Anda di halaman 1dari 55

FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

Bidang Kajian: Kebidanan

LAPORAN PENELITIAN

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INFERTILITAS

KETUA:
SRI Rahayu, SKp,Ns,S.Tr.Keb M.Kes
NIP.197408181998032001

JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SEMARANG
TAHUN 2018

i
FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang


HIV/AIDS dengan Perilaku Pencegahan
HIV/AIDS pada Laki-Laki Umur Dewasa
Awal (20-24 Tahun) di Kelurahan
Gayamsari Kota Semarang
:
Triana Sri Hardjanti, M.Mid
Peneliti Utama :
197408181998032001
Nama Lengkap :
Lektor
NIP :
Prodi DIV Kebidanan Semarang
Jabatan Fungsional :
08122572205
Program Studi
yayoekSR_74@yahoo.com
Nomor Hp :
Alamat e-mail :
-
Anggota (1) :
-
Nama Lengkap
-
NIP :
Anggota (2) :
Nama Lengkap :
NIP :
Program Studi :
Institusi/Industri Mitra (Jika ada) :
Nama Institusi Mitra :
2018
Alamat&Penanggung Jawab :
Mandiri
Tahun Pelaksanaan :
Rp. 700.000; (Tujuh ratus ribu rupiah)
Sumber Dana
Biaya Penelitian
Mengetahui, Semarang, Agustus 2018
Ketua UPPM Ketua Peneliti

Nina Indriyawati, MNS Sri Rahayu, SKp Ns,STr.Keb, M.Kes


NIP. 197308171998032003 NIP. 197408181998032001

Menyetujui,
Direktur Poltekkes Kemenkes Semarang

Warijan, SPd, A.Kep, M.Kes


NIP. 196307151984031004

ii
FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan…………………………………………… ii
Daftar Isi……………………………………………………….. iii
Kata pengantar............................................................................. iv

BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah……………………………………... 5
C. Tujuan…………………………………………………. 6
D. Manfaat Penelitian…………………………………….. 6

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori.................................................................. 10
B. Kerangka Teori ..................................................................... 50
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep……………………………………… 51
B. Hipotesis ………………………………………………. 52
C. Jenis dan Penelitian…………………………………..…. 52
D. Populasi, Sampel dan Sampling……………………….. 52
E. Definisi Operasional…………………………………….. 53
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ……………………………. 54
G. Instrumen Penelitian……………………………………… 54
H. Cara Pengumpulan Data……………………….………. 56
I. Pengolahan Data ……………………………………….. 58
J. Analisa Data……………………………………………… 66
K. Etika Penelitian………………………………………… 68

iii
FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil ............................…………………............................ 79
B. Pembahasan....................................................................... 80
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA

iv
FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

HUBUNGAN TINGKAT STRES DENGAN KEJADIAN INFERTILITAS

Sri Rahayu
Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang
yayoek.1974@gmail.com

Abstrak

Kejadian infertilitas yang dialami wanita pada masa reproduksi di negara


Asia dan Amerika latin berada diantara angka 8-12 % wanita. Di Indonesia angka
infertilitas berkisar (12-15 %). Infertilitas disebabkan oleh multi faktor baik dari
pihak istri maupun suami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Hubungan tingkat Stres dengan kejadian infertilitas. Penelitian dilakukan dalam
waktu satu bulan dengan jumlah 76 responden. Penelitian ini menggunakan case
control study, teknik sampling quota sampling. Analisa menggunakan disribusi
frekuensi dan uji chi square dan Odds Rasio.
Hasil penelitian menunjukkan Wanita pasangan usia subur dengan tingkat
stres yang lebih tinggi lebih cenderung untuk terjadinya infertilitas. Ada
hubungan tingkat stress dengan kejadian infertilitas dengan OR 4,2 artinya wanita
pasangan usia subur dengan tingkar stres berat berisiko (OR) 4,2 kali untuk
terjadinya infertilitas dibandingkan dengan reponden dengan tingkat stres ringan.
Dari hasil penelitian diharapkan tenaga kesehatan di lingkungan rumah
sakit disarankan untuk memberikan motivasi kepada pasien infertilitas yang
datang untuk kontrol sehingga psien tersebut tidak stres dan nyaman menjalani
pengobatan.

Kata kunci : Infertilitas, Tingkat Stres

v
FM-POLTEKKES-SMG-PPM-01-03/R0

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian hibah bersaing

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang dengan judul “Pengaruh

Masase Endorphin Terhadap Tingkat Kecemasan Dan Involusio Uteri Ibu Nifas

Penyusunan laporan Kemajuan penelitian ini tidak lepas dari bantuan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menghaturkan

terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

2. Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

3. UPPM Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Semarang yang telah

memberi kesempatan peneliti untuk melakukan penelitian .

4. Kepala RSIA Gunung Sawo Kota Semarang yang memberikan ijin untuk

pengumpulan data penelitian ini..

5. Segenap Dosen Jurusan Kebidanan Semarang Politeknik Kesehatan

Semarang, atas dukungan dan semangatnya sehingga penelitian ini selesai.

6. Semua pihak, yang telah membantu penyusunan penelitian ini

Peneliti menyadari bahwa penyusunan penelitian ini masih terdapat

beberapa kekurangan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan saran dan kritik

yang membangun dari semua pihak sehingga hasil dari penyusunan penelitian ini

dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi semua pihak.

Semarang, Agustus 2018

Peneliti
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infertilitas merupakan suatu krisis dalam kehidupan seseorang

yang akan berpengaruh kepada berbagai aspek kehidupan seseorang,

berpengaruh kepada kepercayaan diri dan citra diri. Menurut The National

Infertility Association menyebutkan beberapa gejala yang dapat terjadi

pada pasangan infertilitas antara lain, timbul perasaan sedih, depresi atau

putus asa (Hongmei Xua, 2016: 4). Setiap pasangan suami istri pada

umumnya selalu mendambakan anak sebagai salah satu penunjang

kebahagiaan rumah tangga. Pasangan suami istri (pasutri) yang belum

berhasil mendapatkan anak akan berusaha mendapatkannya demi

mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Tidak semua pasutri

dapat mewujudkan keinginan untuk bisa memiliki anak atau yang sering

kita dengar dengan kemandulan/ infertilitas. Infertilitas ini memang suatu

masalah yang serius bagi pasangan suami istri, dan harus mendapatkan

perhatian khusus baik oleh pasangan, keluarga dan pelayanan medis untuk

memecahkan permasalahan tersebut (Respati, 2009: 1).

Menurut WHO secara global angka kejadian yang dialami wanita

pada masa reproduksi di negara Asia dan Amerika latin berada diantara

angka 8-12 % wanita. Di Indonesia angka infertilitas berkisar (12-15 %).

Banyaknya pasangan infertilitas di Indonesia dapat diperhitungkan dari

banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang

masih hidup. Menurut sensus penduduk terdapat (12 %) baik di desa


1
maupun di kota atau sekitar 3 juta pasangan infertil tersebar di seluruh

Indonesia, dari jumlah tersebut terdapat perempuan infertil 15% pada usia

30-34 tahun, 30% pada usia 35-39 tahun, dan 64% pada usia 40-44 tahun.

WHO juga memperkirakan sekitar 50-80 juta pasutri (1 dari 7 pasangan)

memiliki masalah infertilitas, dan setiap tahun muncul sekitar 2 juta

pasangan infertil (Pusdatin, 2013:2).

Dalam dunia kesehatan, faktor yang bisa mempengaruhi

infertilitas pada pria dan wanita adalah umur, merokok, konsumen

alkohol, kelebihan berat badan atau obesitas, banyak aktivitas, tidak

beraktivitas dalam waktu yang lama, infeksi chlamydia, dan stress mental

(Nordqvist, 2016: 4).

Di Amerika ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya

infertilitas yaitu karena faktor pria dan wanita. Menurut The Mayo Clinic

USA prosentase penyebab terjadinya infertil adalah sebesar 20%

disebabkan oleh faktor pria, 40%-50% disebabkan oleh faktor wanita dan

30%-40% disebabkan oleh faktor keduanya. Banyak kasus infertilitas yang

disebabkan oleh faktor dari salah satu pasangan atau bisa juga kombinasi

dari kedua pasangan (Nordqvist, 2016: 2).

Faktor yang dapat mempengaruhi infertilitas pada wanita antara

lain kelainan ovulasi seperti ovum yang terlalu muda, PCOS (Polycistic

Ovarium Syndrome), hiperprolaktinemia, kualitas ovum yang buruk,

kelenjar tiroid yang terlalu aktif, kelenjar tiroid yang kurang aktif, dan

beberapa kondisi kronik lainnya seperti AIDS (Acquired Immune

2
Defisiency Syndrome) atau kanker, masalah pada rahim dan tuba fallopii,

dan orang yang mendapat terapi NSAIDs (non-steroidal anti inflammatory

drugs) seperti aspirin dan ibuprofen dan kemoterapi, radioterapi dan

narkoba (Nordqvist, 2016: 4).

Wanita yang terdiagnosis infertil akan cenderung memiliki stress

psikologis yang lebih berat jika dibandingkan dengan wanita yang tidak

infertil, dia akan merasa bahwa dirinya tidak mampu untuk menjadi wanita

yang sempurna. Wanita dengan infertilitas juga akan meningkatkan risiko

untuk terjadinya kanker endometrium, kanker payudara dan kanker

ovarium (Hanson et al., 2016).

Infertilitas dianggap sebagai suatu hal yang memalukan di

masyarakat, karena pada hakekatnya seorang pria dan wanita menikah

tujuannya adalah untuk meneruskan keturunan. Beberapa upaya yang

dilakukan oleh pasangan infertil, diantaranya adalah konseling. Konseling

merupakan salah satu cara yang tepat untuk membantu mengatasi berbagai

permasalahan-permasalahan dalam hidup. Konseling akan membantu

mengidentifikasi masalah, mencari solusi atau alternatif yang tepat dan

menyadarkan akan adanya potensi dari setiap manusia untuk dapat

mengatasi berbagai masalahnya. Kasus infertilitas memerlukan

penanganan yang menyeluruh dari tenaga kesehatan meliputi pasangan

suami istri, keluarga dan lingkungan (Indriyani, 2011: 3). Berdasarkan

studi pendahuluan yang dilakukan di RSIA Gunung Sawo terdapat 20 2

pasutri dengan infertilitas pada bulan November-Desember 2017. Sebesar

3
40% disebabkan oleh faktor wanita, 30% oleh faktor pria dan 30% lainnya

disebabkan oleh kedua faktor pria dan wanita.. Dari permasalahan di atas

terlihat bahwa kejadian infertilitas bisa disebabkan oleh tingkat stress ibu.

B. Rumusan Masalah

Masih tingginya kejadian infertilitas pada wanita pasangan usia subur yang

mengharapkan kehadiran sang buah hati menjadi kendala tersendiri. Rumusan

Masalah penelitian ini adalah Apakah ada hubungan tingkat stress wanita pasangan

usia subur dengan kejadian Infertilitas?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis Hubungan Tingkat Stress Ibu Wanita Pasangan Usia Subur terhadap

Kejadian Infertilitas

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan tingkat stress ibu wanita pasangan usia subur

b. Mendeskripsikan Kejadian Inferitilitas pada wanita pasangan usia subur

c. Mengetahui kekuatan hubugan tingkat stress ibu wanita pasangan usia subur

dengan kejadian stress.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pembaca

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang psikologi ibu dengan

terjadinya infertilitas pada wanita pasangan usia subur, sehingga bisa

melakukan pengelolaan yang lebih baik dalam dalam hal psikolgi ibu.

2. Bagi Rumah Sakit

Memberikan informasi tentang faktor risiko terjadinya infertilitas pada

wanita pasangan usia subur.


4
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Infertilitas

Infertilitas adalah kegagalan dari pasangan usia reproduktif untuk

terjadinya pembuahan (kehamilan) setelah lebih dari satu tahun melakukan

hubungan suami istri secara regular tanpa menggunakan alat kontasepsi

(Hurt, 2011: 421). Pasangan suami-istri dianggap fertil untuk bisa memiliki

anak apabila suami memiliki sistem dan fungsi reproduksi yang sehat

sehingga mampu menghasilkan dan menyalurkan sel kelamin pria

(spermatozoa) ke dalam organ reproduksi istri dan istri memiliki sistem dan

fungsi reproduksi yang sehat sehingga mampu menghasilkan sel kelamin

wanita (sel telur atau ovum) yang dapat dibuahi oleh sel sperma dan

memiliki rahim yang dapat menjadi tempat perkembangan janin, embrio,

hingga bayi berusia cukup bulan dan dilahirkan. Dua faktor yang telah

disebutkan tersebut apabila tidak dimiliki oleh pasangan suami-istri, pasangan

tersebut tidak akan mampu memiliki anak atau infertil.

1. Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari dua klasifikasi yaitu infertilitas primer dan dan

sekunder. Infertilitas primer adalah pasangan suami-istri belum mampu

dan belum pernah memiliki anak setelah 1 tahun berhubungan seksual

sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa menggunakan alat kontrasepsi dalam

bentuk apapun (Anwar, 2011: 424). Intinya infertilitas primer kejadian

dimana seorang wanita tidak pernah merasakan suatu kehamilan (Hurt,

2011: 421).
5
Infertilitas sekunder adalah pasangan suami istri telah atau pernah memiliki

anak sebelumnya, tetapi saat ini belum mampu memiliki anak lagi setelah 1

tahun berhubungan seksual sebanyak 2-3 kali per minggu tanpa

menggunakan alat atau metode kontrasepsi dalam bentuk apapun.

2. Penyebab Infertilitas

Secara garis besar penyebab infertilitas dapat dibagi menjadi faktor tuba dan

pelvik (35%), faktor lelaki (35%), faktor ovulasi (15%), faktor idiopatik

(10%), dan faktor lain (5%) (Anwar, 2011: 425).

Faktor penyebab terjadi infertilitas dibagi menjadi tiga yaitu faktor non-

organik, organik dan psikologis.

Faktor Non- organik terdiri dari usia ibu, frekuensi senggama, pola hidup,

obesitas.

a. Usia, terutama usia isteri, sangat menentukan besarnya kesempatan suami

istri untuk mendapatkan keturunan. Tetapi terdapat hubungan terbalik

antara bertambahnya usia istri dengan penurunan kemungkinan untuk

mengalami kehamilan. Sebanyak 94% perempuan subur di usia 35 tahun

atau 77% perempuan subur di usia 38 tahun akan mengalami kehamilan

dalam kurun waktu tiga tahun lama pernikahan. Ketika usia istri mencapai

40 tahun maka kesempatan untuk hamil sebesar 5% per bulan dengan

kejadian kegagalan sebesar 43-52% (Anwar, 2011: 426)

Pada wanita kesuburan mulai menurun di pertengahan dua puluhan

dan terus menerus turun, lebih tajam hingga mencapai menopause.

6
Sedangkan pada laki-laki kesuburan menurun secara bertahap sampai usia

empat puluh tahun, kemudian menurun lebih cepat (Columbia, 2016:5).

Tingkat infertilitas wanita berbeda-beda tergantung dari kelompok

usia. Kelompok usia paling subur adalah pada usia 20-29 tahun dengan

tingkat 90% subur, atau hanya 10% pasangan yang tidak subur. Setelah

itu, pada usia 30-34 tahun angka ketidaksuburan naik menjadi 14%, usia

35-39 tahun meningkat lagi menjadi 20% dan pada usia 40-44 tahun

menjadi 25 tahun (Alam, 2007: 6).

b. Frekuensi Senggama

Angka kejadian kehamilan mencapai puncaknya ketika pasangan suami

istri melakukan hubungan suami istri dengan frekuensi 2-3 kali dalam

seminggu. Upaya penyesuaian saat melakukan hubungan suami istri

dengan terjadinya ovulasi, justru akan meningkatkan kejadian stress bagi

pasangan suami istri tersebut, upaya ini sudah tidak direkomendasikan lagi

(Anwar, 2011: 426)

c. Pola Hidup

Pada perempuan tidak terdapat cukup bukti ilmiah yang menyatakan

adanya hubungan antara minuman mengandung alkohol dengan

peningkatan risiko terjadinya infertilititas. Namun, pada lelaki terdapat

sebuah laporan yang menyatakan adanya hubungan antara minum alkohol

dalam jumlah banyak dengan penurunan kualitas sperma (Anwar, 2011:

426).

7
Merokok merupakan salah satu faktor gaya hidup yang dapat

mengakibatkan masalah kesehatan pada masyarakat dan memiliki dampak

buruk terhadap kesuburan pria. Rokok berpengaruh pada kualitas dan

kuantitas sperma. Pada kasus infertilitas, hasil analisa semen dari pasien

infertilitas yang merokok menunjukkan adanya kelainan konsentrasi,

disusul dengan kelainan morfologi dan motilitas sperma (Amarudin,

2011:12).

Sebuah penelitian dengan hasil crude menyebutkan bahwa pria

dengan konsentrasi sperma normal (≥20 juta/ml), mempunyai

kemungkinan membuahi sel telur pasangannya sebesar 2,9 kali

dibandingkan dengan pria yang jumlah sperma yang abnormal (<20

juta/ml) dengan hasil uji statistik di dapatkan nilai p value = 0,018 dan

diperoleh nilai OR sebesar 2,9 dengan CI 95%= 1,3-6,7. Demikian pula

pada molitis sperma dan morfologi sperma, pria dengan motilitas sperma

normal (≥60%) mempunyai kemungkinan membuahi sel telur

pasangannya sebesar 5,4 kali dibanding dengan pria yang motilitas

spermanya abnormal (<60%) dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p

value = 0,000 diperoleh nilai OR sebesar 5,4 dan CI 95% = 2,3-13,1. Dan

pada morfologi disimpulkan bahwa pria dengan morfologi sperma normal

(≥30%), mempunyai kemungkinan membuahi sel telur pasangannya

sebesar 6,7 kal dibandingkan dengan pria yang morfologi spermanya

abnormal (<60%) dengan nilai uji statistik didapatkan nilai p value = 0,000

8
dan diperoleh nilai OR sebesar 6,7 dan CI 95% = 2,7-16,4 (Amarudin,

2009:12).

Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen

gas dan partikel. Komponen gas sangat berpotensi untuk menimbulkan

radikal bebas, yang diantaranya terdiri dari karbon monoksida,

karbondioksida, oksida dari nitrogen dan senyawa hidrokarbon.

Sedangkan komponen partikel beberapa diantaranya terdiri dari tar,

nikotin, benzopiren, fenol dan cadnium (Amarudin, 2011:13).

Prevelensi obesitas (kegemukan) meningkat diantara wanita di

seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan meningkatnya angka ini, lebih

banyak wanita berhadapan dengan konsekuensi gangguan kesehatan

misalnya kencing manis, penyakit jantung dan pembuluh darah. Juga

gangguan reproduksi karena masalah kenaikan berat badan bisa

mempengaruhi siklus haid, tidak adanya ovulasi (sel telur yang matang

dan siap dibuahi), infertilitas (gangguan kesuburan), keguguran, dan

komplikasi kehamilan (Hamilton et al., 2014).

Mekanisme yang mungkin terjadi, obesitas akan mempengaruhi

infertilitas melalui hubungan kompleks dari ovarium (indung telur) dan

faktor di luar ovarium. Kegemukan mempengaruhi mekanisme hormonal

tubuh dan fungsi ovarium, sehingga mengganggu ovulasi dan menurunkan

angka kesuburan lebih sering, dibandingkan dengan wanita dengan berat

badan ideal (Hamilton et al., 2014).

9
Obesitas akan memicu penurunan kerja sel tubuh kita terhadap insulin

(resistensi insulin), sehingga memicu pankreas untuk memproduksi insulin

lebih banyak lagi. Pada wanita, tingginya kadar insulin dalam darah tubuh

(hiperinsulinemia) akan menghambat proses pertumbuhan dan

perkembangan folikel, kondisi inilah yang menyebabkan hambatan

terhadap proses pengeluaran oozit (ovulasi) yang mengakibatkan

gangguan kesuburan (infertilitas) (Santoso, 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikam

antara obesitas dengan infertilitas pada ibu pasangan usia subur. Dengan

nilai OR 3,102 yang menunjukkan bahwa ibu pasangan usia subur yang

obesitas memiliki peluang 3,102 kali lipat untuk infertilitas dibandingkan

dengan ibu pasangan usia subur yang tidak obesitas (Simanjuntak, 2014).

Berbagai penelitian terkini melaporkan obesitas juga menjadi faktor

risiko pada kasus gangguan menstruasi yang terkait dengan gangguan

hormonal. “Wanita gemuk menghasilkan esterogen lebih banyak”. Kata

Richard K Worley MD, rektor klinis bidang obstektrik dan ginekologi

pada pusat ilmu Kesehatan University of Colorado di Denver USA dalam

buku infertilitas (Alam, 2007: 33). Pada dasarnya perempuan juga sudah

menyadari bahwa obesitas meningkatkan berbagai risiko penyakit dan

masalah termasuk infertilitas sebesar (33,9%). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa sementara perempuan dalam masyarakat kota yang sadar akan

risiko dari obesitas mereka menunjukkan pengetahuan yang terbatas

tentang obesitas, sehingga kurang memperhatikan tubuhnya (Eden, 2013).

10
Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 29, yang

termasuk dalam kelompok obesitas, terbukti mengalami keterlambatan

hamil. Usaha yang paling baik untuk menurunkan berat badan adalah

dengan cara menjalani olah raga teratur serta mengurangi asupan kalori di

dalam makanan (Anwar, 2011: 426). Faktor obestias tanpa disadari

banyak orang dapat mengganggu proses reproduksi wanita. Obesitas

secara signifikan menurunkan kesuburan, yang kemudian akan

menyebabkan komplikasi jika orang yang obesitas tersebut hamil (Alam,

2007: 8)

Faktor Organik

Terdiri dari masalah vagina,

Vagina merupakan hal yang penting di dalam tata laksana infertilitas.

Terjadinya proses reproduksi manusia sangat terkait dengan kondisi

vagina yang sehat. Masalah vagina yang memiliki kaitan yang erat dengan

infertilitas adalah: Dispareuni adalah masalah kesehatan yang ditandai

dengan munculnya rasa tidak nyaman dan nyeri saat berhubungan suami

istri. Pada wanita disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: faktor

infeksi seperti kandida vagina, klamidia, trikomonas, dan infeksi saluran

kemih. Bisa juga disebabkan oleh faktor organik seperti vaginismus, nodul

endometriosis di vagina, atau keganasan pada vagina. Dispareuni pada

laki-laki disebabkan oleh faktor infeksi seperti uretritis, prostitis, sistitis

dan gonore. Dan faktor organik seperti prepusium yang terlampau sempit,

luka parut di penis akibat infeksi sebelumnya, dll (Anwar, 2011: 427).

11
Vaginismus merupakan masalah pada wanita yang ditandai dengan

adanya rasa nyeri saat penis akan melakukan penetrasi ke dalam vagina

yang disebabkan karena diameter liang vagina yang terlalu sempit (Anwar,

2011: 427). Vaginitis beberapa infeksi kuman seperti klamidia trakomatis,

niceria gonore dan bakteri vaginosis sering kali tidak menimbulkan gejala

klinik. Namum memiliki kaitan erat dengan infertilitas melalui kerusakkan

tuba yang dapat ditimbulkan (Anwar, 2011: 427).

Masalah Uterus: Uterus dapat menjadi penyebab terjadinya infertilitas.

Faktor uterus yang memiliki kaitan erat dengan kejadian infertilitas adalah

serviks, kavum uteri dan korpus uteri.

Faktor serviks (Keputihan): Keputihan merupakan gangguan kewanitaan

yang sering terjadi. Keputihan terbagi menjadi 2 yaitu keputihan yang

normal dan yang tidak normal. Keputihan yang tidak normal merupakan

salah satu tanda dan gejala yang muncul dari servisitis. Dimana keputihan

tersebut dapat disebabkan oleh chlamydia tracomatis dan neceria

gonorrhea dua bakteri ini adalah dua jenis yang paling sering

menyebabkan terjadinya infeksi pada serviks. Sehingga penderita akan

mengeluarkan mucus vagina yang bisa membunuh sperma sebelum

sperma tersebut mencapai ovum (Hurt, 2007: 429).

Faktor miometrium

Pengaruh mioma terhadap kejadian infertilitas adalah berkisar antara 30-

50%. Mioma uteri mempengaruhi kejadian infertilitas kemungkinan terkait

12
dengan sumbatan pada tuba, sumbatan pada canalis servikalis, atau

mempengaruhi implantasi (Anwar, 2011: 428).

Masalah tuba

Tuba fallopii memiliki peran yang penting dalam proses fertilitasi, karena

tuba berperan dalam proses transport sperma dan transport embrio. Adanya

kerusakan pada tuba akan berpengaruh terhadap angka fertilitas (Anwar,

2011: 429). Kelainan tuba yang sering kali dijumpai pada penderita

infertilitas adalah sumbatan pada tuba. Tuba yang tersumbat dapat tampil

dengan bentuk dan ukuran yang normal, tetapi dapat pula tampil dalam

bentuk hidrosalping. Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh infeksi atau

endometriosis. Infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan yang erat

dengan kejadian kerusakan tuba (Anwar, 2011: 429).

Sumbatan pada tuba akan lebih banyak ditemukan pada wanita yang

mempunyai riwayat radang pada tuba/ salpingitis. Masalah sumbatan pada

tuba dapat di diagnosis dengan pemeriksaan hidrosalingografi (HSG). Dan

untuk rekanalisasi tuba bisa dengan menggunakan laparoskopi (Hurt,

2007: 430)

Masalah ovarium

Masalah yang sering ditemukan pada ovarium adalah polikistis ovarium

sindrom (PCOS). Untuk menegakkan diagnosa PCOS jika dijumpai dari

tiga gejala yaitu: siklus haid oligoovulasi, terdapat gambaran ovarium

polikistik pada USG transvaginal, dan gambaran hiperandrogenisme baik

klinik maupun biokimiawi. 40-70% kejadian PCOS memiliki erat

13
kaitannya dengan kejadian resistensi insulin. Penderita infertilitas dengan

obesitas sering kali menunjukkan gejala PCOS (Anwar, 2011: 429).

Masalah peritoneum

Masalah peritoneum yang sering ditemukan adalah endometriosis yang

dapat ditemukan di peritoneum. Endometriosis dijumpai sekitar 25-40%

pada perempuan dengan masalah infertilitas dan dijumpai sekitar 2-5%

pada populasi umum (Anwar, 2011: 430).

1. Pemeriksaan Dasar Infertilitas

Pemeriksaan dasar merupakan hal yang sangat penting dalam tata

laksana infertilitas. Dengan melakukan pemeriksaan dasar yang baik

dan lengkap, maka terapi dapat diberikan dengan cepat dan tepat,

sehingga penderita infertilitas dapat terhindar dari keterlambatan tata

laksana infertilitas yang dapat memperburuk prognosis dari pasangan

suami istri tersebut (Anwar, 2011: 430).

Yang termasuk dalam pemeriksaan dasar pada kasus infertilitas

adalah menurut Muhammad Anwar dalam buku Ilmu Kandungan

tahun 2011 adalah:

a. Anamnesis

Pada awal pemeriksaan penting sekali untuk mengetahui data

apakah pasangan suami istri atau salah satunya memiliki kebiasaan

merokok atau minuman beralkohol atau tidak. Perlu juga diketahui

apakah pasutri atau salah satunya menjalani pengobatan antri

hipertensi, kortikosteroid, dan sitostatika (Anwar, 2011:430).

14
Siklus haid juga merupakan salah satu hal yang harus

ditanyakan. Dikatakan siklus haid normal jika masih dalam kisaran

21-35 hari. Sebagian besar wanita yang bersiklus haid normal akan

menunjukkan siklus haid yang berovulasi. Untuk mendapatkan

siklus haid diperlukan rata-rata 3-4 bulan terakhir. Perlu juga

diperoleh informasi apakah terdapat nyeri haid yang dapat

menggangu aktivitas sehari-hari atau tidak (Anwar, 2011:431).

Selain itu diperlukan data juga mengenai frekuensi

senggama yang dilakukan selama ini. Akibat sulit menentukan saat

ovulasi yang tepat, maka dianjurkan bagi pasutri untuk melakukan

senggama secara teratur 2-3 kali seminggu (Anwar, 2011:431).

Konseling yang dilakukan oleh pasien infertilitas dengan

dokter akan membantu pasien menemukan faktor penyebab

infertilitas yang ada pada pasien tersebut. Konseling dalam

infertilitas telah menjadi bentuk spesialis konseling yang

memerlukan keahlian yang profesional dan kualifikatif, sehingga

bisa menyelesaikan permasalahan yang ada pada pasien tersebut

dengan baik (Broeck, 2010:5).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan yang perlu dilakukan oleh pasutri infertilitas adalah

pengukuran tinggi badan, berat badan, dan pengukuran lingkar

pinggang. Untuk menentukan IMT dengan BB (kg)/ TB2 (m).

Perempuan dengan indeks masa tubuh lebih dari 25 kg/m2

15
termasuk dalam kriteria berat badan berlebih. Hal ini memiliki

kaitan erat dengan sindrom metabolik. IMT yang kurang dari 19

kg/m2 sering kali dikaitan dengan penampilan yang terlalu kurus

dan perlu dikaitkan dengan adanya penyakit kronis seperti infeksi

tubercolosis (TBC). Kanker,atau masalah kesehatan jiwa yaitu

anoreksia nervosa dan bulemia nervosa.

Adanya tanda histutisme seperti pertumbuhan rambut

abnormal seperti kumis, jenggot, jambang, bulu dada, bulu kaki

yang lebat atau pertumbuhan jerawat yang berlebihan pada

perempuan sering kali dikaitan dengan hiperandrogenisme baik

klinik atau biokimiawi.

1) Pemeriksaan fisik wanita terdiri dari pemeriksaan Vagina,

pemeriksaan leher rahim,

Pemeriksaan ini memungkinkan dokter mendiagnosa kelainan

pada rahim dan vagina, termasuk juga kehamilan, dokter akan

melakukan pemeriksaan bagian dalam vagina dengan

spekulum agar dokter dapat mengambil contoh cairan vagina

untuk dianalisa di laboratorium untuk menentukan adanya

kelainan pada rahim atau vagina (Alam, 2007: 45).

Dokter juga akan mengambil hapusan lendir leher rahim untuk

memeriksa sel-sel permukaan leher rahim (pap smear). Test ini

dilakukan pada setiap wanita dewasa yang secara aktif

melakukan hubungan seksual minimal 1 tahun sekali. Kelainan

16
yang kecil sering kali hilang dengan sendirinya tanpa

memerlukan banyak pengobatan. Dokter juga biasanya

melakukan pemeriksaan kolposkopi untuk melihat adanya

radang pada leher rahim yang dapat menimbulkan keputihan

sehingga keputihan yang di produksi oleh radang pada leher

rahim tersebut bisa mengganggu bertemunya sel sperma

dengan ovum (Alam, 2007: 47).

2) Pemeriksaan Fisik Pada Pria

Pemeriksaaan fisik pada pria yaitu dengan mengamati

penyebaran rambut dan lemak yang tidak merata, atau

konsistensi testis bisa menjadi tanda akibat ketidakseimbangan

hormon. Selain itu testosteron juga berperan dalam

pengendalian gairah seksual. Kelainnan fisik pada alat

reproduksi pria yag perlu diperiksa adalah kemungkinan

adanya jaringan parut atau varises pada scrotum yang dapat

mempengaruhi jumlah dan motilitas sperma. Salah satu testis

tidak turun (kroptorkismus) berati memperkecil produksi

sperma (Alam, 2007: 47).

B. Psikologis

Kesuburan wanita selain dipengaruhi oleh faktor non-organik dan

organik juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor psikologis tersebut

yang mempengaruhi kesuburan. Dalam hal ini kesuburan wanita itu merupakan

satu unit psikosomatis yang selalu dipengaruhi oleh bermacam-macam faktor

17
psikis dan factor organis atau fisis. Kesulitan-kesulitan psikologis ini berkaitan

dengan koitus dan kehamilan, yang biasanya mengakibatkan ketidakmampuan

wanita menjadi hamil (Hurt, 2011:421).

Banyak pengalaman membuktikan, bahwa unsur ketakutan serta

kecemasan berkaitan dengan fungsi reproduksi yang menimbulkan dampak

yang menghalangi tercapainya orgasme pada koitus. Pada umumnya

dinyatakan bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan adalah

ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar

(Hongmei, 2016:6). Penelitian kedokteran juga menemukan bahwa

peningkatan kadar prolaktin dan kadar Lutheinizing Hormon (LH)

berhubungan erat dengan masalah psikis. Kecemasan dan ketegangan

cenderung mengacaukan kadar LH, serta kesedihan dan murung cenderung

meningkatkan prolaktin. Kadar prolaktin yang tinggi dapat mengganggu

pengeluaran LH dan menekan hormon gonadotropin yang mempengaruhi

terjadinya ovulasi (Hurt, 2011:421).

18
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Tingkat Stress Kejadian Infertilitas

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ada hubungan tingkat stress dengan kejadian infertilitas

C. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional, dengan pendekatan

crossectional. Crossectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point

time approach). Artinya tiap subjek penelitian diamati pada waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2015).

D. Populasi , Sampel dan Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu penderita infertil yaitu ibu yang sudah

satuh tahun menikah dan melakukan hubungan suami istri teratur tanpa alat

perlindungan apapun dan dia belum pernah hamil yang datang untuk periksa di

Poli Obstetri dan Gynekologi RSIA Gunung Sawo pada bulan Mei 2018 yang

akan melakukan kontrol ulang pada bulan Juni sebanyak 42 responden.

Sedangkan populasi kontrol adalah ibu yang tidak infertilitas (hamil) yang

19
datang untuk periksa di Poli Obstetri dan Gynekologi RSIA Gunung Sawo

sebanyak ada 238 responden pada bulan Mei dan diambil sejumlah sampel

kelompok perlakuan yang kontrol di bulan Juni.

1. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2015 ). Sampel adalah

sebagian wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2012). Sampel kelompok

perlakuan dalam penelitian ini adalah wanita penderita infertilitas yang periksa

di Poli Obstetri dan Gynekologi RSIA Gunung Sawo Semarang dan sampel

kontrol dalam penelitian ini adalah wanita hamil yang memperoleh

kehamilannya dengan cara alami tidak dengan program hamil.

Jumlah sampel yang diambil berdasarkan rumus perhitungan sampel

sebagai berikut: .

Keterangan :

n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = taraf signifikansi ρ (0,05)

Dengan menggunakan data tersebut maka diperkirakan sampel penelitian

sebagai berikut:

n=

n=

20
n=

n=

n=

n = 38,00 = 38 responden

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik semi quota

sampling yaitu teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Opersional variabel

No Variabel Cara Ukur Skala


1. .Tingkat Stress : Kuesiener -Ordinal
Suatu keadaan subyektif yang dialami oleh HARS-
seseorang dimana orang tersebut merasa gelisah,
sedih dan takut terhadap pengalaman yang
dialaminya yang di ukur pada saat ibu kontrol untuk
pengobatan infertilitas
2. Kejadian Infertilitas: Kuesioner Nominal
Suatu keadaan dimana pasangan suami istri belum
memiliki keturunan selama 12 bulan berhubungan
sex tanpa menggunakan kontrasepsi

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pada penelitian ini uji validitas dan reliabilitas instrumen tidak dilakukan,

karena menggunakan alat ukur yang sudah terstandar yaitu Skor Tingkat

Kecemasn HARS
21
G. Instrumen Penelitian

Untuk mengukut tingkat stres wanita padangan usia subur, menggunakan alat

uktu tingkat kecemasan HARS. sejumlah 20 pernyataan yang sudah

disesuaikan dan valid.

H. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan sesuai urutan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengajukan surat permohonan untuk Ijin Penelitian kepada Direktur

Poltekkes Kemenkes Semarang

2. Mengajukan ijin ke RSIA Gunung sawo Kota Semarang

3. Peneliti dibantu 1 enumerator bidan dan 2 mahasiswa Prodi DIV

Kebidanan Semarang semeser 7 untuk membantu dalam pengumpulan data.

Sebelumnya enumerator tersebut dilakukan persamaan persepsi tentang

tujuan dan cara pengumpulan data.

4. Peneliti/enumerator menyampaikan surat persetujuan kepada responden

untuk ikut dalam penelitian ini. Setelah mendapat persetujuan diminta

mengisi inform concent dan selanjutnya melaksanakan penelitian dengan

menekankan masalah-masalah etis.

5. Peneliti melakukan pengambilan data dengan menemui responden untuk

melakukan pengisian kuesioner.

6. Peneliti menentukan sampel kelompok perlakuan dan kontrol

berdasarkan jumlah pasien yang peneliti temui pada saat pasien tersebut

berkunjung.

7. Peneliti mengisi lembar checklist berdasarkan catatan medis pasien.

22
8. Peneliti melakukan pengolahan data dan analisa data.

I. Pengolahan Data

1) Editing

Mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian dan kejelasan

jawaban.

2) Coding

Memberi kode tertentu dari hasil observasi yang diperoleh untuk

mempermudah penyusunan tabel.

3) Tabulating

Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian kemudian

dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan untuk memudahkan dalam

menganalisa data.

J. Analisa Data

Dalam penelitian ini analisa univariatnya adalah menghitung

Etika Penelitian

Dalam pengumpulan data kepada responden peneliti sebelumnya

mengajukan etical clereance kepada komisi etik penelitian Poltekkes

Kemenkes Semarang dan juga memperhatikan etika dalam penelitian yang

meliputi :

1. Informed consent

23
Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang dilakukan serta

dampak-dampak yang mungkin terjadi dan diminta menandatangani

lembar persetujuan bagi responden yang bersedia.

2. Anonimity

Pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

2. Kerahasiaan (confidentiality)

Memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil penelitian.

24
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Analisa Univariat

Tabel. 4.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Stress pada kelompok infertil dan
tidak infertil
Infertil Tidak Inferil
Tingkat n % n f
Stres
Ringan 15 39,5 27 71,1
Sedang 9 23,7 10 26,3
Berat 10 26,3 1 2,6
Berat sekali 4 10,5 0 0
Total 38 100 38 100

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa responden dengan stres

ringan 39,5% terdiagnosa infertilitas dan 71,1% tidak infertil.

Responden dengan tingkat stres sedang ada 23,7% terdiagnosa

infertilitas dan 26,3% terdiagnosa tidak infertil. Responden dengan

tingkat stress berat 26,3% terdiagnosa infertilitas dan 2,6% yang

terdiagnosa tidak infertil. Dan responden dengan tingkat stress berat

sekali ada 10,5% terdiagnosa infertilitas dan tidak ada responden yang

tidak terdiagnosa tidak infertilitas.

Infertilitas ,menjadikan masalah tersndiri bagi pasangan usia subur,

karena kelahiran seoarang anakk adalah sangat didambagan sebagai

penerus keturunan. Komunikasi yang baik pada setiap pasangan akan

meningkatkan harmonisasi dalam berumah tangga.

25
2. Analisa Bivariat

Tabel 4.2 Risiko antara tingkat kecemasan ibu dengan kejadian


infertilitas di RSIA Gunung Sawo Semarang tahun 2017.

Fertilitas Jumlah OR
Tingkat infertilitas fertilitas Total (95% CI)
kecemasan f (n) % f (n) % f (n) %
Berat 24 63,2 11 28,9 35 46,1 4,2
Rimgan 14 36,8 27 71,1 41 53,9 (1,6-11,0)
Total 38 100 38 100 76 100

Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui responden dengan

tingkat stress berat dengan prosentase 63,2% terdiagnosa infertilitas

lebih besar daripada yang tidak infertil 28,9%. Dan responden

dengan tingkat stres ringan dengan prosentase 36,8% terdiagnosa

infertilitas lebih kecil daripada yang tidak infertil 71,1%. Sehingga

responden dengan tingkat stres berat lebih cenderung untuk

terjadinya infertilititas dari pada responden dengan tingkat cemas

ringan.

Berdasarkan uji kekuatan hubungan yang dilakukan dengan

menggunakan Odd Rasio pada variabel tingkat stress diperoleh hasil

4,2 dengan CI 95% 1,6-11,0. Artinya ibu dengan tingkat stres berat

perokok berisiko (odds) 4,8 kali untuk terjadi infertilitas

dibandingkan dengan ibu dengan tingkat stres ringan.

26
B. Pembahasan

Hasil analisa univariat menunjukkan bahwa responden dengan tingkat

kecemasan yang lebih tinggi lebih cenderung untuk terjadinya infertilitas

dibandingkan dengan stres dengan tingkat yang rendah. Hasil uji kekuatan

hubungan di peroleh hasil bahwa responden dengan stres berat risiko (Odds)

4,2 kali untuk terjadinya infertilitas dibandingkan dengan responden stres

ringan.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan teori bahwa peningkatan kadar

prolaktin dan kadar Lutheinizing Hormon (LH) berhubungan erat dengan

masalah psikis. Kecemasan dan ketegangan cenderung mengacaukan kadar

LH, serta kesedihan dan murung cenderung meningkatkan prolaktin. Kadar

prolaktin yang tinggi dapat mengganggu pengeluaran LH dan menekan

hormon gonadotropin yang mempengaruhi terjadinya ovulasi (Hurt, 2011).

Pada umumnya dinyatakan bahwa sebab yang paling banyak dari kemandulan

adalah ketakutan-ketakutan yang tidak disadari atau yang ada dibawah sadar

(Hongmei, 2016:4).

Wanita yang stress akan meningkatkan hormon prolaktin dalam

tubuhnya sehingga akan menyebabkan ketidakseimbangan antara esterogen

dan progresteron sehingga akan menyebabkan gangguan menstruasi dan

ovulasi. Oleh karena itu diharapkan bahwa wanita pasangan usia subur tidaj

mengalami stress dan bisa mengontrol emosinya dengan baik.

27
Stres atau kecemasan merupakan suatu pengalaman subjektif

mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan sebagai reaksi umum dan

ketidakmampuan menghadapi masalah atau adanya rasa ketidaknyaman

secara psikologis.

Tidak menutup kemungkinan apabila sepasang suami istri sudah

menikah beberapa lama, namun belum mempunyai keturunan tentulah rasa

kecemasan ini akan muncul. Belum lagi dalam mnghadapi masyarakat yang

selalu menanyakan tentang proses kehamilan istrinya. Untuk itu dalam rangka

mengurangi stres pada sepasang suami istri, maka hendaklah secara dini

mendapatkan konseling dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan baik

di rumah sakit maupun pada klinik kesehatan yang melayani kesehatan

reproduksi.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Wanita pasangan usia subur dengan tingkat stres yang lebih tinggi

lebih cenderung untuk terjadinya infertilitas.

2. Ada hubungan tingkat stress dengan kejadian infertilitas dengan OR

4,2 artinya wanita pasangan usia subur dengan tingkar stres berat

berisiko (OR) 4,2 kali untuk terjadinya infertilitas dibandingkan

dengan reponden dengan tingkat stres ringan.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Untuk tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit disarankan untuk

memberikan motivasi kepada pasien infertilitas yang datang untuk

kontrol sehingga psien tersebut tidak stres dan nyaman menjalani

pengobatan.

2. Bagi Wanita Pasangan Usia Subur

Bagi pasangan usia subur yang sudah beberapa lama menikah dan

belum memiliki keturunan, sebaiknya segera memeriksakan ke

pelayanan kesehatan terdekat yang melayani tentang kesehatan

reproduksi. Pemeriksaan dilakukan pada suami dan istrinya sehingga

akan diketahui sumber penyebabnya, serta mengurangi kegelisahan

yang justru akan memperberat kondisi.

29
3. Bagi Peneliti Berikutnya

Untuk melanjutkan penelitian ini dengan menambahkan variabel lain

yaitu faktor lain yang belum diteliti sehingga dapat menyempurakan

penelitian sebelumnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Mochamad. Ali Baziad, R. P. P. (2011). Ilmu Kebidanan. (Anwar


Muhammad, Ed.) (3rd ed.). Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Hongmei Xua,b, Nengyong Ouyanga, Ruiqi Lia, Ping Tuoc, M. M. and W. W.
(2016). The Effects of Anxiety and Depression on in vitro fertilisation
outcomes of infertile Chinese women. Psychology, Health & Medicine,
8506(August). https://doi.org/10.1080/13548506.2017.1218031
Pusdatin (Pusat Data Informasi), (2013). Keluarga Berencana. Jakarta:
BKKBN
Nordqvist, C. (2016). Infertility: Causes, Diagnosis, Risks, Treatments. Medi,
pp. 2–4. USA. Retrieved from. Artikel
http://www.medicalnewstoday.com/articles/165748.php
Hanson, B., Johnstone, E., Dorais, J., Silver, B., Peterson, C. M., & Hotaling,
J. (2016). Female Infertility, Infertility-Associated Diagnoses, And
Comorbidities: a review. Journal of Assisted Reproduction and Genetics, 1–
11. https://doi.org/10.1007/s10815-016-0836-8
Alam Syamsir, I. H. (2007). Infertil. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Hamilton, A., Shubrook, J., Gerome, J., Griswold, H., & Holben, D. H.
(2014). The Relationship of Food Insecurity to Health and Nutrition
Parameters in Adult Females with Polycystic Ovary Syndrome and Attending
a Clinic for Care and Management in Rural Appalachian Ohio: A Pilot Study.
Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics, 114(9), A94.
https://doi.org/10.1016/j.jand.2018.06.321
Hurt, K. J. (2011). The Johns Hopkins Manual Of Gynecology And Obstetrics.
(E. E. Hurt, K Joseph; Guile, W Mattew; Beinstock, L Jessica; Fox, Harold E;
Wallach, Ed.) (4th ed.). USA: Lippincott Williams & Wilkins.
Amarudin. (2011). Pengaruh Merokok Terhadap Kualitas Sperma Pada Pria
Dengan Masalah Infertilitas Studi Kasus Kontrol Di Jakarta Tahun 2011.
Universitas Indonesia.
Ahsan ST, (2012). Faktor risiko yang mempengaruhi keterlambatan konsepsi
(infertilitas) Pasangan yang mengalami infertilitas: Skripsi: Universitas
Sumatra Utara

31
32
Lampiran 1

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Ibu…….

Di tempat

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan akan dilaksanakan Penelitian atas nama: Sri Rahayu, Skp Ns,
S.Tr.Keb,M.Kes dosen Jurusan Kebidanan Semarang Poltekkes Kemenkes Semarang,
Kami memohon kesediaan ibu untuk berpartisipasi dalam kegiatan Penelitian ini yang
berjudul :Hubungan Tingkat Stres dengan Kejadian Infertilitas”
Penelitian ini tidak akan menimbulkan akibat yang merugikan bagi ibu,
kerahasiaan semua informasi akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan studi. Untuk
itu saya mohon dengan kerendahan hati, kesediaannya untuk menjadi responden dengan
menandatangani lembar persetujuan.
Atas perhatian dan kesediaan ibu saya ucapkan terimakasih.

Semarang , Mei 2018

Penulis

Endri Astuti
Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORM CONCENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia menjadi responden
dalam penelitian yang dilakuak oleh ibu Sri Rahayu Dosen Jurusan Kebidanan Semarang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, dengan judul ” Hubungan Tingkat stres
dengan kejadian infertilitas”
Saya memahami bahwa data yang dihasilkan merupakan rahasia dan hanya digunakan
untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak akan merugikan saya, oleh
karena itu saya bersedia menjadi responden pada penyusunan penelitian ini .
Semarang , .....................2017
Responden

(…………………….)
Lampiran 3

KUESIONER TINGKAT STRES WANITA PASANGAN USIA SUBUR

A. Identitas Responden
No. Responden :
Nama :
Umur :
Lama Pernikahan :

B. Kuesioner Tingkat Stres


Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan yang menggambarkan tingkat
kecemasan anda saat persalinan. Berilah tanda check (  ) pada kolom
jawaban yang telah disediakan.
Sangat Kadang-
No Pertanyaan Sering Selalu
Jarang kadang
1. Saya merasa gelisah dalam
1 bulan terakhir ini
2. Saya merasa takut tanpa
alasan yang jelas saat
sendirian
3. Saya merasa mudah marah
dan tersinggung saat di
tanya teman tentang jumlah
anak
4. Badan saya terasa hancur
berkeping-keping saat akan
periksa ke rumah sakit

5. Saya merasa sesuatu akan


baik-baik saja dan tidak
akan terjadi sesuatu yang
buruk dalam 1 bulan
terakhir ini
6. Kedua tangan dan kaki saya
gemetar saat diperiksa
dokter
7. Saya merasa sakit kepala
saat akan periksa
8. Saya merasa lemah dan
mudah lelah
9. Saya merasa tenang jika
terlambat haid
10. Saya merasa jantung
berdetak cepat selama
periksa ke dokter
11. Saya merasa terganggu
karena pusing
12. Saya merasa mau pingsan
saat ada kontraksi
13. Saya merasa mudah
bernafas saat ini
14. Saya merasa jari-jari tangan
dan kaki saya kaku saat ini
15. Saya merasa terganggu
karena sakit perut dan
gangguan pencernaan
16. Saya sering merasa ingin
kencing akhir-akhir ini
17. Tangan saya berkeringat
dingin saat ini
18. Wajah saya terasa panas dan
memerah selama 1 bulan ini
19. Saya mudah mengantuk
selama 1 bulan ini
20. Saya mengalami mimpi
buruk akhir-akhir ini
Lampiran 4

BIODATA KETUA PENELITI

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap Sri Rahayu,SKp Ns,M.Kes


2. Jenis Kelamin Perempuan
3. Jabatan Fungsional Lektor
4. NIP 197408181998032001
5. NIDN 4018087402
6. Tempat dan Tanggal Lahir Kab. Semarang, 18 Agustus 1974
7. E-mail yayoekSR_74@yahoo.com
8. Nomor Telepon/Hp 08122572205
9. Alamat Kantor Jl. Tirto Agung Pedalangan Banyumanik
Semarang
10. Nomor Telepon/Faks 02476479187
11. Mata Kuliah yang diampu 1. Asuhan Neonatus Bayi, Balita dan Pra
Sekolah
2. Asuhan Kesehatan Reproduksi dan
Keluarga Berencana
3. Metodologi Penelitian dan Biostatistik
4. Kebutuhan Dasar Manusia

B. Riwayat Pendidikan
S1 S2
Nama Perguruan Tinggi UNDIP Semarang UNDIP Semarang
Bidang Ilmu Keperawatan Kesehatan Ibu dan Anak
Tahun Masuk-Lulus 2000-2002 2009-2011

C. Pengalaman Penelitian 5 tahun terakhir


No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
1. 2011 Midwifery Practice : DIPA Rp. 7.000.000;
Implementasi Kelas Prenatal Poltekkes
di Kota Semarang
2. 2013 Pengaruh Pijat Perineum dan DIPA Rp. 6.000.000;
Kegel Exercise terhadap Poltekkes
laserasi Perineum pada Ibu
Hamil Trimester III di
Kab.Semarang
3. 2014 Pengaruh Baby SPA terhadap DIPA Rp. 9.744.000
Pertumbuhan dan Poltekkes
Perkembangan Bayi 3-6
bulan di RB Ananda
Ambarawa
4. 2015 Pengaruh Pemberian Modul DIPA Rp. 17.000.000;
dan Edukasi Kangaroo Poltekkes
Mother Care terhadap
Pertumbuhan Bayi dan
Kemandirian Ibu di Rumah.
5. 2016 Pengaruh Kompres Daun DIPA Rp. 20.000.000;
Dadap Serep terhadap Poltekkes
Penurunan Intensitas
Engorgement dan Nyeri

D. Publikasi Artikel Ilmiah dalan 5 tahun terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Vol/Nomor/


Tahun
1. Faktor yang mempengaruhi Jurnal LINK No.2
kurangnya Keaktifan Kader Volume 6
Posyandu di Wilayah Mei 2012,
Puskesmas Leyangan dan ISSN.1829-
Kalongan Kabupaten 5754
Semarang 2010. Artikel ini
dipublikasikan oleh
2. Praktik pemantauan Tumbuh Jurnal Kebidanan Volume 1
kembang bayi usia 3-12 bulan Jurusan Kebidanan No.1 April
oleh Ibu di Kelurahan Poltekkes Kemenkes 2012
Randusari Kota Semarang Semarang
3. Praktek Kebidanan : Analisis Jurnal Riset Kesehatan Volume 1
Implementasi Program Kelas Poltekkes Kemenkes No.3
Prenatal di Kota Semarang Semarang September
2012
4. Pengaruh kombinasi Pijat Jurnal Kesehatan 2014
Woolwich dan endorphin Stikes Bahmada Slawi,
terhadap Produksi ASI dan 2014
Kadar Prolaktin.
Dipublikasikan oleh
4. Perbedaan pijat perineum Dipublikasikan oleh 2014
dan kegel exercise pada ibu Jurnal Kebidanan
hamil trimester ke-3 Tahun 2014.
terhadap derajat robekan
perineum di Puskesmas
Wilayah Kabupaten
Semarang.
5. Oral Presentasi dalam rangka Prosiding 2015
kegiatan “The Midwives
International Scientific
Conference” (Pertemuan
Ilmiah Bidan Tahunan/PIT
2015 pada tanggal 7-9
Oktober 2015 tentang
pengaruh Baby SPA
terhadap pertumbuhan dan
perkembangan Bayi.

Semarang, 12 Juni 2018


Ketua Peneliti

Sri Rahayu, SKp Ns, S.Tr.Keb M.Kes


NIP. 197408181998032001
LAMPIRAN 5

A. Analisa Univariat

Pengetahuan

Frequencies
Statistics

total_P

N Valid 78

Missing 0

Mean 15.27

Median 15.50

Mode 15

Range 13

Sum 1191
Frequencies

Statistics

klasif_P

N Valid 78

Missing 0

Mean 1.63

Median 1.50

Mode 1

Sum 127

klasif_P

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Baik 39 50.0 50.0 50.0

Cukup 29 37.2 37.2 87.2

Kurang 10 12.8 12.8 100.0

Total 78 100.0 100.0

Minat
Frequencies
Statistics

total_M

N Valid 78

Missing 0

Mean 45.22

Median 48.00

Mode 31

Sum 3527
total_M

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid 29 2 2.6 2.6 2.6

30 5 6.4 6.4 9.0

31 13 16.7 16.7 25.6

32 5 6.4 6.4 32.1

35 1 1.3 1.3 33.3

40 1 1.3 1.3 34.6

43 1 1.3 1.3 35.9

45 2 2.6 2.6 38.5

46 1 1.3 1.3 39.7

47 5 6.4 6.4 46.2

48 6 7.7 7.7 53.8

49 3 3.8 3.8 57.7

50 1 1.3 1.3 59.0

51 3 3.8 3.8 62.8

52 2 2.6 2.6 65.4

53 10 12.8 12.8 78.2

54 4 5.1 5.1 83.3

56 3 3.8 3.8 87.2

58 1 1.3 1.3 88.5

59 1 1.3 1.3 89.7

60 4 5.1 5.1 94.9

62 1 1.3 1.3 96.2

64 3 3.8 3.8 100.0

Total 78 100.0 100.0


Frequencies

Statistics

klasif_M

N Valid 78

Missing 0

Mean 1.86

Median 2.00

Mode 1

Sum 145

klasif_M

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tinggi 36 46.2 46.2 46.2

Sedang 17 21.8 21.8 67.9

Rendah 25 32.1 32.1 100.0

Total 78 100.0 100.0


B. Analisa Bivariat

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

klasif_P * klasif_M 78 100.0% 0 .0% 78 100.0%

klasif_P * klasif_M Crosstabulation

klasif_M

tinggi sedang rendah Total

klasif_P baik Count 21 3 15 39

Expected Count 18.0 8.5 12.5 39.0

% within klasif_P 53.8% 7.7% 38.5% 100.0%

cukup Count 12 11 6 29

Expected Count 13.4 6.3 9.3 29.0

% within klasif_P 41.4% 37.9% 20.7% 100.0%

kurang Count 3 3 4 10

Expected Count 4.6 2.2 3.2 10.0

% within klasif_P 30.0% 30.0% 40.0% 100.0%

Total Count 36 17 25 78

Expected Count 36.0 17.0 25.0 78.0

% within klasif_P 46.2% 21.8% 32.1% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 10.406a 4 .034

Likelihood Ratio 11.117 4 .025

Linear-by-Linear Association .287 1 .592

N of Valid Cases 78

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 2.18.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .343 .034

N of Valid Cases 78
Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

klasif_P * klasif_M 78 100.0% 0 .0% 78 100.0%

klasif_P * klasif_M Crosstabulation

klasif_M

tinggi sedang rendah Total

klasif_P baik Count 21 3 15 39

Expected Count 18.0 8.5 12.5 39.0

% within klasif_P 53.8% 7.7% 38.5% 100.0%

kurang baik Count 15 14 10 39

Expected Count 18.0 8.5 12.5 39.0

% within klasif_P 38.5% 35.9% 25.6% 100.0%

Total Count 36 17 25 78

Expected Count 36.0 17.0 25.0 78.0

% within klasif_P 46.2% 21.8% 32.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 9.118a 2 .010

Likelihood Ratio 9.734 2 .008

Linear-by-Linear Association .017 1 .897

N of Valid Cases
78
Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 9.118a 2 .010

Likelihood Ratio 9.734 2 .008

Linear-by-Linear Association .017 1 .897

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 8.50.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .324 .010

N of Valid Cases 78
Lampiran 6

ANALISA BIVARIAT

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

paritas * plasenta previa 76 100.0% 0 .0% 76 100.0%

paritas * plasenta previa Crosstabulation

Infertilitas

Infertil Tidak infertil Total

Tingkat Ringan/Sedang Count 14 27 41


Stres % within tingkat stres 36,8% 71,1% 100.0%

% within infertilitas 39,4% 6.7% 46,1%

Berat Count 24 11 35

% within tingkat stress 63,2% 28,9% 100.0%

% within infertilitas 30,6% 23.3% 53,9%


Total Count 30 30 78

% within tingkat stres 50.0% 50.0% 100.0%

% within infertilitas 100.0% 100.0% 100.0%

Risk Estimate

95% Confidence Interval

Value Lower Upper

Odds Ratio for tingkat stres 4,2 1,6 11


For infertilitas 2.822 1.755 4.537
For tidak infertil .154 .041 .581
N of Valid Cases 60

Anda mungkin juga menyukai