Pemberontakan yang dilakukan oleh rakyat Palestina kemudian menjadi keuntungan bagi
Israel untuk mengibarkan bendera perang. Perang tidak dapat dihindari lagi. Bahkan dalam
peperangan kali ini, Yiesra juga harus ikut turun ke medan perang
(Abram kemudian pergi meninggalkan Yiesra diikuti oleh Omar dengan senyum mengejek)
Section 2
Setelah pertengkaran Yiesra dan ayahnya berakhir dengan keputusan sepihak, Yiesra
mencoba menemui sahabatnya dengan sembunyi sembunyi
(Yiesra mengetuk pintu sambil memperhatikan sekitar. Fatma membuka pintu dengan siaga)
Kedatangan Yiesra bertujuan menitipkan surat terakhir untuk Darwish sebelum Tuhan
menakdirkan keduanya untuk saling berhadapan sebagai musuh di medan perang.
Section 3
(Scene berganti, menampilkan Darwish yang sibuk dengan senjatanya. Kemudian teman-
temannya menghampiri nya)
Zayn: “Darwish”
(Merasa dipanggil, Darwish menoleh ke arah teman-temannya)
Darwish: “Tumben sekali kalian mendatangiku bersamaan?”
Malik: “Memangnya kita tidak boleh menghampiri teman kita?”
Darwish: “Aku tidak bilang begitu. Apa kalian sudah menyiapkan senjata kalian?”
Fatih: “Kau serius mau turun ke medan perang?”
Darwish: “Kenapa aku harus bergurau?”
Malik: “Bagaimana dengan Yiesra?”
Darwish: “Ada apa dengan Yiesra?”
Zayn: “Bagaimana jika Yiesra ikut berperang juga? Kau akan berhadapan dengan dia”
Darwish: “Aku tidak yakin, seharusnya tidak. Karena setahuku intelijen mossad tidak ikut
berperang”
Fatih: “Tapi aku dengar, akan ada pasukan kecil khusus perempuan di barisan zionis itu.
Kau tahu kan ayah Yiesra sangat tergila-gila dengan pujian, jika Yiesra ikut dalam barisan,
dia akan mendapatkan banyak pujian”
Zayn: “Benar, Ayahnya juga yang memaksa Yiesra masuk mossad”
Darwish: “Nyatanya dia tetap masuk mossad”
(Malik menghela napas kemudian memberikan surat kepada Darwish)
Darwish: “Apa ini?”
Malik: “Bacalah”
Aku menulis surat ini dengan menanggalkan jabatan ku. Ini adalah kekasihmu, dan aku
harap masih begitu. Untuk terakhir kalinya, Izinkan aku memujamu dalam tulisan yang
gemetar ini. Kau adalah hati yang berani, mencintai negaramu sekaligus mencintai
musuhmu yang hina ini. Aku tahu, sejak awal semuanya memang tidak dibenarkan dan kita
lemah pada takdir.
Jika saja ada penebusan, maka sekali lagi aku akan mencintaimu. Aku akan berulang kali
mencintaimu sebagai kesalahanku, dan aku mengharapkanmu juga seperti itu padaku.
Pada akhirnya, kau menegaskan garis batas dimana kita seharusnya berdiri. Perang tidak
akan pernah mudah bahkan untuk kita berdua.
Semoga bukan dirimu yang kulihat untuk terakhir kalinya di medan perang. Aku akan
mencintaimu dan akan selalu.
Section 4
Peperangan pecah antara Israel dan Palestina. Semua rakyat Palestina berusaha berdiri
untuk negara mereka.
Satu persatu rakyat Palestina berguguran, di saat tentara Israel menghabisi rakyat Palestina
yang melawan dengan beringas, Yiesra dan Darwish bertemu dan saling berhadapan sambil
mengacungkan senjata ke depan.
Yiesra: “Aku tidak menyangka, akhirnya kita bertemu lagi dalam keadaan seperti ini”
Darwish: “Kebetulan yang mengejutkan”
Yiesra: “Jadi kau akan mengalah?”
Darwish: “Kenapa aku harus mengalah?”
Yiesra: “Maka kau harus menembak ku”
(Darwish terdiam sejenak)
Darwish: “Kenapa bukan kamu dulu yang menembakku?”
Yiesra: “Aku akan melakukannya” (Yiesra menggertakkan giginya)
Darwish: “Silahkan, aku menunggu”
Yiesra: “Sialan kau Darwish!” (Yiesra mulai menangis)
Darwish: “Jangan menangis, Yiesra. Kau akan meleset menembakku jika sambil menangis”
Yiesra: “Kita..” (Yiesra menahan tangisnya dan kembali menggertakkan giginya) “Kita saling
berhadapan untuk negara kita masing-masing. Aku tidak sekejam ayahku, akan lebih adil
jika kita saling menembak.”
Darwish: “Aku khawatir tidak akan bisa menembakmu”
Yiesra: “Sesuai dugaan” (Yiesra terkekeh) “Palestina selalu lemah!”
Darwish: “Negara ku tidak selemah itu!” (Darwish menggeram)
Yiesra: “Tidak bisa menembakku bukankah itu artinya kau sama lemahnya seperti rakyat
Palestina yang lain?”
(Darwish segera menodongkan senjatanya ke arah Yiesra dan sebagai gerak reflek, Yiesra
ijut menodongkan senjatanya ke arah Darwish)
Darwish: “Dan inilah akhirnya, Sial.” (Terkekeh) “Aku merasa tanah airku diduduki lagi”
(Darwish tumbang, Yiesra yang terkejut segera jatuh terduduk dan menangis tergugu)