ُسلِ ِه‬،‫ َوُكتُبِ ِه‬،‫ َوَم ََلئِ َكتِ ِه‬،ِ‫أَ ْن تُ ْؤِم َن ِِبهلل‬
ِ‫و َش ِره‬
َ
“Engkau beriman kepada (1) Allah, (2) malaikat-Nya, (3) kitab-kitabNya, (4)
para Rasul-Nya, (5) hari akhir, dan beriman kepada (6) takdir, baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk.” (HR. Muslim no. 8)
PUASA SEBAB UTAMA MENGGAPAI TAKWA
Dalam bahasan sebelumnya telah dibahas mengenai puasa umat sebelum
Islam. Sekarang akan kita tinjau lagi ayat yang sama bahwa puasa adalah
sebab utama untuk menggapai takwa. Mengapa demikian?

Allah Ta’ala berfirman,


‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم‬
َ
ِ َّ‫الصيام َكما ُكتِب علَى ال‬
‫ذ‬ َ َ َ َُ ُ َْ َ
ِ ‫َي أَيُّها الَّ ِذين آَمنُوا ُكتِب علَي ُكم‬
َ َ َ َ
‫تَتَّ ُقو َن‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183).

Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di menerangkan bahwa ada


beberapa alasan ibadah puasa jadi sebab utama menggapai takwa:

1- Yang meliputi takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan


apa yang Allah haramkan saat itu yaitu makan, minum, hubungan intim
sesama pasangan dan semacamnya. Padahal jiwa begitu terdorong untuk
menikmatinya. Namun semua itu ditinggalkan karena ingin mendekatkan diri
pada Allah dan mengharap pahala dari-Nya. Inilah yang disebut takwa.

2- Begitu pula orang yang berpuasa melatih dirinya untuk semakin dekat
pada Allah. Ia mengekang hawa nafsunya padahal ia bisa saja menikmati
kenikmatan yang ada. Ia tinggalkan itu semua karena ia tahu bahwa Allah
selalu mengawasinya.

3- Begitu pula puasa semakin mengekang jalannya setan dalam saluran


darah. Karena setan itu merasuki manusia pada saluran darahnya. Ketika
puasa, saluran setan tersebut menyempit. Maksiatnya pun akhirnya
berkurang.

4- Orang yang berpuasa umumnya semakin giat melakukan ketaatan, itulah


umumnya yang terjadi. Ketaatan itu termasuk takwa.

5- Begitu pula ketika puasa, orang yang kaya akan merasakan lapar
sebagaimana yang dirasakan fakir miskin. Ini pun bagian dari takwa.
PENGERTIAN TAKWA
Takwa sebagaimana kata Tholq bin Habib rahimahullah,
ِ ‫اَّللِ وأَ ْن تَْْت َك مع‬
َ‫صيَة‬ َّ ‫ة‬
َ ‫ْح‬
ْ ‫ر‬ ‫و‬‫ج‬‫ر‬ ‫ت‬
َ ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ن‬ ِ ‫اَّللِ علَى نُوٍر‬
‫م‬ َّ ِ ‫ أَ ْن تَعمل بِطَاع‬: ‫التَّ ْقوى‬
‫ة‬
َْ ُ َ َ َ ُ ْ ْ َ َ َ َْ َ
ِ‫اَّلل‬
َّ ‫اب‬ ‫ذ‬ ‫ع‬ ‫اف‬ ‫َت‬ ِ
‫اَّلل‬ ‫ن‬ ِ ٍ ِ
َ
َ َ َ َ َ َّ ْ ُ َ ‫اَّلل‬
‫م‬ ‫ر‬ ‫و‬‫ن‬ ‫ى‬‫ل‬
َ ‫ع‬ َّ
“Takwa adalah engkau melakukan ketaatan pada Allah atas petunjuk dari
Allah dan mengharap rahmat Allah. Takwa juga adalah engkau
meninggalkan maksiat yang Allah haramkan atas petunjuk dari-Nya dan atas
dasar takut pada-Nya.” (Lihat Majmu’atul Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7:
163 dan Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam karya Ibnu Rajab Al Hambali, 1: 400).

Kata Ibnu Rajab Al Hambali,

.‫العبد ما يُتَّقى مث يتقي‬


ُ ‫ أ ْن يعلم‬: ‫أصل التقوى‬
ُ ‫و‬
“Takwa asalnya adalah seseorang mengetahui apa yang mesti ia hindari lalu
ia tinggalkan.”

Ma’ruf Al Karkhi berkata,

ٌ‫لقيتك امرأة‬
َ ‫سن تتقي‬
ُ ‫كنت ال ُُت‬
َ ‫ وإذا‬، ‫أكلت الرِب‬
َ ‫سن تتقي‬
ُ ‫كنت ال ُُت‬
َ ‫إذا‬
‫ض بصرك‬ َّ ُ‫فلم تَغ‬
“Jika engkau tidak baik dalam takwa, maka pasti engkau akan terjerumus
dalam memakan riba. Kalau engkau tidak hati-hati dalam takwa, maka pasti
engkau akan memandang seorang wanita lantas pandanganmu tidak kau
tundukkan.” (Lihat Jaami’ ‘Ulum wal Hikam, 1: 402).
Semoga bermanfaat.

BERTAMBAH IMAN DENGAN AL-QUR’AN

Allah Ta’ala berfirman,


ِ ِ ِ ِ ِ ِ َّ ِ
‫آَيتُ ُه‬ ‫م‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬
‫ا اْ ْ ا‬‫ا‬‫ل‬‫ع‬ ‫ت‬
ْ ‫ي‬ ‫ل‬‫ت‬
ُ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫ا‬ ‫إ‬‫و‬ ‫م‬
‫ُْ ا‬‫وُب‬
ُ ‫ل‬
ُ ‫ق‬
ُ ‫ت‬
ْ ‫ل‬
‫ا‬ ‫ج‬ ‫و‬ ‫اّلل‬
ِّ
‫ا ُا‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ُ‫ذ‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
‫ا‬ ‫إ‬ ‫ين‬
‫ا‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫ا‬ ‫و‬ ُ ‫إِ ََّّناا ال ُْم ْؤ‬
‫ن‬ ‫م‬
‫اد ْْتُ ْم إِميااًنا او اعلاى ارُِّبِِ ْم ياتا اوَّكلُو ان‬
‫از ا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang
apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka
karenanya dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakkal.” (QS.
Al-Anfal: 2).

BULAN RAMADHAN, BULAN AL QUR’AN


Dalam shahihain, dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

‫ضا َن‬ َ ‫َج َو ُد َما يَ ُكو ُن ِِف َرَم‬ ِ ‫َج َوَد الن‬
ْ ‫ َوأ‬، ‫َّاس‬ ْ ‫َِّب – صلى هللا عليه وسلم – أ‬ ُّ ِ‫َكا َن الن‬
‫السَلَ ُم – يَ ْل َقاهُ ِِف ُك ِل لَْي لَ ٍة ِم ْن‬ ِ
‫ه‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ع‬ – ‫يل‬ِ
‫ْب‬ ِ
‫ج‬ ‫ن‬ ‫ا‬ ‫ك‬‫و‬ ِ ِ ِ
َ
َّ ْ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ ََُ َ ،
، ‫يل‬ ‫ْب‬ ‫ج‬ ‫اه‬ ‫ق‬ ‫ل‬
ْ ‫ي‬ ‫ني‬ ‫ح‬
‫َج َو ُد ِِب ْْلَِْْي‬‫أ‬ – ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صلى‬ – ِ‫اَّلل‬
َّ ‫ول‬ُ ‫ فَيُ َدا ِر ُسهُ الْ ُق ْرآ َن فَلََر ُس‬، ‫ضا َن‬
ْ َ ‫َرَم‬
‫يح الْ ُم ْر َسلَ ِة‬ ِ ‫ِم َن‬
ِ ‫الر‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling gemar memberi.
Semangat beliau dalam memberi lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan
tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui beliau setiap malamnya di
bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al Qur’an kala itu. Dan Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan
kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari no. 3554 dan Muslim no.
2307).

Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah berkata, “Hadits di atas menunjukkan


bahwa dianjurkan bagi kaum muslimin untuk banyak mengkaji Al Qur’an
pada bulan Ramadhan dan berkumpul untuk mempelajarinya. Hafalan Al
Qur’an pun bisa disetorkan pada orang yang lebih hafal darinya. Dalil
tersebut juga menunjukkan dianjurkan banyak melakukan tilawah Al Qur’an
di bulan Ramadhan.” (Lathoiful Ma’arif, hal. 302).

Ibnu ‘Abbas berkata bahwa Al Qur’an itu turun sekali sekaligus di Lauhul
Mahfuzh di Baitul ‘Izzah pada malam Lailatul Qadar.
Yang membenarkan perkataan Ibnu ‘Abbas dalah firman Allah Ta’ala di ayat
lainnya,
‫إِ ََّّن أَنْ َزلْنَاهُ ِِف لَْي لَ ِة الْ َق ْد ِر‬
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam
kemuliaan” (QS. Al Qadar: 1).

‫إِ ََّّن أَنْ َزلْنَاهُ ِِف لَْي لَ ٍة ُمبَ َارَك ٍة‬


“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi.”
(QS. Ad Dukhon: 3).

Di antara alasan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan Al Qur’an yaitu


dibuktikan dengan bacaan ayat Al Qur’an yang begitu banyak dibaca di
shalat malam bulan Ramadhan dibanding bulan lainnya. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah shalat bersama Hudzaifah di malam Ramadhan, lalu
beliau membaca surat Al Baqarah, surat An Nisa’ dan surat Ali ‘Imron. Jika
ada ayat yang berisi ancaman neraka, maka beliau berhenti dan meminta
perlindungan pada Allah dari neraka.

Begitu pula ‘Umar bin Khottob pernah memerintahkan kepada Ubay bin
Ka’ab dan Tamim Ad Daari untuk mengimami shalat tarawih. Dahulu imam
shalat tersebut membaca 200 ayat dalam satu raka’at. Sampai-sampai ada
jama’ah yang berpegang pada tongkat karena saking lama berdirinya. Dan
shalat pun selesai dikerjakan menjelang fajar. Di masa tabi’in yang terjadi,
surat Al Baqarah dibaca tuntas dalam 8 raka’at. Jika dibaca dalam 12 raka’at,
maka berarti shalatnya tersebut semakin diperingan. Lihat Lathoiful Ma’arif,
hal. 303.

Al Quran adalah Sebab Hidayah


Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di berkata, “Bulan Ramadhan
terdapat karunia yang besar. Karunia tersebut adalah dengan diturunkannya
karunia Al Qur’an yang mulia. Di dalamnya terdapat hidayah untuk maslahat
dunia dan akhirat. Al Quran juga menjelaskan kebenaran dengan penjelasan
yang sejelas-jelasnya. Al Quran juga menerangkan manakah yang benar dan
batil, manakah petunjuk dan manakah kesesatan, manakah orang yang akan
bahagia dan akan sengsara.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 86).
KEUTAMAAN MEMBACA ALQURAN

Berikut ini akan kami sebutkan keutamaan membaca Alquran:


1. Sebaik-baik manusia adalah orang yang belajar Alquran dan
mengajarkannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َخ ْ ُْيُك ْم َم ْن تَ َعلَّ َم الْ ُق ْرآ َن َو َعلَّ َمه‬


“Sebaik-baik kamu adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari)

2. Orang yang mahir membaca Alquran akan bersama para malaikat


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫الس َفَرةِ الْ ِكَرِام الََْْبَرةِ َوالَّ ِذي يَ ْقَرأُ الْ ُق ْرآ َن َويَتَ تَ ْعتَ ُع فِ ِيه َوُه َو َعلَْي ِه‬ ِ ‫اهر ِِبلْ ُقر‬
َّ ‫آن َم َع‬ ْ ُ َ
ِ ‫الْم‬
‫َجَر ِان‬ ٌّ ‫َش‬
ْ ‫اق لَهُ أ‬
“Orang yang lancar membaca Alquran akan bersama malaikat utusan yang mulia
lagi berbakti, sedangkan orang yang membaca Alquran dengan tersendat-sendat
lagi berat, maka ia akan mendapatkan dua pahala.” (HR. Muslim)

3. Alquran akan memberi syafaat kepada pembacanya


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َص َحابِِه‬
‫ِل‬ِ ‫اقْ رءوا الْ ُقرآ َن فَِإنَّه َيِِْت ي وم الْ ِقيام ِة َش ِفيعا‬
ْ ً َ َ َ َْ َ ُ ْ َُ
“Bacalah Alquran, karena ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat
kepada pembacanya.” (HR. Muslim)

4. Membaca satu huruf Alquran akan memperoleh sepuluh kebaikan


Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ف‬ ُ ُ‫اِلَ َسنَةُ بِ َع ْش ِر أ َْمثَ ِاِلَا َال أَق‬


ٌ ‫ول امل َح ْر‬ ْ ‫اَّللِ فَلَهُ بِِه َح َسنَةٌ َو‬
َّ ‫اب‬ِ َ‫من قَرأَ حرفًا ِمن كِت‬
ْ َْ َ ْ َ
‫ف‬ ٌ ‫ف َوِم ٌيم َح ْر‬ٌ ‫ف َوَال ٌم َح ْر‬
ٌ ‫ف َح ْر‬ ِ‫ولَ ِكن أَل‬
ٌ ْ َ
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka ia akan
mendapatkan satu kebaikan dengan huruf itu, dan satu kebaikan akan
dilipatgandakan menjadi sepuluh. Aku tidaklah mengatakan Alif Laam Miim itu
satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan Mim satu huruf.” (HR.
Tirmidzi)

5. Orang yang membaca Alquran diibaratkan seperti buah utrujjah yang


luarnya wangi dan dalamnya manis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ب َوَمثَ ُل‬ ِ
‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫م‬ ‫ع‬‫ط‬
َ ‫و‬ ‫ب‬ ِ
‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫حي‬ِ
‫ر‬ ِ ‫مثَل الْم ْؤِم ِن الَّ ِذي ي ْقرأُ الْ ُقرآ َن َكمثَ ِل ْاِلُتْر َّج‬
‫ة‬
ٌ َ ُ ْ َ ٌ َُ ُ َ ْ ََ ُ ُ َ
‫يح َِلَا َوطَ ْع ُم َها ُح ْل ٌو َوَمثَ ُل الْ ُمنَافِ ِق‬
َ ِ
‫ر‬ ‫ال‬َ ِ‫الْم ْؤِم ِن الَّ ِذي َال يَ ْقرأُ الْ ُق ْرآ َن َكمثَ ِل الت َّْمرة‬
َ َ َ ُ
‫ب َوطَ ْع ُم َها ُمٌّر َوَمثَ ُل الْ ُمنَافِ ِق الَّ ِذي َال‬ ٌ ِ
‫ي‬َ‫ط‬ ‫ا‬ ‫ه‬‫حي‬ ِ
‫ر‬ َِ‫الرْحيان‬
‫ة‬
َُ َ ُ َ ْ َ َ َّ ‫ل‬ ‫ث‬
َ ‫م‬ ‫ن‬
َ ‫آ‬‫ر‬ ‫ق‬
ُ ‫ل‬
ْ ‫ا‬ ُ
‫أ‬‫ر‬ ‫ق‬
ْ ‫ي‬ ‫ي‬ ِ َّ‫ال‬
‫ذ‬
ِ ِ َ‫اِلْنظَل‬
)‫يح َوطَ ْع ُم َها ُمٌّر (البخاري‬ ٌ َ َ ْ َْ ‫يَ ْقَرأُ الْ ُق ْرآ َن َك َمثَ ِل‬
‫ر‬ ‫ا‬ ‫ِل‬
َ ‫س‬ ‫ي‬َ‫ل‬ ‫ة‬
“Perumpamaan orang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah
utrujjah; aromanya wangi dan rasanya enak. Orang mukmin yang tidak
membaca Alquran adalah seperti buah kurma; tidak ada wanginya, tetapi
rasanya manis. Orang munafik yang membaca Alquran adalah seperti tumbuhan
raihaanah (kemangi); aromanya wangi tetapi rasanya pahit, sedangkan orang
munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti tumbuhan hanzhalah; tidak
ada wanginya dan rasanya pahit.” (HR. Bukhari-Muslim)

RAMADHAN BUKAN RUTINITAS TAHUNAN SEMATA,


Jama’ah ingkang mugi tansah dirahmati ALLOH. Ampun dadosaken wulan
Ramadhan ingkang kebak rahmat, keberkahan, lan ampunan puniko naming
sebagai Rutinitas Biasa, amargi wulan puniko dede wulan Biasa, wulan
puniko wulan ingkang LUAR BIASA. Kathah keutamaan iangkang sebagian
wau sampun kula sebataken. Dados monggo kito ginaaken kanthi saestu
kangge Ningkataken Iman lan Taqwa wonten Ngarsanipun ALLOH.

Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda.


ُ َ َ َ ‫ر ُ َ َ َر ُ َ ر َ َ َ َ َر‬
ُ،‫ان فَلَ رم ُي رغ َف رر ََل‬ َ َ
‫ ر يغم أنف عب ٍد دخل علي يه رمض‬: ‫ْبيل‬
‫ج ي‬‫قال يِل ي‬
َ‫ آمي‬: ‫ت‬ُ ‫َُ ر‬
‫ي‬ ‫فقل‬
“Jibril ‘Alaihis Salam berkata kepadaku: ‘Sungguh sangat merugi
seseorang yang ia masuk kedalam bulan Ramadhan lalu tidak diampuni
dosanya.’ Kata Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: ‘Aku pun
mengucapkan: Aamiin (Ya Allah, kabulkanlah).'”

Salah setunggalipun tondo sukses wonten ing wulan Ramadhan, tondo amal
ibadah kito dipuntanpi ALLOH, inggih puniko kito langkung sae, langkung
meningkat ibadah ipun tinimbang sakderengipun ramadhan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang jujur lagi membawa berita yang
benar,

‫ش‬ ِ ‫ب صائٍِم حظُّه ِمن ِصي ِام‬


ُ َ َ ُ ُْ َ ْ ُ َ َ َّ ‫ُر‬
َ‫ط‬‫الع‬
‫و‬ ‫ع‬‫و‬‫اجل‬ ‫ه‬
“Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari
puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga.” (HR. Ath Thobroniy
dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih
At Targib wa At Tarhib no. 1084 mengatakan bahwa hadits ini shohih
ligoirihi –yaitu shohih dilihat dari jalur lainnya).

Beberapa hal yang membuat amalan puasa seseorang menjadi sia-sia –


semoga Allah memberi taufik pada kita untuk menjauhi hal-hal ini-.
1. Berkata Dusta (az zuur)
Inilah perkataan yang membuat puasa seorang muslim bisa sia-sia, hanya
merasakan lapar dan dahaga saja.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫ع طَ َع َامهُ َو َشَرابَ ُه‬ ‫د‬‫ي‬ ‫ن‬ َ


‫أ‬ ِ
‫ِف‬ ‫ة‬ ‫اج‬ ‫ح‬ ِ ِ
‫َّلل‬ ‫س‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ف‬ ِِ‫الزوِر والْعمل ب‬
‫ه‬
َ ََ ْ ٌ َ َ َ َّ ْ َ َ َ َ َ َ ُّ ‫َم ْن َملْ يَ َد ْع قَ ْوَل‬
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah
mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia
tahan.” (HR. Bukhari no. 1903).
Apa yang dimaksud dengan az zuur? As Suyuthi mengatakan bahwa az
zuur adalah berkata dusta dan menfitnah (buhtan). Sedangkan
mengamalkannya berarti melakukan perbuatan keji yang merupakan
konsekuensinya yang telah Allah larang. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1/121,
Maktabah Syamilah)

2. Berkata lagwu (sia-sia) dan rofats (kata-kata porno)


Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ َّ‫ فَِإ ْن َساب‬، ‫ث‬


‫ك‬ َّ ‫الصيَ ُام ِم َن اللَّ ْغ ِو َو‬
ِ َ‫الرف‬ ِ ‫الصيام ِمن اِلَ ْك ِل والشَّر‬
ِ ‫ إََِّّنَا‬، ‫ب‬
َ َ َ َُ َ ْ
ِ ‫لَيس‬
‫صائِ ٌم‬
َ ‫ن‬ ِ ِ
‫إ‬ ، ‫م‬ِ‫ إِِن صائ‬: ‫ك فَ ْلتَ ُقل‬
ٌ َ ْ َ ‫َح ٌد أ َْو َج ُه َل َعلَْي‬
َ‫أ‬
“Puasa bukanlah hanya menahan makan dan minum saja. Akan tetapi,
puasa adalah dengan menahan diri dari perkataan lagwu dan rofats. Apabila
ada seseorang yang mencelamu atau berbuat usil padamu, katakanlah
padanya, “Aku sedang puasa, aku sedang puasa”.” (HR. Ibnu Majah dan
Hakim. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1082
mengatakan bahwa hadits ini shohih)

Apa yang dimaksud dengan lagwu? Dalam Fathul Bari (3/346), Al Akhfasy
mengatakan,
ِ ‫اللَّ ْغو الْ َك ََلم الَّ ِذي َال أَصل لَه ِمن الْب‬
‫اطل َو َشبَهه‬َ ْ ُ ْ
“Lagwu adalah perkataan sia-sia dan semisalnya yang tidak berfaedah.”
Lalu apa yang dimaksudkan dengan rofats? Dalam Fathul Bari (5/157), Ibnu
Hajar mengatakan,

‫َويُطْلَق َعلَى الت َّْع ِريض بِِه َو َعلَى الْ ُف ْحش ِِف الْ َق ْول‬
“Istilah Rofats digunakan dalam pengertian ‘kiasan untuk hubungan badan’
dan semua perkataan keji.”

Al Azhari mengatakan,

‫الر ُجل ِم ْن الْ َم ْرأَة‬ ‫يده‬


‫ر‬ِ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫م‬ ِ
‫ل‬ ‫ك‬ ِ
‫ل‬ ‫ع‬ ِ
‫ام‬ ‫ج‬ ِ
َّ ُ ُ َ ُ َ ْ ‫الرفَث ا‬
‫م‬‫س‬ َّ
“Istilah rofats adalah istilah untuk setiap hal yang diinginkan laki-laki pada
wanita.” Atau dengan kata lain rofats adalah kata-kata porno.

Anda mungkin juga menyukai