OLEH :
i
KATA PENGANTAR
ii
8. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Departeman Teknik Sipil
Universitas Pattimura Ambon yang telah memberikan bantuannya
selama masa studi penulis.
9. Seluruh Pegawai Administrasi Departemen Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Pattimura Ambon yang telah
memberikan bantuannya.
10. Pimpinan dan Seluruh Staf Bagian Perlengkapan Gedung
Fakultas Fisip Unpatti Ambon. yang telah membantu penulis
dalam mengumpulkan data.
11. Pimpinan dan Seluruh Staf Bagian Rumah Tangga Gedung
Rektorat Unpatti Ambon. yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan data.
12. Ayahanda Alm. Yusuf Soplanit dan Ibunda Jabari Samalua
Beserta Kakak-Kakak Penulis. Terima kasih tak terhingga atas doa
kasih sayang, semangat, pengorbanan dan ketulusan dalam
mendampingi penulis.
13. Faradila, Lelly. Teman special yang sentiasa mendengarkan keluh
kesah serta tak henti-hentinya memberikan semangat, waktu, tenaga,
dan pikiran dalam 5 tahun terakhir masa pendidikan penulis.
14. Faiz, Milo, Sam Terima kasih untuk arahan, masukan serta diskusi-
diskusi singkatnya yang telah dibagi kepada penulis.
Mengingat adanya keterbatasan-keterbatasan yang penulis miliki, maka
penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
diharapkan untuk penyempurnaan laporan tugas akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan tugas
akhir ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
“Kalau tidak pernah berjuang sampai akhir, kita tidak akan pernah melihatnya
walau ada di depan mata”
“jika kamu tidak tahan dengan sakitnya belajar maka bersiaplah menanggung
perihnya kebodohan”
(Imam Syafi’i)
iv
ABSTRAK
Oleh
Isu yang sedang dihadapi oleh masyarakat global saat ini adalah isu pemanasan
global yang diyakini oleh peniliti disebabkan oleh kegiatan pembangunan.
v
ABSTRACT
BY
One of the biggest problems we’re facing in global society is global warming,
which is caused by development.
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
MOTO....................................................................................................................iv
ABSTRAK..............................................................................................................v
ABSTRACT...........................................................................................................vi
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................x
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
vii
2.4.5 Penurunan Emisi Energi.............................................................................19
2.4.6 Sumber dan Siklus Material.......................................................................20
2.4.7 Kenyamanan Visual...................................................................................21
2.4.8 Tingkat Kebisingan....................................................................................22
2.5 Konsep dan Dasar Teori Green Building...........................................................22
2.6 Manfaat Green Building.....................................................................................23
2.7 Prinsip Green Building.......................................................................................24
2.8 Sumber Penilaian kriteria Green Building- GBCI............................................25
2.9 Studi Kasus Penerapan Green Building Di Gedung Kampus............................27
2.10 Penelitian Terdahulu..........................................................................................29
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................32
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
x
DAFTAR TABEL
xi
Tabel 4. 10 Ringkasan Efesiensi Dan Konservasi Energy (EEC).........................51
Tabel 4. 11 Ringkasan Konservasi Air..................................................................55
Tabel 4. 12 Ringkasan Siklus Dan Sumber Material............................................58
Tabel 4. 14 Kenyamanan Dan Kesehatan Dalam Ruang (IHC)............................62
Tabel 4. 15 Ringkasan Manajemen Lingkungan Bangunan (BEM).....................63
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini, dikota-kota besar seperti kota Ambon sedang marak oleh berbagi aktivitas
pembangunan guna mendukung pembangunan ekonomi sehingga membutuhkan
banyak bangunan baru untuk mengembangkan ekonominya. Apabila infrastruktur-
infrastruktur tersebut terus dibangun tanpa mempertibangkan atau memperhatikan
kondisi lingkungan seperti ketetapan penggunaan lahan, pemakian energy (listrik) dan
air serta penggunaan material bangunan tentu akan berdampak pada kualitas hidup
disekitarnya. Hal tersebutlah yang diaggap memiliki peran besar terhadap
meningkatnya pemanasan global, sehingga kesadaran dan pengetahuan pelaku
konstruksi terhadap pengaruh keberadaan bangunan itu sangat di butuhkan.
Salah satu upaya nyata yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan Konsep
Green building. Konsep Green building adalah konsep bangunan dimana struktur dan
prosesnya dibangun secara bertanggung jawab terhadap lingkungan dan sumber daya
dengan seefesien mungkin diseluruh siklus bangunan, mulai dari saat mendesain,
melakukan konstruksi, membangun, memelihara bangunan, merenovasi, dan menata
ulang bangunan guna mengurangi bahkan menghilangkan dampak negative keberadaan
bangunan terhadap lingkungan hidup sekitarnya tanpa mengurangi kualiatas lingkungan
dan kualitas hidup manusia. Konsep ini tidak diaplikasikan untuk bangunan baru saja,
namun juga dapat diaplikasikan untuk bangunan yang sudah terbangun. Artinya,
bangunan ini dibangun dengan tidak terkonsep green sejak awal meski tanpa disadari
pengaplikasian standar Green building sudah diterapkan pada bangunan.
1
perguruan tinggi. Program Eco-campus adalah salah satu program yang mendukung
penerapan bangunan yang green di lingkungan kampus yang juga berperan dalam
menurunkan pemanasan global. Mengikuti tren saat ini dimana beberapa perguruan
tinggi berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan Kampus Green. Oleh karena itu,
perlu adanya penelitian tentang evaluasi sudah sejauh mana penerapan kriteria green
building pada gedung fakultas fisip universitas pattimura agar dapat dijadikan sebagai
langkah awal program Eco-campus kedepannya.
Pada penelitian ini gedung fakultas fisip unpatti akan dijadikan sebagai objek
penelitian. Penelitian gedung ini didasari oleh kelayakan yang ditetapkan oleh GBCI,
dimana gedung yang dinilai harus memiliki luas lahan 2500 m². Alasan lainnya yakni
adanya pemanfaatan lahan disekitar gedung yang memenuhi kriteria GBCI seperti
aksebilitas masyarakat dan area dasar hijau yang cukup ideal.
Oleh sebab itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kesesuaian kategori
greenship sebagai tolak ukur sudah sejauh mana tingkat penerapan green building pada
gedung fisip unpatti, dengan cara melakukan pengukuran langsung, yang dilakukan oleh
peneliti berdasarkan kriteria standar nasional (greenship-GBCI) untuk bangunan
terbangun versi 1.1. dengan judul: “Identifikasi Kesesuaian Kategori Penilaian
Greenship Pada Bangunan Fisip Unpatti Ambon”.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
3
1.6 Sistematika Penulisan
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian
dan sistematika penulisan.
Bab ini Menjelaskan uraian pelaksanaan penelitian mulai dari tahap persiapan,
pengumpulan data, analisis hingga metode.
BAB IV PEMBAHASAN
Menguraikan tentang penilaian kriteria Green building pada bangunan Gedung fakultas
fisip universitas pattimura ambon berdasarkan indikasi Green Building Council
Indonesia (GBCI)
BAB V PENUTUP
4
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Chen (2008), dan Hardjono (2009). Green building adalah sebuah
bangunan yang dalam pemanfaatannya (baik sejak direncanakan, didesain, dibangun,
digunakan, maupun direnovasi) menggunakan sumber daya alam dan sumber energi
secara minimalis, meminimalisis limbah, dan ramah lingkungan.
Menurut Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 8 Tahun 2010 tentang
Kriteria dan Sertifikasi Bangunan Ramah Lingkungan Bab I Pasal 1, bangunan ramah
lingkungan (green building) adalah suatu bangunan yang menerapkan prinsip
lingkungan dalam perancangan, pembangunan, pengoperasian, dan pengelolaannya dan
aspek penting penanganan dampak perubahan iklim. Prinsip lingkungan yang dimaksud
adalah prinsip yang mengedepankan dan memperhatikan unsur pelestarian fungsi
lingkungan.
5
Menurut Green Building Council Indonesia atau GBCI (2010), bangunan hijau
adalah bangunan yang dimana sejak mulai dalam tahap perencanaan, pembangunan,
pengoperasian hingga dalam operasional pemeliharaannya memperlihatkan aspek-aspek
dalam melindungi, menghemat, serta mengurangi penggunaan sumber daya alam,
menjaga mutu dari kualitas udara di ruangan, dan memperhatikan kesehatan
penghuninya yang semuanya berpegang pada kaidah pembangunan yang
berkesinambungan.
Menurut Kriss (2014), green building adalah sebuah konsep hilistik yang dimulai
degan pemahaman bahwa lingkungan yang dibangun dapay menimbulkan dampak, baik
dampak positif dan dampak negative pada lingkungan hidup, juga orang-orang yang
tinggal dibangunan tersebut setiap hari. Green building adalah sebuah usaha untuk
memperbesar dampak positif dan mencegh dampak negative selama umur pakai
bangunan.
2.2.2 Penilaian
Menurut kamus Bahasa Indonesia (2008), penilaian adalah proses, cara, perbuatan
nilai. penilaian dalam penelitian ini diartikan sebagai suatau proses untuk mengambil
keputusan dengan menggunakan informasi berupa data pengamatan dan sekunder, hasil
wawancara dan pengukuran untuk mengetahui kondisi dari gedung yang ditinjau.
6
2.3.1 Sistem Rating Menurut GBCI (2010)
Rating adalah bagian dari kategori, berisi muatan apa saja yang dinilai, tolok ukur
apa saja yang harus dipenuhi, dan berapa nilai poin yang terkandung di dalamnya.
(Selanjutnya rating disebut kriteria). Menurut GBCI (2012), ada 3 (tiga) jenis kriteria
berbeda yang terdapat dalam Greenship, yaitu:
a) Kriteria prasyarat adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan harus dipenuhi
sebelum dilakukannya penilaian lebih lanjut berdasarkan kriteria kredit dan
kriteria bonus. Apabila salah satu prasyarat tidak dipenuhi, maka kriteria kredit
dan kriteria bonus dalam kategori yang sama dari gedung tersebut tidak dapat
dinilai. Kriteria prasyarat ini tidak memiliki nilai seperti kriteria lainnya.
b) Kriteria kredit adalah kriteria yang ada di setiap kategori dan tidak harus
dipenuhi. Pemenuhan kriteria ini tentunya disesuaikan dengan kemampuan
gedung tersebut. Bila kriteria ini dipenuhi, gedung yang bersangkutan mendapat
nilai dan apabila tidak dipenuhi, gedung yang bersangkutan tidak akan mendapat
nilai.
c) Kriteria bonus adalah kriteria yang hanya ada pada kategori tertentu yang
memungkinkan pemberian nilai tambahan. Hal ini dikarenakan selain kriteria ini
tidak harus dipenuhi, pencapaiannya dinilai cukup sulit dan jarang terjadi di
lapangan.
7
a) Tepat Guna Lahan (Appropriate Site Development/ ASD).
Ketepatan pengguna lahan erat kaitnya dengan pembangunan suatu kawassan
hal ini diperlukan dalam perencanaan suatu bangunan karena mengingat
dampak yang ditimbulkan suatu bangunan terhadap lingkungan sekitar.
Semakin tepat pembangunan suatu Kawasan, maka akan semakin kecil
dampak negative yang ditimbulkan. Semakin lengkap fasilitas dan
infrastruktur dalam suatu Kawasan, akan semakin mempermudah aksebilitas
dan efesiensi energi. Terciptanya efesiensi energi, terutama energi fosil, dapat
mengakibatkan turunnya jejak karbon dan jejak ekologis, dan meningkatnya
kualitas lingkungan hidup. (GBCI, 2010)
Dalam kategori ini terdapat 2 (dua) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria
kredit bernilai maksimal 16 poin, yaitu:
Prasyarat 1. Kebijakan manajemen tapak (site management policy)
Prasyarat 2. Kebijakan pengurangan kendaraan bermotor (motor vehicle
reduction policy)
Berikut adalah kriteria kredit dalam kategori tepat guna lahan (ASD) dapat
dilihat pada table 2.1.
8
b) Efisiensi dan Konservasi Energi (Energy Efficiency and Conservation/
EEC).
Adanya kebutuhan energi yang besar dalam suatu Gedung, secara tidak
langsung akan menimbulkan emisi gas carbon dioksida (CO₂) dimana
merupakan salah satu gas pembentuk efek rumah kaca. Apabila hal ini
dibiarkan terus menerus, maka pada akhirnya akan mengakibatkan terjadinya
pemanasan global. Oleh karena itu diperlukan upaya efesiensi dan konservasi
energi yang dilakukan didalam suatu Gedung. (rahayu, 2014).
Dalam kategori ini terdapat 2 (dua) kriteria prasyarat dan 7 (tujuh) kriteria
kredit bernilai maksimal 36 poin, yaitu:
Berikut kriteria dalam kategori efesiensi dan konservasi energi dapat dilihat
pada table 2.2.
9
c) Konservasi Air (Water Conservation/ WAC).
Sumber air dalam suatu Gedung biasanya berasal dari PDAM dan air tanah.
Apabila konsumsi air dalam Gedung terus menerus dilakukan tanpa kegiatan
konservasi, maka kuantitas dan kualitas air bersih akan menurun, apalagi jika
yang digunakan sebagai sumber yaitu air tanah. Oleh karena itu, perlu adanya
usaha konservasi air dalam satu Gedung. Hal ini dapat dilakukan dengan banyak
cara, diantaranya dengan sumber air alternatif, pemilihan alat pengatur keluaran
air dan penghematan penggunaan air.(GBCI, 2010).
Dalam kategori ini terdapat 1 (satu) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria
kredit bernilai maksimal 20 poin. Dapat dilihat pada table 2.3.
Siklus material dimulai dari tahap eksploitasi produk, pengolahan dan produksi,
desain bangunan, dan aplikasi yang efesien, hingga upaya memperpanjang masa
akhir pakai produk material. (GBCI, 2010).
Dengan sumber yang jelas dan pengelolaan siklus material yang baik, maka
suatu pembangunan akan menjadi berkelanjutan sehingga dapat menjaga
pelestarian alam. Dalam kategori ini terdapat 3 (tiga) kriteria prasyarat dan 5
(lima) kriteria kredit, bernilai maksimal 12 poin, yaitu:
1
Prasyarat 1. Refrigerant fundamental (fundamental refrigerant)
Untuk kriteria dalam kategori sumber dan siklus material dapat dilihat pada table
2.4.
e) Kesehatan dan Kenyamanan dalam Ruang (Indoor Health and Comfort/ IHC).
Kualitas udara dan kenyamanan dalam ruang erat kaitannya dengan Kesehatan
penggunaan Gedung atau yang sering disebut sebagi sick building syndrome
(SBS). Keadaan ini diakibatkan kualitas udara dan kenyamanan buruk. Oleh
karena itu, perlu adanya pengaturan dan control pada kualitas udara dan
kenyamanan, sehingga kondisi ruang menjadi nyaman dan dapat meningkatkan
produktivitas kerja pengguna Gedung. (GBCI,2010). Dalam kategori ini terdapat
1 (satu) kriteria prasyarat dan 8 (delapan) kriteria kredit, bernilai maksimal 20
poin, yaitu
Berikut ini adalah kriteria dalam kategori kesehatan dan kenyamanan dalam
ruang (IHC) dapat di perlihatkan pada table 2.5.
1
Tabel 2. 5 Kriteria dalam Kategori Kesehatan dan Kenyamanan.
Dalam kategori ini terdapat satu kriteria prasyarat dan 5 (lima) kredit
bernilai maksimal13 poin. Dapat di lihat pada table 2.6.
1
Tabel 2. 6 Kriteria dalam Kategori Manajemen Lingkungan Bangunan
Kriteria
kategori prasyarat kredit bonus
ASD 2 8 -
EEC 2 7 -
WAC 1 8 -
MRC 3 5 -
IHC 1 8 -
BEM 1 5 -
Total kriteria 10 41 -
sumber; GBCI (2011)
kriteria kredit memiliki poin tertentu apabila poin tersebut mampu dicapai
gedung sesuai dengan total poin minimum yang diisyaratkan GBCI, gdung diberi
sertifikasi dengan tingkat predikat seperti berikut:
1
Tabel 2. 8 Tingkat Predikat Greenship untuk Gedung baru
Platinum 74 73
emas 58 57
Perak 47 46
perunggu 35 35
sumber: GBCI (2012)
1
2.4 Kriteria dalam Greenship
Menurut kamus bahasa Indonesia (2008), kriteria adalah ukuran yang menjadi
dasar penilaian atau penetapan sesuatu. pengertian kriteria dalam penelitian ini adalah
ukuran yang tercantum pada Greenship-GBCI sebagai tolak ukur penilaian Green
building.
Kriteria green building yang terapat dalam perangkat penilaian greenship untuk
gedung terbangun versi 1.1 terdiri dari 41 kriteria kredit yang ditentukan oleh GBCI
berdasarkan standar teori dan peraturan yang telah disesuaikan di Indonesia. berikut
adalah sebagian penjelasan kriteria kredit yang terdapat dalam greenship;
Greenship menetapkan nilai albedo yang baik adalah >0,3. berikut daftar nilai
albedo pada beberapa jenis bahan:
1
Gambar 2. 1 Nilai albedo pada beberapa jenis material
Berikut ini rumus untuk menghitung nilai albedo pada lahan yang heterogen
(GBCI, 2010)
𝐴𝑛×𝐿𝑛
Albedo =
𝐿𝑛
keterangan :
1
𝑉𝑎𝑏 = 0,855 𝐶𝑡𝑎𝑑𝑎ℎ × 𝐴𝑡𝑎𝑑𝑎ℎ × 𝑅/1000
keterangan :
𝑉𝑎𝑏 = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (m³)
Berikut adalah nilai koefesien aliran (C) dari masing-masing tata guna lahan.
1
Tabel 2. 12 . Kriteria IKE Bangunan Gedung ber- AC
Kriteria Keterangan
Sangat Efesien a) Desain gedung sesuai standar tata cara
(4,17 – 7,92) perencanaan teknis konservasi energy.
Kwh,m²/bulan b) pengoperasian peralatan energy dilakukan
dengan prinsip-prinsip manajemen energi
a) pemeliharaan gedung dan peralatan energy
Efesien dilakukan sesuai prosedur.
(7,93 – 12,08) b) efesiensi penggunaan energy masih mungkin
Kwh,m²/bulan ditingkatkan melalui penerapan sistem
manajemen energy terpadu.
a) penggunaan energy cukup efesien melalui
Cukup Efesien pemeliharaan bangunan peralatan energy masih
(12,08 – 14,58) memungkinkan
Kwh,m²/bulan b) pengoperasian dan pemeliharaan gedung belum
mempertimbangkan prinsip konservasi energi
a) Audit energy perlu dipertimbangkan untuk
Agak Boros menentukan perbaikan efesiensi yang mungkin
(14,58 – 19,17) dilakukan
Kwh,m²/bulan b) desain bangunan maupun pemeliharaan dan
pengoperasian gedung belum dipertimbangkan.
a) Audit energy perlu dipertimbangkan untuk
Boros menentukan langkah – langkah perbaikan
(14,58 – 19,17) sehingga pemborosan energy dapat dihindari
Kwh,m²/bulan b) instalasi peralatan dan desain pengoperasian
dan pemeliharaan tidak mengacu pada
penghematan energy.
Sangat Boros a) Atas semua instalasi/peralatan energy serta
(14,58 – 19,17) penerapan manajemen energy dalam
Kwh,m²/bulan pengolahan bangunan
1
2.4.4 Energi Baru Terbarukan
Energy terbarukan dapat diartikan sebagai bentuk dari kemampuan energy untuk
meregenerasi secara alamiah. sebagai contoh, vahaya matahari, angina, dan air yang
mengalir merupakan sumber energy terbarukan. (Chiraz, 2004 dalam rahayu, 2013).
Dengan mengetahui penggunaan daya listrik gedung, jumlah emisi 𝐶𝑂2 (EE)
dapat dihitung denagan mengalikan penggunaan listrik dengan faktor emisi (EF)
berdasarkan letak wilayah. Hal inidesesuaikan dengan Amanat Peraturan Mentre ESDM
no. 13 Tahun 2012 tentang penghematan pemakaian listrik. (USAID Indonesia, 2014)
Avoided Emission EE = JP x EF
Dimana :
EE = emisi energi
1
Tabel 2. 13 Faktor Emisi Grid untuk tiap wilayah
Faktor Emisi
Sistem Interkoneksi
(kg𝑪𝑶𝟐- e/kWh)
Jawa- Madura- Bali (JAMALI) 0,823
Sumatera 0,687
Khatulistiwa (Sistem Kalbar) 0,732
Barito (Sistem Kalsel dan Kalteng) 0,900
Mahakam (Sistem Kaltim) 1,069
Minahasa – kotamobagu 0,600
Sulawesi Selatan – Sulawesi Barat 0,746
Batan 0,836
Maluku, Nusa Tenggara dan Papua 0,800
Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) 0,800
Sumber; Ditjen Ketenalistrikan, 2013 (dalam USAID Indonesia, 2014)
2
Tabel 2. 14 Jenis Refrigeran dan Nilai ODP
Atmospheric
No Refrigeran Group ODP
Life
1 R11 CFC 130 1
2 R12 CFC 130 1
3 R22 HCFC 15 0,05
4 R134a HFC 16 0
5 R404a HFC 16 0
6 R410a HFC 16 0
7 R507 HFC 130 1
8 R290 HC <1 0
9 R600a HC <1 0
sumber; Dreepaul dalam Rahayu (2013)
Fungsi Ruangan
No Tingkat Pencahayaan (Lux)
Perkantoran
1 Ruang direktur 350
2 Ruang kerja 350
3 Ruang computer 350
3 Ruang computer 350
4 Ruang rapat 300
5 Ruang gambar 750
6 Ruang arsip 150
7 Ruang arsip aktif 300
sumber; SNI 03-6197-2000
2
2.4.8 Tingkat Kebisingan
Tujuannya untuk menjaga tingkat kebisingan didalam ruangan pada tingkat yang
optimal. Tolak ukurnya adalah menunjukan tingkat bunyi di ruang kerja sesuai dengan
SNI 03-6386-2000.
Tingkat Kebisingan
No Peruntukan Kawasan Lingkungan Kegiatan
(Satuan DB)
a. Peruntukan Kawasan
2
sebagai grend design dan grand strategy yang disebut dengan konstruksi indonesia
2030.
1. Manfaat Lingkungan
a) Meningkatkan dan melindungi biodiversitas dan ekosistem
b) Memperbaiki kualitas air dan udara
c) Mengurangi aliran limbah
d) Konservasi dan restorasi sumber daya alam
2. Manfaat Ekonomi
a) Mengurangi biaya operasional
b) Menciptakan, memperluas dan membentuk pasar untuk produk dan
pelayanan ramah lingkungan
c) Memperbaiki produktivitas pengguna gedung
d) Mengoptimalkan daur hidup performa ekonomi
3. Manfaat sosial
a) Meningkatkan kesehatan dan kenyamanan pengguna Gedung
b) Meningkatkan kualitas estetika
c) Meminimalkan ketegangan pada infrastruktur lokal
2
d) Meningkatkan kualitas hidup secara umum
1. Conserving Energy
Kunci utama prinsip ini adalah memanfaatkan sumber energi yaitu energy
matahari semaksimal mungkin dalam pengoperasian suatu gedung.
2. Working with climate
Kunci utama prinsip ini adalah memanfaatkan kondisi alam, iklim, dan
lingkungannya kedalam bentuk pengoperasian Gedung
3. Respect For Site
Kunci dari peinsip ini adalah perencanaan yang mengacu pada hubungan
antara fungsi bangunan dengan lahan tempat dibangunnya bangunan tersebut.
Hal ini dimaksudkan supaya keberadaan bangunan tersebut baik dari segi
konstruksi, bentuk, dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar
4. Respect For Site
Kunci dari peinsip ini adalah perencanaan yang mengacu pada hubungan
antara fungsi bangunan dengan lahan tempat dibangunnya bangunan tersebut.
2
Hal ini dimaksudkan supaya keberadaan bangunan tersebut baik dari segi
konstruksi, bentuk, dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar.
5. Respect For User
Kunci dari prinsip ini adalah mengutamakan kenyamanan dan kesehatan
penghuninya.
2
adalah Lembaga mandiri (nongovernment) dan nirlaba (non-forprofit) yang sudah
mendapatkan izin dari Kementrian Negeri Lingkungan hidup untuk melakukan
sertifikasi Indonesia dengan system penilaian Green Building yang diberi nama
Greenship.
2
2.9 Studi Kasus Penerapan Green Building Di Gedung Kampus
Kampus Institute Teknlogi dan Sains bandung (ITSB) merupakan kampus green
pertama di Indonesia yang juga telah disertifikasi oleh GBCI dan mendapat predikat
Gold Certified-Design Recognition dengan total point 107. Kampus ITSB mendapat
penghargaan tersebut karena berhasil melakukan efesiensi dan penghematan energi
melalui aspek bangunan single corider, penerapan dauble skin pada tapak, pengolahn
sampah, composting serta pemanfaatan air hujan. Pemghematan ini dilakukan dengan
memaksimalkan pencahayaan alami dan mengurangi penggunaan air conditioning (AC).
Penilaian UI Green Metric diterapkan untuk keseluruhan area kampus, mulai dari
Gedung perkuliahan, laboraturium, serta sarana dan prasarana pendukung kampus.
Filosofi penilaian dari UI Green Metric ini berdasarkan 3E, yaitu Enviromental,
economic dan Equity Education (Lingkungan, ekonomi dan keadilan & Pendidikan).
Pelaksanaan UI Greenmetric telah dilaksanakan sejak tahun 2010 dan saat itu
telah diikuti oleh 95 Perguruan Tinggi dari 35 negara, dan keikut sertaan perguruan
tinggi semakain bertambah seiring tahun.
Adapun jumlah keikutsertaan perguruan tinggi dari berbagai negara dapat dilihat
pada table 2.18.
2
Tabel 2. 18 Keikutsertaan Perguruan Tinggi dari berbagai Negara dapat
dilihat pada table
Jumlah keikutsertaan
Tahun
Perguruan Tinggi Negara
2010 95 35
2011 175 42
2012 215 49
2013 301 61
2014 361 62
Sumber: http://greenmetric.ui.ac.id
Sedangkan hasil ranking UI Green Metric 2014 untuk perguruan tinggi terhijau
se- Indonesia dapat dilihat pada table 2.9.
2
18 Universitas Negeri Jember 304
19 Universitas Pancasila 305
20 Universitas Muhammadiyah Surakarta 321
21 Universitas Sriwijaya 322
22 University of Brawijaya 330
23 Universitas Taruma Negara 334
24 Universitas Tanjung Pura 337
25 Universitas Atma Jaya Yogyakarta 349
26 Universitas Kristen Petra 351
27 Universitas Syiah Kuala 356
28 Universitas Surabaya 357
29 Universitas Pelitah Harapan 361
Sumber: http://greenmetric.ui.ac.id
2
Tabel 2. 20 Penelitian Terdahulu
Duza Roshaunda, Lala Penilaian kriteria Green - wawancara Gedung universitas pembangunan jaya belum
3
Diana, Lonny Building pada bangunan - pengamatan menerapkan konsep green building sesuai GBCI.
Princhika, Shafira gedung Universitas - pengukuran gedung UPJ memperoleh tital poin sebesar 23 poin
Khalisha, Ryan Pembangunan Jaya langsung dari 117 poin maksimal, sehingga bisa dikayakan
Septiady (2019) berdasarkan indikasi bangunan gedung UPJ menurut GBCI belum
Green Building Council memenuhi orasyarat Greenship
Indonesia
3
BAB III
METODE PENELITIAN
3
c) Daftar periksa (check list)
Daftar periksa (check list) berbentuk seperangkat pernyataan yang disusun
berdasarkan kriteria yang tertera dalam Greenship dengan menyediakan
kolom respon yang harus diisi berupa “ya” atau “tidak
3
Tabel 3. 1 Waktu Pelaksanaan Penelitian
Bulan
No Kegiatan Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Survey awal
Pengambilan data
2
sekunder
Pengambilan data
3
primer
4 Analisis data
sumber; hasil penelitian (2022)
3
3.7 Diagram Alir
Mulai
Study Literatur
Pengumpulan Data
3
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
3
4.2.3 Kepemilikan AMDAL/URL
Hasil wawancara kepada pihak pengelola gedung Fisip Unpatti , bahwa
kepemilikan AMDAL untuk gedung Fisip Unpatti masi dipertanyakan dikarenakan
bangun fisip tersebut telah lama berdiri.
Kelayakan
Kriteria
Ya Tidak
Luas daerah/gedung 2500 m²
Data gedung untuk di akses GBCI
Kepemilikan AMDAL/LUR
Sertifikasi kesesuain fungsi oleh pemerintah daerah sesuai
atau tidak
pada tabel 4.1 menjelaskan bahwa uji kelayakan bangunan terdapat 2 (dua) kriteria
prasyarat telah memenuhi uji standar kelayakan, dan 2 (dua) kriteria belum memenuhi.
3
4.3 Identifikasi Kesesuain Kriteria Dalam Greenship Untuk Bangunan
Fisip Unpatti
Identifikasi kesesuaian diperoleh dengan cara membandingkan hasil daftar
periksa (checklist) dengan kondisi green yang ada dalam greenship yang digunakan.
3
Gambar 4. 2 Lokasi fasilitass umum sumber; google earth
= Fasilitas Umum
Tolak ukur kedua yaitu adanya halte atau stasiun transportasi umum dalam
jangkauan 300 m dari gerbang lokasi bangunan dengan perhitungan diluar jembatan
penyebrangan dan rump. Tolak ukur terpenuhi dengan adanya halte yang terletak di
pintu gerbang universitas pattimura. Tolak ukur ketiga yaitu adanya fasilitas pejalan
kaki yang aman, nyaman dan bebas dari perpotongan akses kendaraan bermotor untuk
menghubungkan minimal 3 (tiga) fasilitas umum di atas dan atau dengan stasiun
transportasi masal. Tolak ukur ini tidak terpenuhi.
4.3.1.3 Sepeda
Adanya fasilita prasarana sepeda bertujuan untuk mendorong pemakaian sepeda
dan memberikan fasilitas yang memadai bagi para penggunanya. Dalam kriteria sepeda,
terdapat 2 (dua) tolak ukur. Tolak ukur ini tidak terpenuhi, karena tidak adanya parkir
sepeda pada area gedung fisip unpatti
3
4.3.1.4 Lansekap Pada Lahan
Tujuan dari kriteria lansekap pada lahan ini adalah sebagai upaya pemeliharaan
area hijau dalam tapak, meningkatkan kualitas iklim mikro dalam area gedung,
mengurangi erosi tanah dan beban sistem drainase serta menjaga keseimbangan air
tanah yang ada dalam area gedung. dalam kriteria lanskep pada lahan terdapat 3 (tiga)
tolak ukur.
Tolak ukur pertama dan kedua yaitu area lansekap berupa vegetasi (softscape)
yang bebas dari bangunan taman (hardscape) yang terletak di atas permukaan tanah
seluas minimal 30% luas total lahan. area ini ditetapkan berdasarkan peraturan menteri
PU No. 5/PRT/M/2008 mengenai ruang terbuka hijau (RTH) pasal 2.3.1 tentang
kriteria vegetasi untuk pekarangan.
Untuk gedung fisip unpatti, lansekap yang wajib tersedia didalam area adalah
minimal sebesar minimal 30% dari luas total lahan. Kondisi eksisting saat ini, area
vegetasi yang ada seluas 2.761 m² dari luasan total lahan 4.690 m² atau sebesar atau
sebesar 58%.
Tolak ukur ketiga yaitu penggunaan tanaman local yang berasal dari nursery
local dengan jarak 1000 km dan tanaman produktif. berdasarkan wawancara dengan
pihak pengelola gedung , sebagian besar tanaman disekitar gedung merupakan tanaman
produktif. Berikut ini adalah vegetasi yang ada pada area tapak.
4
Untuk kriteria komposisi dan jenis vegetasi sudah memenuhi prasyarat dan
untuk luasan lansekap yang mencapai 58% juga sudah memenuhi.
Dengan demikian albedo total untuk area perkerasan atap adalah 0.30 sedangkan
untuk area non atap adalah 0.21. untuk area atap telah memenuhi kriteria sedangkan
untuk area non atap belum memenuhi kriteria.
4
Berdasarkan SNI 03-2453-2002 tetang tata cara perencenaan sumur resapan air
hujan untuk lahan pekarangan, maka rumus yang dipakai untuk menghitung volume air,
limpasan air hujan, yaitu:
keterangan :
𝑉𝑎𝑏 = Volume andil banjir yang akan ditampung sumur resapan (m³)
Dengan asumsi bahwa volume yang terhitung hanya limpasan hujan untuk lokasi
gedung fisip unpatti saja, maka volume limpasan air hujan adalah sebagai berikut:
Saat ini, air hujan yang turun di area gedung fisip unpatti masi mengalir secara
alami dengan adanya talang air dan langsung mengalir ke jaringan drainase. Belum
adanya usaha dan teknologi untuk mengurangi beban limpasan air hujan ke jaringan
drainase.
4
tanaman dengan menggunakan bahan-bahan tidak beracun dan penyediaan lahan khusus
untuk penyediaan habitat satwa non peliharaan wajib tersedia minimal 5% dari
keseluruhan area tapak bangunan.
Untuk gedung fisip unpatti, kondisi eksisting saat ini, gedung tidak memiliki dan
menerapkan SPO terhadap hama penyakit gulma tanaman, dan tidak adanya area untuk
habitat satwa.
kedua, membuka akses pejalan kaki minimal 2 (dua) orientasi menuju bangunan
tetangga tanpa harus melalui area bangunan public. Tolak ukur ini terpenuhi, dimana
tersedia akses pejalan kaki menuju fakultas kedokteran unpatti dan tempat beribadah
(gereja).
Setelah di analisis dari hasil perhitungan dalam kategori tepat guna lahan (ASD),
beberapa kriteria memenuhi tolak ukur yang telah di tetapkan.
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
terdapat minimal 5 jenis fasilitas umum
dalam jarak pencapaian sejauh 500 m dari
tapak
adanya halte atau stasiun transportasi umum
dalam jangkauan 300 m
ASD 1
adanya halte atau tempat tunggu permanen
4
menyediakan fasilitas pejalan kaki yang
aman dan nyaman, bebas dari perpotongan
kendaraan bermotor
Adanya pengurangan pemakaian kendaraan
pribadi
ASD 2 adanya parkir sepeda yang aman
apabila memenuhi butir 1 di atas dan
menyediakan shower khusus sepeda
Adanya area lansekap berupa vegetasi
(softscape) yang bebas dari bangunan
taman
penambahan nilai satu point untuk setiap
ASD 3 penambahan 10% luas tapak
penggunaan 60% tanaman lokal yang
berasal dari nursery local
penggunaan tanaman produktif minimal
10%
4
minimal 1 unit, wc umum 5 unit, kaki lima
dan pelatihan pengembangan masyarakat
minimal 1 program
membuka akses pejalan kaki minimal dua
orientasi, yaitu: bangunan tetangga(wajib)
dan bangunan tetangga lain
utilitas umum, atau ruang terbuka hijau
privat untuk kepentingan umum
revitalisasi bangunan cagar budaya
Menjelaskan kategori tepat guna lahan (ASD) pada kriteria kredit mendapatkan
perolehan nilai 7 (tujuh). kategori tepat guna lahan merupakan usaha perencanaan
pembangunan yang memperhatikan sarana dan prasarana dalam bentuk efesiensi
energy.
4
Tabel 4. 7 IKE Gedung Fisip Unpatti
Berdasarkan data di atas, diketahui untuk satu tahun terakhir konsumsi energy
terbesar yaitu 6.49 kWh/m² di bulan juli sedangkan energy terkecil yaitu 3.02 kWh/m²
di bulan april. Setelah dihitung untuk satu tahun terakhir di peroleh nilai rata-rata IKE
sebesar 5.47 kWh/m²/bulan. Menurut pedoman pelaksanaan konservasi energy dan
pengawasan lingkungan depertemen pendidikan nasional, rata-rata nilai IKE bulanan
gedung fisip unpatti dari hasil perhitungan diatas masuk ke dalam kategori sangat
efesien (4.17 – 7,92 kWh/m²/bulan).
4
4.3.2.2 Pengujian, Komisioning Ulang, Atau Retro Komisioning
Terdapat 2 (dua) tolak ukur di antaranya pernah melakukan komisioning ulang
atau retro-komisioning pada peralatan utama Mechanical Ventilation And Air
Conditioning/MVAC (misalnya; chiller) dan sistem MVAC (misalnya; AHU, pompa,
colling tower) dalam kurun waktu 1 (satu) tahun sebelumnya.
a. Control Pencahayaan
4
Tabel 4. 8 Tolak ukur MVAC menurut GBCI
Setiap Usaha
Efesiensi
Penghematan
Sistem Ac Jenis Peralatan Minimum
Mendapat 2 Poin
(Kw/Tr)
Recip/screw chiller 0,881 0,3
Water cooled
Centrifugal chiller 0,656 0,3
Aircooled Recip/screw chiller 1,270 0,5
Split 1,436 0,2
Unitary
VRP 1,034 0,3
sumber; GBCI (2010)
c. Pengawasan Energy
Tolak ukur pertama dalam kriteria ini yaitu memasang kWh meter untuk
mengukur konsumsi listrik pada setiap kelompok beban dan sistem peralatan,
yang meliputi sistem tata udara, sistem tata cahaya dan kotak serta sistem beban
lainnya. kelompok beban yang di maksud adalah beban pemakaian listrik yang
berasal dari sistem peralatan seperti AC, lampu, pompa, stop kontak dan lainnya.
Tujuannya sebagai alat pemantauan penggunaan energy didalam gedung.
Dengan adanya sumber listrik, maka dapat diketahui pencatatan konsumsi listrik
pada setiap beban sehingga bisa menjadi dasar dalam menentukan manajemen
hemat energy yang baik.
Tolak ukur kedua yaitu adanya pencatatan rutin bulanan hasil pantau dan
koleksi pada KwH meter yang dilakukan selama minimum 6 (enam) bulan
terakhir.
4
kondisi eksisting saat ini, didalam gedung fisip unpatti terdapat submeter
listrik. Berdasarkan wawancara dengan pihak bagian perlengkapan gedung,
sistem meter listrik yang digunakan menjadi satu kesatuan, antara sistem tata
udara, sistem tata cahaya dan kotak kontak, tolak ukur ini dapat dikaji. Tolak
ukur kedua tidak dapat dikaji. Begitu pula tolak ukur ketiga, pihak gedung tidak
menerapkan dukungan teknologi untuk memantau dan mengontrol peralatan
gedung.
terdapat 3 (tiga) tolak ukur pada kriteria ini diantaranya: (1) panduan
pengoperasian dan pemeliharaan seluruh sistem AC, (2) panduan pengoperasian
dan pemeliharaan seluruh sistem transportasi dalam gedung, sistem distribusi
air bersih dan kotor (pompa) dan pembangkit listrik cadangan, dan (3) adanya
laporan bulanan selama 6 (enam) bulan terakhir untuk kegiatan pengoperasian
dan pemeliharaan sistem gedung secara tertib sesuai dengan format yang
tercantum dalam panduan pengoperasian dan pemeliharaan.
4
dengan mengetahui pengunaan daya listrik gedug, jumlah emisi CO₂ (EE)
dapat dihitung dengan mengalihkan penggunaan listrik dengan faktor emisi (EF)
wilayah Ambon, yaitu 0,8 kg CO₂-e/kWh sesuai amanat peraturan menteri
ESDM No.13 tahun 2012 tentang penghematan pemakaian energy listrik.
kondisi eksisting pengunaan listrik selama satu tahun terkhir pada tahun
2022 berdasarkan data rekening listrik adalah sebesar 15.610 kWh yang setarah
dengan menggunakan 12.488 CO₂-e/tahun.
Adapun penurunan emisi CO₂ gedung juga dapat dibuktikan dengan de tail
perhitungan sebagai berikut
Emisi
Rata-
Bulan Kwh Energi Selisih Emisi
Rata Kwh
(CO₂ Energi (%)
Kg)
Periode Oktober 10,444
ke-1 November 11,645
Desember 11,884
62432.67 49946.13
Januari 13,735
Febuari 12,484
Maret 13,444
April 6,390 1
Mei 13,575
Periode Juni 11644
65347.00 52277.6
ke-2 Juli 13,747
Agustus 10,267
September 9,724
5
Tabel 4. 10 Ringkasan Efesiensi Dan Konservasi Energy (EEC)
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
IKE listrik standar dan lebih kecil sama dengan
120% IKE listrik gedung selama 6 bulan terakhir,
maka setiap 5% penurunan kan mendapat 1 poin
tambahan sampai maksimal 8 poin
IKE listrik gedung menjukan nilai dibawah IKE
listrik standar dalam 6 bulan terakhir, maka setiap
EEC 1
3% penurunan akan mendapat 1 poin tambahan
sampai maksimal 16 poin
apabila IKE listrik gedung lebih dari 120% IKE
listrik standar acuan, maka setiap penurunan 10%
dalam kurun waktu 6 bulan terakhir mendapatkan
1 poin dengan maksimal 3 poin
pernah melakukan komisioning ulang dengan
sasaran peningkatan kinerja (KW/TR) pada
peralatan utama MVAC (mechanical Ventilation
and air conditioning) dalam kurun waktu 1 tahun
EEC 2
adanya komisioning berkelanjutan secara berkala
dalam maksimal 3 tahun
bila poin diatas terpenuhi maka ada tambahan poin
untuk testing, komisioning ulang.
5
melakukan efeiensi peralatan yang memakai
sistem AC yang dioperasikan dengan listrik
teknologi EMS
melakukan audit energi ekternal (level 2) minimal
sekali dalam 1 tahun terakhir
panduan operasional dan pemeliharaan seluruh
sistem AC
penambahan adanya panduan pengoperasian dan
EEC 5
pemeliharaan seluruh sistem peralatan lainnya
adanya laporan bulanan selama 6 bulan terakhir
untuk pemeliharaan sistem gedung
1. jika 0,25% dari maximum power demand
dihasilkan oleh energi terbarukan
2. jika 0,5% dari maximum power demand
dihasilkan oleh energi terbarukan
3. jika 1,0% dari maximum power demand
EEC 6
dihasilkan oleh energi terbarukan
4. jika 1,5% dari maximum power demand
dihasilkan oleh energi terbarukan
5. jika 2,0% dari maximum power demand
dihasilkan oleh energi terbarukan
1. 0,25% penurunan CO2 dari original emission
5
4.3.3 Konservasi Air (WAC)
Dalam kategori ini terdapat 8 (delapan) kriteria.
pada kondisi eksisting di gedung fisip unpatti, sumber air digunakan hanya
berasal dari satu sumber, yaitu air tanah (sumur dalam). Untuk ketersediaan sub-meter
air tidak ada, melainkan terpusat menjadi satu kesatuan.
5
4.3.3.5 Daur Ulang Air
Merujuk pada ketentuan Greenship apabila menggunakan sistem pendigin non
water cooled, maka tolak ukur ini menjadi tidak berlaku. Hal ini dikarenakan sistem
pendingin yang ada di gedung fisip unpatti menggunakan AC split tidak menggunakan
cooling tower.
Alternatif lain selain tolak ukur diatas yaitu 100% kebutuhan irigasi tidak
bersumber dari sumber air primer gedung (PDAM dan air tanah). Berdasarkan
ketentuan tersebut, gedung juga tidak memenuhi kriteria dikarenakan untuk kebutuhan
air irigasi, termasuk untuk kebutuhan penyiraman taman yang ada di tapak gedung
masih menggunakan air yang bersumber dari PDAM.
Tolak ukur kedua yaitu menggunakan air daur ulang dengan kapasitas yang
cukup untuk kebutuhan flushing WC dan tolak ukur ketiga adalah mempunyai sistem
daur ulang yang keluarannya setara dengan standar air berish sesuai Pemenkes No. 416
Tahun 1990 tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air untuk memenuhi
kebutuhan air bersih.
pada kondisi eksisting di gedung fisip unpatti, penggunaan daur ulang air,
seperti air bekas kondensasi AC, air bekas wudhu ataupun air hujan belum diterapkan di
gedung, sehingga untuk tolak ukur ini tidak memenuhi kriteria.
pada kondisi eksisting di gedung fisip unpatti, tolak ukur ini tidak memenuhi
kriteria.
5
4.3.3.8 Efesiensi Air Keren
pada kriteria ini terdapat satu tolak ukur terdapat 1 (satu) tolak, yaitu tersedianya
≥ 50% dari total unit keran air dengan fitur auto stop pada area public.
pada kondisi eksisting di Gedung Fisip Unpatti, keran air yang tersedia di
gedung seluruhnya tidak menggunakan fitur auto stop.
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
submeter konsumsi air pada sistem are publik, area
WAC 1
komersil, dan utilitas bangunan
5
menggunakan sistem filterasi yang menghasilkan
WAC 6 air minum yang sesuai dengan permenkes N0.492
TAHUN 2010
konsumsi air yang menggunakan deep well
maksimum 20% dari konsumsi air secara
keseluruhan
WAC 7
konsumsi air yang menggunakan deep well
maksimum 10% dari konsumsi air secara
keseluruhan
50% dari total unit keran air pada area publik
menggunakan filter auto stop
WAC 8
80% dari total unit keran air pada area publik
menggunakan filter auto stop
5
Sementara itu, jenis R-23 masuk kedalam kriteria ke dalam pengunaan AC yang
rama lingkungan , nilai ODP (Ozone Depleting Potential) untuk penggunaan AC R-32
sebesar 0%. Oleh karena itu tolak ukur ini memenuhi kriteria.
Dikarenakan tolak ukur pertama tidak terpenuhi, maka untuk tolak ukur kedua
dan ke tiga yang berkaitan dengan tolak ukur pertama dalam kriteria ini tidak bisa
diukur/dinilai. Sedangkan untuk tolak ukur ke empat yaitu adanya upaya pengurangan
sampah kemasan yang terbuat dari Styrofoam dan non food grade plastic. juga tidak
dapat dipenuhi karena upaya tersebut belum diterapkan pada gedung.
5
maupun laporan yang dikehendaki Greesnship tidak ada sehingga untuk kriteria ini.
Gedung fisip unpatti tidak memenuhi kriteria.
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
seluruh sistem pendingin ruangan menggunakan
bahan refrigrant yang memiliki ODP=0
MRC 1
menggunakan bahan pembersih yang memiliki
nilai ozonne depleting potential ODP kecil, <1
menggunakan material yang rama lingkungan
adanya dokumen yang menjelaskan
pembelanjaan sesuai dengan prasyarat No 2,
paling sedikit 3
adanya dokumen yang menjelaskan
MRC 2
pembelanjaan sesuai dengan prasyarat No 2,
paling sedikit 5
adanya dokumen yang menjelaskan
pembelanjaan sesuai dengan prasyarat No 2,
paling sedikit 7
5
melakukan pengolahan sampah organik secara
mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi
pengolahan limbah anorganik
melakukan pengolahan sampah organik secara
mandiri atau bekerja sama dengan badan resmi
pengolahan limbah anorganik yang memiliki
prinsip 3R
5
Berdasarkan pengamatan di beberapa ruang kerja gedung fisip unpatti untuk
kebutuhan laju udara ventilasi minimum dalam kriteria introduksi udara luar dapat
dikatakan telah memenuhi kriteria.
kondisi eksisting saat ini tidak tersedia sensor karbondioksida pada area gedung
fisip unpatti dan tidak menyediakan fasilitas parkir tertutup.
6
berdasarkan wawancara dengan pihak perlengkapan gedung fisip unpatti ,
gedung belum pernah melakukan uji kualitas udara terkait debu, pertukaran udara, dan
gas pencemar yang diisyaratkan dalam Greenship.
Tolok ukur kedua yaitu melakukan pengukuran jumlah bakteri dengan jumlah
maksimal kuman 700 koloni/m³ udara dan bebas kuman patogen pada ruangan. Untuk
tolok ukur ini tidak memenuhi kriteria karena gedung belum pernah melakukan
pengukuran.
6
setelah diidentifikasi dari hasil perhitungan dalam kategori kenyamanan dan
kesehatan dalam ruang (IHC), beberapa kriteria memenuhi tolak ukur yang telah
ditetapkan dengan rincian sebagai berikut:
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
kualitas udara ruangan yang menunjukan adanya
IHC 1
introduksi udara luar
IHC 2 dilarang merokok
ruangan dengan kepadatan tinggi dilengkapai
IHC 3
dengan instalasi sensor gas karbondioksida (CO2)
pengukuran kualitas udara dalam ruangan
dilakukan secara random dengan titik sempel pada
lobi utama, ruang kerja atau ruang disewa tenant
Kadar debu total sesuai kemenkes No.
1405/Menkes/SK/XI/2002
Kadar volatile Organic Compound (VOC) sesuai
dengan SNI 19-0232-2005 tentang nilai ambang
6
hasil pengukuran menunjukan tingkat bunyi ruang
IHC 7
kerja sesuai dengan SNI 03-6386-2000
mengadakan survey kenyamanan pengguna
IHC 8
gedung
1. Inovasi
2. Kebijakan pemilik proyek dan desain
3. Tim pemeliharaan dan operasional ramah lingkungan
4. Kontrak green
5. Operasional, pemeliharaan dan penelitian
setelah diidentifikasi, diperoleh hasil bahwa dari semua kriteria dan tolak ukur yang
sudah diterapkan, kondisi eksisting manajemen lingkungan bangunan pada gedung fisip
unpatti belum ada penerapannya. Pada sebagian kriteria bisa dilakukan kajian apabila
gedung akan di daftarkan untuk dinilai.
MEMENUHI
NO KATEGORI
YA TIDAK
6
minimal terlibat seorang greenship profesional dalam
operational and maintenance bekerja penuh waktu
(full time)
untuk bangunan komersial memiliki lease agreement
yang memuat greenship for existing bulding minimum
1 tolak ukur dalam tiap kategori ASD, EEC, WAC,
IHC, MRC, dan BEM
untuk bangunan yang dipakai sendiri, memiliki SOP
dan training yang mencangkup upaya-upaya untuk
memenuhi kriteria dalam GREENSHIP For Existing
Building minimum 1 rating dalam tiap kategori
BEM 4 ASD,EEC,WAC,IHC, dan MRC.
adanya jadwal berkala minimum tiap 6 bulan dan
program pelatihan dalam pengoperasian dan
pemeliharaan untuk tapak, energi, air, material, dan
HSES (health Safety Enfironmental, and Security).
Adanya bukti pelaksanaan pelatihan tentang
pengoperasian dan pemeliharaan untuk tapak, energi,
ari. Material, dan program HSES berikut dengan
evaluasi dari pelatihan tersebut.
6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pengukuran dan analisis penilain kriteria green building berdasarkan
perangkat penilaian Greenship untuk Gedung Terbangun yang telah dilakukan pada
Gedung Fisip Unpatti Ambon diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
5.2 Saran
Untuk mengembangkan hasil penelitian ini, berikut adalah beberapa saran
yang dapat dilakukan untuk kemajuan penelitian ini kedepannya:
6
DAFTAR PUSTAKA
Aditya 2019. Evaluasi Konsep Green Building Pada Gedung Baru Fakultas Hukum
Universitas Sam Ratulangi Manado. Diakses Tanggal 12 Juni 2022
Oktavia Elok Haspari 2018. Analisis Penerapan Green Building Pada Bangunan
Pendidikan (Studi Kasus: Green School Bali). Diakses Tanggal 12 Juni 2022
Dedy Darmanto, I Putu Wiguma 2013. Penilaian Kriteria Green Building Pada Gedung
Rektorat ITS. Diakses Tanggal 12 Juni 2022
Annisa Fikriyah Tasya, Ary Deddy Putranto 2017. Konsep Green Building Pada
Bangunan Kantor (Studi Kasus; Spasio Office, Surabaya) Diakses Tanggal 13
Juni 2022
Boy Leonard 2021. Memahami Konsep Green Building, Manfaat Dan Penerapannya.
Diakses Tanggal 14 Juni 2022
Moh Sayifuddin 2019. Penilaian Kriteria Green Building Pada Bangunan Gedung
Auditorium Universitas Jember Menggunakan Perangkat Penilaian Greenship
Untuk Bangunan Baru Versi 1.2. Diakses Tanggal 13 Juni 2022
Nanda Firnando 2016. Penilaian Kriteria Green Building Pada Bangunan Rumah Sakit
Universitas Sumatra. Diakses Tanggal 13 Juni 2022
Peraturan Daerah Kota Ambon No 24 Tahun 2012. Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Kota Ambon Tahun 2011-2031. Diakses Tanggal 5 juli 2022
Peraturan Wali Kota Ambon Nomor 21 Tahun 2021. Tentang Rencana Detail Tata
Ruang Kawasan Pusat Kota Ambon Tahun 2021-2024. Diakses Tanggal 5 Juli
2022
Peraturan Menteri Energy Dan Sumber Daya Mineral Republic Indonesia. Tentang
Penghematan Pemakian Tenaga Listrik. Diakses Tanggal 12 Agustus 2022
Peraturan Daerah Kota Ambon Nomor 5 Tahun 2012. Tentang Pajak Penerangan Jalan.
Diakses Tanggal 13 Juli 2022