Anda di halaman 1dari 6

BOOK REVIEW

Agama dalam Timbangan Teori Sosial

Nuzul Iskandar
(Pusat Penelitian dan Penerbitan LPPM IAIN Imam Bonjol, Email: nuzul.iskandar@gmail.com)

Judul Buku: Agama dan Teori Sosial Kontemporer


Judul Asli: Religion and Social Theory
Penulis: Bryan S. Turner
Penerjemah: Inyiak Ridwan Muzir
Halaman: 523
Cetakan: Pertama
Tahun: 2012
Penerbit: Ircisod, Jogjakarta
ISBN: 978-602-191-305-5

KARIR INTELEKTUAL BRYAN S. TURNER

Bryan Stanley Turner adalah satu di antara ilmuan terkemuka di dunia. Sosiolog yang lahir pada
14 Januari 1945 di Birmingham, Inggris, ini adalah Direktur Centre for the Study of Contemporary
Muslim Societies di University of Western Sydney dan Direktur The Committe on Religion at The City
di University of New York. Ia juga tergabung sebagai peneliti pada the American Sociological research
Assosiation. Selain menulis dan mempublikasikan banyak karangan, Turner juga tercatat sebagai editor
utama berbagai jurnal, seperti Body and Society, 4. Turner B., Body and Society; Explorations in
Citizenship Studies, Journal of Classical Sociology, Social Theory, London: Sage (2008)
British Journal of Sociology, European Journal of 5. Turner B., Can We Live Forever?; A Sociological
Social Theory, Cotemporary Islam, dan Journal of and Moral Inquiry, London: Anthem Press
Human Right. (2009)
Turner, ilmuan yang dikenal sebagai sosok 6. Turner B., Religion and Modern Society,
yang sederhana ini, meraih gelar sosiolog di Citizenship, Secularrisation and the State,
University of Leeds, Inggris. Di Universitas yang Cambridge: Cambridge University Press
sama, ia meraih gelar Doctor of Philosophy, sebuah (2011)
gelar yang cukup bergengsi, melalui thesis yang 7. Turner B. and Khondker H., Globalization
berjudul: "The Decline of Methodisme: an Analysus East and West. Sage: London (2010)
of Religious Commitment and Organisation". Ia 8. Turner B. and Susen S., The Legacy of Pierre
juga menerima sejumlah gelar akademik bergengsi Bourdieu, Anthem (2011)
lainnya dari berbagai universitas, seperti: Doctor
of Letter di Flinders Unversity, Master of Art dan Turner juga menjadi editor beberapa karya
Doctor of Letters pada University of Cambridge, penting lainnya, seperti:
Profesor Sosiologi pada University of Cambridge, 1. The Cambridge Dictionary of Sociolog y,
profesor pemikiran sosial dan politik di University Cambridge: Cambridge University Press (2006)
of Western Sydney, profesor sosiologi di Asian 2. The New Balckwell Companion to Social Theory,
Research Institute (ARI) National University of Oxford: Blackwell-Wiley (2009)
Singapore, dan President Profesor pada program 3. The Routledge International Handbook of
sosiologi Ph.D di The CUNY Graduate Center. Globalization Stuudies, London: Routledge
Fokus kajian Turner terdiri dari: globalisasi (2009)
dan agama, konflik agama dan negara modern, 4. The New Blackwell Companion to the Sociology
otoritas keagamaan dan informasi elektronik, of Religion, Oxford: Wiley-Blackwell (2010)
agama dan budaya remaja, hak-hak asasi 5. Secularization, UK: SAGE (2010)
manusia dan agama, tubuh manusia (human
body), perubahan kesehatan (medical change), SKEMA BUKU
sosiologi tubuh, dan kosmologi agama (religious
Buku Religion and Social Theory merupakan
cosmologies). Berikut beberapa karya Turner yang
kumpulan makalah tentang perkembangan
telah dipublikasikan:
sosiologi yang ditulis Turner untuk kuliah-kuliah
1. Turner B., The New Medical Socilogy, New
yang diberikannya di beberapa tempat, terutama
York: Norton (2004),
di Universitas Deakin, Australia. Tulisan-tulisannya
2. Turner B., Vulnerability and Human Right, tersebut terdiri dari: 1) Perekat sosial; 2) Candu
Penn State University Press (2006) sosial; 3) Agama sebagai pertukaran; 4) Agama
3. Turner B., Rights and Virtues, Political essays sebagai kontrol sosial; 5) Feudalisme dan agama; 6)
on Citizenship and Social Justice, Oxford: Individualisme, kapitalisme, dan agama; 7) Agama
Bardwell Press (2008) dan legitimasi politis; 8) Agama dan politik global;

110 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2014
dan 9) Tubuh dan kematian yang menari-nari. masyarakat modern, namun mereka tetap
Dalam bukunya ini, Turner mengambil pandangan gagal mencurahkan perhatian pada praktek-
kritis terhadap peran sosiologi modern sekaligus praktek pendisiplinan (Turner, 2012).
berupaya memberikan perspektif baru dalam
sosiologi agama. Terkait ini, terdapat tiga poin yang TURNER DALAM BELANTIKA SOSIOLOGI
mendasari pandangan kritis Turner, yakni: AGAMA
1. Asumsi bahwa agama berperan sebagai perekat Bryan S. Turner menekankan pentingnya
sosial bagi masyarakat modern-- sebagaimana memahami relasi agama dan teori-teori sosial,
ia berfungsi terhadap masyarakat tradisional-- seperti terlihat dari judul bukunya. Bagi Turner,
tidaklah memberikan solusi yang memuaskan keduanya tidak sekedar memiliki keterkaitan, tetapi
terhadap persoalan kelas dan pertentangan saling membutuhkan; teori-teori sosial berguna
kelas dalam masyarakat industrial. Hal ini dalam membaca fakta agama di tengah masyarakat,
sekaligus menjeadi kritik bagi durkhemian sedangkan agama memiliki otonomi dan arti penting
dalam yang selalu menafikan kemungkinan tersendiri dalam kajian sosiologi. Ini sekaligus
keyakinan religius menjadi ideologi, yang akan menjadi alasan mengapa sosiologi agama selalu
membantu melegitimasi dominasi kelompok penting dan relevan sampai hari ini. Kritik Turner,
masyarakat tertentu terhadap kelompok lain. tidak hanya terhadap sosiologi agama dalam wilayah
Turner berupaya membuktikan secara empiris sosiologi modern, tetapi juga terhadap peran yang
bahwa ternyata afiliasi, gaya, dan praktek dimainkan para sosiolog modern.
religius tidak sama dalam masing-masing kelas Setidaknya, terdapat tiga catatan kritis
sosial. Perbedaan ini kemudian diikuti oleh Turner terhadap sosiologi agama. Pertama,
perbedaan struktur kelas kebangsaan dan pada sosiologi agama nyaris "absen" dalam perdebatan
level yang lebih kecil menyediakan landasan kontemporer. Sosiologi agama seringkali hanya
kultural bagi kelas politikus di kota; menjadi pameran figuran dalam berbagai
2. Ada kecenderungan kuat para sosiolog perdebatan teoritis sosiologi modern. Di antaranya
menolak prasyarat alternatif untuk kohesi adalah perdebatan tentang legitimasi dalam negara
sosial, sementara mereka terus menekankan modern, sebagaimana dibicarakan dalam karya
dampak buruk dalam stabilitas sosial kalau Jurgen Habermas (1976) dan Nicos Poulantzas
seandainya agama hancur. Masyarakat (1978). Ditegaskan Turner, sosiologi agama tidak
tidak semata diikat oleh praktik ritual atau memiliki peran penting dalam perdebatan ini.
keyakinan bersama saja, akan tetapi oleh Kedua, sosiologi agama terlalu fokus pada
faktor-faktor material yang sangat banyak, dimensi subyektifitas pelaku sosial, sehingga
seperti kekuatan, tekanan, ketergantungan abai terhadap aspek-aspek penting lainya. Ini
ekonomi, penegakan hukum, krisis, adat- terlihat dari analisis para sosolog terhadap
istiadat, dan kebutuhan hidup sehari-hari; keyakinan religius, pandangan hidup, definisi
3. Meskipun sosiologi agama selalu menekankan realitas, komitmen pada kesakralan kosmos, dan
fungsi sosial praktek-praktek religius dan sebagainya. Analisis kebanyakan sosiolog tersebut
praktek-praktek sekular--penobatan, upacara menunjukkan bahwa domain sosiologi agama
nasional, peringatan hari bersejarah--dalam

Book Review: Agama dalam Timbangan Teori Sosial 111


seolah-olah hanyalah kognitif tindakan religius. sosial yang lebih mendasar, ekspresi kepentingan
Adapun domain lain yang semestinya sama-sama ekonomi, atau rasionalisasi dari kebutuhan-
menempati posisi kunci, seperti ritual dan praktek kebutuhan psikologis. Dalam hal ini Turner
religius, justru diletakkan pada tempat kedua. menegaskan bahwa pencarian arti penting agama
Ketiga, sempitnya fokus empiris sosiologi secara historis-sosiologis-materialis mestinya
agama. Para sosiolog kebanyakan hanya mengamati dilakukan dengan cara memahami relasi antara
agama-agama Barat. Hal ini terlihat dari kajian agama, tubuh, keluarga, dan harta benda.
etnografis tentang sistem pemujaan kultik sekte- Studi Turner yang didasarkan pada perspektif
sekte di Amerika dan Inggris, serta publikasi- materialisme itu terarah pada dua isu pokok, yaitu:
publikasi tentang Hare Krisna, Divine Light produksi alat-alat untuk bertahan hidup; dan
Mission, The Univied Family, dan Yaqui. Jika produksi/reproduksi manusia. Terkait ini, Turner
demikian halnya, maka sosiologi agama pada menegaskan bahwa tubuh dan harta menempati
akhirnya adalah sosiologi kristianitas (Turner, posisi penting dalam kajian agama. Pemaknaan
2012). Turner mengkritik para sosiolog modern terhadap agama, menurutnya, dapat tercapai
yang menurutnya terlalu larut dalam perdebatan secara komprehensif jika relasi antara agama,
definitif tentang satu objek, sehingga pengamatan tubuh, keluarga, dan harta berhasil diungkap.
mereka terhadap dampak dan pengaruh menjadi Terhadap hal ini, banyak sosiolog yang meluputkan
kurang memadai. Demikian dalam sosiologi agama, pandangannya, dan inilah yang menjadi sasaran
para sosiolog larut dalam perdebatan definisi agama, kritik sekaligus fokus kajian Turner.
padahal dampak agama jauh lebih penting dikaji.
Ini jugalah alasan mengapa Turner menempatkan AGAMA DAN TUBUH; ANTARA KELAHIRANͳ
pembahasan definisi agama di bagian akhir KEMATIAN, TUMBUHͳBERKEMBANG, DAN
bukunya, tidak seperti penulis kebanyakan. SEKS
Turner termasuk ilmuan yang menggunakan Tubuh bukan sekedar tulang yang dibungkus
paradigma materialisme dalam mengkaji agama, daging dan dilapisi kulit. Lebih dari itu, tubuh
karena menurutnya studi agama memiliki merupakan landasan fundamental dari eksistensial
dimensi materialistik. Ia bahkan mengkritik manusia. Mulai dari proses kelahiran, tumbuh-
pendapat para sosiolog dalam sosiologi agama berkembang, sampai pada peristiwa kematian,
yang selalu menempatkan makna agama dalam semuanya bermuara pada kesimpulan bahwa tubuh
konteks teoritis, buka materialis. Perspektif berfungsi sebagai landasan eksistensial manusia;
materialis tentang agama, menurutnya, tidak dari dan dengannyalah manusia membangun serta
memperlakukan keyakinan dan praktek-praktek menunjukkan keberadaan dirinya. Kebanyakan
religius sebagai sesuatu yang remeh. Justru sosiolog berpendapat bahwa seluruh perilaku
sebaliknya, perspektif ini meletakkan agama religius yang diekspresikan melalui tubuh pada
dalam konteks pengalaman manusia terhadap dasarnya ditujukan untuk menjawab persoalan-
realitas fisis dan fisiologis. Namun demikian, ia persoalan eksistensial kemanusiaan. Atas dasar
juga mengkritik bahwa paham kaum materialis inilah, tubuh menjadi objek kajian penting dalam
memilki kecenderungan reduksionisme dalam sosiologi, termasuk sosiologi agama, terutama
mengartikan agama sebagai: refleksi dari proses semenjak awal abad ke-20.

112 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2014
Sosiologi agama melihat tubuh sebagai objek mensublimasi atau melegitimasi hubungan seksual
vital yang menghubungkan fakta sosial (agama) dengan dalih reproduksi rasional spesies manusia.
terhadap makna agama. Hal ini didasarkan bahwa Menurut Weber, di dalam sekte-sekte protestanlah
agama selalu memuat norma tentang tubuh; pengawasan tubuh dan pengendalian fungsi-
bagaimana tubuh diperlakukan, bagaimana fungsi reproduksi mencapai formulasi rasionalnya
tubuh dikontrol, dan bagaimana interaksi antar yang paling sempurna.
tubuh berlangsung, biasanya berkisar tentang Ba n y a k o r a n g b e r p e n d a p a t b a h w a
pembolehan dan pelarangan. Terhadap siklus kenikmatan seks dan ketakutan akan kematian
kehidupan manusia; lahir-tumbuh-berkembang- adalah pengalaman-pengalaman antropologis dan
meninggal, agama memberikan norma dan aturan universal yang menjadi batu sandungan seluruh
hampir meliputi keseluruhannya. Oleh karenanya, persoalan eksistensial. Setelah lahir, cepat atau
untuk sampai pada pemaknaan terhadap agama, lambat, kemastian pasti akan datang menjemput.
penting ditelusuri keterhubungan fakta agama Tempat manusia dalam struktur sosial tergantung
dengan tubuh yang diaturnya. pada pengalaman religius tentang tubuh. Dimulai
Siklus kehidupan, berupa kelahiran dan dari persoalan kefanaan tubuh dan pastinya
kematian, pada akhirnya tidak hanya menjadi kematian, terlebih dahulu harus dinyatakan
fakta biologis, tetapi juga fakta sosial sekaligus bahwa kematian memiliki sejarah sosialnya
fakta agama. Secara kasat mata dapat diamati sendiri, dan bahwa kematian bilogis sebenarnya
bahwa keduanya merupakan peristiwa sentral juga merupakan konstruk sosial.
dalam kehidupan beragama. Peristiwa kelahiran Jika seks adalah hal terlarang di abad ke-19,
biasanya ditandai dengan berbagai bentuk dan kematian adalah topik yang tabu di abad
perayaan dan acara kebersamaan, yang didasarkan ke-20, maka pada zaman modern ini, setiap
pada legitimasi agama. Demikian juga kematian, orang bisa saja bicara blak-balakan tentang
secara konseptual agama memberikan norma keduanya, tanpa harus dianggap tabu. Turner
bagaimana mempersiapkan diri menghadapinya, mengatakan bahwa agama memainkan peranan
dan secara praksis dapat dilihat berbagai bentuk yang sangat penting dalam menekan seksualitas
ritual penganut agama ketika salah seorang di perempuan demi kepentingan perpindahan harta
antara mereka mengalami kematian. kekayaan dan stabilitas keluarga. Dilihat dari
Selain dalam peristiwa kelahiran dan kematian, sudut pandang ini, kajian sosiologi agama sangat
fakta tubuh pada tahap perkembang(biak)an terpengaruh Engels, yaitu bahwa cara analisa
dalam siklus kehidupan manusia sebagai bagian materialisme apapun mesti memperhatikan wajah
dari fakta sosial, juga menjadi sorotan penting ganda reproduksi, yaitu reproduksi barang dan
sosiologi agama. Turner menulis bahwa kelahiran reproduksi orang.
dan perkembang-biakan manusia tidak terlepas
dari jejaring seks dalam rangkaian kehidupannya. KAJIAN KOMPARATIF AGAMAͳAGAMA
Terkait ini, ajaran agama tentang seksualitas DUNIA
memiliki berbagai bentuk, mulai dari penolaka Kajian komparatif terhadap agama-agama
sampai pada orgi. Katholikisme dan Puritanisme, di dunia tampaknya amat sedikit dilakukan.
misalnya, menangani masalah seksualitas dengan

Book Review: Agama dalam Timbangan Teori Sosial 113


Sosiologi agama selama ini cenderung sekedar magis dalam Budhisme; perhatian yang terfokus
melanjutkan pemikiran Max Weber, sekaligus pada peyelamatan pribadi dalam Protestan
menjadikannya sentral dalam sosiologi agama. dilawankan dengan penaklukan tanah jajahan
Kajian perbandingan terhadap agama Barat dan dalam Islam yang militeristik.
agama Timur biasanya hanya terbentuk melalui Lanjut Turner, dalam agama-agama
diskursus kaum orientalis. Memang, sosiologi Ibrahimiyah: Yahudi, Kristen, dan Islam, terdapat
agama komparatif masih dalam perdebatan, penekanan dan keterpisahan identitas teologi
baik dalam wilayah epistemologis maupun masing-masing. Terkait ini, Turner menggunakan
metodologis, tetapi bukan berarti sosiologi konsep "retakan epistemologis" kaum strukturalis
agama harus menarik diri dari kajian itu. Jutru terhadap perkembangan pengetahuan ilmiah dalam
sebaliknya, sosiologi agama mesti mengambil menganalisis kontinuitas dan diskontinuitas teologi
peran lebih. Kenyataan inilah yang menjadi dan agama. Dalam hal Kristianitas berhadapan
sasaran kritik sekaligus ruang di mana Turner dengan tradisionalisme Yahudi, misalnya,
merasa harus mengambil tempat di dalamnya. Kristianitas dengan mengkonsptualisasikan
Hal itu terlihat dari kajian-kajian Turner yang Yahudi sebagai agama yang penuh sanksi, agama
berupaya menyajikan data-data komparatif ritualistik yang mengutamakan dan kenabian, serta
tentang Islam, Yahudi, dan Kristen. menekankan keselamatan individu, merupakan
Dalam melakukan kajian perbandingan komponen utama dalam konsep "keretakan
terhadap agama-agama dunia, Turner merujuk epistemologis" tersebut. Demikian juga dengan
pada karya Edwar Said, Orientalism (1978). Islam yang memandang monoteisme murni dan
Menurutnya, buku ini memberikan penjelasan Hadis Nabi sebagai jurang yang memisahkan
yang cukup bagus tentang diskursus yang mereka dengan trinitas Kristen yang dalam
dipergunakan kebudayaan Barat dalam melihat perspektif Islam merupakan politeisme.
Islam. Sisi penting dari perdebatan epistemologis Meskipun demikian, terlepas dari kenyataan
menyangkut persoalan perbandingan terletak agama-agama Ibrahimiah ini memiliki dan
pada kenyataan bahwa ternyata sosiologi agama menekankan perbedaan masing-masing, namun
tidak melibatkan diri pada perdebatan tersebut. terdapat kontinuitas sosiologis antara mereka.
Dalam Orientalism-nya, Edwar mengatakan Jantung keotodoksan ketiga agama ini telah
bahwa keberadaan sebuah diskursus melahirkan melahirkan komponen-komponen umum yang
serangkaian kontras yang membedakan realitas sama-sama mereka akui dan pakai: Tuhan Yang
suatu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Mahatinggi, tradisi skriptual, wahyu kenabian, dan
Sosiologi agama Max Weber dipenuhi oleh penyelamatan, termasuk pergerakan keagamaan
kontras-kontras yang dimaksud tersebut: yang ditatadi sekeliling para santo, wali, aliran-
penolakan terhadap dunia dalam agama kristen aliran, alternatif mistis, sampai pada ersi
dikontraskan dengan penerimaan dunia yang skriptualisme puritan dan praktek-praktek magis
terdapat dalam ajaran Konfusianisme; rasionalitas lainnya. Tradisi kulturan dan organisasi sosiologis
Calvinisme versus non-rasionalitas dalam ajaran Yahudi Hasidisme, Sufisme Islam, dan mistisisme
Taoisme; oposisi antara praktek magis dalam Kristen pada dasarnya sama, walaupun terdapat
protestanisme dengan sisi pragmatise ritus-ritus beberapa perbedaan signifikan di antara mereka.[]

114 Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2014

Anda mungkin juga menyukai