Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. A DENGAN


DIAGNOSIS OSTEOMELITIS
Diajukan memenuhi Tugas Praktik Klinik : Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun oleh :
IMAN SADEWA
P27905121017

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT., atas berkat rahmat dan karunia-

Nya sehingg dapat menyelesaikan makalah Asuhan keperawatan pada

pasien osteomelitis. Selama proses penyusunan makalah ini, penulis

banyak mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada Kusniawati, S.Kep,

Ners, M.Kep sebagai pembingbing praktek mata kuliah keperawatan

medikal bedah.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat

penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan kedepan. Semoga amal baik

yang telah diberikan mendapatkan ridho Allah SWT., aamiin,

Tangerang, 23 September 2020

Iman sadewa

ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .........................................................................
........... i
DAFTAR
ISI ...............................................................................
.................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ..........................................................................
........ 1
B. Rumusan
Masalah ...........................................................................
.. 3
C.
Tujuan ............................................................................
.................. 3
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian
osteomelitis ....................................................................
3
B. Etiologi
osteomelitis ......................................................................
... 3
C. Klasifikasi
osteomelitis ....................................................................
5
D. Patofisiologi
osteosarkoma ..............................................................
6
E. Manifestasi
klinis ............................................................................
.. 9
F. Pemeriksaan
penunjang.....................................................................
9
G. Penatalaksanaan
osteomelitis ............................................................ 10
H. Konsep asuhan
keperawatan ............................................................ 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian ........................................................................
.................. 23
B.
Analisdata ........................................................................
.................. 29
C.
Diagnosa ..........................................................................
.................. 30
D.
Intervensi.........................................................................
................... 31
E.
Implementasi ......................................................................
................ 34
F.
Evaluasi ..........................................................................
.................... 40
BAB IV KESIMPULAN
A.
Kesimpulan ........................................................................
.................. 43
B.
Saran .............................................................................
........................ 43
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh dan
bertanggung jawab terhadap pergerakan. Komponen utama sistem utama
sistem muskuloskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot rangka, tendon, ligamen, bursa, dan jaringan-jaringan khusus
yang menghubungkan struktur-struktur ini. Beragamnya jaringan dan
organ sistem muskuloskeletal dapat menimbulkan berbagai macam
gangguan. Beberapa gangguan tersebut timbul pada sistem itu sendiri,
sedangkan gangguan yang berasal dari bagian lain tubuh tetapi
menimbulkan efek pada sistem muskuloskeletal. Tanda utama gangguan
sistem muskuloskeletal adalah nyeri dan rasa tidak nyaman , yang dapat
bervariasi dari tingkat yang paling ringan sampai yang sangat berat. Salah
satu gangguan tersebut adalah osteomielitis.
Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh
organisme piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa,
dan periosteum. Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang
disebabkan infeksi piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium
tuberkulosa atau Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada
sebagian kecil tempat pada tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti
sum-sum, perioesteum, dan jaringan lunak disekitar tulang. Kunci
keberhasilan penatalaksanaan osteomyelitis adalah diagnosis dini dan
operasi yang tepat serta pemilihan jenis antibiotik yang tepat.
Secara umum, dibutuhkan pendekatan multidisipliner yang
melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan ahli bedah
plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak. Dari penelitian
yang dilakukan Riset total insiden tahunan terjadinya osteomyelitis pada
anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling sering terjadi
pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan awal yang
tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada penundaan yang

1
lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan yang parah
pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus pada
defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang
berkepanjangan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian osteomelitis ?
2. Bagaimana tanda dan gejala osteomelitis ?
3. Apa saja klasifikasi osteomelitis ?
4. Bagaimana patofisiologi dari osteomelitis ?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomelitis ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian osteomelitis
2. Untuk mengetahui tanda dan gejala osteomelitis
3. Unuk mengetahui klasifikasi osteomelitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari osteomelitis
5. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien osteomelitis

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi
1. Pengertian Osteomelitis

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang baik


karena infeksi piogenik atau non piogenik mialnya mikobakterium
tuberkolosa (Chairuddin, 2003). Infeksi ini dapat bersifat akut maupun
kronis. Pada anak-anak infeksi tulang seringkali timbul sebgai
komplikasi dari infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring
(faringitis), telinga (otitis media) dan kulit (impetigo).
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling
jaringan tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang
akan mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan
ekstremitas (Smeltzer & Bare, 2001 dalam jurnal Sani,Nida Mutia 2020).
2. Etiologi
Osteomielitis disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh
penyebaran hematogen (melalui darah) biasanya terjadi di tempat dimana
terdapatt trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan
akibat trauma subklinis (tak jelas). Selain itu dapat juga berhubungan
dengan penyebaran infeksi jaringan lunak, atau kontaminasi langsung
tulang. Infeksi ini dapat timbul akut atau kronik.
Adapun faktor penyebab adalah (Smeltzer & Bare 2010 dalam

a. Virus, jamur dan mikroorganisme lain Osteomielitis akut atau kronik:

b. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun


manifestasi lokal yang berjalan dengan cepat

c. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak


ditangani dengan baik. Dan akan memengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

3
3. Tanda Gejala
Tanda gejala yang muncul pada pasien dengan diagnosa osteomielitis
adalah:
a. Osteomielitis akut
1) Infeksi dibawa oleh darah
2) Biasanya awitannya mendadak
3) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (misalnya:
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise, pembesaran
kelenjar limfe regional)
4) Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
5) Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan
a) Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
b) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan
c) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau luka
d) Lab, anemia, leukositosis
b. Osteomielitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus, hasil laboratorium LED meningkat. Menurut
Smeltzer (2002):

1) Jika infeksi dibawah oleh darah, biasanya awitannya mendadak,


sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum). Gejala sismetik
pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara lengkap. Setelah
infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang, akan
mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan bagian yang
terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan nyeri tekan. Pasien
menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang semakin memberat
dengan gerakan dan berhubungan dengan tekanan pus yang
terkumpul.

4
2) Bila osteomielitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya
atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala septikemia. Daerah
infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
3) Pasien dengan osteomielitis kronik ditandai dengan pus yang selalu
mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang nyeri,
inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi derajat rendah
dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
4. Klasifikasi
Menurut Henderson terdapat dua macam osteomielitis, yaitu:
a. Osteomielitis primer, yaitu penyebarannya secara hematogen
dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar
melalui sirkulasi darah.
b. Osteomielitis sekunder, yaitu terjadi akibat penyebaran kuman dari
sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Sedangkan berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi menjadi tiga,


yaitu:

a. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini
biasanya terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan
biasanya terjadi sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah.
Osteomielitis akut terbagi menjadi dua, yaitu:
1) Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak. Lokasi
yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan
cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis lokal serta
pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen
akut mempunyai perkembangan klinis dan onset yang lambat.
2) Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang

5
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan
melibatkan banyak jenis organisme.
b. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
c. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur.
5. Patofisiologi
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai 80%
infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
osteomielitis meliputi: Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia coli.
Terdapat peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial,
gram negative dan anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan
ortopedi dapat terjadi dalam 3 bulan pertama (akut fulminan–stadium
1) dan sering berhubngan dengan penumpukan hematoma atau infeksi
superficial. Infeksi awitan lambat (stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24
bulan setelah pembedahan. Osteomielitis awitan lama (stadium 3)
biasanya akibat penyebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih
setelah pembedahan. Respon inisial terhadap infeksi adalah salah satu
dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi, dan edema. Setelah 2 atau 3
hari, trombisis pada pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut,
mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian
berkembang ke kavitas medularis dan ke bawah periosteum dan dapat
menyebar ke jaringan lunak atau sendi di sekitarnya. Kecuali bila proses
infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan membentuk abses tulang.
Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan namun yang
lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah. Abses
yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan mati

6
(sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga tidak
dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan
lunak lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru (involukrum) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan, namun sequestrum

infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan


sepanjang hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.

7
6. Web of Caution (WOC)

Faktor predisposisi Invasi mikroorganisme dari Masuk


kejuksta epifisis
- Usia tempat lain yang beredar tulang
panjang
- Virulensi kuman melalui sirkulasi darah
- Riwayat trauma
- Nutrisi dan luka infeksi Fagositosis
Osteomyelitis

Demam Proses inflamasi hyperemia, Pembentukan


pus dan
nekrosis
jaringan
pembengkakan, gangguan
fungsi, pembentukan pus,
dan kerusakan kerusakan
Gangguan termoregulasi
integritas jaringan Penyebaran
infeksi ke
organ
penting

Risiko
Infeksi
Kemampuan tonus otot Peningkatan tekanan
menurun jaringan tulang dan medula Nyeri

Nafsu makan menurun Iskemia dan nekrosis tulang Pembentukan


abses tulang

Pembentukan
tulang baru,
Kelemahan fisik Ketidakseimbangan pengeluaran
pus
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Deformitas
dan bau dari
adanya
luka
Hambatan mobilitas fisik
Tirah baring lama
penekanan lokal
Gangguan
citra tubuh

Kerusakan integritas kulit


8
7. Epidemiologi
Data insidensi kasus osteomielitis di seluruh dunia masih belum ada,
namun di Amerika Serikat insidensi osteomielitis adalah 21,8 kasus dari
100.000 orang per tahun pada rentang tahun 1969-2000. Tahun 2000-
2009, kasus osteomielitis adalah 24,4 dari 100.000 orang per tahun.
Jumlah ini mengalami peningkatan jika dibandingkan pada tahun 1969-
1979, yang mana kasus osteomielitis adalah 11,4 dari 100.000 orang per
tahun. Sekitar 50-70% kasus osteomielitis disebabkan oleh kuman
Staphylococcus aureus.
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Osteomielitis akut
1) Pemeriksaan sinar x-ray awalnya menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak, dan setelah dua minggu terdapat daerah dekalsifikasi
ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum, dan
pembentukan tulang baru
2) Pemeriksaan MRI
3) Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju endap
darah
4) Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika
yang sesuai
b. Osteomielitis kronik
1) Pemeriksaan x-ray, besar, kavitas ireguler, peningkatan
periosteum, sequestra atau pembentukan tulang padat
2) Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik
3) Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih (biasanya
normal.

9. Komplikasi

Komplikasi osteomielitis dapat terjadi akibat perkembangan infeksi


yang tidak terkendali dan pemberian antibiotik yang tidak dapat
mengeradikasi bakteri penyebab. Komplikasi osteomielitis dapat
mencakup infeksi yang semakin memberat pada daerah tulang yang
terkena infeksi atau meluasnya infeksi dari fokus infeksi ke jaringan
sekitar bahkan ke aliran darah sistemik. Secara umum komplikasi
osteomielitis adalah sebagai berikut:

9
a. Abses Tulang
b. Bakteremia
c. Fraktur Patologis
d. Meregangnya implan prosthetik (jika terdapat implan prosthetic)
e. Sellulitis pada jaringan lunak sekitar.
f. Abses otak pada osteomielitis di daerah kranium. (Smeltzer & Bare,
2001)

10. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis pasien dengan diagnosa medis osteomielitis
menurut Brunner, Suddarth (2001):
a. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri. Sesuai
kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
b. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
c. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
d. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
e. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
f. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
g. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam
pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kososng yang ditinggalkan dengan
cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.

h. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi


hambatan aliran pembuluh balik.
i. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B, C, D dan K.
1) Vitamin K: Diperlukan untuk pengerasan tulang karena vitamin K
dapat mengikat kalsium. Karena tulang itu bentuknya berongga,
vitamin K membantu mengikat kalsium dan menempatkannya
ditempat yang tepat.
2) Vitamin A, B dan C: untuk dapat membantu pembentukan tulang.
3) Vitamin D: Untuk membantu pengerasan tulang dengan cara
mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar ada di dalam
darah yang kemudian diendapkan pada proses pengerasan tulang.
Salah satu cara pengerasan tulang ini adalah pada tulang kalsitriol dan

10
hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan
tulang masuk ke dalam darah.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
Keperawatan perioperatif memiliki tiga fase diantaranya pre operasi, intra
operasi dan post operasi. Berikut ini adalah konsep asuhan keperawatan
pada masing-masing fase perioperatif:
1. Pre Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian pasien pada fase pre operasi secara umum dilakukan
untuk menggali permasalahan pada pasien, sehingga perawat dapat
melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien. pengkajian
pre operasi secara umum meliputi pengkajian umum, riwayat
kesehatan, riwayat psikososialspiritual, pemeriksaan fisik dan
pengkajian diagnostik.
1) Identitas Umum
Identitas umum meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asusransi, golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumahsakit,
dan diagnosa medis.

2) Anamnesa
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien dengn diagnosa
medis osteomielitis adalah nyeri. Untuk memperoleh pengkajian yang
lengkap tentang nyeri pasien, perawat dapat menggunakan metode
PQRST:
Provoking incident: hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah
proses supurasi pada bagian tulang. Trauma, hematoma akibat trauma
pada daerah metafisis, merupakan salah satu faktor predis posisi
terjadinya osteomielitis hematogen akut.
Quality of pain: rasa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien
bersifak menusuk
Region, radiation, relief: nyeri dapat reda dengan imobilisasi atau
istirahat, nyeri tidak menjalar atau menyebar
Severity (scale) of pain: nyeri yang dirasakan pasien secara subjektif
anatara 2-3 pada rentang skala pengukuran 0-4
Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari

11
3) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan awitan gejala
akut (misalnya: nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam) atau
kambuhan keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam sedang.
b) Riwayat kesehatan dahulu
Pasien biasanya perrnah mengalami penyakit yang hampir sama dengan
sekarang, atau penyakit lain yang berhubungan tulang, seperti trauma
tulang, infeksi tulang, fraktur terbuka, atau pembedahan tulang, dll
c) Riwayat kesehatan keluarga

Kaji apakah keluarga pasien memiliki penyakit keturunan, namun


biasanya tidak ada penyakit Osteomielitis yang diturunkan.
d) Psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat
sembuh, takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit
sehingga perawat perlu mengfkaji perubahan-perubahan kehidupan
khususnya hubungannya dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
e) Pemeriksaan Fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek
sistemik menunjukkan adanya demam, takhikardi, irritable, lemah
bengkak, nyeri, maupun eritema.
f) Fungsional
Persepsi dan manajemen kesehatan: Pasien biasanya mengerti bahwa
penyakit yang ia diderita adalah penyakit yang berbahaya. Perawat
perlu mengkaji bagaimana pasien memandang penyakit yang
dideritanya, apakah pasien tau apa penyebab penyakitnya sekarang.
Nutrisi–metabolik: Biasanya pada pasien mengalami penurunan nafsu
makan karena demam yang ia diderita.
Eliminasi: Biasanya pasien mengalami gangguan dalam eliminasi
karena pasien mengalami penurunan nafsu makan akibat demam.
Aktivitas–latihan: Biasaya pada pasien Osteomietis mengalami
penurunan aktivitas karena rasa nyeri yang ia rasakan

12
Istirahat–tidur: Pasien biasanya diduga akan mengalami susah tidur
karena rasa nyeri yang ia rasakan pada tulangnya.
Kognitif–persepsi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dengan
kognitif dan persepsinya.
Persepsi diri–konsep diri: Biasanya pasien memiliki perilaku menarik
diri, mengingkari, depresi, ekspresi takut, perilaku marah, postur tubuh
mengelak, menangis, kontak mata kurang, gagal menepati janji atau
banyak janji.
Peran–hubungan: Biasanya pasien mengalami depresi dikarenakan
penyakit yang dialaminya. Serta adanya tekanan yang datang dari
lingkungannya. Dan pasien juga tidak dapat melakukan perannya
dengan baik.
Seksual–reproduksi: Biasanya pasien tidak mengalami gangguan dalam
masalah seksual.
Koping–toleransi stress: Biasanya pasien mengalami stress ysng berat
karena kondisinya saat itu.
Nilai kepercayaan: Pola keyakinan perlu dikaji oleh perawat terhadap
pasien agar kebutuhan spiritual pasien data dipenuhi selama proses
perawatan pasien di RS. Kaji apakah ada pantangan agama dalam
proses pengobatan pasien. Pasien biasanya mengalami gangguan dalam
beribadah karena nyeri yang ia rasakan.

b. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

c. Rencana Intervensi

Menurut SIKI (2018) Intervensi Keperawatan yang dilakukan


berdasarkan tiga diagnosa di atas adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Observasi:
a) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.

13
b) Identifikasi skala nyeri
c) Identifikasi nyeri non verbal
d) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
e) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
f) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
g) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
h) Monitor efek samping penggunaan analgetik
Terapeutik:
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal: TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin).
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal: suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan).
c) Fasilitasi istirahat dan tidur
d) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi:
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi:

a) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


2) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
Observasi:
a) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah (misal: kondisi, waktu,
stresor)
b) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
c) Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
Terapeutik:
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
b) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan

14
c) Pahami situasi yang membuat ansietas
d) Dengarkan dengan penuh perhatian
e) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
f) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
g) Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
h) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
a) Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
b) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan
prognosis
c) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
d) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
e) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
f) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
g) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
h) Latih tekhnik relaksasi
Kolaboratif:
a) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

3) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi


Observasi:
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Terapeutik:
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
a) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
b) Ajarkan perilaku hidup dan sehat
c) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

15
2. Intra Operasi
a. Pengkajian
Pada saat pengkajian intra operasi secara ringkas mengkaji hal-
hal yang berhubungan dengan pembedahan. Diantaranya adalah
validasi identitas dan prosedur jenis pembedahan yang akan
dilakukan, serta konfirmasi kelengkapan data penunjang
laboratorium dan radiologi. (Muttaqin, 2009).
Fase intra operatif dimulai ketika pasien masuk atau
dipindahkan ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan
ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup pemasangan IV cath, pemberian medikasi intaravena,
melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang
prosedur pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. Contoh:
memberikan dukungan psikologis selama induksi anestesi,
bertindak

sebagai perawat scrub, atau membantu mengatur posisi pasien


di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip - prinsip dasar
kesimetrisan tubuh. Prinsip tindakan keperawatan selama
pelaksanaan operasi yaitu: pengaturan posisi karena posisi yang
diberikan perawat akan mempengaruhi rasa nyaman pasien dan
keadaan psikologis pasien. Faktor yang penting untuk diperhatikan
dalam pengaturan posisi pasien adalah:
1) Letak bagian tubuh yang akan dioperasi
2) Umur dan ukuran tubuh pasien.
3) Tipe anaesthesia yang digunakan.
4) Sakit yang mungkin dirasakan oleh pasien bila ada pergerakan
(arthritis).
Prinsip-prinsip didalam pengaturan posisi pasien: Atur posisi
pasien dalam posisi yang nyaman dan sedapat mungkin jaga privasi
pasien, buka area yang akan dibedah dan kakinya ditutup dengan
duk. Anggota tim asuhan pasien intra operatif biasanya di bagi dalam
dua bagian. Berdasarkan kategori kecil terdiri dari anggota steril dan
tidak steril:

16
1) Anggota steril, terdiri dari: ahli bedah utama /operator, asisten ahli
bedah, scrub nurse /perawat instrumen
2) Anggota tim yang tidak steril, terdiri dari: ahli atau pelaksana
anaesthesi, perawat sirkulasi dan anggota lain (teknisi yang
mengoperasikan alat-alat pemantau yang rumit).
b. Diagnosa yang Mungkin Muncul
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan dengan suhu
lingkungan rendah
c. Rencana Intervensi

Menurut SIKI (2018) Intervensi keperawatan yang dilakukan


berdasarkan diagnosa diatas adalah:
1) Risiko perdarahan berhubungan dengan tindakan pembedahan
Observasi:
a) Monitor tanda dan gejala perdarahan
b) Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan sesudah
kehilangan darah
c) Monitor tanda-tanda vital ortostatik
d) Monitor koagulasi (misal prothrombin time, partial thromboplastin
time, fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik:
a) Pertahankan bedrest selama perdarahan
b) Batasi tindakan invasif, jika perlu
c) Gunakan kasur pencegah dekubitus
d) Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi:
a) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
b) Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
c) Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk mencegah
konstipasi
d) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
e) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
f) Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi:

17
a) Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
c) Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu

2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan dengan suhu lingkungan


rendah
Observasi:
a) Monitor suhu tubuh
b) Identifikasi penyebab hipotermia (misal: terpapar suhu
lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
c) Monitor tanda dan gejala hipotermia
Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan yang hangat (misal: atur suhu ruangan)
b) Ganti pakaian atau linen yang basah
c) Lakukan penghangatan pasif (misal: selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
d) Lakukan penghatan aktif eksternal (misal: kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
e) Lakukan penghangatan aktif internal (misal: infus cairan hangat,
oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi:
a) Anjurkan makan/minum hangat

3. Post Operasi
a. Pengkajian
Pengkajian post operasi dilakukan secara sitematis mulai dari
pengkajian awal saat menerima pasien, pengkajian status respirasi,
status sirkulasi, status neurologis dan respon nyeri, status integritas
kulit dan status genitourinarius.
b. Pengkajian Awal
Pengkajian awal pada fase post operasi adalah sebagai berikut:
1) Diagnosis medis dan jenis pembedahan yang dilakukan

2) Usia dan kondisi umum pasien, kepatenan jalan nafas, tanda-


tanda vital

18
3) Anastesi dan medikasi lain yang digunakan
4) Segala masalah yang terjadi dalam ruang operasi yang mungkin
memengaruhi peraatan pasca operasi
5) Patologi yang dihadapi
6) Cairan yang diberikan, kehilangan darah dan penggantian
7) Segala selang, drain, kateter, atau alat pendukung lainnya
8) Informasi spesifik tentang siapa ahli bedah atau ahli anastesi yang
akan diberitahu
9) Status Respirasi: kontrol pernafasan, kepatenan jalan nafas, status
sirkulasi, status neurologi dan muskuloskletal

c. Diagnosa yang Mungkin Muncul


1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (tindakan
operasi)
2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan dengan suhu
lingkungan rendah
3) Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi

d. Rencana Intervensi
Menurut SIKI (2016) Intervensi keperawatan yang dilakukan
berdasarkan diagnosa diatas adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (tindakan
operasi)
Observasi:
a) Monitor efek samping penggunaan analgetik
b) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
c) Identifikasi skala nyeri
d) Identifikasi nyeri non verbal
e) Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
f) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
g) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
h) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup Terapeutik:
a) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal: TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi

19
terbimbing, kompres hangat/dingin)
b) Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri (misal: suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
c) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi:
a) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
b) Jelaskan strategi meredakan nyeri
c) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
d) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e) Ajarkan eknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
f) Kolaborasi:
g) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2) Risiko hipotermi perioperatif berhubungan


dengan suhu lingkungan rendah
Observasi:
a) Monitor suhu tubuh
b) Identifikasi penyebab hipotermia (misal: terpapar suhu
lingkungan rendah, kerusakan hipotalamus, penurunan laju
metabolisme, kekurangan lemak subkutan)

c) Monitor tanda dan gejala akibat hipotermi


Terapeutik:
a) Sediakan lingkungan yang hangat (misal: atur suhu ruangan)
b) Lakukan penghangatan pasif (misal: Selimut, menutup kepala,
pakaian tebal)
c) Lakukan penghatan aktif eksternal (misal: kompres hangat,
botol hangat, selimut hangat, metode kangguru)
d) Lakukan penghangatan aktif internal (misal: infus cairan
hangat, oksigen hangat, lavase peritoneal dengan cairan
hangat)
Edukasi:
a) Anjurkan makan atau minum hangat

20
3) Risiko jatuh berhubungan dengan kondisi pasca operasi
Observasi:
a) Identifikasi faktor risiko jatuh
b) Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan faktor
risiko jatuh
c) Hitung risiko jatuh menggunakan skala
d) Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda
dan sebaliknya
Terapeutik:
a) Pasang handrail tempat tidur
b) Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
c) Tempatkan pasien berisiko jatuh dekat dengan pemantauan
perawat dari nurse station
Edukasi:
a) Anjurkan memanggil perawat jika membutukan banttuan
untuk berpindah

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Skenario Kasus II

Pasien Tn A datang ke RSUD Kab. Tangerang dengan keluhan


terdapat luka post fraktur yang tak kunjung sembuh dan semangin terasa
sakit, pasien mengatakan luka yang terjadi akibat kecelakaan sepeda motor
3 minggu yang lalu yang menyebabkan luka pada kaki sebelah kanan,
selama di rumah pasien mengatakan jarang sekali membersihkan lukanya
sehingga luka terdapat nanah dan luka menghitam , luka semakin parah
dan tercium bau yang tidak sedap. Kaki pasien sulit di gerakan dan terasa
nyeri, setelah datang di IGD pasien diperiksa oleh dokter dan tenaga
kesehatan lainnya yaitu dilakukan pemeriksaan pada luka pasien dan
perawat membersihkan luka dan mengganti perban pasien dokter
mengatakan pasien harus segera diopersi, selanjutnya pasien dipindahkan
di ruangan Dahlia. Keadaan umum baik krsadaran Compos Mnetis dengan
GCS 15, TD: 120/90 mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80 x/menit, RR: 20
x/menit

22
Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diagnosa Osteomilitis Di Ruang

Dahlia RSUD KAB. Tangerang

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Identitas Pasien
- Nama Klien : Tn. A
- Jenis Kelamin : Laki – laki
- Alamat : Jl. Sukamandi
- Umur : 40 Tahun
- Agama : Islam
- Status Perkawinan : Menikah
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Wirausaha
b. Identitas Penanggung Jawab
- Nama : Tn. S
- Jenis Kelamin : Perempuan
- Umur : 38 Tahun
- Pendidikan : SMA
- Pekerjaan : Wiraswata
- Alamat : Jln Sukamandi
- Hubungan dengan Klien : Istri pasien

2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri di bagian kaki sebelah kanan dan terdapat
luka fraktur yang tak kunjung sembuh dan menimbulkan nanah dan
bau
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien datang ke IGD RSUD Kab. Tangerang pada tanggal 21
September pada pukul 08.00 WIB dengan keluhan nyeri di bagian
kaki sebelah kanan terdapat luka dan kondisi luka kemerahan dan
sedikit hitam dan terdapat pus, pasien mengatakan terdapat luka

23
post fraktur akibat kecelakaan 3 minggu yang lalu, pasien
mengatakan selama di rumah tidak merawat lukanya dengan baik,
kemudian pasien langsung di periksa oleh dokter dan perawat
kemudian perawat melakukan tindakan pengkajian kepada pasien
kemudian di lakukan tindakan TTV dengan hasil Keadaan umum
baik krsadaran Compos Mnetis dengan GCS 15, TD: 120/90
mmHg, Suhu: 37°C, Nadi: 80 x/menit, RR: 20 x/menit, setelah itu
luka pasien di bersihkan dan di ganti perban. Dokter
menginstruksikan untuk di lakukan tindakan operasi, kemudian
pasien dipindahkan ke ruang perawatan dahlia untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut dan mendapat jadwal untuk operasi
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit yang
sekarang, dan pasien mengatakan pernah di rawat di Rumah Sakit
akibat kecelakaan, pasien tidak memiliki riwayat alergi makanan
dan obat
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan
dalam keluarganya seperti hipertensi dan diabetes mellitus.
3. Pengkajian Pola Fungsi Gordon
a. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Pasien mengatakan jika sakit klien dan keluarga klien berobat di
puskesmas terdekat, pasien menurut semua keputusan yang
disarankan oleh keluarganya.
b. Pola Aktifitas dan Latihan
Sebelum Sakit Dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi
mandi, makan, BAB/ BAK dan berpakaian Pasien melakukannya
secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu. Pasien bekerja
sebagai wirausaha. Selama sakit pasien makan, minum mandi,
berpakaian dibantu oleh orang lain, untuk toileting dibantu oleh
orang lain dan alat.
c. Pola Istirahat dan Tidur
Sebelum Sakit kebutuhan istirahat-tidur Pasien tercukupi, Pasien
biasanya dalam sehari tidur 6-8 jam. Selama sakit pasien
mengatakan tidak ada perubahan dalam pola tidurnya di rumah

24
sakit. Selama di Rumah Sakit Pasien lebih banyak waktunya untuk
istirahat
d. Pola Nutrisi Metabolik
Sebelum Sakit pasien makan 3x sehari, 1 porsi habis. Makanan
yang dikonsumsi Klien berupa nasi sayur dan lauk. Kemudianklien
minum 8-10 gelas perhari(1500- 2000cc) berupa air putih. Selama
Sakit Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan 3x sehari,
½ porsi. Makanan yang dikonsumsi pasien berupa nasi sayur dan
lauk. Kemudian klien minum 8-10 gelas perhari (1500-2000cc)
berupa air putih.
e. Pola Eliminasi
Sebelum Sakit BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan
warna feses lunak berwarna kuning kecoklatan. BAK lancar
kurang lebih sebanyak 5-7 kali Setelah Sakit Selama dirumah sakit
Klien BAB 2 hari sekali. Untuk BAK Klien lancar sehari 5-7 kali
sehari. Urine berwarna kuning jernih.
f. Pola Kognitif dan Preceptual
Pasien dalam keadaan composmentis, pasien dapat berbicara
dengan lancar, pasien berbicara menggunakan bahasa indonesia,
kemampuan berbicara pasien tidak ada gangguan.
g. Pola Konsep Diri
1. Gambaran Diri Pasien mengatakan merasa terganggu
aktivitasnya karena adanya luka di kaki kanannya, namun
pasien bisa beraktivitas dengan kedua tangan
2. Harga Diri Pasien menghargai dirinya dan selalu mempunyai
harapan terhadap hidupnya
3. Peran Diri Pasien mengakui perannya sebagai seorang kepala
keluarga, pasien mengatakan bahwa ingin segera sembuh dan
berkumpul dengan keluarga
4. Ideal Diri Pasien mengikuti semua keputusan yang disarankan
oleh keluarganya
5. Identitas Diri Pasien mengenali siapa dirinya
h. Pola Koping
Pengambilan keputusan dalam menjalankan tindakan dilakukan
oleh pihak keluarga, terutama pasien dan istri pasien.

25
i. Pola Seksual Reproduksi
Penyakit pasien saat ini tidak mempengaruhi fungsi seksual
reproduksi pasien
j. Pola Peran Hubungan
Pasien menikah satu kali, tinggal bersama istri dan berperan
sebagai kepala keluarga
k. Pola Nilai dan Kepercayaan Pasien memahami nilai-nilai yang
berlaku dalam masyarakat, pasien memahami hal-hal yang baik
dan benar
4. Data Psikologis
Pasien tampak gelisah dan cemas, selain itu pasien selalu
mengatakan ingin cepat pulang karena ia memiliki anak yang masih
kecil yang harus dirawat dirumah. Hubungan pasien dengan
keluarga baik.
5. DataPenunjang
Berdasarkan hasil laboratorium kimia darah pasien didapatkan :
 Kadar Hb 15,5 G/Dl
 Leukosit 38.000 /Mm3
 Trombosit 310.000 /Mm3
 Hematokrit 41 %
 Glukosa Sewaktu 186 Mg/Dl
 Ureum Darah 55 Mg/Dl
 Kreatinin Darah 1,7 Mg/Dl
 Kalsium 10 Mg/Dl
 AGD Yaitu, PH 7,11
 PCO2 37 Mmhg
 PO2 167 Mmhg
 Natrium 144 Mmol/L
 Kalium 1 Mmol/L
 Kalsium 0,56 Mmol/L
 HCO3- 11,8 Mmol/L.

6. Terapi yang di berikan

a. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.


b. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.

26
c. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
d. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.

7. Pemeriksaan Fisik

Finger print ditengah

frontal terhidrasi. Kulit


Pupil isokor, reflek cahaya

kepala bersih, tidak ada


normal, konjungtiva

ketombe dan tidak ada


anemis, sclera putih,

lesi. Penyebaran rambut


palpebral simetris, tidak

merata berwarna hitam,


Kelenjar getah bening ada alat bantu penglihatan

rambut tidak mudah patah,


teraba, tiroid teraba, posisi

tidak bercabang, dan tidak


trakea letak ditengah tidak

ada kelaina
ada kelainan

Mokosa hidung lembab,


Bentuk telinga simetris
tidak ada secret, ketajaman
kanan dan kiri, ketajaman
Tidak ada nyeri
penciuman normal, tidak
pendengaran normal,tidak
tekan pada
ada alat bantu, terdapat
ada alat bantu pendengaran
abdomen,
epistakis
peristaltic usus
10x/menit
Keadaan mukosa bibir
Bentuk dada simetris, pola
kering dan pucat. Tonsil
pernafasan teratur, irama
ukuran normal uvula letak
teratur, jenis pernafasan
simetris ditengah, gusi
regular, suara nafas
berdarah
vesikuler, susunan ruas
tulang belakang normal,
Tidak ada nyeri dada,
vocal fremitus sama antara
irama jantung regular,
kanan dan kiri, perkusi
palpasi kuat, bunyi jantung
thorax sonor, tidak ada alat
S1 S2 tunggal,
bantu pernafasan, tidak ada
CRT<2detik, tidak ada Pergerakan sendi dan
retraksi otor bantu nafas
cyanosis, tidak ada tungkai (ROM)
Clubbing Finger terganggu, terdapat luka
fraktur keerahan dan
nyeri, tidak ada
Ekstermitas atas
dislokasi, terdapat pus
simetris, rentang gerak

normal, tidak terdapat

luka

27
a. Pathway

28
b. Analisa Data

Analisa Data Etiologi Masalah

Ds: Agen pencederaan (D.0077) Nyeri


1. Pasien mengatakan nyeri di fisik: Kecelakaan Akut
bagian kaki sebelah kanan
2. Pasien mengatakan nyeri Invasi
bertambah saat pasien microorganisme
menggerakkan kakinya dari tempat lain
3. Pasien mengatakan nyeri
seprti tertusuk – tusuk Osteomylisis
4. Pasien mengatakan nyeri
terus menerus Peningkatan
5. Pasien menunjukkan skala tekananjaringan
nyeri 6 tulang
Do:
1. Pasien tampak meringis Iskemia dan
kesakitan nekrosis tulang
2. Terdapat luka pada kaki
pasien Pembentukan
3. Terdapat pus abses tulang
4. Tanda – tanda vital
TD: 120/90 mmHg Nyeri akut
Nadi: 80x/menit

Ds: Kecelakaan (D.0129)


Gangguan
Do: Luka integritas jaringan/
1. Terdapat adanya balutan luka kulit
di daerah kaki sebelah kanan Gangguan
± 9 cm lebar ± 7 cm integritas jaringan/
2. Adanya kerusakan jaringan kulit
3. Adanya kemerahan di sekitar
luka di kaki kanan
4. Adanya pus pada luka di kaki
sebelah kanan

Ds: Agen pencederaan (D.0142)


1. Pasien mengatakan terdapat fisik: Kecelakaan Resiko infeksi
luka di bagian kaki kanan
2. Pasien mengatakan sulit Invasi
mengerakan kakinya microorganisme
Do: dari tempat lain
3. Terdapat adanya luka di
kaki sebelah kanan sebesar Osteomylisis
±9 cm dan lebar ± 7 cm
4. Adanya kemerahan pada Proses inflamasi
sekitar luka pasien hyperemia,
5. Luka pasien mengeluarkan pembengkakan,
PUS gangguan fungsi,
6. Suhu tubuh pasien 37,0℃ pembentukan pus,

29
7. Leukosit 18.000 /Mm3 dan kerusakan
kerusakan
integritas jaringan

Pembentukan pus
dan nekrosis
jaringan
Pembentukan
abses tulang

Penyebaran infeksi
ke organ penting

Risiko Infeksi

7. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fikik
(kecelakaan/trauma)
2) Resiko infeksi berhubungan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
3) Gangguan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan tindakan invasif

30
8. Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

D.0077 Tingkat Nyeri : L.08066 Manajemen Nyeri : I.08238

Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Observasi


dengan agen pencedera tindakan keperawatan 1. Identifikasi
lokasi,
fisik selama 2x 24 jam karakteristik,
diharapkan nyeri yang durasi,frekuensi,
kualitas,
dirasakan bisa berkurang intensitas nyeri
yang ditandai dengan 2. Identifikasi skala
nyeri
kriteria 3. Identifikasi respon
nyeri
hasil : non verbal
1. Keluhan nyeri 4. Identifikasi
faktor
menurun (5) yang memperberat dan
2. Meringis menurun memperingan nyeri
(5) 5. Identifikasi
pengetahuan
3. Frekuensi nadi dan keyakinan tentang
nyeri
membaik (5) 6. Identifikasi
pengaruh
nyeri pada kualitas
hidup
7. Monitor efek samping
penggunaan alalgetik

Terapeutik

1. Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk
mengurangi rasa
nyeri
(Relaksaksi genggam
jari)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
peilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode,
dan pemicu nyeritrategi
meredakan nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor
nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

31
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik

(D.0142) Pencegahan infeksi I. 14539


Resiko infeksi berhubungan Tingkat infeksi: L.14137 Observasi
peningkatan paparan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan gejala
organisme patogen keperawatan selama 2x 24 infeksi lokal dan
sistemik
lingkungan jam diharapkan resiko Edukasi
infeksi berkurang yang 1. Batasi jumlah pengunjung
ditandai dengan kriteria 2. Berikan perawatan kulit
pada
hasil : area luka
1. Demam menurun (5) 3. Cuci tangan sebelum dan
2. Kemerahan menurun sesudah kontak engan
pasien
(5) dan lingkungan pasien
3. Nyeri menurun (5) 4. Pertahankan teknik
aseptik
4. Cairan berbau busuk pada pasien beresiko
tinggi
pus menurun (5) Edukasi
5. 1. Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
2. Ajarkan cara mencuci
tangan
dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka
4. Ajarkan
meninggkatkan
asupan nutrisi
5. Ajarkan
meningkatkan
asupan cairan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi jika perlu

32
D.0129 Integritas kulit dan Perawatan Integritas Kulit
Gangguan integritas jaringa L.14125 L.11353
kulit/jaringan berhubungan Setelah dilakukan tindakan
tindakan invasif keperawatan Observasi:
selama 2x 24 jam 1. Identifikasi
penyebab
diharapkan integritas kulit gangguan integritas
kulit
dan jaringan
meningkat dengan Terapeutik :
kriteria hasil : 1. Ubah posisi tiap 2 jam
jika
1. Elastisitas tirah baring
meningkat (5) 2. Lakukan pemijatan pada
area
2. Hidrasi (5) penonjolan tulang, jika
perlu
3. Kerusakan lapisan 3. Gunakan produk berbahan
kulit menurun (5) petrolium atau minyak
pada
4. Perdarahan menurun kulit kering
(5) 4. Hindari produk dasar
alkohol
5. Nyeri menurun (5) pada kulit
6. Hematoma menurun
(5) Edukasi:
1. Anjurkan
menggunakan
pelembab
2. Anjurkan minum air yang
cukup
3. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
4. Anjurkan
menhindari
terpapar suhu ekstrim
5. Ajurkan mandi
dan
menggunakan
sabun
secukupnya

33
9. Implementasi Keperawatan

Hari/tanggal Dx Implementasi Respon Paraf

Selasa 21 1 1. Mengkaji nyeri iman


September Manajemen nyeri L.08238 P: klien mengeluh
2021 Observasi nyeri pada area
1. Mengidentifikasi lokasi, kaki kanan
karakteristik, Q: seperti di tusuk
durasi,frekuensi, kualitas, – tusuk
intensitas nyeri R: nyeri menjalar
2. Mengidentifikasi skala ke pergelangan
nyeri kaki dan paha
3. Mengidentifikasi respon bagian atas
nyeri non verbal S:skala nyeri 5
4. Mengidentifikasi T:hilang timbul
faktor yang 2. Klien tampak
memperberat dan meringis
memperingan nyeri 3. Klien
5. Mengidentifikasi mengatakan tidak
pengetahuan dan alergi obat
keyakinan tentang nyeri 4. Klien kooperatif
6. Mengidentifikasi saat diajarkan
pengaruh nyeri pada teknik nafas
kualitas hidup dalam
7. Memonitor efek 5. Klien mampu
samping penggunaan melakukan
alalgetik relaksasi
Terapeutik genggam jari
1. Memberikan teknik dengan
nonfarmakologis untuk kooperatif
mengurangi rasa nyeri
(Hipnosis 5 jari)
2. mengontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri
3. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
4. Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam peilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeritrategi meredakan
nyeri
2. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri

34
3. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Mengajarkan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Berkolaborasi
pemberian analgetik
Selasa 21 2 Pencegahan infeksi I. 14539 1. Perban dan luka iman
September Observasi sudah di
2021 1. Memonitor tanda dan bersihkan, pasien
gejala infeksi lokal dan merasakan
sistemik nyaman
Edukasi 2. Kondisi luka
1. Membatasi jumlah masih terdapat pus
pengunjung dan kemerahan
2. Memberikan perawatan 3. Pasien dapat
kulit pada area luka kooperatif dalam
3. Mencuci tangan sebelum tindakan
dan sesudah kontak engan 4. Pasien menyimak
pasien dan lingkungan dan
pasien memperhatikan
4. Mempertahankan teknik saat diberikan
aseptik pada pasien edukasi
beresiko tinggi
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Mengajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
3. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
4. Mengajarkan
meninggkatkan asupan
nutrisi
5. Mengajarkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
1. Berkolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu

Selasa 21 3 Perawatan Integritas Kulit 1. Terdapat pus dan Iman


September L.11353 kemerahan pada
2021 luka pasien
Observasi: 2. Pasien kooperatif

35
1. Mengidentifikasi selama tindakan
penyebab gangguan
integritas kulit

Terapeutik :
1. Mengubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
2. Melakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3. Mengunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
4. Menghindari produk
dasar alkohol pada kulit

Edukasi:
1. Menganjurkan
menggunakan
pelembab
2. Menganjurkan minum
air yang cukup
3. Mengnjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Menganjurkan
menhindari terpapar
suhu ekstrim
5. Menganjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya
Rabu 22 1. Mengkaji nyeri iman
September Manajemen nyeri L.08238 Dengan respon
2021 Observasi klien mengeluh
1. Mengidentifikasi lokasi, nyeri pada area
karakteristik, kaki kanan, nyeri
durasi,frekuensi, kualitas, seperti di tusuk –
intensitas nyeri tusuk, klien
2. Mengidentifikasi skala mengatakan nyeri
nyeri menjalar ke
3. Mengidentifikasi respon pergelangan kaki
nyeri non verbal dan paha bagian
4. Mengidentifikasi atas, pasien
faktor yang mengatakan skala
memperberat dan nyeri 5, nyeri
memperingan nyeri terasa hilang
5. Mengidentifikasi timbul
pengetahuan dan 2. Klien tampak
keyakinan tentang nyeri meringis
6. Mengidentifikasi 3. Klien kooperatif
pengaruh nyeri pada saat diajarkan
teknik nafas

36
kualitas hidup dalam
7. Memonitor efek 4. Klien mampu
samping penggunaan melakukan
alalgetik relaksasi genggam
Terapeutik jari dengan
1. Memberikan teknik kooperatif dan
nonfarmakologis untuk mengatakan
mengurangi rasa nyeri adanya penurunan
(Hipnosis 5 jari) nyeri saat
2. mengontrol lingkungan dilakukan
yang memperberat rasa relaksaksi
nyeri genggam jari
3. Memfasilitasi istirahat
dan tidur
4. Mempertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam peilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi
1. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeritrategi meredakan
nyeri
2. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Menganjurkan memonitor
nyeri secara mandiri
4. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
5. Mengajarkan teknik
non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Berkolaborasi
pemberian analgetik
Rabu 22 Pencegahan infeksi I. 14539 1. Perban dan luka iman
September Observasi sudah di bersihkan,
2021 1. Memonitor tanda dan pasien merasakan
gejala infeksi lokal dan nyaman
sistemik 2. Kondisi luka masih
Edukasi terdapat pus dan
1. Membatasi jumlah kemerahan
pengunjung 3. Pasien dapat
2. Memberikan perawatan kooperatif dalam
kulit pada area luka tindakan
3. Mencuci tangan sebelum 4. Pasien menyimak
dan sesudah kontak engan dan
pasien dan lingkungan memperhatikan

37
pasien saat diberikan
4. Mempertahankan teknik edukasi
aseptik pada pasien
beresiko tinggi
Edukasi
1. Menjelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Mengajarkan cara
mencuci tangan dengan
benar
3. Mengajarkan cara
memeriksa kondisi luka
4. Mengajarkan
meninggkatkan asupan
nutrisi
5. Mengajarkan
meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
2. Berkolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
Rabu 22 Perawatan Integritas Kulit 1. Terdapat pus dan iman
September L.11353 kemerahan pada
2021 luka pasien
Observasi: 2. Pasien kooperatif
1. Mengidentifikasi selama tindakan
penyebab gangguan
integritas kulit

Terapeutik :
1. Mengubah posisi tiap 2
jam jika tirah baring
2. Melakukan pemijatan
pada area penonjolan
tulang, jika perlu
3. Mengunakan produk
berbahan petrolium atau
minyak pada kulit kering
4. Menghindari produk
dasar alkohol pada kulit

Edukasi:
1. Menganjurkan
menggunakan
pelembab
2. Menganjurkan minum
air yang cukup
3. Mengnjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
4. Menganjurkan
menhindari terpapar

38
suhu ekstrim
5. Menganjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

39
10. Evaluasi Keperawatan

Tanggal/ Dx Evaluasi Paraf


jam
1 S: Iman
1. Pasien mengatakan nyeri di
bagian kaki sebelah kanan
sedikit berkurang
2. Pasien mengatakan nyeri
bertambah saat pasien
menggerakkan kakinya
3. Pasien mengatakan nyeri
seprti tertusuk – tusuk
4. Pasien mengatakan nyeri
terus menerus
O:
1. Pasien tampak lebih tenang
2. Terdapat luka pada kaki
pasien
3. Terdapat pus
4. Tanda – tanda vital
5. TD: 133/90 mmHg
6. Nadi: 90x/menit
7. Skala nyeri 5
A : Masalah keperawatan nyeri akut
belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
2 S: Iman

O:
1. Terdapat adanya balutan
luka di daerah kaki sebelah
kanan ± 9 cm lebar ± 7 cm
2. Adanya kerusakan jaringan
3. Adanya kemerahan di
sekitar luka di kaki kanan
4. Pus pada luka di kaki
sebelah kanan sudah di
bersihkan
A: Masalah keperawatan resiko
infeksi belum teratasi
P: Intervensi dilanjtkan
3 S: iman
1. Pasien mengatakan terdapat
luka di bagian kaki kanan
2. Pasien mengatakan sulit
mengerakan kakinya
O:
1. Terdapat adanya luka di kaki
sebelah kanan sebesar ±9 cm
dan lebar ± 7 cm

40
2. Adanya kemerahan pada
sekitar luka pasien
3. Luka pasien mengeluarkan
PUS
4. Suhu tubuh pasien 37,0℃
A: Masalah keperawatan kerusakan
integritas kulit belum teratasi
P: Intervensi di lanjutkan
S: Iman
1. Pasien mengatakan nyeri di
bagian kaki sebelah kanan
sudah berkurang
2. Pasien mengatakan nyeri
berkurang saat
menggerakkan kaki
3. Pasien mengatakan nyeri
seprti cenat cenut
4. Pasien mengatakan nyeri
hilang timbul
O:
1. Pasien tampak lebih tenang
2. Terdapat luka pada kaki
pasien
3. Terdapat pus berkurang
4. Tanda – tanda vital
5. TD: 120/80 mmHg
6. Nadi: 80x/menit
7. Skala nyeri 4
A : Masalah keperawatan nyeri akut
teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan
S: Iman

O:
1. Terdapat adanya balutan
luka di daerah kaki sebelah
kanan ± 9 cm lebar ± 7 cm
2. Adanya kerusakan jaringan
3. Adanya kemerahan di
sekitar luka di kaki kanan
berkurang
4. Pus pada luka di kaki
sebelah kanan sudah di
bersihkan
A: Masalah keperawatan resiko
infeksi teratasi sebagian
P: Intervensi dilanjtkan

S: iman
1. Pasien mengatakan terdapat
luka di bagian kaki kanan
2. Pasien mengatakan sedikit

41
bisa menggerakan
O:
1. Terdapat adanya luka di kaki
sebelah kanan sebesar ±9 cm
dan lebar ± 7 cm
2. Adanya kemerahan pada
sekitar luka pasien
3. Luka pasien terdapat pus
namun berkurang
4. Suhu tubuh pasien 37,0℃
A: Masalah keperawatan kerusakan
integritas kulit teratasi sebagian
P: Intervensi di lanjutkan

42
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah radang tulang yang disebabkan oleh organisme
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat
menyebabkannya, gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat
tersebar melalui tulang, melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa,
dan periosteum. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum,
dan jaringan lunak disekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat
B. Saran

Agar makalah ini bermanfaat bagi penulis dan juga teman teman
mahasiswa – mahasiswi yang lain. Dan makin bertambah ilmu dan
pengetahuannya. Jangan lupa membaca teman – teman karna membaca
adalah jendela dunia.

43
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017). “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta, DPP PPNI
Miki Fujii, (2016), “Surgical treatment strategy for diabetic forefoot
osteomielitis”. Didapatkan hasil bahwa pasien dengan diagnosa
osteomieliti
Sani, Nita Mutia (2020) “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Pasien Dengan
Diagnosa Medis Osteomielitis Pedis Dengan Tindakan Debridement Di
Rumah Sakit Airan Raya”. Diploma thesis, Poltekkes Tanjungkara
Achadiono DN. Osteomielitis. In: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Sinadibrata
M, Setiyohadi B, Syam AF, Eds. Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jakarta:
Interna Publishing, 2014. p. 3243-9.
Gomes D, Pereira M, Bettencourt AF. Osteomyelitis an overview of
antimicrobial therapy. BJPS, 2013; 49 (1): 13-22.
Sjamsuhidajat R, De Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC, 2013. p. 903-5.

44
45

Anda mungkin juga menyukai