Anda di halaman 1dari 15

ALIRAN PSIKOLOGIS

DALAM PEMIKIRAN
KRIMINOLOGI
By Claudia Alves
ANGGOTA KELOMPOK
Rizky Noor Jaya Pramuditya
2020.2180.1.01
Muhammad Iqbal Novery
Wilda Ramadhani Mansur
2020.2121.1.01
2020.2216.2.01
Ully Hidayati Salsabila Sophan martua munthe
2020.2207.2.01 2020.2197.1.01
Muhammad Faris Atharsyah Raski Musyafa
2020.2114.1.01 2020.2163.1.01
Muhammad Bagus Aldino Muhammad Nurul Alim
2020.2104.1.01
2020.2125.1.01
Perspektif Psikologis dalam
Kriminologi
Perspektif psikologis merupakan segmentasi dari aliran positifis. Ada tiga segmen teori dalam
aliran positif:
1. Segmen yang bersifat biologis mengenai ciri fisik penjahat (Lambrosian)
2. Segmen yang bersiifat psikologis mengenai psychological factors antara lain neuroticism,
psychoticism, psychopathic yang menyebabkanseseorang cendrung melakukan kejahatan
3. Segmen sosial positivisme mengenai societal factors antara lain proverti, membership of
subcultures, low level of education, crowded cities, distribution of wealth sebagai factor
pendorong terjadinya kejahatan (Adolphe Quetelet, Rawson, Henry Mayhew, dan Durkheim)
Teori
Psikoanalisis
Teori psikoanalisis tentang kriminalitas menghubungkan delinquent dan prilaku kriminal dengan suatu
“conscience” (hati nurani) yang baik, dia begitu kuat sehingga menimbulkan perasaan bersalah atau ia
begitu lemah sehingga tidak dapat mengontrol dorongan-dorongan dirinya bagi suatu kebutuhan yang
harus dipenuhi segera.

Sigmund Freud (1856-1939), penemu dari psychoanalysis, berpendapat bahwa kriminalitas mungkin hasil
dari “an overactive conscience” yang menghasilkan perasaan bersalah yang tidak tertahankan untuk
melakukan kejahatan dengan tujuan agar ditangkap dan dihukum. Begitu dihukum maka perasaan
bersalah mereka akan mereda.
Meski dikritik, tiga prinsip
dasarnya menarik kalangan
psikologis
1. Tindakan dan tingkah laku orang dewasa dapatdipahami dengan melihat pada
perkembangan masakanak-kanak mereka
2. Tingkah laku dan motif-motof bawah sadar adalah jalin-menjalin, dan interaksi itu mesti
diuraikan bila kita inginmengerti kejahatan.
3. Kejahatan pada dasarnya merupakan representasi darikonflik psikologis.
MENTAL
DISORDERKekacauan Mental (Mental Disorder)
Mental disorder yang sebagian besar dialami oleh penghuni lembaga pemasyarakatan, oleh Phillipe Pinel seorang dokter Perancis
sebagai manie sans delire (madness without Mental disorder yang sebagian besar dialami oleh penghuni lembaga
pemasyarakatan, oleh Phillipe Pinel seorang dokter Perancis sebagai manie sans delire (madness without confusion) atau oleh
dokter inggris bernama James C. Prichard sebagai „moral incanity‟, dan oleh Gina Lombroso-Ferrero sebagai „irresistible atavistic
impluses‟. Pada dewasa ini penyakit mental tadi disebut dibuat antisocial personality atau psychopathy sebagai suatu kepribadian
yang ditandai oleh suatu ketidakmampuan belajar dari pengalaman, kurang ramah, bersifat cuek, dan tidak perna merasa
bersalah.n.

Psikiatr Hervey Clecke memandang pschopathy sebagai suatu penyakit serius meski penderita tidak
kelihatan sakit. Menurutnya, para psychopth terlihat mempunyai kesehatan mental yang sangat bagus, tetapi
apa yang kita saksikan itu sebenarnya hanyalah suatu “mask of sanity” atau topeng kewarasan. Mereka
berbohong dan melakukan kecurangan tanpa ada keraguan dan melakukan pelanggaran verbal maupun
fisik tanpa perencanaan. Pencarian personality traits (sifat kepribadian) telah dimulai dengan mencoba
menjelaskan kecakapan mental secara biologis. Feeblemindedness (lemah pikiran), insanity (penyakit jiwa),
dan stupidity (kebodohan) dianggap diwariskan.
Development
Theory
Lawrence Kohlberg menemukan bahwa
pemikiran moral tumbuh dalam tahap
preconventional stage atau tahap pra-
konvensional, di mana aturan moral dan nilai-
nilai moral terdiri atas “lakukan” dan “jangan
lakukan” untuk menghidari hukuman.

Psikolog John Bowl mempelajari kebutuhan


akan kehangatan dan kasih sayang sejak lahir
dan konsekuensinya jika tidak mendapat hal
itu.
Dia mengajukan theory of attachment (teori kasih
sayang) yang terdiri atas tujuh hal penting, yaitu :

1. Specifity (kasih sayang itu bersifat selektif).


2. Duration, bahwa kasih sayang itu berlangsung lama dan bertahan.
3. Engagement of emotion, bahwa kasih sayang melibatkan emosi.
4. Ontogeny, yaitu pada rangkaian perkembangannya, anak membentuk kasih sayang pada
satu figure utama.
5. Learning, bahwa kasih sayang merupakan hasil dari interaksi sosial yang mendasar.
6. Organization, bahwa kasih sayang mengikuti suatu organisasi .perkembangan
7. Biological Function, yaitu perilkau kasih sayang memiliki fungsi biologis, yakni survival.
Neurotisisme
Neurotisisme adalah salah satu dimensi kepribadian yang mencirikan tingkat kecemasan, ketegangan, dan
reaksi emosional yang kuat terhadap stres. Individu yang memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi mungkin
lebih rentan terhadap tekanan psikologis dan emosional.
Ciri-ciri Neurotisisme umum dari individu yang memiliki tingkat neurotisisme yang tinggi:
• Kecemasan yang Tinggi.
• Reaktivitas Emosional.
• Perasaan Bersalah yang Berlebihan.
• Kesulitan Mengatasi Stres.
• Tingkat Kepedulian yang Tinggi terhadap Masalah Kesehatan
• Kesulitan dalam Menjalin Hubungan Sosia.
• Kesulitan dalam Menghadapi Perubahan.
Psikotisisme
Psikotisisme adalah dimensi kepribadian yang mencirikan tingkat hubungan sosial yang buruk,
ketidakpedulian terhadap norma sosial, dan ketidakstabilan emosional. Individu dengan tingkat
psikotisisme yang tinggi mungkin memiliki kesulitan dalam berinteraksi dengan orang lain dan mungkin
cenderung melanggar norma sosial atau hukum.
1. Ketidakpatuhan terhadap Norma Sosial: Psikotisismeseringkali terkait dengan perilaku yang tidak
sesuaidengan norma sosial. Individu dengan ciri-ciri psikotiscenderung kurang mendasar dalam
menghormatiaturan, norma, dan nilai-nilai yang diterima olehmasyarakat.
2. Ketidakstabilan Emosional: Tingkat ketidakstabilanemosional yang tinggi dalam psikotisme
dapatmenyebabkan perubahan suasana hati yang tajam danreaksi yang berlebihan terhadap stres. Hal ini
dapatmengarah pada tindakan impulsif dan kurangnyakendali diri, yang dapat meningkatkan risiko
tindakankejahatan.
Perilaku Manipulatif: Individu dengan psikotisismeyang tinggi sering memiliki kemampuan yang lebih
baikdalam memanipulasi orang lain. Mereka mungkinmenggunakan manipulasi untuk mencapai
tujuanmereka, termasuk tujuan yang melibatkan tindakankriminal seperti penipuan atau penggelapan.
4. Risiko Gangguan Jiwa: Psikotisme yang ekstremdapat terkait dengan gangguan mental yang lebihserius,
seperti gangguan kepribadian antisosial atauskizofrenia. Gangguan ini dapat meningkatkan risikoterlibat
dalam perilaku kriminal yang serius.
Psikopati

Psikopati adalah gangguan kepribadian yang ditandai oleh kurangnya empati, penipuan, manipulasi, dan
ketidakpedulian terhadap perasaan orang lain. Meskipun tidak semua psikopat menjadi pelaku kejahatan,
mereka memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku kriminal karena mereka cenderung kurang
memiliki rasa bersalah atau penyesalan terhadap tindakan mereka.
.
Ciri- Ciri Psikopati
C:
1.Sering berbohong..
2. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak
peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu
fakta
3. Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah.
2. Senang melakukan pelanggaran/bermasalah di masa kecil
3. Sikap antisosial di usia dewasa
4. Tidak bertanggung jawab, melakukan hal2 demi kesenangan belaka.
Ciri- Ciri Psikopati
5. Suka menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya tidak sungguh2
6. Tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan
berkeringat, jantung berdebar, mulut kering, tegang, gemetar, bagi psikopat hal ini tidak berlaku
7. Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan dan kepuasan dirinya.
8. Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
9. Cenderung bertindak agresif, menantang nyali dan perkelahian
10. Memiliki jam tidur sangat larut dan sering keluar rumah
11. Mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik,
dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele
Thank
you!
By Claudia Alves

Anda mungkin juga menyukai