Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK DILENGKAPI REFUTATION TEXT UNTUK

MENGATASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI


SMP NEGERI 17 PONTIANAK

DESAIN PENELITIAN

OLEH
SULASTRI
F1051201039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
LEMBAR PENGESAHAN JUDUL PROPOSAL PENELITIAN

PENGEMBANGAN MEDIA KOMIK DILENGKAPI REFUTATION TEXT UNTUK


MENGATASI MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI
SMP NEGERI 17 PONTIANAK

Pontianak, 2023
Mengetahui,
Mahasiswa Dosen Pembimbing Akademik

Sulastri M. Musa Syarif Hidayatullah, M.Pd


F1051201039 NIP. 19890818 201903 1011

Menyetujui,
Ketua Program Studi Pendidikan Fisika

Dr. Stepanus Sahala Sitompul, M.Si.


NIP. 196001251987031012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam
kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-kosep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan (Trianto., 2007). Menurut (Checkley, 2010)
mengemukakan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang penting dan patut dikuasai oleh
peserta didik pada kemajuan teknologi dan informasi saat ini. Dengan demikian penguasaan
terhadap mata pelajaran IPA merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari oleh peserta didik
dalam proses pendididikan dan pembelajaran (Ukoh, 2012) . Secara umum IPA meliputi tiga
bidang ilmu dasar, yaitu: biologi, fisika dan kimia. Pada bidang fisika khusunya, dimana
fisika adalah salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mempelajari tentang
fenomena alam, serta sifat-sifat dan gejala yang dapat diamati oleh indera manusia. Ilmu
fisika ini berkembang melalui observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis,
pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, teori dan konsep. Dapat
dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang tersusun atas tiga komponen
terpenting berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku secara universal (Trianto, 2010).
Dimana peserta didik menganggap mata Pelajaran fisika merupakan Pelajaran yang sulit dan
menakutkan (L.Lia, 2018).
Kesulitan belajar merupakan suatu keadaan dimana peserta didik tidak dapat belajar
secara baik, disebabkan adanya ancaman, hambatan maupun gangguan dalam belajar
(Djamarah, 2011). Menurut pendapat (Hamalik, 2006) menyatakan bahwa jika siswa
mengalami kegagalan kemunduran dalam hasil belajar, hal itu berarti ada kesulitan yang
dihadapi selama pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Santyasa, 2004)
menyatakan bahwa terdapat permasalahan dalam proses pembelajaran fisika di sekolah.
Proses pembelajaran di sekolah umumnya masih berpusat pada guru (teacher centered) dan
buku sebagai sumber belajar. Dimana peserta didik hanya mendapatkan proses pengetahuan
dari guru. Dengan kata lain, buku-buku yang digunakan pada saat proses pembelajaran
membuat peserta didik merasaa jenuh karena kalimat-kalimat yang terkandung dalam buku
tersebut kaku dan tidak komunikatif. Hal ini mengakibatkan siswa hanya dapat menghafalkan
konsep, teori dan rumus (Mikana, 2016).
Permasalahan dalam proses pembelajaran tersebut dapat mengakibatkan peserta didik
memiliki konsepsi yang berbeda dari konsep para ahli atau biasa disebut miskonsepsi
(Mikana, 2016). Miskonsepsi atau salah konsep merujuk pada suatu konsep yang tidak sesuai
dengan pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar bidang itu. Miskonsepsi
banyak ditemukan dibidang fisika khususnya pada materi suhu dan kalor. Hal ini juga
dijelaskan oleh Sofianto etc bahwa miskonsepsi peserta didik banyak terjadi juga dalam
kehidupan sehari-hari dan peserta didik tidak menyadarinya seperti peserta didik
menyamakan kalor sama dengan panas, panas sama dengan energi, dingin bukan bagian dari
kalor dan banyak miskonsepsi fisika yang peserta didik tidak menyadarinya (Sofianto dkk.,
2013). Miskonsepsi fisika adalah pemahaman peserta didik yang tidak sesuai dengan konsep
dan aplikasinya pada saat melakukan percobaan (Suparno P. , 2005). Miskonsepsi peserta
didik dapat diukur dengan menggunakan beberapa alat pengukuran miskonsepsi sehingga bisa
terukur dengan jelas apakah peserta didik paham konsep, peserta didik salah konsep atau
memang peserta didik tidak paham (Sofianto, 2019). Analisis miskonsepsi yang dilakukan
oleh Lestari, bahwa 11.53% siswa mengalami miskonsepsi terhadap suhu karena mereka
berpendapat jika suhu benda sama dengan massa benda, miskonsepsi yang terjadi pada
16.44% peserta didik juga terjadi pada anggapan tentang pelepasan dan penyerapan kalor (P.
Ayu Suci Lestari, 2017). Miskonsepsi banyak digunakan oleh peneliti-peneliti pendidikan
fisika karena dari konsep yang baik maka akan melahirkan penguasaan konsep peserta didik
yang baik. Pernyataan itu juga didukung oleh Luh Sukariasih bahwa miskonsepsi adalah
pangkal menurunnnya hasil belajar peserta didik fisika menjadi rendah (Sukariasih, 2016).
Satu diantara faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu bahan ajar (Suparno,
2013). Bahan ajar adalah bahan pembelajaran yang digunakan untuk membantu peserta didik
dalam memahami materi yang akan dipelajari. Menurut National Center for Vocational
Education Research Ltd/ National Center for Competency Based Training, bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dikelas (Nugraha, 2013). Dimana proses belajar adalah interaksi individu
dengan lingkungan. Dalam konteks ini, lingkungan dapat berupa manusia dan benda-benda
lain yang memungkinkan individu memperoleh pengalaman atau pengetahuan, termasuk
pengalaman atau pengetahuan baru serta pengalaman yang telah diperoleh atau ditemukan
sebelumnya tetapi kembali memperhatikan individu untuk memungkinkan interaksi
(Aunurrachman, 2019). Kesulitan dari permasalahan tersebut harus dilakukan oleh seorang
pengajar pendidik dengan bantuan media dan bahan ajar yang ada pada saat ini.
Media merupakan wadah dari pesan oleh sumber atau penyalur ingin diteruskan
kepada sasaran atau penerima pesan tersebut (Muhson, 2010). Manfaat media pembelajaran
bagi seorang guru yaitu mempermudahkan guru dalam proes pembelajaran, dapat meletakkan
dasar-dasar untuk peserta didik sehingga mengurangi pemahaman yang kurang nyata, dan
membantu pemikiran yang luas (Arsyad, 2006). Dimana jenis-jenis media pembelajaran yaitu
media audio, media visual, media audio-visual dan media serba neka (Muhson, 2010).
Terdapat dua jenis media visual yaitu media visual diam dan media visual gerak. Media visual
diam terdiri dari foto, buku, ensiklopedia, majalah, surat kabar, buku referensi, dan barang
hasil cetakan lain-lain, gambar, ilustrasi, kliping, film bingkai, film rangkai, transparansi,
mikrofis, overhead proyektor, grafik, bagan, diagram dan sketsa, poster, gambar kartun
(komik), peta dan globe (Muhson, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil komik
sebagai media yang akan digunakan.
Dimana komik dipilih karena konsep pada pembelajaran fisika yang begitu sulit dan
membosankan, akan menjadi menarik dan mudah dipahami fenomena yang disajikan dalam
komik menerapkan kehidupan sehari-hari, disajikan dengan gambar yang sederhana berbalur
dengan cerita yang menarik, teks yang tidak kaku dan mengandung humor (I P Pramadi,
2013). Komik merupakan sebuah buku yang berisi cerita bergambar. Usia remaja cenderung
lebih menyukai membaca komik dari pada membaca buku Pelajaran McCloud (2002). Komik
itu sendiri merupakan gambaran- gambaran atau lambang-lambang lain yang saling
berdekatan, bersebelahan dalam urutan tertentu dimana tujuan dalam komik tersebut yaitu
untuk memberikan informasi atau mencapai tanggapan estetis dari pembaca itu sendiri
(Datyato., 2010). Media komik pada penelitian ini digunakan agar peserta didik tidak merasa
jenuh dalam membaca materi yang terdapat dalam bahan ajar atau buku karena media
pembelajaran dalam bentuk media komik ini menggabungkan unsur gambar dan teks yang
mudah untuk di mengerti, selain itu media komik dapat diserap dengan cepat (Danaswari,
2013). Menurut (Mediawati, 2011) menyatakan penggunaan media pembelajaran komik dapat
menciptakan suasana menyenangkan dan tidak membosankan bagi pengajar maupun peserta
didik. Komik dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar
peserta didik (Nurohimah, 2012). Disini peneliti ingin mengebangkan media komik di
lengkapi refutation text bertujuan untuk mengatasi miskonsepsi peserta didik.

Dimana refutation text itu sendiri adalah bahan bacaan yang disusun dengan
membandingkan dengan tajam (kontras) ide-ide yang salah dengan ide-ide yang benar
(Sutrisno L, 2007). Refutation text ini didesain untuk menyatakan miskonsepsi, kemudian
disanggah secara eksplisit kemudian diberikan sebuah penjelasan yang dapat diterima secara
ilmiah sebagai sebuah logika yang masuk akal (Broughton, 2010). Adapun Komponen dari
refutation text meliputi: (1) pernyataan mengenai miskonsepsi yang sering terjadi, (2)
menyanggah miskonsepsi tersebut, dan (3) menjelaskan konsep ilmiah sebagai penjelasan
yang benar. Ketika peserta didik membaca refutation text, peserta didik cenderung terlibat
dalam pemrosesan yang lebih dalam untuk menyelesaikan konflik antara konsep awal peserta
didik dengan pengetahuan baru (Kendeou, 2014). Pergabungan media pembelajaran dan
bahan ajar komik berbantuan refutation text sangatlah terbantu karena dimana komik memuat
gambaran dan refutation text sebagai penjelasan dalam media komik yang akan peneliti buat.
Komik memiliki beberapa kelebihan yang menjadikannya dapat berguna sebagai
bahan ajar yang menarik. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Widyawati mengenai
media komik untuk menigkatkan motivasi belajar dan karakter peserta didik menghasilkan
rata-rata gain sebesar 0,48 dan karakter sebesar 0,54 yang dikategorikan sedang. Penelitian
lain tentang efektivitas media komik kartun mendapatkan nilai hasil uji gain ternormalisasi
sebesar 0,076 dan tergolong tinggi. Media komik efektif digunakan untuk melihat hasil
belajar siswa sebesar 80%. Selain itu, komik merupakan bahan ajar yang masih jarang
digunakan untuk meremediasi miskonsepsi peserta didik khususnya pada pelajaran fisika.
Komik dipandang cocok dalam pembelajaran fisika yang dapat penyampaikan unsur visual
dan tak lepas dari fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri 17 Pontianak dengan
melakukan wawancara dengan salah satu guru mata Pelajaran IPA, diperoleh informasi
bahwa guru belum pernah menggunakan komik dalam proses pembelajaran untuk mengatasi
miskonsepsi peserta didik. Guru mata pelajaran IPA di sekolah tersebut hanya mendapatkan
informasi melalui kegiatan pembelajaran di kelas (seperti penjelasan dari guru, membaca dan
meringkas pembelajaran, pemberian soal sebelum pembelajaran, kerja kelompok, praktikum
dan hasil ulangan pada peserta didik). Dari hasil ulangan pada materi suhu dan kalor peserta
didik kesulitan memahami materi dan soal ulangan, sehingga hasil ulangan yang diperoleh
dari materi suhu dan kalor sangatlah kurang memuaskan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan
adanya pengembangan media komik untuk mencari atau mengetahui sejauh mana
pemahaman konsep yang dimiliki oleh peserta didik, agar tidak terjadinya miskonsepsi
selanjutnya dan memotivasi peserta didik terhadap mata Pelajaran IPA yang disajikan
didalam komik dengan menarik.
Pada penelitian ini, peneliti memilih objek penelitian yaitu peserta didik sekolah
menengah pertama (SMP) pada materi Suhu dan Kalor. Pada materi Suhu dan Kalor peserta
didik dituntut untuk memahami konsep dan aplikasinya, sementara pada materi ini masih
banyak peserta didik yang mengalami miskonsepsi. Komik ini dibuat agar dapat mengubah
miskonsepsi siswa terhadap Suhu dan Kalor.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan media
komik untuk mengungkapkan pemahaman konsep peserta didik. Adapun memilih media
komik dalam penelitian yang digunakan dimana komik memiliki kelebihan yaitu untuk
meningkatkan motivasi peserta didik dalam membaca buku yang berisi pembelajaran. Oleh
karena itu penelitian ini dapat memberi gambaran terkait pemahaman konsrp peserta diidk di
SMP Negeri 17 Pontianak. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan
pemahaman konsep peserta didik serta menjadi media yang bermanfaat karena menumbuhkan
motivasi dan pemahaman konsep peserta didik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas maka permasalahan
umum penelitian ini adalah “Apakah media komik dilengkapi refutation text layak diterapkan
untuk mengatasi miskonsepsi peserta didik pada materi suhu dan kalor di SMP Negeri 17
Pontianak”
Secara khusus rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah: Rumusan
masalah pada penelitian ini meliputi
1. Bagaimana peningkatan miskonsepsi peserta didik pada materi suhu dan kalor sebelum
dan sesudah menggunakan media pembelajaran media komik dilengkapi Refutation text
materi suhu dan kalor?
2. Bagaimana Bagaimana respon Guru dan Peserta didik terhadap media komik dilengkapi
Refutation text materi suhu dan kalor untuk mengatasi miskonsepsi bagi peserta didik?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengatasi miskonsepsi pada peserta
didik menggunakan media komik dilengkapi refutation text pada materi suhu dan kalor di
SMP Negeri 17 Pontianak.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Tujuan dalam penelitian ini yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh sebelum dan sesudah menggunaka media
komik dilengkapi refutation text untuk mengatasi miskonsepsi peserta didik,
2. Untuk mengetahui respon Guru dan peserta didik pada media pembelajaran komik
dilengkapi Refutation text untuk mengatasi miskonsepsi bagi peserta didik

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media laternatif dalam pelaksanaan kegiatan
bagi pembelajaran di SMP Negeri 17 Pontianak.
2. Bagi guru
Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan acuan kajian atau rujukan, bahan informasi,
serta dapat bermanfaat sebagai media alternatif pembelajaran.
3. Bagi peserta didik
Peserta didik memperoleh pembelajaran yang berbeda dari biasanya yaitu
pembelajaran menjadi lebih menarik dengan menggunakan komik. Sehingga peserta
didik akan lebih tertarik mengikuti pembelajaran IPA pada materi suhu dan kalor.
4. Bagi penelitian
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam menerapkan
media pembelejaran komik untuk mengatasi miskonsepsi dalam proses pembelajaran.

E. Asumsi dan Keterbataan Pengembangan


Asumsi merupakan suatu yang pernyataan yang diyakini walaupun
masih belum diketahui apakah benar atau tidak. Dalam penelitian ini media pembelajaran
komik di lengkapi refutation text yang sedang dikembangkan memiliki asumsi yaitu:
1. Melatih peserta didik untuk belajar dan membaca secara mandiri melalui media
komik yang dilengkapi refutation text.
2. Peserta didik dapat memvisualisasikan dengan jelas bagaimana cerita dalam media
pembelajaran komik.
3. Guru dapat menggunakan media komik dilengkapi refutation text sebagai alat bantu
pebmbelajaran untuk mengatasi miskonsepsi peserta didik, memuat proses
pembelajaran menjadi menarik dan mempermudah peserta didik memahami konsep
materi suhu dan kalor secara kogkrit dengan bantuan teks dan gambar.
Adapun keterbatasan pada media komik dilengkapi refutation text untuk materi suhu dan
kalor adalah sebagai berikut:
1. Media pembelajaran komik di lengkapi refutation text yang dikembangkan hanya
memuat materi suhu dan kalor untuk kelas VII.
2. Minimnya pengetahuan peneliti terkait pengembangan media pembelajaran
komik berbasis refutation text.

F. Teminologi (Peristilahan)
1. Pengembangan
Pengembangan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi adalah proses, cara, perbuatan
mengembangkan. Dengan demikian konsep pengembangan adalah rancangan
mengembangkan sesuatu yang sudah ada dalam rangka meningkatkan kualitas lebih maju
(KBBI, 2002). Adapun pengembangan yang dimaksud peneliti ini dimana peneliti
membuat komik dengan melibatkan refutation text untuk mengatasi miskonsepsi.
Model pengembangan yang saya gunaka dalam penelitian ini adalah pengembangan
ADDIE (Analysis, Design,Development, Implementation, dan Evalution). Menurut
(Cahyadi, 2019 ) langkah-langkah penelitian dan pengembangan ADDIE, yaitu (1)
Analysis (menganalisis), (2) Design (merancang), (3) Development (mengembangkan),
(4) Implementation (mengimplementasikan), (5) Evalution (mengevaluasi). Tujuan
utama dari ADDIE yaitu mengembangkan sebuah produk yang efektif dan efisien.
2. Media
Media pembelajaran adalah berbagai jenis alat, bahan, atau teknologi yang digunakan
dalam proses pembelajaran untuk membantu peserta didik memahami dan menguasai
materi pelajaran. Media pembelajaran bertujuan untuk memberikan dukungan dan
memfasilitasi proses belajar mengajar. Media ini dapat berupa alat fisik, seperti buku
teks, papan tulis, model, atau alat-alat audiovisual, serta teknologi digital, seperti
komputer, perangkat lunak pembelajaran, video, atau perangkat mobile.
Media pembelajaran memiliki beberapa fungsi, antara lain:
a. Meningkatkan pemahaman: Media pembelajaran membantu peserta didik
untuk lebih mudah memahami konsep dan materi pelajaran dengan
visualisasi yang jelas dan interaktif.
b. Memotivasi peserta didik: Media pembelajaran yang menarik dapat
meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar, karena mereka lebih
tertarik dan terlibat dalam proses pembelajaran.
c. Membantu pengajaran yang beragam: Guru dapat menggunakan berbagai
jenis media pembelajaran untuk memberikan variasi dalam pengajaran, yang
dapat membantu peserta didik dengan gaya belajar yang berbeda.
d. Meningkatkan retensi informasi: Visualisasi dan penggunaan media
interaktif dapat membantu peserta didik mengingat informasi dengan lebih
baik daripada hanya melalui ceramah.
e. Memfasilitasi pemecahan masalah: Media pembelajaran yang interaktif
dapat membantu speserta didik dalam memecahkan masalah dan
mengembangkan keterampilan analitis.
Media pembelajaran dapat digunakan dalam berbagai konteks pendidikan,
seperti di sekolah, perguruan tinggi, pelatihan kerja, atau dalam pembelajaran
mandiri. Penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat memperkaya
pengalaman belajar peserta didik dan meningkatkan efektivitas pembelajaran.

3. Komik
Komik adalah media yang memadukan gambar dan ilustrasi untuk mendukung
penjelasan materi yang disajikan. Selain karena sifatnya yang menghibur, peserta didik
cenderung lebih tertarik membaca komik dibandingkan dengan membaca buku pelajaran.
Komik juga media yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan dalam
memahami konsep pada materi. Media komik termasuk kedalam media grafis, dimana
media grafis itu sendiri merupakan suatu penyajian secara visual yang menggunakan titik-
titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan- tulisan, atau simbol visual. Komik memiliki
beberapa kelebihan yaitu menjadi bahan ajar yang menarik dan memotivasi peserta didik
dalam memahami konsep atau materi yang akan di ajarkan.

4. Refutation Text
Refutation text adalah bahan bacaan yang disusun dengan membandingkan dengan
tajam (kontras) ide-ide yang salah dengan ide-ide yang benar. Refutation text didesain
untuk menyatakan miskonsepsi, kemudian disanggah secara eksplisit kemudian diberikan
sebuah penjelasan yang dapat diterima secara ilmiah sebagai sebuah logika yang masuk
akal. refutation text hanya memiliki tiga komponen (Broughton, Sinatra, & Reynolds,
2010). Komponen dari refutation text: (1) pernyataan mengenai miskonsepsi yang sering
terjadi, (2) menyanggah miskonsepsi tersebut, dan (3) menjelaskan konsep ilmiah sebagai
penjelasan yang benar. Ketika peserta didik membaca refutation text, peserta didik
cenderung terlibat dalam proses yang lebih dalam untuk menyelesaikan konflik antara
konsep awal peserta didik dengan pengetahuan baru. Miskonsepsi

5. Miskonsepsi
Miskonsepsi atau salah konsep adalah suatu konsep yang tidak sesuai dengan
pengertian ilmiah atau pengertian yang diterima para pakar dalam bidang itu, bentuk
miskonsepsi dapat berupa konsep awal, kesalahan, hubungan yang tidak benar antara
konsep-konsep, pandangan indra manusia. Miskonsepsi mencakup pemahaman dan
pemikiran yang tidak berdasarkan pada informasi yang tepat. Berarti miskonsepsi dapat
dipandang sebagai suatu konsepsi yang melekat dan stabil dibenak peserta didik yang
menyimpang dari konsepsi yang dikemukakan oleh para ahli yang bisa menyesatkan
peserta didik dalam memahami fenomena alamiah dan melakukan eksplanasi ilmiah.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik selalu diarahkan untuk bisa memahami
materi pembelajaran dengan sebaikbaiknya. Faktanya, selama proses pembelajaran
peserta didik tidak selalu menyerap informasi sepenuhnya, terlebih lagi pada mata
pelajaran Fisika yang memuat banyak konsep ilmiah. Sehingga adakalanya apa yang
dipahami peserta didik mengenai suatu konsep ilmiah sering kali berbeda dengan konsep
yang dianut oleh para ahli fisika pada umumnya. Ketidak sesuaian pemahaman konsep
tersebut seringkali disebut sebagai miskonsepsi atau konsep alternatif.

6. Kelayakan
Kelayakan yang dimaksud dalam enelitian ini yaitu kepantasan media pembelajran
komik di lengkapi refutation text untuk mengataasi miskonsepsi peserta didik pada materi
suhu dan kalor ditinjau dari hasil validasi segi materi dan segi produk serta hasil
pemahaman konsep peserta didik.
Pada segi materi terdapat apspek relevansi materi dan aspek manfaat menurut
(Sudrajat, 2008) sedangkan pada segi produk terdapat aspek tampilan menurut (Miyarso,
2004)Hasil pemahaman konsep peserta didik menjadi tolak ukut untuk mengetahui
presentase kelayakan produk pada uji terbatas maupun uji coba lapangan. Menurut
(meisnti, 2018) produk dapat dikatakan layak apabila memperoleh hasil interpretasi skor
kelayakan >60%.

7. Suhu dan Kalor


Adapun materi suhu dan kalor pada penelitian ini disesuaikan dengan kurikulum Merdeka
di SMP, dengan kompetensi dasar dan indicator pembelajaran sebagai berikut:
Tabel 1.1 Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran
Kompetensi Materi Pokok Indikator Pembelajaran
Pembelajaran
3.4.1 Menjelaskan Pengertian
Suhu
3.4.2 Menjelaskan macam-
3.4 Memahami konsep suhu, Suhu
macam thermometer
pemuaian, kalor, perpindahan kalor,
3.4.3 Menerapkan
dan penerapan dalam kehidupan
perhitungan konversi suhu
sehari-hari termasuk mekanisme
3.4.4 Menjelaskan definisi
menjaga kestabilan suhu tubuh
Pemuaian zat pemuaian pada zaat padat,
pada manusia
cair dan gas
3.4.5 Menjelaskan pengertian
Kalor
kalor
3.4.6 Mengidentifikasi ciri
proses perubahan kalor
3.4.7 membedakan
perpindahan kalor secara
konduksi,konveksi, dan
radiasi dalam kehidupan
sehari-hari

Anda mungkin juga menyukai