Anda di halaman 1dari 10

TUGAS REKAYASA FORENSIK DAN PERKUATAN STRUKTUR

INVESTIGASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PROGRAM MAGISTER


DAN DOKTOR F-MIPA UNIVERSITAS DIPONEGORO

DISUSUN OLEH:

MUSDALIFA (D011191003)
ADRIAN (D011191064)
JUNAEDI KALA (D011191072)
NURHIKMA ARIS (D011191110)
MUHAMMAD FATHIR RAYHAN (D011191112)
LISA BUNGA PAGALLA (D011191120)
ANDI KHAERUNNISA (D011191128)

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN
2022
Tabel Review Checklist
Project : Pembangunan Gedung Program Magister dan Doktor
Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro
Reviewer : Kelompok 4

√ x
No Item N/A Comment
Yes No

I Umum

Apakah pekerja lapangan memiliki Pekerja lapangan


A x
sertifikat keahlian? belum bersertifikat

Apakah arsitek/klien menandatangani Semua dokumen


B √
sistem struktur yang digunakan? telah disahkan

Apakah gambar perencanaan diberi Semua gambar


C tanggal, diberi nomor, dan diparaf oleh √ perencanaan telah
pihak perencana? divalidasi

II Perencanaan

Telah sesuai
Apakah perencanaan bangunan sudah
A √ dengan standar
berdasarkan standar?
yang berlaku

Posisi dan dimensi


Apakah pengerjaan kolom di lapangan
kolom telah sesuai
B telah sesuai dengan gambar √
dengan gambar
perencanaan?
rencana.

Posisi dan dimensi


Apakah pengerjaan balok di lapangan
balok telah sesuai
C telah sesuai dengan gambar √
dengan gambar
perencanaan?
rencana.

Apakah mutu beton yang digunakan


Telah dibuktikan
D untuk kolom sesuai dengan mutu yang √
dengan pengujian
direncanakan?
Apakah mutu tulangan baja yang
Telah dibuktikan
E digunakan untuk kolom sesuai dengan √
dengan pengujian
mutu yang direncanakan?

III Pekerjaan Struktur

Beberapa kolom
Apakah kondisi kolom baik setelah
A x mengalami
pengecoran?
segregasi

Apakah perakitan tulangan di lapangan Pekerjaan telah


B sudah sesuai dengan gambar √ sesuai dengan
perencanaan? gambar DED

Apakah sebelum pengecoran dilakukan


Telah dilakukan
C pengendalian mutu seperti pengujian √
pengujian slump
slump?

Apakah pemasangan bekisting kolom Telah sesuai dengan


D sudah sesuai dengan standar yang √ standar yang
berlaku? berlaku

Apakah pada proyek tersebut terdapat Tidak ada ahli


E x
ahli scaffolding? scaffolding

Apakah setelah pengecoran dilakukan


F √ Dilakukan evaluasi
evaluasi pekerjaan?

Bekisting dilepas
Apakah bekisting dilepas pada saat
G √ pada saat yang
yang telah ditentukan?
ditentukan

Ada bekisting
H Apakah ada bekisting yang tertinggal? √ yang masih
menempel

Ada bekisting yang


Apakah dilakukan pengecekan bekisting tidak dicek sebelum
I x
sebelum dilakukan pengecoran? dilakukan
pengecoran

Apakah proyek telah berjalan sesuai Proyek mengalami


J x
dengan time schedule yang dibuat? keterlambatan
PEMBAHASAN

 (I-A) Apakah pekerja lapangan memiliki sertifikat keahlian? (Tidak)


Pembahasan:
Tenaga kerja konstruksi yang paling bawah yang biasa disebut dengan tukang
(construction craff) merupakan tenaga kerja yang paling terdepan yang terlibat dan
berhadapan langsung dengan pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi. Sebagai tenaga
kerja yang paling terdepan tentu saja tukang sebaiknya memiliki spesialisasi dan
konpetensi pada bidang tertentu dan bersertifikat. Dari 4,9 juta tenaga konstruksi di
Indonesia, baru sekitar 3 persen yang telah memiliki sertifikat dan berkompeten,
padahal, sertifikat tersebut merupakan bentuk pengakuan atas kompetensi tenaga kerja
konstruksi dibidangnya masing-masing (Haryadi, 2010).
Tenaga kerja pada proyek ini belum memiliki sertifikat keahlian. Hal ini tentu
harus menjadi perhatian karena kualitas dari hasil pekerjaan yang dilakukan tergantung
pada kualitas pekerjanya.

 (II-B) Apakah pengerjaan kolom di lapangan telah sesuai dengan gambar perencanaan?
Pembahasan:
Pekerjaan kolom Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro dilakukan sesuai dengan gambar rencana. Gambar 1.
menunjukkan rencana denah kolom untuk lantai dasar.

Gambar 1. Denah rencana kolom

 (II-C) Apakah pengerjaan balok di lapangan telah sesuai dengan gambar perencanaan?
Pembahasan :
Pengerajan balok Gedung Program Magister dan Doktor Fakultas Sains dan
Matematika Universitas Diponegoro telah dilaksanakan sesuai denah rencana balok.
Perencanaan balok pada proyek ini memliliki 20 tipe. Masing-masing tipe mempunyai
ukuran yang berbeda sesuai dengan beban yang dipikul.

Gambar 2. Denah Rencana Balok Lantai 2

 (II-D) Apakah mutu beton yang digunakan untuk kolom sesuai dengan mutu yang
direncanakan?
Penyeleseian :
Dari hasil pengujian kuat tekan beton yang dilakukan di Laboratorium Beton
Jurusan Teknik Sipil Universitas Diponegoro di atas, terlihat bahwa Semua nilai kuat
tekan karakteristik beton tersebut lebih besar dari mutu yang ditentukan. Sehingga kuat
tekan beton memenuhi persyaratan mutu beton yang sudah direncanakan. Walaupun
mutu beton yang direncanakan sesuai kontrak dan gambar kerja adalah K-350 dan K-
250, namun pihak kontraktor sengaja menaikan mutu beton menjadi K-275 dan K-375.
Hal ini untuk mencegah adanya gagal mutu.

Gambar 3. Pengujian Kuat tekan di laboratourium


 (II-E) Apakah mutu tulangan baja yang digunakan untuk kolom sesuai dengan mutu
yang direncanakan?
Pembahasan :
Uji kuat tarik baja tulangan ini terlebih dahulu dilakukan di Laboratorium Bahan
dan Konstruksi Jurusan Teknik Sipil Undip Semarang untuk mengetahui nilai kuat tarik
baja tulangan dan parameter lainnyaDari hasil pengujian kuat tarik baja tulangan ulir
diameter 10 mm terlihat bahwa nilai kuat tarik sampel BJTS 10-1 sebesar 57,4 kg/mm2
dan sampel BJTS 10-2 sebesar 58,4 kg/mm2. Kedua nilai tersebut memenuhi syarat
minimum sebesar 40 kg/mm2.

Gambar 4. Pengujian kuat tarik baja

 (III-A) Apakah kondisi kolom baik setelah pengecoran?


Pembahasan :
Beberapa kolom mengalami segregasi setelah bekisting dibuka pasca
pengecoran. Segresi pada beton ini disebabkan oleh pemadatan yang tidak merata saat
pengecoran. Sekecil apapun segresi yang terjadi dapat menyebabkan penurunan
kekuatan struktur kolom. Solusi untuk permasalahan segresi beton pada kolom adalah
dengan menggunakan cara grouting. Grouting adalah proses dimana suatu cairan
campuran semen dan air disuntikan dengan cara tekanan ke dalam rongga pori untuk
perbaikan struktur beton yang mengalami segregasi.

Gambar 5. Kolom pada lantai 2 yang mengalami segresi


 (III-B) Apakah perakitan tulangan kolom di lapangan sudah sesuai dengan gambar
perencanaan?
Pembahasan :
Pekerjaan telah sesuai dengan gambar DED

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 6. Penulangan elemen struktur, (a) penulangan pada kolom, (b) penulangan
pada balok, (c) penulangan pada pelat lantai, dan (d) penulangan pada tangga.

 (III-C) Apakah sebelum pengecoran dilakukan pengendalian mutu seperti pengujian


slump?
Pembahasan :
Slump test adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kadar air semen
dalam material beton. Slump beton selain untuk mengetauhi workability beton segar ,
pengujian ini berguna menentukan kelayakan dari sebuah beton untuk dapat digunakan
dalam sebuah konstruksi.Uji Slump test dilakukan sebelum beton ready mix digunakan
untuk mengecor dengan nilai slump 12 ± 2 cm. Pada proyek ini didapatkan nilai slump
seperti pada Gambar. Nilai slump yang diukur dengan meteran sebesar 13,5 cm
sehingga beton dapat digunakan karena memenuhi persyaratan nilai slump yang diminta
yaitu 12 ± 2 cm.
Gambar 7. Slump test

 (III-D) Apakah pemasangan bekisting kolom sudah sesuai dengan standar yang
berlaku?
Penyeleseian :
Menurut Trijeti (2011), bahan beekisting dikatakan baik apabila memenuhi
syarat antara lain tidak bocor dan tidak menyerap air di dalam campuran beton. Jenis
bekisting plywood yang digunakan oleh proyek pembangunan Gedung Magister dan
Doktor Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro. Beksiting Plywood
merupakan bekisting yang terbuat dari kayu berlapis. Dimensi plywood polyfilm ini
ialah 120 cm x 240 cm dan tebal 22 mm. Bekisting ini dapat dipakai 3 sampai 5 kali
pemakaian dilihat dari kondisi pada saat pelepasan bekisting. Bekisting plywood pada
proyek untuk pekerjaan struktur balok, pelat lantai, dan tangga. Bekisting plywood
polyfilm dapat dilihat pada Gambar

Gambar 8. Bekisting
 (III-E) Apakah pada proyek tersebut terdapat ahli scaffolding?
Pembehasan :
Tidak terdapat ahli scaffolding yang bertanggung jawab penuh terhadap
penggunaan scaffolding di lapangan. Pemasangan dan pengawasan scaffolding hanya
dipantau oleh mandor dan pihak konsultan pengawas. Ahli scaffolding penting dalam
suatu proyek untuk mengidentifikasi salah satu masalah yang berhubungan dengan
scaffolding yaitu karat.
Gambar 9. Pemasangan scaffolding

 (III-F) Apakah setelah pengecoran dilakukan evaluasi pekerjaan?


Pembahasan :
Ya, terdapat konsultan pengawas yang melakukan evaluasi pekerjaan setelah
pengecoran.

 (III-G) Apakah bekisting dilepas pada saat yang telah ditentukan?


Pembahasan :
Pelepasan bekisting kolom dilakukan saat beton dianggap mengeras atau
minimal 72 jam setelah pengecoran selesai. Gambar 10 menunjukkan pembongkaran
bekisting kolom. Pelepasan bekisting pelat lantai dilakukan setelah 7 hari selama
pengecoran selesai dan 10 hari untuk bekisting balok. Pembongkaran ini dilakukan
tidak bersamaan.

Gambar 10. Pembongkaran Bekisting Kolom

 (III-H) Apakah ada bekisting yang tertinggal?


Pembahasan :
Pada lantai 2 terdapat sisa kayu bekisting yang masih menempel diantara balok dan
pekat lantai. Disitu tampak lempengan kayu yang sepertinya tidak ikut terlepas. Solusi
atas permasalahan ini yaitu dengan mengambil kayu tersebut (bekisting yang tertinggal)
dan menambal lagi balok tersebut dengan beton.
Gambar 11. Bekisting Yang Tertinggal

 (III-I) Apakah dilakukan pengecekan bekisting sebelum dilakukan pengecoran?


Pembahasan :
Ada bekisting yang tidak dicek sebelum dilakukan pengecoran yang ditandai
dengan terjadinya kesalahan pada salah satu kolom lantai 1. Ada sebuah tulangan yg
melekat dan tertanam disamping kolom. Meskipun tidak berbahaya tetapi ini adalah
sebuah kecerobohan pelaksana. Dalam pengecoran kolom perlu diperhatikan lagi dan
pengecekan sebelum memulai untuk mengecor. Pengecekan tulangan dan bekisting
perlu dilakukan agar pengecoran kolom yang dihasilkan sesuai dengan rencana.

 (III-J) Apakah proyek telah berjalan sesuai dengan time schedule yang dibuat?
Pembahasan :
Proyek mengalami keterlambatan dimana pada tanggal 28 November 2018,
proyek sedang pada tahap pengerjaan lantai atap, pekerjaan arsitektur hingga lantai 3,
pekerjaan penerangan, dan pekerjaan plumbing. Padahal menurut time schedule, bulan
Juli minggu kedua seharusnya proyek sampai 56,5% atau pada pekerjaan penutup atap,
pekerjaan arsitektur hingga lantai 5, pekerjaan penerangan, air conditioning, plumbing,
fire hydrant & splingker, dan lift.

Gambar 12. Kurva S

Anda mungkin juga menyukai