Anda di halaman 1dari 30

Pekerjaan : Pembangunan Gedung Kesahatan (2 Lantai)

Lokasi :
Tahun Anggaran : 2013

I. PEKERJAAN PERSIAPAN / PENDAHULUAN.

A. MOBILISASI
1. Suvey Lapangan.
Pekerjaan dilakukan dengan tenaga ahli. Pekerjaan dilaksanakan pada saat awal
dimulainya kontrak. Survey dilakukan terhadap kondisi fisik dan kondisi exiting
site dimana bangunan akan didirikan.

2. Base Camp Kontraktor.


Sebelum pekerjaan dimulai, dibangun base camp yang didirikan pada lokasi
disekitar/ tidak jauh dari proyek. Dalam base camp didirikan bangunan kantor
lapangan/ kontraktor, tempat tinggal / barak, bengkel, gudang , dan sebagainya.
(Sesuai yang diminta dalam dokumen pelelangan dan gembar rencana). Semua
kegiatan, monitoring dan administrasi proyek dikerjakan didalam base camp.

3. Buat Papan Nama Proyek.


Papan nama dibuat dari bahan kayu dan papan tripleks yang diberi keterangan
(dengan cat) berupa papan nama proyek, pemilik proyek, jumlah nilai proyek,
lokasi proyek dan lain-lain yang memperjelas keterangan proyek yang sedang
dikerjakan. Dalam pelaksanaannya menggunakan tenaga manusia dibantu dengan
alat lainnya seperti palu, gergaji, dll. Selanjutnya papan nama diletakkan pada
lokasi sekitar proyek yang mudah untuk dilihat dan dikenali oleh public.

4. Foto Visual / Dokumentasi.


Pemotretan untuk dokumentasi dan pelaporan kemajuan pelaksanaan proyek
dilaksanakan dari progres 0% sampai dengan 100% dengan tiga phase (0% - 50% -
100%). Atau sesuai permintaan Direksi Teknik.

5. Mobilisasi Personil.
Personil yang akan dimobilisasi disesuaikan dengan Daftar usulan personil yang
diusulkan dan dilaksanakan pada saat setelah kontrak kerja ditanda tangan.
Selain itu personil yang dimobilisasi juga termasuk tenaga kerja, operator dll yang
disesuaikan dengan kebutuhan dilapangan.

6. Mobilisasi
Mobilisasi/ pengiriman peralatan dijadwalkan terlebih dahulu yang berisi
keterangan lokasi peralatan, usulan cara pengangkutan dan jadwal kedatangan
peralatan dilapangan. Selanjutnya alat ditempatkan pada lokasi yang aman/

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
dalam base camp dan dekat dilokasi proyek agar mudah digunakan dalam
pekerjaan nantinya.

II. PEKERJAAN TANAH

1. Galian Tanah Pondasi Bangunan, dan Pondasi poor plat .

1.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga kerja dan alat bantu lainnya.
b. Perkiraan Kuantitas : 125.85 m3.
c. Lokasi Pekerjaan : a. Bahan tanah pondasi bangunan adalah galian tanah
untuk pasangan batu kali, yang dilaksanakan sesuai
gambar rencana/ instruksi/petunjuk Konsultan
Pengawas / Direksi Teknik.

b. Galian poor plat yaitu galian untuk pondasi poor


plat sebagaimana yang tertera dalam gambar
rencana. Dilaksanakan bersamaan galian tanah
pondasi bangunan dikerjakan.

1.2. Uraian :
Pekerjaan ini meliputi semua galian tanah dalam batas – batas yang ditunjukkan
dalam gambar rencana, dan pembuangan hasil galian, pembentukkan bidang galian
dan penentuan kedalaman yang diinginkan dimana kedalaman disesuaikan dengan
gambar rencana.
Bila kedalaman yang tertera dalam gambar rencana telah dicapai namun pihak
Direksi Teknik / Konsultan Pengawas menganggap bahwa kedalaman tersebut
belum mampu untuk memikul daya dukung struktur bangunan, maka diambil
langkah – langkah untuk mengadakan penggalian kembali (menambah kedalaman
dll).

1.3. Urutan Kerja.


a. Pekerjaan persiapan meliputi :
 Menyiapkan shop drawing hingga mendapatkan approval dari engineer.
 Menyiapkan peralatan kerja dan tenaga.

b. Pekerjaan Pengukuran.
Sebelum penggalian dimulai, terlebih dahulu dilakukan pengukuran sekaligus
pemasangan bouwplank dan peil bangunan. Hal ini untuk mengetahui titik
lokasi penggalian, batas – batas dan kedalaman rencana.

C. Penggalian dilaksanakan dengan garis / pola serta kedalaman yang


disesuaikan dengan gambar rencana.

1.4. Toleransi Dimensi Galian.


Elevasi galian dasar pondasi tidak boleh berbeda lebih dari 1 cm dari yang
telah disetujui pada tiap titik . Alur galian dalam arah memanjang tidak

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
bergesar lebih dari 5 cm dari yang telah ditentukan atau yang disetujui pada
tiap titik.

1.5. Peralatan yang digunakan.


 Tenaga Kerja
 Alat Bantu Lainnya.

FLOW CHART PEKERJAAN GALIAN

Pengukuran/Pas. Bouwplank
Penyiapan Shop Drawing

Penyiapan
Tenaga Kerja

Pengerjaan / Penggalian

Tidak
Pengecekan
Setelah Pondasi
Selesai, sisa
galian diurug
kembali pada alur
pondasi
Selasai

2. Galian Tanah pondasi poor plat.

2.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga kerja dan alat bantu lainnya.
b. Perkiraan kuantitas :
c. Lokasi Pekerjaan : Galian tanah pondasi poor plat adalah galian tanah
untuk pasangan pondasi poorplat, yang
dilaksanakan sesuai gambar rencana/ instruksi /
petunjuk Konsultan Pengawas / Direksi Teknik.

2.2. Uraian

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Pekerjaan ini meliputi semua galian tanah untuk pondasi poorplat menurut
batas – batas yang tertera dalam gambar rencana, pembuangan hasil galian,
pembentukkan bidang galian dan penentuan kedalaman yang telah ditentukan
dalam gambar rencana.

Bila delaman galian yang tertera dalam gambar rencana telah dicapai, namun
pihak Direksi teknik / konsultan pengawas menganggap bahwa kedalaman
tersebut belum mampu untuk memikul daya dukung struktur bangunan, maka
diambil langkah - langkah untuk mengadakan penggalian kembali (menambah
kedalaman atau memasang cerucuk bambu, atau diadakan pondasi sumuran,
ataupun dengan cara lain).

2.3. Uraian Kerja :


a. Idem point 1.3.a.
b. Idem point 1.3.b
c. Idem point 1.3.c.

2.4. Toleransi Dimensi


Idem point 1.4.

2.5. Peralatan yang digunakan


Idem point 1.5.

FLOW CHART PEKERJAAN GALIAN PONDASI POOR PLAT

Pengukuran/Pas. Bouwplank
/Penyiapan shop drawing

Penyiapan Tenaga
Kerja

Pengerjaan Galian Pengerjaan Galian


Pondasi Batu Kali Pondasi Poor plat
C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Tidak Pengecekan Tidak

Setelah pondasi
selesai, sisa galian
diurug kembali pada
alur pondasi
Selesai

Pek.Pondasi Poor Plat

3. Urugan Bekas galian Pondasi.


3.1. Asumsi.
a. Pekerjaan menggunakan tenaga kerja dan alat bantu lainnya.
b. Perkiraan kuantitas : 131.50 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Urugan bekas galian yang pondasinya telah selesai
dilaksanakan baik pasangan pondasi batu kali maupun
pondasi poor plat.

3.2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi semua urugan bekas galian pondasi.

3.3. Urutan Kerja


Segera setalh selesainya pondasi dilaksanakan, maka semua alur pondasi segera
diadakan pengurugan tanah, dimana tanah yang digunakan adalah tanah bekas
galian.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Urugan bekas galian pondasi untuk bekas galian pondasi poorplat, setelah
diurug, diadakan pemadatan dengan menggunakan hand compactor, dengan
syarat bahwa beton untuk poor plat telah cukup umur untuk diadakan
pembebanan.

3.4. Pembesian Lokasi


Sebelum urugan bekas galian dilakukan, semua area yang akan ditimbun
kembali, dibersihkan dari sampah, lumpur dan bahan lainnya yang tidak
terpakai. Mengurug kembali semua lubang didaerah yang sudah dibersihkan ,
dan disesuaikan dengan kerataan serta ketinggian rencana yang disetujui oleh
Direksi / Konsultan Pengawas.

4. Timbunan Tasirtu dibawah Lantai.

4.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga manusia, alat bantu, dump truck dan wheel laoder.
b.Perkiraan Kuantitas : 46,20 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Pekerjaan pada seluruh luas bangunan yang telah selesai
pondasinya dikerjakan.

4.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, penghamparan dan pemadatan material
timbunan (tasirtu) pada daerah yang tertera dalam gambar rencana.

4.3. Material
a. Material diambil dari lokasi yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/
Direksi Teknik berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ada.
b. Timbunan tasirtu digunakan pada lokasi atau untuk Konsultan Pengawas/
direksi tasirtu ditentukan atau disetujui oleh Direksi teknik / Konsultan
Pengawas.
c. Timbunan yang digunakan terdiri dari bahan tanah, sirtu dan batu – batuan
yang berdiameter < 10 cm.

4.4. Urutan Kerja.


a. Penimbunan dapat dilaksanakan bila pekerjaan pondasi batu kali telah selesai
dilaksanakan, dengan ketentuan bahwa pondasi tersebut telah cukup kuat
untuk menahan tekanan tanah aktif secara lateral akibat penimbunan dan
pemadatannya.
b. Penimbunan dilaksanakan secara lapis demi lapis , dimana setiap lapisan
timbunan dihampar setebal 20 – 30 cm. Pekerjaan ini dilaksanakan sampai
mencapai ketinggian yang direncanakan.
c. Setiap lapisan yang telah dihampar, dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat.
d. Apabila tanah timbunan (tasirtu) tidak mengandung kadar air yang
mencukupi, maka perlu diadakan penyiraman sampai mencapai kadar air
optimum.

4.4. Pembersihan Lokasi

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
a. Sebelum urugan tasirtu bawah lantai dilakukan, semua area yang akan
ditimbun dibersihkan dari sampah, lumpur dan bahan lainnya yang tidak
terpakai.
b. Setelah area kerja telah dibersihkan maka segera diadakan penimbunan
dengan mengacu ke spesifikasi , gambar maupun instruksi dari Direksi teknik/
Konsultan Pengawas.

5. Timbunan Lokasi (Site)


5.1. Asumsi.
a. Pekerjaan menggunakan alat berat, tenaga manusia, alat bantu dan dump
truck.
b. Perkiraan kuantitas : 85,30 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Pada area/lokasi yang akan didirikan bangunan.

Uraian
a. Pekerjaan meliputi pengangkutan, penghamparan dan pemadatan material
yang telah dihampar pada daerah yang akan didirikan bangunan.
b. Pada dasarnya pekerjaan ini dilaksanakan untuk pembentukan tanah dasar
sebagai tempat / dasar perletakan bangunan.
c. Pembentukan elevasi dari permukaan tanah dibentuk / diratakan yang
selanjutnya dipadatkan.

5.3. Material
a. Material diambil dari daerah / lokasi yang disetujui oleh Direksi Teknik/
Konsultan Pengawas berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ada.
b. Timbunan digunakan pada lokasi atau untuk maksud dimana bangunan
akan didirikan dan ditentukan / disetujui oleh Direksi Teknik/ Konsltan
Pengawas.
c. Timbunan yang digunakan terdiri dari bahan tanah bercampur pasir dan
batu – batuan, dimana material timbunan ini harus disetujui terlebih dahulu
oleh Direksi Teknik / Konsultan Pengawas sebelum dihampar.

5.4. Uraian Kerja.


a. Penimbunan dapat dilaksanakan bila pekerjaan pembersihan lokasi telah
selesai dilaksanakan.
b. Penimbunan dilaksanakan lapis demi lapis dimana setiap lapisan
timbunan dihampar dengan ketebalan 20 – 3- cm (bila tebal timbunan> 30
cm). Pekerjaan ini dlaksanakan sampai mencapai ketinggian yang
direncanakan dan telah disetujui oleh Direksi Teknik / Konsultan
pengawas.
c. Setiap lapisan yang telah dihampar, dipadatkan dengan menggunakan alat
pemadat.
d. Apabila tanah timbunan tidak mengandung kadar air yang cukup. Maka
perlu diadakan penyiraman sampai mencapai kadar air optimum.

5.5. Pembersihan Lokasi.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
a. Sebelum urugan / timbunan dilaksanakan, maka semua area yang akan
ditimbun dibersihkan , semua semak belukar, akar-akar pohon dan sampah
lainnya dibersihkan dan diangkat keluar lokasi pekerjaan.
b. Setelah area kerja telah selesai dibersihkan , maka segera diadakan
penimbunan dengan mengacu pada spesifikasi, gambar maupun instruksi
dari Direksi teknik/ Konsultan Pengawas.

6. Timbunan Pasir Bawah Pondasi

6.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga manusia, alat bantu dan dump truck.
b. Perkiraan Kuantitas : 45.10 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Dasar permukaan galian pondasi batu kali dan
pondasi poor plat.

6.2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengangkatan dan penghamparan material pasir pada
daerah permukaan hasil galian, baik galian pondasi batu kali maupun pondasi
poor plat.

6.3. Material
a. Material diambil dari lokasi yang disetujui oleh Konsultan Pengawas /
Direksi Teknik berdasarkan persyaratan dan ketentuan yang ada.
b. Timbun pasir bawah lantai digunakan pada lokasi tersebut diatas pada point
6.2.
c. Timbunan yang digunakan terdiri dari bahan pasir yang penggunaannya
telah disetujui oleh Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.

6.4. Urutan Kerja


a. Penimbunan dapat dilaksanakan bila pekerjaan galian tanah pondasi batu kali
maupun pondasi poor plat telah mencapai kedalaman yang diinginkan dan
telah disetujui oleh Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.
b. Agar pekerjaan satu dengan pekerjaan lainnya tidak saling menunggu, maka
penimbunan ini tidak harus menunggu selesainya galian pondasi secara
keseluruhan.
c. Tebal timbunan dihampar setebal + 5 cm diatas permukaan dasar galian.

6.5. Pembersihan Lokasi.


Sebelum urugan pasir bawah pondasi ini dilaksanakan, semua area yang akan
dihampar, dibersihkan dari sampah dan bahan lainnya yang tidak terpakai.

III. PEKERJAAN PASANGAN, PLASTERAN DAN LANTAI.

1. Pekerjaan Pasangan Batu Kosong.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
1.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga manusia, alat bantu dan dump truck.
b. Perkiraan Kuantitas : 18,28 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi galian untuk pondasi batu kali.

1.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan penyusunan batu kosong pada daerah
permukaan hasil galian tanah untuk pondasi batu kali.

1.3. Material
a. Material yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung yang disetujui
oleh Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas.
b. Batu yang digunakan adalah batu yang keras dan tidak keropos serta
mempunyai gradasi yang baik dengan diameter + 25 cm.
c. Pasir yang digunakan sebagai bahan pengisi adalah pasir yang bersih dan
disetujui penggunanya oleh Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.

1.4. Urutan Kerja.


a. Pelaksanaan pasangan batu kosong dilaksanakan bila kedalaman galian tanah
untuk pondasi batu kali telah mencapai level kedalaman yang diinginkan
dan telah disetujui oleh Direksi teknik / Konsultan Pengawas.
b. Menyusun batu kali/ batu gunung pada alur galian yang celah susunan batu
tersebut diisi pasir agar susunan batu kali tidak goyang.
c. Tebal susunan batu tersebut disesuaikan dengan gambar rencana.
d. Pada saat penyusunan batu kali / batu gunung harus dipastikan bahwa
semua celah telah terisi pasir dengan sempurna, yaitu dengan cara
menyiram air agar semua celah terisi dengan baik.

1.5. Pembersihan Lokasi.


Semua alur galian pondasi batu kali, sebelum pelaksanaan pasangan batu kosong
, harus bersih dari segala macam sampah dan bahan lainnya yang tidak terpakai.

2. Pasangan Pondasi Batu Kali


2.1. Asumsi :
a. Pekerjaan menggunakan tenaga manusia, alat bantu dan dump truck
b. Perkiraan kuantitas : 51.30 m3
c. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi galian untuk pondasi batu kali
sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.

2.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan pemasangan pondasi batu kali yang
dilaksanakan diatas pasangan batu kosong.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
2.3. Material
a. Material yang digunakan adalah batu kali atau batu gunung yang disetujui
oleh Direksi teknik/ konsultan pengawas.
b. Batu yang digunakan adalah batu yang keras dan tidak keropos serta
mempunyai gradasi yang baik dengan diameter + 25 cm.
c. Bahan adukan yang digunakan terdiri dari 1 Pc : 5 ps.
d. Pasir yang digunakan sebagai bahan pengisi (adukan) pasir yang bersih
dan disetujui penggunaannya oleh Direksi teknik/ Konsultan Pengawas.

2.4. Urutan Kerja.


a. Pelaksanaan pasangan pondasi batu kali dilaksanakan bila pasangan batu
kosong telah dilaksanakan dan telah mendapatkan persetujuan untuk
pelaksanaan pasangan pondasi batu kali dari Direksi Teknik/ Konsultan
Pengawas.
b. Pekerjaan dilaksanakan sesuaikan dengan ukuran dan bentuk sebagaimana
yang telah ditetapkan oleh Konsultan Pengawas / Direksi Teknik.
c. Setiap batu yang terpasang, harus tersusun rapi dan celah - celah diisi
dengan adukan sehingga diperoleh massa yang kuat dan integral.
d. Hasil pekerjaan yang diperoleh harus lurus dan semua pasangan batu saling
mengikat.

2.5. Pembersihan Lokasi.


Semua alur galian pondasi batu kali, sebelum pelaksanaan pasangan pondasi
batu kali harus dibersihkan dari segala macam kotoran/ sampah dan bahan lainnya
yang tidak terpakai.

3. Pekerjaan Pasangan Dinding Batu Bata

3.1. Asumsi :
a. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia, alat bantu dan
truck.
b. Perkiraan kuantitas :
 Pasangan dinding ½ batu bata 1 c : 3 Ps : 13,57 m2
 Pasangan dinding ½ batu bata 1 Pc : 5 Ps : 302.20 m2

c. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi pasangan dinding batu bata


sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.

3.2. Uraian :
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan pemasangan dinding batu bata sebagai
berikut :

a. Pasangan dinding ½ batu bata 1 Pc : 3 Ps .


Pekerjaan ini dilaksanakan untuk pasangan trasram yaitu semua pasangan
yang dilaksanakan mulai dari sloef sampai setinggi + 30 cm pada seluruh
dinding dan pasangan untuk dinding km/wc setinggi 160 cm dari sloef
beton.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
b. Pasangan dinding ½ batu bata 1 Pc : 5 Ps.
Pekerjaan ini dilaksanakan selain yang disebutkan pada print 3.2.a. diatas.

c. Pasangan dinding 1 Bata 1 Pc : 5 Ps.


Pekerjaan ini dilaksanakan sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar
rencana.

d. Pasangan batu bata penyanggah meja beton.


Pekerjaan ini dilaksanakan sebagai perletakan meja beton (lihat gambar).

3.3. Material
a. Batu bata yang digunakan adalah batu bata yang keras dan baru.
b. Ukuran batu bata yang digunakan disesuikan dengan spesifikasi yang ada.
c. Adukan yang digunakan disesuaikan peruntukan pasangan
d. Semen yang digunakan adalah semen yang mutu baik, tidak berbatu, dimana
semen yang dibawah ke tempat pekerjaan dalam kemasan standar dari pabrik
dan terlindung.

e. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih dan tidak memiliki
kandungan organik dan lumpur.
f. Semua contoh bahan batu bata dan semen harus diajukan ke Direksi
Teknik / Konsultan Pengawas untuk disetujui.

3.4. Urutan Kerja.


a. Pasangan dinding batu bata dilaksanakan pada tempat sebagaimana yang
ditunjukkan dalam gambar rencana.
b. Sebelum memulai pemasangan, batu bata yang akan dipasang harus disiram
/ direndam sampai jenuh.
c. Batu bata yang terpasang harus tegak, dimana lajur penaikannya diukur
tepat dengan tiang lot, dimana pola ikatan pasangan harus terjaga dengan
baik.
d. Potongan batu bata tidak digunakan kecuali pada pertemuan dengan
kosen / kolom.
e. Pada jarak tertentu pasangan batu bata diperkuat dengan kolom prakis,
dengan dimensi penulangan dan penempatan disesuaikan dengan gambar.
f. Bila pasangan batu bata selesai dilaksanakan, siar pada pasangan tersebut
dikeruk agar plasteran dapat melekat dengan baik.

FLOW CHART PASANGAN BATU BATA

Mulai Sloef Selesai


Semen Pasir Air

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Persiapan Area
Kerja

Material
Adukan Material Batu Bata

Pemasangan Batu
bata
Perbaikan

Pemeriksa Tidak

Selesai

4. Pekerjaan Plasteran.

4.1. Asumsi :
a. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat bantu.
b. Perkiraan kuantitas :
 Plasteran dinding trasram 1 c : 3 Ps : 42,90 m2.
 Plasteran Biasa 1 Pc : 5 Ps : 604.40 m2

c. Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi plasteran dinding dan peruntukan pada bagian
tersebut diatas.

4.2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan pesangan plasteran dinding dan kolom
sebagai berikut :
a. Plasteran dinding ½ bata 1 Pc : 3 Ps
Plasteran ini dilaksanakan untuk plasteran pada semua dinding ½ bata
trasram.
b. Plasteran dinding ½ bata 1 Pc : 5 Ps
Plasteran ini dilaksanakan untuk plasteran pada semua dinding ½ bata
selain yang disebutkan pada point 4.2.a.

4.3. Material
a. Pasir yang digunakan adalah pasir yang bersih, bebas dari bahan organik,
lumpur dan bahan lain yang dapat merusak pekerjaan.
b. Air yang digunakan untuk pencampuran adalah air bersih yang bebas dari
bahan yang berbahaya seperti oleh, garam, alkali dan bahan organik lainnya.
c. Semen yang digunakan untuk disesuaikan dengan ………………

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
d. Semua contoh bahan sebelum digunakan harus mendapatkan persetujuan
terlebih dahulu dari Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.

4.4. Urutan Kerja.


1. Dinding bata yang akan diplaster , dibersihkan dan disiram permukannya.
2. Menyiapkan adman spesi yang disesuaikan dengan peruntukkannya.
3. Pekerjaan yang dilaksanakan harus rata (tegak lurus) dan tidak
bergelombang.
4. Pada plasteran kolom , pertemuan sudut – sudut kolom harus benar- benar
siku dan tegak lurus dengan cara mengukur dari iang lot.
5. Tidak diperkenankan mengadakan pekerjaan ini pada waktu hujan.
6. Segera setelah plesteran ( bila memungkinkan) diadakan pekerjaan acian.

5. Pekerjaan Acian.

5.1. Asumsi :
a. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
lainnya .

b. Perkiraan kuantitas :
 Acian dinding Dan kolom 1 Pc : 7 Kpr : 604.40 m2

c. Lokasi pekerjaan : dilaksanakan pada permukaan dinding yang telah diplester.

5.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan pasangan pekerjaan acian pada dinding
dan kaki pondasi sebagaimana yang sebutkan pada point 5.1.6.

5.3. Material.
a) Material yang digunakan adalah kapur acian dan semen, dimana ; dimana
kapur yang digunakan adalah kapur mild atau kapur bakar yang bersih.

b) Sebelum pelaksanaan pekerjaan acian ini dilaksanakan, semua contoh bahan


yang akan digunakan, diajukan kepada Direksi Teknik / konsultan pengawas
untuk disetujui.

6. Pekerjaan Pasangan Keramik.


6.1. Asumsi
a) Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat bantu.
b) Perkiraan kuantitas :
 Keramik dinding 20 x 25 cm (km/wc) : 13,57 m2
 Lantai WC/KM 20 x 20cm : 4.99 m2.
 Keramik lantai 40 x 40 cm (green colour) : 165.70 m2

c) Lokasi Pekerjaan : Pada lantai dan dinding sebagaimana , yang ditunjukkan


pada gambar rencana.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
6.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan dan pemasangan keramik, baik lantai,
dinding, meja dapur maupun pemasangan keramik pada km/ wc sebagai berikut :

6.3. Material
a) Keramik yang digunakan adalah keramik dengan ukuran 40 x 40 cm,
dimana warna dan motif ditentukan oleh pemilik proyek.
b) Baik dinding keramik, wafel, tegel list dll, penggunaan motif dan warna
ditentukan oleh pemilik proyek . Sedang untuk kualitas dan ukuran mengikuti
spesifikasi yang ada serta petunjuk teknis dari Direksi teknik / konsultan
pengawas.
c) Semua contoh keramik yang akan digunakan, diajukan kepada Direksi teknis/
konsultan pengawas untuk disetujui.
d) Pasir yang digunakan untuk speci pada pemasangan keramik adalah pasir
yang bersih serta bebas dari bahan organik dan lumpur.
e) Semen yang digunakan adalah semen yang direkomendasikan pada spesifikasi
maupun petunjuk teknis dari Direksi teknik / konsultan pengawas.

6.4. Urutan kerja.


a) Sebelum pelaksanaan pekerjaan keramik ini dilaksanakan, maka terlebih
dahulu diajukan shop drawing (gambar rencana / pola perletakan keramik
yang akan dikerjakan, baik pada lantai, maupun pada dinding) untuk
mendapatkan persetujuan.
b) Pada pasangan keramik pada lantai I maka semua dasar perletakan keramik
adalah cor beton dengan ketebalan 7 cm.
c) Pada lantai II keramik dipasang diatas plat lantai yang telah cukup umur
dengan perekat spasi 1 Pc : 1 Ps.
d) Untuk dinding keramik, permukaan dinding terlebih dahulu diplester rata
kemudian keramik ditempatkan dengan menggunakan pasta air semua yang
disetujui Direksi teknik / konsultan pengawas.
e) Pemasangan lantai keramik harus rapi, dengan siar yang saling tegak lurus
serta mengikuti peil yang ditentukan dalam gambar rencana.
f) Setelah keramik terpasang , maka celah / naad antara keramik tersebut diisi
dengan pasta pengisi yang disetujui, dimana hasil pengisian naad tersebut
dapat memenuhi unsur estetika bangunan.
6.5. Pembersihan Lokasi.
a) Sebelum pemasangan keramik dilaksanakan, semua permukaan cor olah
keramik (lantai I) , permukaan cor plat (lantai II) dan dinding yang akan dipasangi
keramik harus dibersihkan dari segala macam kotoran/ lemak , olie, debu dll yang
dapat merusak daya lekat spasi keramik terhadap cor / beton dibawahnya.
b) Keramik yang telah terpasang dan celah / naad telah terisi dengan pasta pengisi
maka semua permukaan keramik yang telah terpasang rapih dibersihkan dari sisi –
sisi semen / spasi maupun sisa pasta pengisi naad.
Pekerjaan ini dilaksanakan sebelum spasi / pasta pengisi belum mengeras.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
FLOW CHART PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK

Pengajuan Mulai Cor lantai


Contoh selesai

Ganti

Persiapan/pembersihan
Semen Pasir Air /shop drawing

Material
Adonan/Spaci Pelaksanaan Keramik
Pemasangan

tidak
Pemeriksanaan Perbaikan

Selesai

IV. PEKERJAAN BETON.


1.1. Asumsi .
a) Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia, alat bantu , dump
truck.
b) Perkiraan kuantitas :
 Pondasi poor plat beton bertulang K – 175 : 5, 70 m3
 Kolom 30x30 beton bertulang K – 175 : 12,28 m3
 Kolom praktis beton bertuiang K – 175. : 1.54 m3
 Sloef 20x30 beton bertulang K – 175 : 7,68 m3

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
 Ring balk utama beton bertulang K – 175 : 5,10 m3
 Balok lantai 25x35 beton bertulang K- 175 : 10,69 m3
 Balok lantai 20x35 beton bertulang K- 175 : 0,42 m3
 Plat lantai beton bertulang : 16,80 m3
 Tangga beton bertulang : 2.20 m3
 Plat Knopi beton : 0,43 m3
 Cor lantai 1 Pc : 3 Ps : 5 Krk (t = 7 cm) : 12.68 m3

c) Lokasi Pekerjaan : Pada lokasi pekerjaan beton bertulang sebagaimana yang tertera
dalam gambar rencana.

1.2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, perakitan besi, pembuatan mall/ bekesting,
pengeceran dan pemeliharaan pasca pengecoran dan pembongkaran mall/ bekesting.
Pekerjaan beton dilaksanakan sebagai berikut :
a) Pondasi poor plat beton bertulang.
Pondasi poor plat dilaksanakan bila pekerjaan galian untuk pondasi poor plat telah
selesai dilaksanakan dan kedalaman galian telah disetujui oleh direksi teknik /
konsultan pengawas.
Pondasi poer plat dilaksanakan dengan dimensi 1,5 x 1,5 m atau sesuai petunjuk
teknis dari Konsultan pengawas, dimana pengecoran poer plat dilaksanakan diatas
lantai kerja yang dibuat terlebih dahulu dengan tebal disesuaikan dengan gambar
rencana.
b) Kolom utama beton bertulang.
Kolom utama ini dilaksanakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan gambar
rencana dan dilakukan dengan 3 tahap yaitu :
 Pengecoran pertama mulai dari poer plat sampai batas sloef utama.
 Pengecoran kedua mulai dari sloef utama sampai batas balok utama
 Pengecoran ketiga mulai dari plat lantai II sampai batas ring balk.

Pengecoran kolom utama dilaksanakan bila anyaman tulangan dan bekesting telah
cukup kokoh untuk dilakukan pengecoran serta telah diadakan pemeriksaan dan
disetujui oleh Direksi teknik / Konsultan Pengawas untuk diadakan pengecoran.

c) Kolom praktis
Dilaksanakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan gambar rencana dan
dilaksanakan setelah pasangan dinding batu bata telah selesai dilaksanakan.

d) Sloef Utama Beton Bertulang.


Sloef utama dilaksanakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan gambar
rencana dan dilaksanakan setelah pekerjaan kolom utama tahap I dan pondasi
batu kali telah selesai dilaksanakan. Pengecoran sloef utama dilaksanakan bila
anyaman tulangan telah sesuai dengan gambar dan bekesting telah cukup kuat
untuk dilakukan . Pengecoran serta telah diadakan pemeriksaan dan disetujui oleh
Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas untuk diadakan pengecoran.

e) Sloef Praktis Beton Bertulang.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Sloef praktis dilaksanakan dengan dimensi yang diseuaikan dengan gambar
rencana. Sloef praktis dipasang diatas pondasi batu kali pada tempat-tempat yang
ditujukkan dalam gambar rencana.

f) Ring balk utama beton bertulang.


Ring balk utama dilaksanakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan gambar
rencana dan dilaksanakan setelah pekerjaan kolom utama tahap II telah selesai
dilaksanakan.
Pengecoran ring balk utama dilaksanakan bila anyaman tulangan telah sesuai
dengan gambar dan bekesting telah cukup kuat untuk dilakukan pengecoran serta
telah diadakan pemeriksaan dan disetujui oleh Direksi Teknik / onsultan Pengawas
untuk diadakan pengecoran.

g) Ring balk praktis


Dllaksanakan dengan dimensi yang disesuaikan dengan gambar rencana dan
dilaksanakan setelah pasangan dinding batu bata telah selesai dilaksanakan.

h) Plat atap deck + listplank beton bertulang.


Plat atap deck dan listplank dilaksanakan dengan dimensi dan pola yang
disesuaikan dengan gambar rencana serta dilaksanakan setelah pekerjaan kolom
utama dan ring balk utama telah selesai dilaksanakan.
Pengecoran dilaksanakan bila anyaman tulangan telah sesuai dengan gambar
dan bekesting telah cukup kuat untuk dilakukan pengecoran.
Pengecoran dilaksanakan bila telah mendapat persetujuan dari direksi teknik/
konsultan pengawas.

i) Balok Lantai dan plat lantai


Balok lantai dan plat lantai dilaksanakan dengan dimensi dan pola yang
disesuaikan dengan gambar rencana serta dilaksanakan setelah pekerjaan kolom
utama tahap II (pada lantai I) telah selesai dikerjakan.
Balok dan plat lantai dikerjakan secara bersamaan, hal ini dimaksudkan agar
beton yang dihasilkan adalah beton yang monolite antara plat dan balok.
Pengecoran dilaksanakan bila anyaman tulangan baik pada plat maupun balok
telah sesuai dengan gambar rencana serta bekesting yang selesai dikerjakan
cukup kokoh / kuat menyanggah berat beton yang ada.
Sebelum pengecoran dilaksanakan, harus dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu
oleh pihak Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas untuk disetujui.

j) Plat tangga beton bertulang.


Plat tangga dilaksanakan sesuai dengan dimensi dan pola yang disesuaikan
dengan gambar rencana serta dilaksanakan setelah plat lantai II telah selesai
dilaksanakan.
Pengecoran dilaksanakan sama dengan pekerjaan lainnya yaitu diadakan
pengecekan / pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas sebelum diadakan pengecoran.

k). Plat Sirip Beton Bertulang


Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan dimensi dan pola yang tertera pada
gambar rencana dan dilaksanakan bersamaan pekerjaan pengecoran kolom.
Pengecoran dilaksanakan sama dengan pekerjaan lain yaitu diadakan pengecekan/
pemeriksaan oleh Direksi Teknik/ konsultan pengawas sebelum diadakan
pengecoran.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
l). Plat Lantai Ramp. Beton.
Idem Pekerjaan plat tangga beton bertulang.

m). Plat meja beton / Pantry


Plat ini merupakan plat meja beton yang dilaksanakan diatas pasangan batu
sebagai dudkan plat.

n). Cor lantai 1 Pc : 3 Ps : 5 Krk.


Pekerjaan ini merupakan lantai cor alas keramik yang dilaksanakan / diadakan
pengecoran diatas urugan pasir bawah lantai yang telah dipadatkan, dimana tebal
pengecoran adalah + 7 cm.

1.3. Material
a. Semen digunakan disesuaikan dengan spesifikasi yang ada dan dibawah ke site
pekerjaan dalam kawasan standar.
b. Agregate yang didatangkan adalah agregate yang mempunyai gradasi dari yang
halus sampai kasar yang disesuaikan dengan spesifikasi maupun ketentuan –
ketentuan dalam pembetonan.
c. Penyimpanan dilaksanakan sedemikian rupa , sehingga bebas dari kontaminasi
dengan bahan – bahan yang dapat merusak.
d. Air yang digunakan untuk pengecoran adalah air yang bersih dan tidak
mengandung lumpur dan bahan kimia lainnya yang dapat merusak beton.
e. Besi yang digunakan adalah besi yang mempunyai dimensi yang dipersyaratkan
dalam gambar rencana.
f. Penyimpanan besi tulangan harus bebas dari kontaminasi langsung dengan
udara , tanah lembab, aspal, olie, gemuk dll.
g. Kayu yang digunakan untuk bekesting / mall adalah papan atau balok dengan
kualitas klass III.

1.4. Urutan Kerja

a. Sebelum diadakan pengecoran, maka sample bahan/ material untuk beton


(gregate, pasir, semen) diadakan mix design dilaboratorium untuk menentukan
komposisi material pengecoran agar target mutu beton yang direncanakan
dapat tercapai, begitupun selama pelaksanaan pengecoran berlangsung juga
dibuatkan kubus – kubus beton 15 x 15 x 15 cm, yang nantinya pada saat
kubus beton tersebut telah cukup umur 28 hari , diadakan pengetesan kuat
tekan dilaboratorium.

b. Bekesting / Cetakan.
 Pembuatan cetakan / bekesting harus memenuhi syarat-syarat dalam
spesifikasi yang telah ditetapkan.

 Dalam pelaksanaan seluruh konstruksi beton bertulang, tidak boleh


terjadi kesalahan dalam pembuatan cetakan.

 Bekesting yang direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada


perubahan bentuk yang nyata dan cukup dapat menampung beban
sementara dan berat sendiri beton sesuai dengan jalannya kecepatan
pengecoran. Semua bekesting diberi penguat dasat dan silangan sehingga

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
kemungkinan bergeraknya bekesting selama pelaksanaan dapat
dihindari.

 Susunan bekesting dengan penopang harus teratur agar pengawasan


kekurangannya dapat dengan mudah dilaksanakan.

c. Pembesian
 Pengukuran dan pemotongan besi dilakukan diluar area kerja
pengecoran.
 Besi yang telah diukur dan dipotong selanjutnya diangkut kearea
pengecoran yang bekestingnya telah selesai dikerjakan, dimana besi
tersebut dirakit / diikat sesuai komposisi / kelompok – kelompok tulangan
yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
 Besi yang digunakan adalah besi dengan dimensi yang disesuaikan
dengan gambar rencana.

d. Pengecoran
 Sebelum pengerjaan pengecoran beton dilaksanakan, semua pekerjaan
bekesting baja tulangan, pemasangan pipa-pipa instalasi air dan instalasi
listrik serta angkur – angkur yang harus ditanam dalam beton, sudah
harus terpasang dan telah mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari
Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.
 Dpastikan bahan concrete mixer yang akan digunakan telah siap pakai.
 Acuan / bekesting harus dibersihkan terl;ebih dahulu dengan cara
menyemprotkan air bersih sehingga semua kotoran tersapu bersih.
 Beton harus dicor pada tempat pekerjaan secepat mungkin setelah
bidang acuan dibasahi dengan air.
 Bila pengecoran pada salah satu bagian konstruksi terpaksa harus
diputuskan, maka tempatnya harus terletak pada batas/ siar pelaksanaan
yang akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas berdasarkan
ketentuan yang berlaku untuk konstruksi beton bertulang.
 Selama pengecoran berlangsung adukan beton pada acuan harus
dipadatkan dengan menggunakan alat penggetar (Vibrator concrete).

e. Perawatan Beton
Beton yang telah dicor terutama pada plat lantai dan luifel harus dijaga agar
tidak terlalu cepat kehilangan kelembaban selama + 14 hari yaitu dengan
menggunakan atau menutup permukaan beton dengan karung - karung yang
senantiasa basah.

Semua prosedur kerja pembetonan, baik pembuatan bekesting / cetakan, perakitan


besi, pengecoran dan pemeliharaan beton, harus mendapatkan persetujuan dari
direksi teknik/ konsultan pengawas sebelum memualai pekerjaan.

FLOW CHART : BETON BERTULANG

Mulai
Mix Design

Persiapan/ shop
Drawing

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
PC PS Air Agg Material Besi Material
Bekesting

Perakitan Pembuatan
Besi Bekesting

Tdk Tdk
Pemeriksaan Pemeriksaan

Selesai Selesai

Pengecoran

Pemeriksaan Tdk

Selesai

V. PEKERJAAN KAP, ATAP DAN PLAFOND.

1. Kuda-kuda / Kap, Gording, nok, rangka atap.


1.1. Asumsi :
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu lainnya.
B. Perkiraan kuantitas :
 Kuda-kuda / kap, gording dan nok : 2,715 m3
 Rangka atap (kasau dan reng ) : 1.850 m3

C. Lokasi Pekerjaan : rangka / dudukan atap sebagaimana yang ditunjukkan


dalam gambar rencana.

1.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengangkutan, perakitan, penyetelan kuda-kuda dan
pemasangan kasau dan reng sebagai rangka atap.

1.3. Material
Kayu yang digunakan adalah kayu yang mempunyai klas kuat II dan kelas
keawetan II sebagaimana yang dipersyaratkan dalam spesifikasi, dimana kayu

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
tersebut adalah kayu kering, memiliki serat yang teratur, serta tidak terdapat
cacat dan mata kayu.
Sebelum pekerjaan ini dimulai, maka terlebih dahulu mengajukan contoh kayu
yang akan digunakan kepada Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.

1.4. Urutan Kerja.


A. Pekerjaan kuda-kuda / gording dilaksanakan dilokasi pekerjaan, dimana kayu /
balok dipotong dan disesuaikan dengan ukuran yang ada pada gambar yang
selanjutnya dibentuk sesuai pola yang ditentukan serta diberi identitas agar
pada saat penyetelan kuda-kuda diatas ringbalk, rangka kuda-kuda tidak
saling tertukar.
B. Kuda – kuda yang akan dipasang disesuaikan dengan jarak dan bentuk pada
gambar rencana dan dudukan pada ringbalk.
C. Kuda-kuda yang telah disetel diikat dengan ikatan angin dan selanjutnya
dipasang gording dengan jarak yang telah ditentukan.
D. Pekerjaan selanjutnya adalah memasang rangka atap (Kasau dan reng).
E. Semua pertemuan bidang atap untuk jurai dalam dipasang seng plat.
F. Semua pertemuan sambungan kayu diikat dengan beugel dan diperkuat
dengan baut dan mur.
G. List plank dipasang setelah pemasangan gording dan rangka atap.
H. Semua pekerjaan dianggap selesai dan siap dipasang atap bila telah
diadakan pemeriksaan dan disetujui oleh Direksi teknik/ konsultan pengawas.

2. Penutup Atap Genteng Metal , Bubungan dan Kaso+Reng


2.1. Asumsi :
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu.
B. Perkiraan kuantitas :
 Penutup atap genteng metal : 321,20 m2
 Bubungan atap genteng metal : 27,50 m’
 Pasangan Kaso+reng : 321,20 m’

C. Lokasi pekerjaan : pada kuda-kuda / rangka atap yang telah terpasang.

2.2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pemasangan atap, bubungan pada kuda-kuda yang telah
terpasang.

2.3. Material
A. Bahan atap yang digunakan adalah atap genteng metal colour ( 2 x
4) sebagaimana yang telah ditetapkan dalam spesifikasi.
B. Bahan bangunan / nok yang digunakan adalah bubungan metal colour
sebagaimana yang telah ditetapkan dalam spasifikasi.
C. Pasangan talang miring yang digunakan adalah seng plat sebagaimana
yang telah ditetapkan dalam spesifikasi.
D. Warna ditentukan oleh pemilik proyek.

2.4. Urutan Kerja


A. Sebelum pekerjaan ini dilaksanakan, terlebih dahulu diajukan contoh atap/
bubungan kepada direksi teknik/ konsultan pengawas untuk disetujui.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
B. Atap genteng netal dapat dipasang bila kuda-kuda dan rangka atap
telah diadakan pemeriksaan dan telah disetujui untuk pasangan atap.
C. Atap yang akan dipasang disesuaikan dengan prosedur pemasangan
dan spesifikasi dari pabrik pembuat.
D. Atap yang terpasang harus terlihat rapih, lurus dan tidak bergelombang.

3. Pekerjaan Rangka , plafond dan list profil gypsum.

3.1. Asumsi :
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu.
B. Perkiraan kuantitas :
 Rangka plafond : 227.765 m2
 Plafond gypsum : 227.765 m2
 List plafond gypsum : 210.40 m’.

C. Lokasi pekerjaan : pada tempat yang telah ditentukan dalam gambar


rencana.

3.2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pemasangan rangka plafond , pemasangan plafond
gypsum dan pemasangan list profil gypsum.

3.3. Material.
A. Rangka plafond adalah kayu dengan ukuran dan mutu yang telah
ditentukan dalam gambar dan spesifikasi yang ada.
B. Plafond yang digunakan adalah dari material gypsum dengan tebal + 9
mm.
C. List profil yang digunakan adalah list profil yang dicetak dari bahan
gypsum.

3.4. Urutan kerja :


a. Rangka plafond yang dilaksanakan bila pekerjaan plasteran dan
atap telah selesai dipasang.
b. Rangka plafond yang akan dipasang adalah rangka kayu dimana
pola pemasangannya mengikuti gambar rencana dan petunjuk dari direksi
teknis/ konsultan pengawas.
c. Pemasangan rangka plafond dibuat sedemikian rupa sehingga
kokoh, rata (waterpass) dan tidak bergelombang serta saling tegak lurus.
d. Penutup plafond adalah gypsum board yang dipasang rata / tidak
lentur dan bergelombang , serta pola yang terpasang mengikuti gambar
yang ada.
e. Pertemuan antara permukaan plafond dan tembok diberi list profil
yang terbuat dari bhahan gypsum.
f. Sebelum pemasangan gypsum board, semua rangka yang telah
dikerjakan harus mendapat persetujuan direksi teknik / konsultan pengawas.

4. Pekerjaan Listplank.
Telah diuraikan pada pekerjaan kuda-kuda / gording.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
VI. PEKERJAAN KOSEN, PINTU , JENDELA DAN VENTILASI.
1. Asumsi
a. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu lainnya.
b. Perkiraan kuantitas :
 Konsen ventilasi atap kayu : 1,43 m3
 Pas. Daun pintu panil kaca, rangka kayu : 14,96 m2
 Pintu Almunium : 2 bh
 Jalusi papan kayu : 2,34 m2
 Bingkai jendala : 30.52 m2
 Pas. Kaca Mati 5 mm : 18.60 m2
 Pas. Ralling Besi Hole : 23.50 m’
 Pas. Rolling door : 9.25 m2

c. Lokasi pekerjaan : pada semua rangka pintu dan jendela, reiling tangga
dll, sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar rencana

2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi , pengadaan bahan, pengerjaan dan pemasangan.

3. Material
a. Kayu digunakan untuk ventilasi atap kayu, pintu panil adalah kayu klas
kuat II dan kelas awet II sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
spesifikasi yang ada maupun atas petunjuk teknis dari direksi / kosultan
pengawas.
b. Aluminium digunakan untuk kosen pintu dan jendela, daun pintu , daun
jendela dll sebagaimana yang ditunjukkan dalam gambar rencana.
c. Aluminium yang digunakan adalah disesuaikan dengan spesifikasi yang
ada.

4. Urutan Kerja.
a. Material aluminium di dipotong dan dibentuk sesuai gambar rencana
sehingga pada saat pemasangan tidak terjadi rongga antara tembok
dan kosen aluminium begitupun antara kosen dan pintu / jendela yang
akan dipasang.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
b. Aluminium tidak bisa menahan beban yang benar, oleh sebab itu pada
tembok yang akan dipasang kosen pintu dan jendela diberi penguat
berupa balok beton dengan dimensi 12/12 pada keempat sisinya.

c. Pemasangan rangka kosen dilaksanakan bila pasangan batu dan plasteran


termasuk pemasangan balok beton pada keempat sisinya telah selesai
dikerjakan.

d. Pemasangan kosen aluminium harus rata dan tegak lurus satu sama lain
sehingga memudahkan menutup dan membuka pintu / jendela serta
tidak ada celah antara tembok dan osen aluminium.

e. Setelah kosen terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya adalah


menggantung pintu dan jendela, serta pemasangan semua accsesories
puintu / jendela yaitu engsel , grendel , kunci pintu , hak angin dll. Serta
pemasangan kaca.

f. Pekerjaan dianggap selesai bila semua hasil pekerjaan telah diperiksa


dan disetujui oleh Direksi Teknik / Konsultan Pengawas.

Pek.Pembuatan Kusen

VII. PEKERJAAN PENGECATAN.

1. Asumsi :
a. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu lainnya.
b. Perkiraan kuantitas :
 Pengecetan dinding tembok : 604.40 m2
 Pengecetan plafond gypsum : 227.76 m2
 Pengectan kayu : 160.40 m2
 Residu kap, kuda – kuda + gording : 160.30 m2

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
c. Lokasi Pekerjaan : Pada semua tembok , plafond, kosen / jalusi kayu,
lysplank dll sebagaimana yang ditunjukkan dalam
gambar dan instruksi teknis dari Direksi /
Konsultan pengawas.

2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, pengecetan, perapihan dan
pembersihan.

3. Material
a. Material cat yang digunakan untuk cat tembok, plafond, cat kayu
mengikuti petunjuk spesifikasi yang ada.
b. Semua contoh bahan cat diajukan kepada Direksi teknik/ konsultan pengawas
untuk mendapatkan persetujuan sebelum digunakan.

4. Urutan Kerja
a. Pekerjaan pengecetan dilaksanakan, apabila semua bagian pekerjaan yang
akan dicat telah selesai dilaksanakan, dimana pekerjaan pengecetan
merupakan finishing dari semua pekerjaan yang dilaksanakan.
b. Pengecetan Kayu.
Pengecetan kayu yaitu untuk lysplank, kosen ventilasi atap, jalusi
ventilasi atap, dll sebagaimana yang ditunjuk pada gambar rencana.
Semua permukaan kayu yang telah dicat harus rata, halus serta
memperlihatkan warna yang sama.

Kayu yang akan dicat harus melalui prosedure.


 Meni dilakukan sebanyak 1 (satu) kali
 Cat dasar dilakukan sebanyak 1 (satu) kali
 Dempul / plamur dilakukan 1 (satu) kali dan diamplas rata dan halus.
 Cat akhir dilakukan sebanyak 2 (dua) kali (dilakukan sampai rata).

c. Cat tembok dan plafond.


Pengecetan tembok dan plafond merupakan finishing akhir pekerjaan.
Semua tembok yang telah diaci dan plafond yang telah selesai dipasang.
Tembok baru yang akan dicat harus mempunyai cukup waktu kering bila
tembok telah mengering maka akan dilaksanakan adalah membersihkan
tembok tersebut terhadap pengapuran yang biasa terdapat pada tembok
baru dengan amplas.

Prosedure tembok / plafond yang akan dicat .


 Cat dasar dilakukan sebanyak 1 satu) kali
 Dempul / plamur dilakukan sebanyak 1 (satu) kali sampai rata dan halus
dengan cara diamplas
 Cat akhir dilakukan sebanyak 2 (dua) kali ( dilakukan sampai rata).

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Pada saat pekerjaan plamur selesai, maka tidak ada lagi pori – pori pada
tembok yang tampak, sehingga cat akhir yang dihasilkan benar – benar rata
dan halus.

d. Menie Kayu
Semua kayu yang akan dicat harus dimeni terlebih dahulu, dimana meni
kayu berfungsi sebagai penutup pori – pori pada permukaan kayu.

e. Residu
Residu digunakan untuk pengawetan kayu yaitu untuk menghindari kayu
dari serangan rayap dll.
Residu digunakan untuk seluruh pekerjaan kuda-kuda kayu, gording, rangka
atap, dan dikerjakan sebelum atap terpasang.

f. Pekerjaan pengecetan dianggap selesai bila, telah diadakan pemeriksaan


oleh Direksi Teknik/ Konsultan Pengawas.

VIII. PEKERJAAN SANITASI

1. Asumsi
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia, alat bantu
dll.
B. Perkiraan kuantitas :
 Kran air
 Pembuatan bak Km/Wc
 Floor drain
 Pemasangan instalasi air kotor
 Pemasangan instalasi air bersih
 Bak kontrol septitank
 Pembuatan Septitank dan peresapan

C. Lokasi pekerjaan : Pada semua tempat sebagaimana yang di


tunjukkan pada gambar rencana dan instruksi
teknis dari direksi teknis / konsultan pengawas.

2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, pengerjaan dan perapihan.

3. Material.
A. Semua contoh bahan yang akan digunakan terlebih dahulu diajukan
contoh kepada direksi teknik / konsultan pengawas untuk mendapatkan
persetujuan untuk digunakan.
B. Semua material yang digunakan mengikuti material yang diisyaratkan
dalam spesifikasi yang ada.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
4. Urutan Kerja
Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai petunjuk pabrik pembuat (wastafel, colosed
dll), dan petunjuk teknis dari direksi teknis / konsultan pengawas.

IX. PEKERJAAN ALAT PENGGANTUNG


1. Asumsi
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan menggunakan tenaga manusia dan alat
bantu lainnya.
B. Perkiraan kuantitas :
 Kunci tanam 2 slaag : 5 Buah
 Kunci Biasa : 3 Buah
 Engsel pintu : 14 psg
 Engsel jendela : 26 psg
 Grendel jendela : 26 Buah
 Grendel tanam pintu doble : 5 Buah
 Pasanga kait angin : 26 Buah

C. Lokasi Pekerjaan : Pada semua pintu / jendela sebagaimana yang


ditunjukkan pada gambar rencana dan instruksi
teknis dari Direksi teknis / konsultan pengawas.

2. Uraian.
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangannya.

3. Material
Semua bahan yang akan digunakan, diajukan contohnya kepada direksi teknik/
konsultan pengawas untuk disetujui.

4. Urutan Kerja
A. Pekerjaan dilaksanakan bila, semua pintu dan jendela telah siap dipasang.
B. Pemasangan alat penggantung dilaksanakan dengan mengikuti spesifikasi
yang ada dan petunjuk tehnis dari Direksi teknik / konsultan pengawas.

X. PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK


1. Asumsi
A. Pekerjaan dilaksanakan dengan m,enggunakan tenaga manusia, alat bantu
dll.
B. Perkiraan kuantitas :
 Pas. Instalasi lampu : 68 titik
 Lampu douwn light 16 watt : 11 bh
 Lampu ESL 20 watt (philipis) : 29 Bh
 Lampu ESL ESL 8 watt : 2 Bh
 Lampu Baret 75 watt : 1 Bh

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
 Saklar seri (Engkel biasa) : 10 Bh
 Saklar tunggal (Engkel lebar) : 4 Bh
 Stop kontak : 11 Bh
 Sekering Box : 1 Bh
 Penangkal Petir : 1/Ls

C. Lokasi Pekerjaan : Pada semua tempat/ lokasi sebagaimana yang


ditunjukkan pada gambar rencana dan instruksi
teknis dari direksi teknik / konsultan pengawas.

2. Uraian
Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan dan pemasangannya.

3. Material
A. Semua contoh bahan yang akan digunakan terlebih dahulu diajukan contoh
kepada direksi teknik / konsultan pengawas untuk mendapatkan persetujuan
untuk digunakan.
B. Semua material yang digunakan mengikuti material yang diisyaratkan
dalam spesifikasi yang ada.

4. Urutan Kerja
Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai petunjuk pabrik pembuat dan instruksi teknis
dari Direksi teknis / konsultan pengawas.

Pengajuan Pekerjaan
Contoh Mulai Pendukung
Selesai
Tidak

Persiapan

Bahan dan
Acsesories (siap Pemasangan Instalasi
pasang)
Perbaikan

Pemeriksaan

Bahan Armatur Pemasangan


(Siap Pakai) Armatur

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Perbaikan

Pemeriksaan
PLN

Penyambungan Daya

Perbaikan

Pemeriksaan

Selesai

XI. PEKERJAAN LAIN –LAIN / AKHIR


1. Quality Control.
A. Pekerjaan ini merupakan pengujian untuk material beton, dengan maksud
agar mutu beton yang direncanakan dapat memenuhi target yang
direncanakan.
B. Pekerjaan Ini meliputi pengujian contoh bahan kelaboratorium untuk
memperoleh mix design.
C. Pada saat pelaksanaan pengecoran, dibuat kubus - kubus beton yang
dilakukan pengujian kuat tekan.
D. Semua pekerjaan quality control dilaksanakan atas rekomendasi direksi
teknik / konsultan pengawas.

2. As Build Drawing / Dokumentasi.


A. Segera setelah pekerjaan selesai, dibuat asbuil drawing (gambar
terlaksana) yang diserahkan kepada pemilik proyek sebelum diadakan serah
terima pertama.
B. Pekerjaan dokumentasi dilaksanakan pada saat progres fisik 0 %, 50 % dan
100%.
C. Pembersihan akhiran.
Pembersihan akhir dilaksanakan pada saat semua kegiatan pelaksana fisik
selesai 100%.

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7
Demikian methode pelaksana untuk Pembangunan Gedung Shelter/Gedung Siaga SAR
Kota Palu, yang kami ajukan.

Parigi , 5 Juni 2013


CV. DUTA KONSTRUKSI

SIGIT PRABOWO
Direktur

C V. D U T A K O N S T R U K S I Page 7

Anda mungkin juga menyukai