2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................................3
A. Pelaksanaan Observasi.......................................................................................................3
a. Kesimpulan......................................................................................................................15
b. Saran.................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kepemimpinan seseorang biansanya memiliki beberapa aspek yang
mana seorang pemimpin harus mempunyai jiwa sebagai berikukut:
1. Jujur
2. Integritas
3. Adil
4. Pemberani
5. Pembelajar
Seorang pemimpin harus dapat mempunyai jiwa ingin selalu belajar dan
selalu mengikuti zaman yang ada sehingga sesuatu yang dikelolanya tidak
tertinggal dari zaman itu sendiri.
1
6. Kerja Sama
Observasi yang Saya lakukan di SDIT Khoiru Ummah yang ada di Kp.
Kalong jalan RT1/2 desa Kalong II Kec. Leuwisadeng Kab. Bogor, yang mana
objek dari penelitiaini adalah Kepemimpina Kepala sekolah SDIT Khoiru Ummah
yang bernama Aliyah Ahmad Fuad, S.Pd.I, dan observasi ini dilakukan untuk
mengetahui dan menganalisa gaya dan peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
dinamika kelompok dan manajemen konflik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di SDIT Khoiru Ummah?
C. Tujuan
1. Mengetahui gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah di SDIT Khoiru Ummah?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Observasi
Pemimpin tipe ini dianggap paling ideal dan mengerti bawahan karena
mau menerima saran, melakukan upaya sinkronisasi antara tujuan organisasi
dengan pribadi serta berupaya mengoptimalkan potensi yang ada pada
bawahannya. Sehingga nantinya bawahannya bisa turut berkembang.
3
Kelebihan dari kepemimpinan tipe ini adalah sikap sigap serta mampu
mengambil keputusan dengan cepat terkait dengan pekerjaan ataupun kesalahan
yang dilakukan oleh bawahannya. Sehingga proses kerja bisa lebih mudah
diawasi.
3. Pseode demokratis
Terkadang, pemimpin ini juga bersikap serta tahu dan berlebihan ketika
merasa sedang melindungi bawahannya. Namun, kelebihan dari tipe
4
kepemimpinan ini bisa tegas dalam mengambil keputusan. Selain itu, bawahan
akan merasa aman akan perlindungan yang diberikan.
Karena adanya rasa hormat dan nyaman dari bawahannya, mereka akan
cenderung setia. Namun, hal tersebut juga bisa menimbulkan suatu kelemahan,
dimana, ketika pemimpin tersebut sudah mengambil keputusan, maka semua
bawahannya akan membenarkan sehingga sulit terkontrol.
Tipe laissez faire dinilai sebagai leader yang paling pasif. Dikatakan
begitu karena Ia membebaskan bawahannya untuk melakukan sesuatu asalkan
tujuan organisasi bisa tercapai. Ia menganggap bahwa anggota atau bawahannya
sudah paham tentang apa yang harus dilakukan.
5
b. Peran Kepemimpinan dalam dinamika kelompok
Dalam menangani sebuah proyek yang akan dikerjakan, setiap
perusahaan biasanya akan membentuk tim yang akan menanganinya. Dalam tim
tersebut biasanya terdiri dari para karyawan yang memiliki beragam keahlian
yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek. Hal tersebut sengaja dilakukan agar
terjadi sinergi yang saling melengkapi dan diharapkan menghasilkan produk
yang lebih baik, daripada dikerjakan oleh satu orang atau satu bidang keahlian.
Dalam pembentukan sebuah tim biasnya melewati lima tahap agar dapat
berkembang menghadapi tantangan, mengatasi masalah, mencari solusi,
merencanakan kerja, dan menyampaikan hasilnya. Kelima tahapan tersebut
menurut Bruce Tuckman adalah :
Dala tahap ini tim akan bertemu dan mempelajari tentang peluang dan
tantangan, dan kemudian merumuskan tentang tujuan (goals) dan mulai
mengadakan pembagian tugas. Setiap anggota tim umumnya akan bekerja
secara independen, namun tetap dalam satu kelompok bersama. Pada fase ini
tugas utama fungsi adalah menyangkut orientasi. Para anggota akan berusaha
mengarahkan persepsinya pada tugas dan juga rekan-rekannya dalam tim, dan
mereka juga akan membahas batasan-batasan dari tugas, dan hal-hal yang
terkait. Untuk bisa menuju ke tahapan selanjutnya setiap anggota tim harus
meninggalkan kenyamanan individualnya karena topik yang akan dihadapinya
memiliki risiko konflik.
Pada tahap ini para anggota bisa menyatakan pendapat tentang karakter
dan integritas dari anggota lain dan diharapkan untuk menyuarakan pendapatnya.
Jika mereka mendapati seseorang menghindari tanggung jawab atau berusaha
6
melakukan dominasi, maka anggota tim yang lainnya bisa mempertanyakan
tindakan tersebut kepada pimpinannya.
4. Pelaksanaan (performing)
Dengan adanya tata tertib dan peraturan yang telah dikembangkan, maka
akan lebih mudah bagi anggota kelompok untuk berkonsentrasi pada pencapaian
7
tujuan bersama. Ini akan berdampak pada keberhasilan tim dalamm mencapai
tujuannya. Pada fase ini, mereka masih termotivasi dan memahami tugasnya,
namun anggota tim kini telah kompeten, otonom dan mampu melakukan proses
pengambilan keputusan tanpa pengawasan. Perbedaan pendapat dimungkinkan
terjadi sepanjang disalurkan melalui mekanisme yang disepakati tim.
ada tahap ini, supervisor tim selalu berpartisipasi. Tim akan membuat
keputusan-keputusan yang diperlukan. Bahkan tim yang berkinerja paling
bagus akan bisa melakukan evaluasi dalam setiap tahapan yang telah dilaluinya,
dan bisa melakukan revisi. Misalnya perubahan dalam hal kepemimpinan dapat
membuat tim kembali ke fase storming, karena pemimpin baru tidak setuju
dengan tata tertib yang sudah disepakati dan adanya dinamika dari tim.
8
Tahap I: Oposisi atau KetidakcocokanPotensial
Langkah pertama dalam proses komunikasi adalah adanya kondisi yang
menciptakan kesempatan untuk munculnya konflik itu. Kondisi itu tidak perlu
langsung mengarah ke konflik, kondisi yang juga dapat dipandang sebagai
kasus atau sumber konflik telah dimampatkan ke dalam tiga kategori umum:
komunikasi, struktur dan variabel pribadi.
Tahap II: Kognisi dan Personalisasi
Jika kondisi-kondisi yang disebut dalam Tahap I mempengaruhi secara
negatif sesuatu yang diperhatikan oleh satu pihak, maka potensi untuk oposisi
atau ketidakcocokan menjadi teraktualkan dalam tahap kedua. Kondisi
anteseden hanya dapat mendorong ke konflik bila satu pihak atau lebih
dipengaruhi oleh dan sadar akan adanya, konflik itu. Tahap II penting karena di
situlah persoalankonflik cenderung didefinisikan.
Tahap III: Maksud
Maksud merupakan keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu.
Dapat diidentifikasikan lima maksud penanganan konflik: bersaing (tegas dan
tidak kooperatif), berkolaborasi (tegas dan kooperatif), menghindari (tidak tegas
dan tidak kooperatif), mengakomodasi (kooperatif dan tidak tegas) dan
berkompromi (tengah-tengah dalam hal ketegasan dan kekooperatifan).
9
2. Penyebab konflik
Konflik nilai
Kurangnya komunikasi
Kepemimpinan yang kurang efektif, pengambilan keputusan yang tidak
adil.
Ketidakcocokan peran
Produktivitas rendah
Perubahan keseimbangan
Konflik yang belum terpecahkan
Kebutuhan untuk membagi sumber-sumber daya yang terbatas
Perbedaan-perbedaan dalam berbagai tujuan
Saling ketergantungan kegiatan-kegiatan kerja
Kemenduaan organisasional
Ketegangan dan saingan pribadi serta pertentangan-pertentangansocial
Problem organisasi yangditimbulkan oleh bentuk resminya
Perkembangan dan kemajuan teknologi
Syarat-syarat kerja
Organisasi atau instansi sebagai struktur sosial, ekonomi, hukum dan
teknik
3. Jenis Konflik
10
Langkah pertama adalah menjadwalkan pertemuan. Pihak-pihak
yang berkonflik harus sepakat atas dasar yang sama untuk
bertemu satu sama lain. Terkadang membuat mereka mengerti
untuk bertemu untuk menyelesaikan konflik adalah tugas
tersendiri. Pertemuan harus diatur, sebaiknya di tempat netral di
mana tidak ada pengaruh partai.
11
kedua belah pihak sebagai solusi dan perubahan, jika ada, akan
dikomunikasikan kepadanya pada tahap ini. Setelah mediator
menyimpulkan, dia memperoleh kesepakatan para pihak bahwa
apa yang dia katakan adalah benar, dan mereka menyetujuinya.
12
Kedua belah pihak yang hadir dalam konflik dan saling
bertentangan harus setuju satu sama lain. Jika ada sesuatu yang
keduanya tidak setuju satu sama lain, maka langkah-langkah yang
diperlukan harus diambil, atau pilihan harus dihindari sama sekali.
Mediator resolusi harus menjaga dari kedua belah pihak sepositif
mungkin.
13
individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok.
Bahkan tidak hanya dalam lingkungan persekolahan saja.
14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari hasil observasi dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin harus
mempunyai sifat-sifat seperti jujur , dapat dipercaya, dapat bertindak secara ‘adil,
pembelajar, cerdas dan bisa bekerjasama. Dan juga peran dan pemimpin tidak
hanya lepas dari tugas yang dia dapat tapi dia harus bisa mengkoordinir setiap staff
yang ada dan harus dapat menjadi penengah bila terjadi sesuatu konflik.
b. Saran
Untuk seorang pemimpin biasakan untuk melihat semua staff yang ada
dimana seorang staff bisa bartindak semena-mena jika tidak ada pengawasan
dalam setiap kegiatan, dan harus bertindak tegas dengan orang-orang yang seperti
itu walaupun itu masih dalam keluarga.
1
DAFTAR ISI
Anisalyusro.blogspot.com
Dr. Zahna Rahman,M.Pd blogspot.com
Rakhmat, Jalaluddin. “Psikologi Komunikasi” edisi revisi. Remaja Rosdakarya.
Bandung, 1998.