Anda di halaman 1dari 8

Skrip Video Tugas Kelompok 7 ECULIZUMAB

Tema : Fakta dan Mitos Mengenai COVID-19 dan Vaksin Corona

Diawali dengan drama oleh dua orang.

A: Halo (bisa improvisasi).

B: Halo.

A: Apa kabar B?

B: (Ucapan syukur) Kabar ku baik, kamu gimana?

A: Baik juga (ucapan syukur) , gimana kuliahmu?

B: Ya begitu lah, karena pandemi ini aku agak stres karena kuliah nya online. Kebetulan mulai besok
aku juga lagi libur seminggu.

A : Dah lama ya kita ga ketemuan.

B : Iya nih aku dah kangen banget sama kamu.

A: Kamu kapan main ke sini?

B: Ntaran aja deh tunggu pandemi kelar. Soalnya aku belum vaksin.

A: Loh di daerah kamu emang ga ada penyuluhan buat ikutan vaksin?

B: Bukan itu masalahnya.

A: Jadi?

B: Kata temen aku, dia liat di medsos, orang yang habis vaksin besoknya kejang-kejang terus
meninggal. Aku gamau lah

A: Ya ampun B, kamu percaya gitu aja sama informasi yang kamu lihat di medsos? Tanpa mecari
tahu faktanya? Nih, aku ada video khusus nih buat kamu yang belom vaksin. Aku kirim ya.

B: oke.

Penayangan video (Berupa slide yang berisi penjelasan fakta dan mitos COVID-19 dan
vaksinnya yang akan di voice over oleh anggota kelompok yang lain)

Fakta dan Mitos COVID-19

(Sebelum masuk ke penjelasan, ditayangkan foto-foto berita dan artikel berupa hoax dan mitos
seputar COVID-19 dan vaksin.)
Fakta dan Mitos COVID-19

1. Mitos: Hewan peliharaan bisa menularkan COVID-19

Fakta: Kekhawatiran berlebih bahwa COVID-19 bisa ditularkan oleh hewan peliharaan adalah
salah satu mitos yang paling banyak beredar di masyarakat. Namun, CDC (Center for Disease
and Prevention Control) menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada laporan mengenai
orang yang terinfeksi COVID-19 akibat kontak dengan hewan peliharaan.
2. Mitos: Anak-anak tidak akan tertular virus COVID-19

Fakta: Mitos ini betul-betul keliru karena berdasarkan studi yang dilakukan oleh CDC pada
lebih dari 1.3 juta kasus di Amerika, didapatkan prevalensi kasus COVID-19 pada anak-anak
mencapai hingga 52 kasus per 100 ribu orang dan pada 52 ribu kasus kematian akibat
COVID-19, 16 di antaranya adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun.

3. Mitos: Orang yang sudah pernah positif COVID-19 tidak akan terjangkit lagi

Fakta: Meski kemungkinannya kecil, COVID-19 bisa menyerang orang yang sudah pernah
positif sebelumnya. Antibodi yang terbentuk di dalam tubuh orang yang sudah sembuh dari
COVID-19 hanya mampu mengurangi risiko terinfeksi kembali, sama halnya dengan
pemberian vaksin. Ditambah lagi jika kondisi imun orang tersebut sedang turun, tidak
menutup kemungkinan terinfeksi kembali.

4. Mitos: Mandi air panas bisa mencegah COVID-19

Fakta: WHO menegaskan bahwa mandi air panas tidak bisa mencegah Anda terkena
COVID-19 dan bahwa cara terbaik untuk mencegah paparan virus tersebut adalah dengan
menerapkan protokol kesehatan di manapun Anda berada.

5. Mitos: Infeksi COVID-19 pasti disertai dengan gejala berat

Fakta: Pengidap COVID-19 bisa saja merasa sehat dan tetap beraktivitas seperti biasa tanpa
mengetahui ia sudah berstatus OTG (Orang Tanpa Gejala).

6. Mitos: Semprotan disinfektan aman bagi tubuh

Fakta: Meski dianggap sebagai penangkal virus paling ampuh, menyemprotkan disinfektan
secara langsung pada tubuh Anda dapat menyebabkan iritasi, alergi atau bahkan gangguan
permanen yang berbahaya jika terlalu sering. WHO bahkan tidak menyarankan penyemprotan
disinfektan terhadap tubuh manusia.

7. Mitos: Konsumsi alkohol mampu mencegah penularan COVID-19

Fakta: Tidak ada bukti yang menyatakan bahwa mengonsumsi alkohol bisa mencegah
COVID-19. Alkohol hanya disarankan sebagai bahan pencuci tangan (hand sanitizer) jika
Anda tidak memiliki akses ke air mengalir dan sabun.

8. Mitos: Obat malaria terbukti efektif untuk menyembuhkan pasien COVID-19

Fakta: Obat dengan kandungan klorokuin baru terbukti sebagai obat anti-malaria dan belum
ada penelitian lebih lanjut yang membuktikan bahwa klorokuin mampu menyembuhkan
pasien COVID-19.

9. Mitos: Pasien COVID-19 yang meninggal sudah pasti akibat penyakit penyerta
Fakta: Tidak semua pasien COVID-19 meninggal akibat penyakit penyerta semata. Virus
SARS-COV-2 sendiri menyerang sistem pernapasan yang bisa mengakibatkan penderitanya
mengalami kegagalan pernapasan dan berujung pada kematian.

10. Mitos: Antibiotik adalah obat terbaik untuk mencegah COVID-19

Fakta: Antibiotik hanya terbukti efektif dalam melawan bakteri. Sedangkan, COVID-19
disebabkan oleh virus, sehingga penggunaan antibiotik untuk mencegah ataupun mengobati
COVID-19 tidaklah tepat.

Itulah 10 mitos dan fakta seputar COVID-19 yang perlu Anda ketahui agar terhindar dari
informasi yang keliru dan salah kaprah. Mari bersama-sama lawan COVID-19 dan memutus
rantai penyebaran virus COVID-19 di Indonesia dengan cara senantiasa menerapkan protokol
kesehatan kapanpun dan di manapun Anda berada. #LiveExcellently

Referensi :

https://www.emc.id/id/care-plus/ini-dia-10-mitos-dan-fakta-covid-19-yang-wajib-anda-ketahui.
Artikel ditulis oleh dr. Fahrani Imanina Putri Nurtyas, Sp.PK (Dokter Spesialis Patologi Klinis EMC
Sentul).

Fakta dan Mitos Vaksin Corona

1. Mitos: Vaksin menyebabkan mutasi virus Corona varian baru.


Faktanya, pernyataan mengenai vaksin yang dapat menyebabkan munculnya berkembangnya
Covid-19 menjadi varian baru adalah tidak benar. Juru Bicara Satgas Covid-19, Wiku
Adisasmito, membantah kabar soal vaksinasi dapat menyebabkan varian baru virus corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menegaskan vaksinasi tidak dapat membuat virus
corona bermutasi menjadi varian baru.
World Health Organization (WHO) atau Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa
faktor yang menyebabkan COVID-19 bermutasi adalah karena karena virus Corona tersebut
menyebar secara luas dalam populasi yang besar serta menginfeksi banyak orang. Ketika
virus menyebar luas dalam suatu populasi dan menjangkiti banyak orang, kemungkinan besar
akan bermutasi. Jadi, tidak ada hubungannya dengan vaksin.

2. Mitos: Tidak aman karena dikembangkan dalam waktu yang cepat


Faktanya, vaksin terbukti aman dan efektif digunakan. Meskipun dikembangkan dalam waktu
singkat, vaksin telah memenuhi semua standar keamanan yang ditetapkan. Tidak satu pun
langkah yang dilewati.
3. Mitos: Vaksin mengubah DNA seseorang
Faktanya, vaksin pertama yang diberikan otorisasi penggunaan darurat
mengandung messenger RNA (mRNA), yaitu zat yang menginstruksikan sel untuk membuat
“protein lonjakan” yang ditemukan pada virus corona baru. Ketika sistem kekebalan
mengenali protein ini, ia membangun respons kekebalan dengan menciptakan antibodi untuk
mengajari tubuh cara melindungi diri dari infeksi di masa mendatang. MRNA tidak pernah
memasuki inti sel, yang merupakan tempat DNA (materi genetik) disimpan. Tubuh
menyingkirkan mRNA sesaat setelah selesai menjalankan instruksi.
4. Mitos: Efek samping parah akan terjadi setelahnya
Faktanya, beberapa peserta uji klinis vaksin memang melaporkan efek samping termasuk
nyeri otot, kedinginan, dan sakit kepala. Namun, efek samping parah seperti reaksi
alergi terhadap bahan yang digunakan dalam vaksin jarang sekali terjadi. Oleh karena itu,
seseorang dengan riwayat alergi parah tidak boleh mendapatkan vaksinasi.
5. Mitos: Vaksin menyebabkan efek samping kejang-kejang hingga meninggal.
Faktanya, berdasarkan data dari CDC orang yang sudah menerima vaksin covid-19 di AS dari
14 Desember 2020 hingga 29 Maret 2021 mencapai 145 juta dosis. Lalu ada 2.509 kematian
(0,0017 persen) kematian bagi orang yang sudah divaksin.
Namun CDC merilis data dengan mempertimbangkan akta kematian, otopsi, dan catatan
medis tidak ada bukti bahwa vaksin berkontribusi pada kematian.
Selain itu ada juga penjelasan dari Dr Joel Belmin, Kepala Geriatri dan Koordinator
Vaksinasi di l’hôpital Charles-Foix, Paris.
"Pada orang lanjut usia, karena kerapuhan mereka yang hebat, sejumlah besar kematian
spontan diperkirakan terjadi. Di panti jompo, satu dari lima orang meninggal setiap tahun.
Oleh karena itu sulit untuk secara langsung menghubungkan kematian ini dengan fakta bahwa
orang-orang ini telah divaksinasi."

6. Mitos: Tidak perlu vaksin setelah didiagnosis COVID-19


Faktanya, meskipun sudah pernah terinfeksi COVID-19, vaksin memberikan manfaat lain.
Hal tersebut tergantung pada kekebalan tubuh masing-masing orang.

7. Mitos: Tidak perlu menerapkan prokes setelah menerima vaksin


Faktanya, masker, cuci tangan, dan menjaga jarak harus tetap dilakukan di mana pun berada
sampai terbentuk herd immunity. Herd immunity baru akan terbentuk jika jumlah vaksin
sudah mencapai sekitar 70 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia. Hal tersebut
sama dengan vaksinasi 181,5 juta atau 363 juta dosis.

8. Mitos: Terinfeksi COVID-19 setelah melakukan vaksinasi


Faktanya, kamu tidak terinfeksi virus COVID-19 dari vaksin, karena di dalam vaksin tidak
mengandung virus hidup.

9. Mitos: Setelah vaksinasi, hasil tes menunjukkan positif COVID-19


Faktanya, diagnosis COVID-19 dilakukan dengan memeriksa sampel dari sistem pernapasan.
Di dalam vaksin tidak ada virus hidup, sehingga vaksin tidak akan mempengaruhi hasil tes
yang kamu lakukan.

10. Mitos: Jika tidak berisiko, tidak memerlukan vaksin


Faktanya, terlepas dari risiko yang ada, kamu masih dapat tertular infeksi dan
menyebarkannya ke orang lain. Jadi penting bagi kita semua untuk melakukan vaksinasi.
Vaksinasi bukan hanya dilakukan untuk melindungi diri sendiri, tetapi juga keluarga dan
komunitas sosial.

Referensi

https://www.halodoc.com/artikel/9-mitos-soal-vaksin-covid-19-yang-tidak-boleh-dipercaya
Live Strong. Diakses pada 2021. 7 Myths About the COVID Vaccine You Should Stop Believing.

Health Care. Diakses pada 2021. The COVID-19 Vaccine: Myths vs. Facts.

Johns Hopkins Medicine. Diakses pada 2021. COVID-19 Vaccines: Myth Versus Fact.

https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/safety/adverse-events.html

https://covid19.go.id/p/hoax-buster/salah-covid-19-bermutasi-menjadi-virus-baru-yang-lebih-
berbahaya-dan-vaksinasi-timbulkan-virus-lain-dari-covid-19

Selesai penjelasan dan lanjut drama 2 orang.


A: Gimana B? Masih ga mau vaksin?

B: setelah aku pikir-pikir ulang, kayaknya aku emg harus butuh vaksin. Thanks ya A, udah buat
pemahaman ku berubah.

Terakhir: Kesimpulan dan himbauan untuk vaksin dan tetap menjaga prokes.

STOP HOAX!!

Kemudian perkenalan nama anggota kelompok dan penampilan credit seperti edited by:, script
by:, etc.

Selesai.

Anda mungkin juga menyukai