Anda di halaman 1dari 55

DIKLAT CAKIM

KEBERATAN ( EKSEPSI ) DAN PUTUSAN SELA PIDANA


16 FEBRUARI 2024

ROKI PANJAITAN KETUA PENGADILAN TINGGI SULAWESI TENGGARA


O U T L I N E P R E S E N TAS I

❑ PENDAHULUAN
❑ KEBERATAN TERKAIT KOMPETENSI
MENGADILI
❑ KEBERATAN TERKAIT TUNTUTAN GUGUR
❑ KEBERATAN TERKAIT SYARAT FORMIL
❑ PUTUSAN SELA PERKARA PIDANA
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi Gorontalo
J E N I S – J E N I S K E B E R AT A N D A N P U T U S A N S E L A P I D A N A

I . K E B E R ATA N K O M P E T E N S I M E N G A D I L I
❑K O M P E T E N S I AB S O L U T
❑K O M P E T E N S I R E L AT I F

I I . K E B E R ATA N T E R K A I T T U N T U TA N G U G U R
❑N E B I S I N I D E M
❑P E R K AR A K AD AL U AR S A
❑T E R D AK WA M E N I N G G AL D U N I A
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi Gorontalo
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
J E N I S – J E N I S K E B E R AT A N D A N P U T U S A N S E L A P I D A N A

I I I . K E B E R ATA N T E R K A I T S YA R AT F O R M I L
❑ K E B E R ATA N L E PAS D AR I S E G AL A TU N TU TA N
❑ K E B E R ATAN D AK WA AN TI D AK D APAT
D I TE R I M A
❑ K E B E R ATA N D AK WA N B ATA L D E M I H U K U M

I V. P U T U S A N S E L A
❑ F U N G S I S E B AG A I P U TU S AN S E L A
❑ F U N G S I S E B AG A I P U TU S AN AK H I R
Roki
RokiPanjaitan
Panjaitan Ketua
KetuaPengadilan
PengadilanTinggi
TinggiGorontalo
SULTRA
PENEGERTIAN EKSEPSI ( KEBERATAN ) DALAM PERKARA PIDANA

Keberatan (eksepsi)
Pasal 156 Ayat (1) KUHAP adalah istilah dalam
membagi jenis keberatan proses peradilan yang
menjadi 3 sbb : berarti keberatan/
1. Keberatan
penolakan terhadap
kompetensi/kewenangan
mengadili. dakwaan Penuntut Umum,
2. Keberatan dakwaan tidak yang diajukan oleh
dapat diterima. Terdakwa atau Penasehat
3. Keberatan dakwaan Hukumnya sesaat setelah
harus dibatalkan. Penuntut Umum selesai
membacakan dakwaan.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PENGGOLONGAN JENIS –JENIS KEBERATAN
HAKIM HARUS
MEMPERHATIKAN INI

1.KEBERATAN KOMPETENSI/ KEWENANGAN


MENGADILI.
a. Kewenangan absolut.
b. Kewenangan relatif. ( terkait Pasal 84-86
KUHP ).

2. KEBERATAN TUNTUTAN GUGUR.


a. Nebis in idem. ( terkait Pasal 76 KUHP ).
b. Perkara daluwarsa. ( terkait Pasal 78-82
KUHP ).
c. Terdakwa meninggal dunia. ( Terkait Pasal
77 KUHP ).
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PENGGOLONGAN JENIS –JENIS KEBERATAN
Syarat formil tidak
terpenuhi

3. KEBERATAN SYARAT FORMIL.


Melanggar tata cara/prosedur yang
ditentukan UU. (misal: tidak
dipenuhinya ketentuan Pasal 56 Ayat
(1) KUHAP; tidak adanya pengaduan
dari korban untuk delik aduan).
4. KEBERATAN LEPAS DARI SEGALA
TUNTUTAN HUKUM. ( Mengacu pada
Pasal 67 KUHAP dan Pasal 191 Ayat (2)
KUHAP.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PENGGOLONGAN JENIS –JENIS KEBERATAN
PENTINGNYA
DAKWAAN YANG
SISTEMATIS

5. DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA.


a. Tindak pidana yang didakwakan
sedang dalam pemeriksaan di PN
lain atau sedang dalam proses
upaya hukum.
b. Keliru orang yang diajukan sebagai
terdakwa.
c. Keliru sistimatika dakwaan.
d. Keliru bentuk dakwaan
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
ALASAN DAKWAAN
PENGGOLONGAN JENIS –JENIS KEBERATAN
BATAL DEMI HUKUM

6. DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM.


Kabur, tidak jelas, menyesatkan, berakibat
menyulitkan pembelaan dengan alasan :
a. Tidak memuat tanggal dan tanda
tangan.
b. Tidak memuat identitas lengkap.
c. Tidak menyebut locus dan tempos
delicti.
d. Tidak disusun secara jelas lengkap
mengenai tindak pidana (unsur delik
dan cara tindak pidana dilakukan).
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PUTUSAN SELA

❑ Dalam praktek persidangan


keberatan (eksepsi)
kewenangan mengadili ada
juga yang diputus bersama
dengan putusan akhir.
❑ Hal tersebut terjadi apabila
Hakim berpendapat
keberatan (eksepsi) tersebut
baru dapat diputus setelah
selesai dan tuntasnya
pemeriksaan (pokok perkara).
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PUTUSAN SELA

Dalam praktek persidangan perkara pidana, ada


anggapan bahwa putusan sela seolah-olah hanya
digunakan terhadap keberatan (eksepsi) kewenangan
mengadili saja, sedangkan terhadap keberatan
(eksepsi) dakwaan tidak dapat diterima dan dakwaan
harus dibatalkan kecenderunganya digunakan
putusan akhir. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PUTUSAN SELA

MENURUT YAHYA
HARAHAP

1. Apabila pokok perkara belum diperiksa baik


terhadap dikabulkan atau ditolaknya keberatan
(eksepsi) maka digunakan putusan sela.

2. Sementara untuk mempertimbangkan


keberatan (eksepsi) diperlukan memeriksa
pokok perkara maka akan digunakan putusan
akhir.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
TATA CARA PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DIPERSIDANGAN
Tahap pertama persidangan hakim memeriksa
SIDANG PERTAMA Identitas terdakwa. Hal ini digunakan Majelis Hakim
HAKIM MEMBUKA
untuk memastikan bahwa terdakwalah yang dimaksud
PERSIDANGAN
dalam dakwaan yang didakwakan kepada terdakwa.

❑ Setelah Ketua Majelis Hakim menyatakan “sidang dibuka dan


dinyatakan terbuka untuk umum” (Pasal 153 Ayat (3) dan (4)
KUHAP), terdakwa dipanggil masuk ke ruang sidang (Pasal
154 Ayat (1) KUHAP).
❑ Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menanyakan kepada
terdakwa tentang identitas terdakwa : nama lengkap, tempat
lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan,
tempat tinggal, agama, dan pekerjaan (Pasal 155 Ayat (1)
KUHAP). Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
TATA CARA PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DIPERSIDANGAN
HAKIM MEMBERIKAN
KESEMPATAN KEPADA ❑ Ketua Majelis Hakim mengingatkan agar
TERDAKWA/ PH JIKA terdakwa selalu memperhatikan segala
AKAN MENGAJUKAN
KEBERATAN/EKSEPSI sesuatu (melihat, mendegar) yang terjadi
selama persidangan.
❑ Kemudian Ketua Majelis Hakim minta agar Penuntut Umum untuk
membacakan dakwaan.
❑ Selanjutnya Ketua Majelis Hakim menanyakan kepada terdakwa
apakah telah mengerti isi dakwaan tersebut, apabila terdakwa belum
mengerti Penuntut Umum wajib memberikan penjelasan (Pasal 155
Ayat (2) KUHAP).
❑ Tahap selanjutnya adalah hak terdakwa atau Penasihat Hukumnya
untuk mengajukan keberatan (eksepsi) apabila terdapat alasan
sebagaimana diatur dalam Pasal 156 KUHAP.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑ KEBERATAN (EKSEPSI): Istilah dalam proses hukum/
persidangan yang berarti keberatan / penolakan
yang diajukan oleh terdakwa atau Penasehat
Hukumnya terhadap dakwaan Penuntut Umum.
❑ M. Yahya Harahap : Pengertian eksepsi atau exception
sebagai tangkisan (plead) atau pembelaan yang tidak
mengenai atau tidak ditujukan terhadap materi pokok
PENGERTIAN
surat dakwaan, tetapi keberatan atau pembelaan
EKSEPSI
ditujukan terhadap cacat formal yang melekat pada
surat dakwaan.
❑ PASAL 156 AYAT (1) KUHAP MEMBAGI 3 JENIS
KEBERATAN :
a. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkaranya.
b. Dakwaan tidak dapat diterima.
c. Dakwaan dibatalkan.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
A. KEBERATAN TERKAIT KOMPETENSI / KEWENANGAN MENGADILI

1. Kompetensi absolut/
kewenangan absolut terkait
kewenangan antar
lingkungan lembaga
peradilan.
2. Kompetensi relatif/
kewenangan relatif terkait
kewenangan antar
Pengadilan Negeri. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
MENENTUKAN KEWENANGAN RELATIF

❑ Pasal 84 Ayat (1) KUHAP - wilayah hukum tidak pidana dilakukan (locus
delicti).
❑ Pasal 84 Ayat (2) KUHAP - tempat tinggal terdakwa (kediaman terakhir,
tempat diketemukan atau ditahan), apabila sebagian besar saksi bertempat
tinggal didekat Pengadilan Negeri yang meliputi wilayah tempat tinggal
terdakwa tersebut.

❑ Pasal 85 KUHAP - kewenangan atas penetapan atau penunjukan


Menteri Kehakiman. (baca: Ketua Mahkamah Agung, atas dasar
Pelimpahan Organisasi Administrasi Finansial dari Departemen
Kehakiman ke Mahkamah Agung).
❑ Pasal 86 KUHAP - kewenangan PN Jakarta Pusat terhadap tindak
pidana yang dilakukan di luar negeri.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
B. KEBERATAN TUNTUTAN GUGUR

a. Nebis in idem (exceptio judicate) - Pasal 76 KUHP. Tindak pidana


yang didakwakan telah pernah didakwakan dan diadili, putusan atas
perkara tersebut telah berkekuatan hukum tetap, dan putusan
tersebut bersifat positif (penghukuman, atau pembebasan, atau
pelepasan).

b. Perkara Kadaluwarsa/ lewat waktu (exceptio in tempores) - Pasal


78 KUHP. ➔ ➔ Penuntutan terhadap tindak pidana yang
dilakukan oleh terdakwa telah melampaui tenggang batas waktu
yang ditentukan undang-undang. Daluwarsa penuntutan tindak
pidana diatur dalam Pasal 78 sampai dengan Pasal 82 KUHP.
c. Terdakwa meninggal dunia. Kewenangan menuntut pidana
hapus jika terdakwa meninggal dunia - Pasal 77 KUHP.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
UPAYA PENUNTUT UMUM TERHADAP TUNTUTAN GUGUR

❑ Terhadap keberatan tuntutan gugur


Meskipun, tanpa
diajukanya keberatan apabila Hakim mengabulkan maka
oleh terdakwa atau putusan Pengadilan Negeri berupa
Penasihat Hukum, putusan akhir, bukan putusan sela.
apabila dalam
persidangan Majelis
❑ Terhadap putusan akhir tersebut
Hakim menemukan Penuntut Umum mempunyai hak
fakta nebis in idem mengajukan upaya hukum banding
atau daluwarsa, dan kasasi.
Majelis Hakim harus
memutus perkara ❑ Apabila putusan akhir tersebut telah
tersebut dengan amar berkekuatan hukum tetap, maka
“ menyatakan PUTUSAN ITU bersifat langsung
kewenangan menuntut
“final dan mengikat”, tidak bisa
hapus atau gugur”.
diajukan lagi untuk kedua kali.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
C. KEBERATAN SYARAT FORMIL

❑Keberatan syarat formil disebut juga


sebagai keberatan tuntutan penuntut
umum tidak dapat diterima.
❑Keberatan syarat formil berkaitan dengan
prosedur tata cara pemeriksaan
penyelidikan, ataupun penyidikan yang
dilakukan tidak sesuai syarat yang
ditentukan undang-undang. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
C. KEBERATAN SYARAT FORMIL

a. Pemeriksaan dalam penyidikan tidak memenuhi ketentuan


Pasal 56 Ayat (1) KUHAP. Tersangka atau Terdakwa disangka
atau didakwa melakukan tindak pidana dengan ancaman
pidana mati atau 15 tahun atau lebih, atau bagi yang tidak
mampu yang diancam pidana 5 tahun atau lebih yang tidak
mempunyai Penasihat Hukum, maka pejabat yang
berwenang harus menunjuk Penasihat Hukum.

❑ Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 56 Ayat (1) KUHAP


berakibat tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima.
(Putusan Mahkamah Agung Nomor.1565K/Pid/1991 tanggal 16
September 1991). Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
C. KEBERATAN SYARAT FORMIL
Lihat pasal 72-75 KUHP

b. Tindak pidana yang dilakukan termasuk delik aduan,


akan tetapi dakwaan terhadap Terdakwa dilakukan tanpa
ada pengaduan dari korban atau tenggang waktu
pengaduan tidak dipenuhi (Pasal 72 - 75 KUHP).

❑Karena persyaratan yang diminta undang- undang yaitu


adanya pengaduan tidak dipenuhi, maka tuntutan
terhadap terdakwa tidak dapat diterima.

Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA


Penting bagi C. KEBERATAN SYARAT FORMIL
hakim

❑Ada atau tidak ada keberatan, ketika Hakim melihat fakta


bahwa tindak pidana yang didakwakan mengandung
pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat yang
ditentukan undang-undang, maka Hakim harus
menjatuhkan putusan akhir.

❑Terhadap putusan akhir tersebut dapat diajukan upaya


hukum banding dan kasasi. Akan tetapi putusan tersebut
tidak bersifat final karena tidak melekat unsur nebis in
idem (putusan menyatakan tuntutan tidak dapat diterima,
pokok perkara dalam dakwaan belum dibuktikan).
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
D. KEBERATAN LEPAS DARI SEGALA TUNTUTAN HUKUM DIATUR DALAM PASAL 67
KUHAP DAN PASAL 191
AYAT 2 KUHAP

❑ KUHAP ( “Jika perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa terbukti,


tetapi perbuatan itu tidak merupakan suatu tindak pidana, maka
terdakwa diputus lepas dari segala tuntutan hukum” ), dalam praktek
eksepsi lepas dari segala tuntutan hukum terjadi apabila tindak pidana
yang didakwakan mengandung sengketa perdata.
❑ Ada atau tidak adanya keberatan tersebut,putusan yang dijatuhkan
berupa putusan akhir bukan putusan sela.
❑ Terhadap putusan tersebut tidak dapat dilakukan upaya hukum melalui
Banding ( Pasal 67 KUHAP) maupun perlawanan (Pasal 156 KUHAP).
❑ Upaya yang diperbolehkan adalah kasasi (Pasal 244 KUHAP) .Apabila
putusan telah berkekuatan hukum tetap bersifat final, tidak dapat
diajukan kembali untuk kedua kalinya. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
E. KEBERATAN DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

kewajiban
Diatur dalam Pasal 156 Ayat (1)➔ apabila dakwaan yang
hakim diajukan mengandung cacat formal, atau mengandung
membaca
dakwaan
kekeliruan beracara (error in procedure). Cacat mengenai
dengan orang yang didakwa, keliru bentuk atau susunan surat
seksama
dakwaan.

JENIS KEBERATAN DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA MELIPUTI:


a. Exceptie subjudice/ Exceptio letis pedentis.

Tindak pidana yang didakwakan sedang dalam pemeriksaan. Misalnya apa yang
didakwakan kepada terdakwa, persis sama dengan perkara pidana yang sedang
diperiksa di Pengadilan Negeri lain, atau dalam pemeriksaan banding, atau
kasasi. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
E. KEBERATAN DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA
Terhadap keberatan tersebut apabila Pengadilan Negeri menyatakan
dakwaan tidak dapat diterima atas alasan pemeriksaan masih
bergantung (subjudice), kemudian putusan pengadilan lain yang
mengadili menyatakan tidak berwenang mengadili, dan yang
berwenang mengadili adalah Pengadilan Negeri yang memutus
dakwaan tidak dapat diterima atas alasan tergantung (subjudice), maka
Penuntut Umum dapat mengajukan dakwaan kembali ke Pengadilan
Negeri tersebut untuk yang kedua kalinya.

Sebaliknya apabila putusan pengadilan yang memeriksa semula


menjatuhkan putusan yang bersifat positif (penghukuman atau bebas),
maka putusan Pengadilan Negeri yang menyatakan dakwaan tidak dapat
diterima langsung bersifat final, sehingga dakwaan dalam perkara
tersebut tidak dapat diajukan kembali karena alasan nebis in idem.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
E. KEBERATAN DAKWAAN TIDAK DAPAT DITERIMA

b. Exceptio in persona. ➔ Keliru orangnya yang diajukan sebagai


terdakwa dalam dakwaan tersebut, dengan kata lain seharusnya yang
diajukan sebagai terdakwa adalah orang lain, sebagai pelaku tindak
pidana yang sebenarnya.

❑ Jika Penuntut Umum telah mendakwa seseorang yang tidak


mempunyai hubungan hukum dan pertangunganjawab
dengan tindak pidana atau kejahatan yang didakwakan,
maka dakwaan harus dinyatakan tidak dapat diterima.

❑ Putusan yang demikian tidak bersifat final sehingga


Penuntut Umum dapat mengajukan kembali dengan
terdakwa pelaku yang sebenarnya. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
c)Keberatan terkait keliru sistematika dakwaan
subsideritas.
❑ Surat dakwaan tindak pidana yang lebih serius/ lebih
berat ancaman pidananya pada posisi dakwaan
primair, selanjutnya yang lebih ringan ancaman
pidananya pada dakwaan subsidair, lebih subsidair
dan seterusnya.
❑ Susunan/sistimatika dakwaan subsideritas tersebut telah
baku, sehingga apabila susunan/sistematika tersebut
dilanggar maka dianggap kacau dan menyesatkan bagi
terdakwa dalam rangka membela diri.
❑ Sehingga cukup alasan untuk menyatakan dakwaan kabur
(obscur libel), sehingga dalam amar putusan akan dinyatakan
dakwaan tidak dapat diterima. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑ Dari sisi strict law pendapat diatas dapat
dibenarkan, namun lebih bijaksana bila
kekeliruan susunan dakwaan tersebut
dianggap sebagai clerical error (kesalahan
pengetikan).

❑ Hakim dapat meluruskan dalam persidangan


dan mempertimbangkan dalam putusan
demi kepentingan keadilan.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
d) Keberatan terkait keliru bentuk dakwaan.

❑ Bentuk dakwaan disusun berdasarkan


terjadinya peristiwa pidana.
❑ Misalnya seharusnya dakwaan berbentuk
kumulatif, akan tetapi dakwaan diajukan
dipersidangan dalam bentuk subsideritas,
atau sebaliknya.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Putusan yang dijatuhkan terhadap keberatan
dakwaan tidak dapat diterima berbentuk putusan
akhir, sehingga terbuka peluang adanya upaya
hukum banding dan kasasi.

❑Sifat putusanya tidak final, dengan


pengertian bila putusan telah berkekuatan
hukum tetap maka dakwaan dapat diajukan
kembali, dengan syarat cacat yang ada dalam
dakwaan disempurnakan terlebih dahulu.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
E. KEBERATAN DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM

Keberatan terkait dakwaan batal demi hukum


DAKWAAN
KABUR dapat diajukan dengan asumsi dakwaan
dianggap kabur, tidak jelas, menyesatkan
yang mengakibatkan terdakwa sulit dalam
melakukan pembelaan. Pasal 143 Ayat (2)
KUHAP
Bentuk keberatan dakwaan batal demi hukum selain
yang telah dinyatakan dalam Pasal 143 Ayat (2) KUHAP,
dalam praktek peradilan pidana ada pula bentuk lain
sebagai pengembangan dari ketentuan Pasal 143 Ayat
(2) KUHAP tersebut, yaitu: Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
E. KEBERATAN DAKWAAN BATAL DEMI HUKUM
DAKWAAN
KABUR

a) Dakwaan tidak memuat tanggal dan tanda tangan


Penuntut Umum.
Pasal 143 Ayat (2) KUHAP menyatakan :”surat dakwaan
diberi tanggal dan ditandatangani”. Diharapkan Hakim
menggunakan pendekatan clerical error, memberikan
toleransi dengan cara meminta Penuntut Umum
mencantumkan tanggal dan tanda tangan melalui
mekanisme sebelum hari sidang (Pasal 144 KUHAP), atau
ketika sidang. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
b) Dakwaan tidak memuat identitas
Kesalahan lengkap terdakwa (nama lengkap,
penyebutan tempat lahir/umur, jenis kelamin,
Locus dan
tempos dalam kebangsaan, tempat tinggal, agama,
dakwaan yang pekerjaan. (Pasal 143 Ayat (2)
menyesatkan KUHAP).
dan merugikan
terdakwa dalam Sepanjang data identitas masih
membela diri mampu memberikan informasi dan
harus dinyatakan mampu mengklarifikasi diri
dakwaan batal
demi hukum. terdakwa, ketidak lengkapanya bisa
ditambahkan dan tidak perlu
menyatakan batal. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
c) Dakwaan tidak menyebut locus delicti/
tempat dan tempos delicti/ waktu peristiwa
tindak pidana terjadi. (Pasal 143 Ayat (2) huruf
b KUHAP).
Praktek peradilan pidana penyebutan locus
delicti dan tempus delicti menggunakan
kalimat “…. setidak tidaknya masih dalam
wilayah hukum PN….” ; “ …setidak tidaknya
terjadi pada kurun waktu bulan Januari
2018…”. Perluasan kalimat tersebut
digunakan karena tidak jarang tempat dan
waktu kejadian masih diingat oleh para
saksi. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
Dakwaan batal
demi hukum

d) Dakwaan tidak disusun secara cermat jelas dan lengkap


mengenai uraian tindak pidana yang didakwakan (Pasal
143 Ayat (2) huruf b KUHAP artinya semua unsur delik
dirumuskan dalam pasal pidana yang didakwakan harus
cermat disebut satu persatu serta menyebut dengan
cermat lengkap dan jelas mengenai cara tindak pidana
dilakukan secara utuh.

Ancaman atas kelalain merumuskan dakwaan


yang tidak cermat, jelas dan lengkap tersebut
adalah dakwaan batal demi hukum (Pasal 143
Ayat (3) KUHAP. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Apabila putusan terhadap keberatan
tersebut telah berkekuatan hukum tetap
maka dakwaan perkara tersebut dapat
diajukan kembali oleh Penunut Umum,
dengan terlebih dahulu memperbaiki/
menyempurnakan hal-hal yang telah
dinyatakan dalam pertimbangan putusan.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PUTUSAN SELA

Putusan sela adalah putusan yang dijatuhkan oleh


Hakim sebelum memeriksa pokok perkara karena
adanya keberatan (eksepsi) terhadap dakwaan
Penuntut Umum :
❑ Yang diajukan oleh terdakwa atau
❑ Penasehat Hukumnya sesaat setelah Penuntut
Umum membacakan dakwaan.
Putusan akhir adalah putusan yang dijatuhkan oleh
Hakim setelah memeriksa pokok perkara.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
Pasal 156 Ayat (2) PUTUSAN SELA
KUHAP memberi
wewenang kepada
hakim

Setiap tindakan Hakim dalam


menerima atau tidak
menerima eksepsi tersebut
harus dituangkan dalam
putusan sela atau putusan
akhir.

Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA


Berdasarkan Pasal 156
Putusan Sela Ayat (2) KUHAP terkait
dijatuhkan karena dengan keberatan, Hakim
adanya keberatan dapat menyatakan
dari terdakwa atau keberatan tersebut
Penasehat diterima, dan sebaliknya
Hukumnya. Hakim dapat menyatakan
Keberatan tersebut keberatan tidak diterima,
diajukan sesaat atau Hakim berpendapat
setelah Penuntut hal tersebut baru dapat
Umum diputus setelah
membacakan pemeriksaan pokok
dakwaan. perkara.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Apabila Hakim menyatakan keberatan diterima maka
pendapat dan pertimbangan hukumnya dituangkan dalam
putusan sela.

Amar putusan tersebut menyatakan


keberatan dapat diterima kemudian
diikuti amar deklaratis sesuai jenis
keberatan yang diajukan, akibat
hukum atas dapat diterimanya
keberatan maka pokok perkara
dihentikan pemeriksaanya.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
➢ Apabila Hakim menyatakan keberatan tidak dapat
diterima maka pendapat dan pertimbangan
hukumnya dituangkan dalam putusan sela.
➢ Amar putusan tersebut menyatakan keberatan tidak
dapat diterima, akibat hukumnya pemeriksaan
pokok perkara dilanjutkan.

Apabila Hakim menyatakan


keberatan akan diputus setelah
pemeriksaan pokok perkara, maka
pendapat dan pertimbangan
hukumnya dituangkan dalam putusan
akhir. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Hal ini didasarkan pada alasan, keberatan baru
dapat dipertimbangkan setelah Hakim
memeriksa materi/pokok perkara.
❑Sebagai contoh terkait keberatan dakwaan
obscur libel, dakwaan nebis in idem, dakwaan
bukan perkara pidana melainkan perkara perdata
dan sebagainya.

Keberatan tersebut baru dapat


dibuktikan setelah Hakim
memeriksa pokok perkaranya.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Apabila setelah memeriksa pokok perkara
diperoleh fakta yang menguatkan kebenaran
eksepsi maka Hakim baru dapat menyatakan
keberatan dapat diterima ➔ menyatakan
dakwaan tidak dapat diterima, atau batal
demi hukum.

❑Putusan tersebut dituangkan dalam bentuk putusan


akhir, yang mengakhiri proses pemeriksaan
pemeriksaan ditingkat pertama. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Putusan akhir yang dijatuhkan didasarkan pada alasan
keberatan, sehingga putusan tersebut bersifat negatif,
karena Hakim belum memeriksa dan mempertimbangkan
pokok perkara.
Putusan akhir yang dijatuhkan didasarkan
pada materi pokok, sehingga putusan
tersebut bersifat positif, karena Hakim telah
memeriksa dan mempertimbangkan pokok
perkara dan menjatuhkan pidana berupa
putusan bebas, atau putusan pemidanaan
(penghukuman).
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
KEWENANGAN HAKIM

Pasal 156 Ayat (2) KUHAP


❑ Pasal 156 Ayat (1) KUHAP :
memberi wewenang kepada Terdakwa atau Penasehat
hakim untuk menerima atau Hukumnya mengajukan
tidak diterima keberatan. keberatan (eksepsi) atas
dakwaan, keberatan (eksepsi)
Setiap tindakan Hakim dalam tersebut disampaikan setelah
menerima atau tidak dakwaan dibacakan.
menerima eksepsi tersebut ❑ Penuntut Umum menanggapi
harus dituangkan dalam keberatan (eksepsi) tersebut,
putusan sela atau putusan selanjutnya
akhir. mempertimbangkan dan
memutus eksepsi tersebut
Dibuat dalam dengan putusan sela.
putusan sela. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PASAL 156 AYAT (1) KUHAP

❑ Terdakwa atau Penasehat Hukumnya mengajukan keberatan


(eksepsi) atas dakwaan, keberatan (eksepsi) tersebut disampaikan
setelah dakwaan dibacakan, Penuntut Umum menanggapi keberatan
(eksepsi) tersebut, selanjutnya Hakim mempertimbangkan dan
memutus eksepsi tersebut dengan putusan sela. Pentingnya
putusan sela

❑ Praktek peradilan pidana penjatuhan putusan sela seolah-olah hanya


untuk eksepsi kewenangan relatif. Hal tersebut dapat dipahami
karena dengan penentuan kewenangan relatif dapat menghindari
penyelesaian perkara yang berlarut, yaitu terlanjur memeriksa pokok
perkara ternyata pengadilan yang bersangkutan tidak berwenang.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑ Penghentian
pemeriksaan dapat
bersifat permanen, dan
Jikalau Hakim dapat pula bersifat
menerima temporer.
keberatan, maka
akan dinyatakan ❑ Bersifat permanen
Pengadilan Negeri terjadi apabila Penuntut
tersebut tidak Umum tidak
berwenang untuk mengajukan
mengadili, dan perlawanan ke
pemeriksaan akan Pengadilan Tinggi,
dihentikan (tidak sehingga putusan
dilanjutkan). berkekuatan hukum
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
tetap.
Dengan demikian secara
permanen Pengadilan Negeri
tersebut tidak berwenang
mengadili, dan yang berwenang
Bersifat temporer adalah Pengadilan Negeri lain
atau sementara
terjadi apabila Untuk itu Pengadilan Negeri
Penuntut Umum tersebut harus segera
mengajukan
perlawanan ke
mengembalikan berkas perkara
Pengadilan Tinggi kepada Penuntut Umum untuk
selanjutnya dilimpahkan kepada
Pengadilan Negeri yang
berwenang.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
Namun sebaliknya jika
Jika Pengadilan Tinggi Pengadilan Tinggi
menolak perlawanan menerima perlawanan
Penuntut Umum maka Penuntut Umum maka
putusan Pengadilan Negeri sifat temporer menjadi
gugur dan Pengadilan
menjadi bersifat permanen. Negeri harus segera
melanjutkan
pemeriksaan pokok
perkara.

HAKIM MELANJUTKAN
PEMERIKSAAN POKOK
PERKARA
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
JIKA TIDAK ADA
EKSEPSI
Apabila Hakim tidak
menerima keberatan Bersifat permanen
maka akan dinyatakan
terjadi apabila
Pengadilan Negeri
tersebut berwenang Terdakwa atau
untuk mengadili, dan Penasehat
pemeriksaan akan Hukumnya tidak
dilanjutkan. Sifat mengajukan
kewenangan untuk
perlawanan,
mengadili dapat
bersifat permanen, dan sehingga Pengadilan
dapat pula bersifat Negeri melanjutkan
temporer pemeriksaan.
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
❑Bersifat temporer terjadi apabila Terdakwa atau
Penasehat Hukumnya mengajukan perlawanan. Jika
Pengadilan Tinggi menerima perlawanan, maka gugur
kewenangan Pengadilan Negeri untuk mengadili, dan
harus menghentikan pemeriksaan serta mengembalikan
berkas perkara kepada Penuntut Umum selanjutnya
dilimpahkan ke Pengadilan Negeri yang ditunjuk oleh
Pengadilan Tinggi PEMERIKSAAN
DILANJUTKAN

❑ Jika Pengadilan Tinggi menolak perlawanan, maka sifat temporer


berubah menjadi permanen, selanjutnya pemeriksaan perkara
dilakukan
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
KEBERATAN DIPUTUS BERSAMA PUTUSAN AKHIR
PUTUSAN
AKHIR

❑ Terhadap keberatan yang menyangkut dakwaan tidak dapat diterima


atau dakwaan batal demi hukum pada umumnya dituangkan dalam
putusan akhir, sedangkan yang menyangkut kewenangan mengadili
pada umumnya dituangkan dalam putusan sela.

❑ Akan tetapi ada juga kewenangan mengadili yang diputus dengan


putusan akhir, yaitu ketika Hakim berpendapat hal tersebut baru
dapat diputus setelah selesai memeriksa pokok perkara (Pasal 156
Ayat (2) KUHAP
Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
PUTUSAN
KEBERATAN DAPAT DIPUTUS BERSAMA PUTUSAN AKHIR
AKHIR

❑Jika kemudian Hakim berpendapat Pengadilan Negeri


tidak berwenang maka dijatuhkan putusan akhir,
selanjutnya pemeriksaan dihentikan dan berkas
dikembalikan kepada penuntut umum untuk dilimpahkan
ke Pengadiilan Negeri yang berwenang.

❑ Menurut M.Yahya Harahap,S.H. tindakan yang tepat adalah melalui putusan


sela, agar pemeriksaan lebih efektif dan lebih cepat menentukan Pengadilan
Negeri yang berwenang. Roki Panjaitan Ketua Pengadilan Tinggi SULTRA
ROKI PANJAITAN
KETUA PENGADILAN TINGGI SULAWESI TENGGARA

Anda mungkin juga menyukai