DISELENGGARAKAN OLEH MGMP PJOK MTs. KABUPATEN MAJALENGKA BEKERJASAMA DENGAN KEMENTERIAN
AGAMA KABUPATEN MAJALENGKA
25 s/d 27 MEI 2022
JUMLAH 32 JAM
DI SUSUN OLEH :
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, setelah mempertimbangkan masukan
dari Pengawas Madrasah, Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Majalengka serta Tenaga Pendidik dan
Kependidikan di lingkungan MTs Negeri 2 Majalengka, Laporan Hasil Kegiatan “ Workshop Pelatihan
Pencegahan dan Perawatan Cedera Olahraga Bagi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
( PJOK ) “ yang diselenggarakan oleh MGMP PJOK MTs. Kabupaten Majalengka bekerja sama dengan
Kemenyerian Agama kabupaten Majalengka, telah selesai disusun dan dapat dijadikan prasyarat dalam
penilaian angka kredit guru untuk tahun yang akan datang.
Selanjutnya laporan ini akan dievaluasi dan/atau ditinjau ulang sesuai dengan kebutuhan madrasah
dalam peningkatan kualitas profesi guru di MTs Negeri 2 Majalengka yang dapat digunakan sebagai dasar
dalam melakukan perubahan kualitas pendidikan di MTs Negeri 2 Majalengka.
Profesi guru harus dihargai dan dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini dikarenakan
guru merupakan tenaga profesional yang mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan sangat penting dalam
mencapai Visi Kemdikbud 2025 yaitu Menciptakan Insan Indonesia Cerdas dan Kompetitif.
Guru yang profesional wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara berkelanjutan.
Laporan ini disajikan untuk memberikan informasi tentang hasil kegiatan pengembangan diri guru yang
diselenggarakan oleh MGMP PJOK MTs. Kabupaten Majalengka bekerja sama dengan Kemenyerian
Agama kabupaten Majalengka, merupakan salah satu dokumen kelengkapan yang harus ada pada
persyaratan penilaian angka kredit guru.
Pada kesempatan ini, ucapan terima kasih disampaikan kepada berbagai pihak yang telah
memberikan bantuan secara maksimal dalam menyelesaikan laporan ini .
Mudah-mudahan laporan ini dapat menjadi tolok ukur ketercapaian pendidikan dan latihan yang
telah diikuti serta dapat menjadi sumber inspirasi bagi guru madrasah lain dalam peningkatan mutu
profesi guru dalam proses pembelajaran. Kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini di masa mendatang.
Guru Pembelajar,
Lembar Pengesahan........................................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................................ii
Daftar Isi........................................................................................................................iii
A. PENDAHULUAN....................................................................................................1
B. TUJUAN DIKLAT/WORKSHOP............................................................................2
C. MATERI DIKLAT/WORKSHOP............................................................................3
D. TINDAK LANJUT...................................................................................................5
E. DAMPAK TERHADAP PENINGKATAN KOMPETENSI GURU.......................5
F. PENUTUP.................................................................................................................6
Lampiran – Lampiran
LAPORAN
WORKSHOP PELATIHAN PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA
OLAHRAGA BAGI GURU PJOK ( PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN
KESEHATAN )
A. PENDAHULUAN
Guru adalah bagian integral dari organisasi pembelajar di sekolah. Sebuah organisasi, termasuk
organisasi pembelajar di sekolah perlu dikembangkan agar mampu menghadapi perubahan dan
ketidakpastian yang merupakan ciri kehidupan modern. Salah satu karakter utama organisasi pembelajar
adalah senantiasa mencermati perubahan internal dan eksternal yang diikuti dengan upaya penyesuaian
diri dalam rangka mempertahankan eksistensinya. Syarat mutlak terciptanya organisasi pembelajar adalah
terwujudnya masyarakat pembelajar di tubuh organisasi tersebut. Hal ini mudah dipahami, mengingat
kinerja suatu organisasi adalah merupakan produk kinerja kolektif semua unsur di dalamnya, termasuk
manusia.
Dalam konteks sekolah, guru secara individu maupun secara bersama-sama dengan masyarakat
seprofesinya harus menjadi bagian dari organisasi pembelajar melalui keterlibatannya secara sadar dan
sukarela serta terus menerus dalam berbagai kegiatan belajar guna mengembangkan profesionalismenya.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang Undang Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41), Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496),sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 nomor 45, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5670) mengamanatkan
guru sebagai tenaga profesional yang wajib melakukan kegiatan pengembangan keprofesian secara
berkelanjutan guna mendukung pengembangan profesionalisme guru pembelajar (PPGP). Pelaksanaan
program kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP) diharapkan
dapat meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, sosial dan kepribadian untuk memenuhi
kebutuhan dan tuntutan masa depan yang berkaitan dengan profesinya sebagai guru. Kegiatan
pengembangan keprofesian berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP) dilaksanakan atas dasar profil
kinerja guru sebagai perwujudan hasil uji kompetensi guru dan penilaian kinerja guru serta didukung
dengan hasil evaluasi diri. Apabila profil guru masih berada di bawah standar kompetensi yang
dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, maka guru diwajibkan untuk mengikuti program pemenuhan
standar kompetensi yang dipersyaratkan. Sementara itu, guru yang profilnya telah mencapai standar
kompetensi yang dipersyaratkan dalam penilaian kinerja guru, kegiatan pengembangan keprofesian
berkelanjutan bagi guru pembelajar (PPGP) diarahkan kepada pengembangan kompetensi lebih lanjut
supaya dapat memberikan pelayanan pendidikan yang berkualitas serta dalam rangka pengembangan
karirnya. Pelaksanaan kegiatan pengembangan keprofesian berkelanjutan sebagaimana yang diamanatkan
dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16
Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, diharapkan dapat menciptakan guru
profesional, mampu menumbuhkembangkan minat dan bakat peserta didik sesuai dengan bidangnya
dalam menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Guru sebagai pembelajar abad 21 harus mampu
mengikuti perkembangan ilmu dalam bidangnya dan dapat memberikan bekal pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang sesuai dengan standar kompetensi yang harus dimiliki peserta didik.
Menurut Permenneg PAN dan RB Nomor 16 Tahun 2009,unsur kegiatan pengembangan
keprofesian berkelanjutanmeliputi kegiatan-kegiatan berikut.
a. Pengembangan Diri
Kegiatan pengembangan diri adalah upaya untuk meningkatkan profesionalisme diri agar memiliki
kompetensi yang sesuai dengan peraturan perundangundangan atau kebijakan pendidikan nasional
sertaperkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau seni. Kegiatan tersebut dilakukan melalui
pendidikan dan pelatihan (diklat) fungsional, teknis dan/atau melalui kegiatan kolektif guru.
B. TUJUAN DIKLAT/WORKSHOP
ALOKASI WAKTU /
NO MATERI NARASUMBER JAM PELATIHAN
TEORI PRAKTEK
1 Materi Umum
1.1. Kebijakan Kementerian Agama Dr. H. Saepulloh, M.Pd.I
Kabupaten Majalengka ( Kepala Seksi Penmad Kementerian 3
berkenaan dengan PKB agama Kab. Majalengka )
1.2 Peranan MGMP dalam Dr. H. Saepulloh, M.Pd.I
Meningkatkan Profesionalisme ( Kepala Seksi Penmad Kementerian 3
Seorang Guru agama Kab. Majalengka )
2 Materi Pokok
2.1. Peranan Pelatih / Guru PJOK Oo Rahmat Sutisna, M.Pd.
3
Dalam Masalah Cedera Olahraga ( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
2.2. Mengatasi Potensi Cedera Oo Rahmat Sutisna, M.Pd.
Olahraga di Iklim Pana Dan Iklim ( Dosen PJOK Universitas Majalengka ) 3
Dingin
2.3. CPR ( Cardiopulmonary Oo Rahmat Sutisna, M.Pd.
3
Resuscitation ) ( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
2.4. Massage Olahraga Tatang suryadin, M.Pd.
2 3
( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
2.5. Identifikasi Cedera Strain & Tatang suryadin, M.Pd.
2 2
Sprain ( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
2.6. Penanganan Cedera Olahraga Tatang suryadin, M.Pd.
2 2
dengan Metode RICE ( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
2.7. Cedera Persendian dan Tatang suryadin, M.Pd.
2 2
Terapinya ( Dosen PJOK Universitas Majalengka )
Sub Total 23 9
Total 32
D. RINGKASAN MATERI
1. Peran Guru/pelatih dalam Masalah Cedera Olahraga
Tugas Guru dalam Pembelajaran Penjas
Dalam Penjas sebagaimana kita ketahui sasarannya adalah pengembangan domain
kognitif, afektif dan psikomotor
Pembelajaran olahraga (pembelajaran Motorik) sasarannya pengenalan/penguasaan berbagai
kemampuan koordinasi gerak dasar, dalam rangka pembekalan agar lebih mudah dalam
mempelajari keterampilan gerak cabang olahraga yang lebih sulit
Pelatihan jasmani untuk memelihara/meningkatkan derajat sehat dinamis yang adekuat
bagi siswa
Yang kesemua itu berujung pada “Meningkatkan kualitas hidup siswa masa kini dan mutu
sumber daya manusia masa depan (atlet masa depan)”
Paradigma pencegahan cedera olahraga
Pencegahan cedera olahraga lebih murah dibandingkan dengan pengobatan dan perawatan
cederanya
Cedera olahraga mengakibatkan menurunnya produktivitas pelaku olahraga
Pengobatan cedera yang tidak sempurna menimbulkan cedera yang dan akhirnya
mengakibatkan cedera yang menetap dan cacat fisik yang berdampak pada ketidakseimbangan
psikis
Urgensi Guru/Pelatih dalam Masalah Cedera Olahraga
Guru/pelatih harus menyadari adanya potensi cedera dalam setiap aktivitas
pembelajaran/berlatihnya jika dilakukan sembarangan
Terjadinya Cedera dalam proses pembelajaran/latihan menjadi bagian tanggung jawab
guru/pelatih
Apabila terjadi cedera pada saat pembelajaran/latihan bisa berdampak pada menurunnya
kepercayaan pada guru/pelatih.
Guru/pelatih dituntut memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
pertolongan dan penanganan cedera pada saat pembelajaran/latihan.
Ketepatan dalam penanganan cedera olahraga akan mempercepat proses pemulihan juga
menyelamatkan nyawa siswa/atlet
Pembelajaran/latihan yang tidak aman sama saja dengan mengubur masa depan siswa/atlet
OLAHRAGA/LATIHAN
YANG TIDAK AMAN =
MEMBUNUH POTENSI
ATLET MASA DEPAN
2. Cedera Olahraga
Apa itu Cedera Olahraga ?
Cedera adalah terganggunya fungsi tubuh disebabkan oleh kekuatan berlebih yang mengenai
tubuh atau bagaian tubuh pada saat latihan, bertanding dan atau setelah berlatih atau bertanding.
Bagian tubuh yang mengalami cedera
Sistem musculoskeletal nervorum (otot, tulang, sendi dan sarap)
Sistem Hemo-hidro-limpatik
Sistem kardiorespiratori
Macam cedera
Berdasarkan :
Proses terjadinya cedera (langsung dan tidak langsung
Macam penyebab (internal, eksternal dan terus menerus/syndrom over use)
Macam bagian tubuh (luar tubuh dan dalam tubuh)
Instensitas cedera (ringan dan berat)
Rhematodarthitis
Fraktur Patah tulang
Dislokasi
4. Kinesio Taping
Apa itu Kinesio Taping
sebuah modalitas terapi yang berdasarkan pada pendekatan penyembuhan secara alami dengan
bantuan pemberian plester elastis.
Kinesio taping dirancang untuk memfasilitasi proses penyembuhan alami tubuh dengan menyangga
dan menstabilkan otot dan sendi tanpa membatasi gerak sendi
Terbuat dari bahan khusus yang elastis seperti katun katun dan acrylic adhesive
Alat ini dikembangkan oleh Dr. Kenzo Kase, pada tahun 1979 dengan maksud dan tujuan utama
untuk mengurangi rasa sakit/nyeri dan meningkatkan penyembuhan jaringan lunak
Kinesio Taping
Metode terapi yang dapat dikombinasikan dengan metode terapi lain yaitu :
– Cryotherapy
– Hydrotherapy
– Manual Therapy
– Electro-stimulation
– Acupunture
– Intra Muscular Stimulation
Tidak boleh dikombinasikan dengan “terapi panas” seperti : ultrasound, microwave diatermy,
short wave diathermy
100 % catton dan elastic fibers
Hipoallergenic
Water resistant
Tidak membatasi ROM (range of movement)
3-5 hari pemakaian
Ketebalan dan berat hampir sama dengan kulit
Hanya bekerja pada axis longitudinal
Tidak ada obat apapun di dalam taping
Fungsi dan manfaat Kinesio Taping
Mengurangi nyeri
Meningkatkan awareness dan propioceptive
Inhibisi otot (cedera akut) dan fasilitasi otot (cedera kronis)
Memperlancar aliran kelenjar limfa (lymphatic drainage) mengurangi bengkak
Koreksi mekanis pada sendi
Cara Pemakaian Kinesio Taping
Sebelum ditempel, pastikan kulit harus bersih dari minyak atau air.
Pastikan memasang Kinesio Taping satu jam sebelum olahraga, mandi, atau aktivitas lain
yang menimbulkan keringat dan dekat dengan air.
Hindari pemakaian yang terlalu ketat agar terhindar iritasi kulit.
Setelah terpasang, Kinesio Taping harus terus diusap dengan tangan agar melekat dengan baik.
Kinesio Taping dapat digunakan selama tiga hingga lima hari
Terminologi dasar
Jaringan target : Jaringan yang membutuhkan treatment
Anchor : Permulaan dari pemasangan (aplikasi tanpa regangan)
Ends : Bagian akhir dari pemasangan (aplikasi tanpa regangan)
Base : Bagian tengah yang mendapatkan regangan diantara
anchor dan base. Sering disebut “Therapeutic Zone”
Proksimal : Bagian yang dekat dengan tubuh (origin)
Distal : Bagian yang menjauhi tubuh (insertion)
Origo : Tempat awal perlekatan otot (Punctum fixum : perlekatan otot yg diam)
Insersio : Tempat akhir perlekatan otot (Punctum mobile : perlekatan otot yang bergerak)
Konsep Inhibisi (rileksasi otot)
Kondisi akut, muscle spasm, overuse
Distal (insersio) ke proksimal (origo)
- 25%
Recoils menginhibisi otot
Konsep Fasilitasi (menegangkan otot)
Kondisi kronik, kelemahan otot, rehabilitasi
Proksimal (origo) ke distal (insersio)
- 35 %
Recoils memfasilitasi otot
1. Pertolongan Pertama Strain dan Sprain(turun)
Diagnosa Awal
Langkah diagnosa awal perlu dilakukan untuk mengetahui cedera apa yang terjadi dan level cederanya
Hal ini berkaitan dengan penanganan dan perawatan selanjutnya
Manfaat Diagnosa Awal
Mengetahui derajat cedera yang terjadi
Melokalisir tempat cedera
Meyakinkan kondisi atlet apakah sudah sehat dan normal atau belum
Sistematika pelaksanaan pengujian tahanan pada strain
Pada waktu konstraksi otot kita tahan
Bila cedera pasien akan merasakan kesakitan di tempat yang cedera (kita mengetahui letak cedera)
Melakukan palpasi pada bagian otot/tendon yang dicurigai mengalami cedera
Bila kita tekan sedikit pada bagian cedera pasien akan merasakan nyeri
Lakukan perabaan untuk mengetahui adanya robekan (robekan pada otot ditandai adanya cekungan
yang dalam)
Metode tarikan untuk sprain
Metode ini untuk mengetahui ligamen mana yang mengalami cedera dan level cederanya
Caranya dengan menarik ligamen yang mengalami cedera, saat menarik ligamen yang cedera pasien
akan mengalami kesakitan
Cara ini memang tidak terlalu akurat, akan tetapi bisa dijadikan referensi untuk pemeriksaan
selanjutnya
Caranya hampir sama dengan pengujian strain (dilakukan palpasi dan perabaan)
Pertolongan pertama pada Strain dan sprain
Pada level (derajat) 1 atau ringan pasien diistirahatkan (olahraganya dihentikan) dan tidak memerlukan
pengobatan lebih lanjut
Pada level (derajat) 2 atau sedang harus segera dilakukan RICE dan imobilisasi
Pada level (derajat) 3 atau berat pasien segera lakukan RICE dan dirujuk ke RSU untuk dijahit bila
terjadi putus tendo/otot/ligament
Ruptura Otot/Robekan Otot
Merupakan robekan pada sebagian atau daerah yang luas pada kesatuan otot
Biasanya sangat sulit diterapi
Akibat dari kurang pemanasan (kurang persiapan), over stress, kelelahan, bekerja keras pada suhu
yang dingin
Jenis Ruptura Otot
Distraksi ruptura
Biasanya terjadi pada olahraga yang dominan unsur power explosive (misal lompat jauh, smash)
Kompresi Ruptura
Biasanya terjadi karena benturan langsung pada otot (dan biasanya bisa lengsung diamati
dengan adanya pembekakan /hematoma /warna otot menjadi merah tua kebiruan.
Macam-maca cedera pada otot dan tendon
Tenoperiostitis : Cedera pada tendon dan otot akibat dari Strain berulang-ulang
Implamasi Otot (Myositis)
Implamasi tendon (Tendonitis) radang pada tendon
Fibrositis Muscular
Kram/kejang
Hematoma
2. Cedera Pada Persendian dan Terapinya(turun)
Cedera Persendian
Osteoarthitis cedera pada tulang akibat peradangan.
Pada umumnya terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Serta pengaruh manupose, obesitas,
penggunaan hak tinggi,
Rhematodart peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri.
Radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi, serta sendi terasa kaku
Dislokasi terjadi ketika posisi tulang bergeser atau keluar dari sendinya.
Dislokasi disebabkan karena sendi yang mengalami dampak tak terduga atau tidak seimbang. Sebagai
contoh saat seseorang jatuh atau mengalami pukulan yang keras pada area sendi.
Penanganannya dengan imobilisasi, manipulasi reposisi serta dilanjutkan pembinaan fisik didampingi
ahli
3. Metode RICE
APA ITU RICE?
Metode ini adalah mekanisme penanganan cedera yang biasanya untuk cedera pada jaringan lunak.
(Strain, Sprain dan Ruptura). Dan dilakukan sesegera mungkin setelah mengalami cedera.
R = Rest
I = Ice
C = Compress
E = Elevation
Rest
Pada tahap ini pasien diharapkan diistirahatkan bagian tubuh yang mengalami cedera.
Jika terpaksa bagian tubuh yang lain boleh melakukan aktivitas seperti biasa.
Bertujuan untuk mencegah terjadinya cedera berulang yang berujung pada semakin parahnya cedera.
Tahap ini juga membantu agar proses penyembuhan lebih cepat
ICE
Memberikan efek dingin yang bertujuan untuk membantu menurunkan suhu disekitar jaringan yang
mengalami cedera.
Efek dingin ini membuat penyempitan pembuluh darah sehingga tidak terjadi pembengkakan
yang parah. juga agar mengurangi rasa nyeri dan spasme otot.
Pemberian efek dingin ini dilakukan sesegera mungkin selama 15-20 menit, secara berkala kurang lebih
3 jam sekali
COMPRESSION
Pemberian penekanan kepada jaringan yang mengalami cedera, tujuannya adalah agar mengatasi
pembekakan berkelanjutan. Dan pada kasus pendarahan dapat mengurangi/menghentikan pendarahan
Tahap ini dianjurkan digabungkan dengan tahap ICE
Penekanan ini bisa menggunakan Elastic Verban, deker dll
Perlu diperhatikan penekanan tidak boleh terlalu ketat karena dapat menyebabkan gangguan sirkulasi
darah (cirinya : baal, kesemutan dan meningkatnya nyeri)
Elevation
Meninggikan bagian yang mengalami cedera melebihi ketinggian jantung sehingga dapat
membantu mendorong cairan keluar dari pembengkakan.
Bagaian cedera ditinggikan sebagaimana mustinya dan dibuat senyaman mungkin kurang lebih 15-25
Cm diatas ketinggian jantung
Dilakukan sampai pembengkakan menghilang
G. PENUTUP
Demikian laporan kegiatan pelaksanaan Workshop Pelatihan Pencegahan dan
Perawatan Cedera Olahraga Bagi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan
( PJOK ) yang telah diikuti selama 3 (tiga) hari. Semoga dapat memberikan gambaran
umum dari kegiatan yang telah dilaksanakan dengan harapan membawa perubahan
peningkatan kualitas kompetensi sebagai tenaga pendidik di MTs Negeri 2 Majalengka.
Laporan ini tentu masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu saran perbaikan
diperlukan untuk kesempurnaan laopran ini.
Terima kasih pada Kepala MTsN 2 Majalengka yang telah memberi ijin dan
kesempatan untuk mengikuti kegiatan ini.