Anda di halaman 1dari 21

KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK:

UU NO. 14 TH 2008 JO. SK KMA NO. 2-144 TH. 2022


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................... 2


MATERI 49 Keterbukaan Informasi Publik: UU No. 14 Th 2008 jo. SK KMA No. 2-144 Th. 2022 ............... 3
A. Deskripsi Singkat.............................................................................................................................. 3
B. Tujuan Pembelajaran ...................................................................................................................... 3
C. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok............................................................................................... 3
D. Penjabaran Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ........................................................................... 5
1. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala .......................................................................... 5
a. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala oleh Pengadilan .............................................. 5
b. Informasi Wajib Diumumkan Secara Berkala oleh Mahkamah Agung ......................................... 10
2. Informasi yang Wajib Tersedia setiap Saat dan Dapat Diakses oleh Publik. ........................... 11
3. Informasi yang Dikecualikan .......................................................................................................... 14
MATERI 49
Keterbukaan Informasi Publik : UU No. 14 Th 2008 jo. SK KMA No. 2-144 Th. 2022

A. Deskripsi Singkat
Mata pelatihan ini membekali peserta dengan pengetahuan tentang Asas
Persamaam dihadapan hukum, hak-hak sipil dan politik, akses Perempuan
terhadap keadilan dan pemeriksaan Perempuan berhadapan dengan hukum.
Mata pelatihan ini dilaksanakan menggunakan metode Blended Learning
dengan pembelajaran asynchronous learning digunakan untuk tahap I:
pembelajaran mandiri melalui e-learning, dan tahap II: pembelajaran
synchronous learning bertatap muka dengan narasumber baik Online/Offline
Class, pembelajaran di kelas dalam bentuk ceramah dan tanya jawab. Penilaian
peserta terdiri dari dua tahap: (1) Pada Tahap 1 dilakukan melalui Tes Obyektif
berbentuk Pop Kuis setelah pembelajaran mandiri, (2) Pada Tahap 2 dilakukan
melalui Tes Objektif berbentuk Pop Kuis.
Keberhasilan peserta dinilai dari kemampuan menjelaskan Asas
Persamaam dihadapan hukum, hak-hak sipil dan politik, akses Perempuan
terhadap keadilan dan pemeriksaan Perempuan berhadapan dengan hukum.

B. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu
menjelaskan asas persamaam dihadapan hukum, menjelaskan hak-hak sipil
dan politik, menjelaskan akses perempuan terhadap keadilan, dan menjelaskan
pemeriksaan perempuan berhadapan dengan hukum.

C. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok


Mata Pelatihan Keterbukaan Informasi Publik: UU No. 14 Th 2008 jo. SK
KMA No. 2-144 Th. 2002 ini merupakan mata pelatihan dengan dua tahap,
tahap pertama dengan pembelajaran mandiri dengan sistem e-Learning
dengan durasi setara 2 (dua) Jam Pelatihan dan dengan metode tatap muka
dengan durasi 3 (tiga) jam pelatihan (4 JP) dengan alokasi ceramah, tanya jawab
interaktif secara langsung (Ceramah 30% Tanya Jawab 70%). Materi Pokok dan
Sub Materi Pokok yang dibahas dalam modul ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan Informasi Pengadilan
1.1. Pengertian surat dakwaan
1.2. Tenggang waktu penuntutan
1.3. Landasan Konstitusional Hak Atas Keterbukaan Informasi Publik;
1.4. Dasar Hukum Keterbukaan Informasi Publik;
1.5. Asas – asas Keterbukaan Informasi Publik
1.6. Hak dan Kewajiban Pemohon Informasi;
1.7. Kewajiban Pengguna Informasi
1.8. Hak Pengadilan dalam Keterbukaan Informasi Publik;
1.9. Kewajiban Pengadilan dalam Keterbukaan Informasi Publik
1.10. Informasi Yang Wajib Disediakan dan Diumumkan Secara Berkala
1.11. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Serta Merta
1.12. Informasi yang Wajib Tersedia Setiap Saat
1.13. Informasi yang Dikecualikan.
1.14. Struktur Pelaksana Pelayanan Informasi dan Dokumentasi
1.15. Pelaksana Pelayanan Informasi Pada Pengadilan Tingkat Banding dan
Tingkat Pertama
1.16. Pelaksana Pelayanan Informasi Pada Mahkamah Agung
1.17. Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Pelaksana Pelayanan Infomasi
1.18. Prosedur Pengumuman Informasi Publik
1.19. Prosedur Pengaburan Informasi Tertentu
1.20. Prosedur Pelayanan Permintaan Informasi
1.21. Prosedur Pengajuan Keberatan
1.22. Tanggapan Atas Keberatan
1.23. Tahapan Uji Konsekuensi
1.24. Tata Cara Uji Konsekuensi
D. Penjabaran Materi Pokok dan Sub Materi Pokok
Dalam UU No. 14 Tahun 2008 kategori infomasi publik dibedakan menjadi
2 kategori, yaitu pertama informasi yang wajib disediakan dan diumumkan dan
kedua infomasi yang dikecualikan. Sedangkan Informasi sebagaimana diatur
dalam SK KMA No. 1-144/KMA/SK/I/2011 dibedakan dalam 3 (tiga) kategori,
yaitu pertama, informasi yang wajib diumumkan secara berkala, kedua,
informasi yang wajib tersedia setiap saat dan dapat diakses oleh publik dan
ketiga, informasi yang dikecualikan.
Setiap kategori informasi dibedakan berdasarkan jenis dan sifat informasi,
sehingga mekanisme penyampaian informasi kepada publik masing-masing
diatur tersendiri sebagaimana diuraikan di bawah ini:

1. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala.


Mahkamah Agung dan Badan Peradilan di bawahnya wajib
mengumumkan informasi secara berkala paling sedikit 6 (enam) bulan
satu kali. Berdasarkan Pasal 9 ayat (2) UU Nomor 14 tahun 2008 yang
termasuk dalam kategori informasi yang wajib diumumkan secara berkala
adalah (1) informasi yang berkaitan dengan badan publik, (2) informasi
mengenai kegiatan dan kinerja badan publik terkait, (3) informasi
mengenai laporan keuangan, dan (4) informasi lain yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Ketentuan Pasal 9 ayat (2) UU Nomor
14 tahun 2008 dijabarkan oleh SK KMA No. 1-144/KMA/SK/I/2011
sebagaimana tertuang dalam bagian lampiran sebagai berikut:
a. Informasi yang Wajib Diumumkan Secara Berkala oleh Pengadilan
1) Informasi Profil dan Pelayanan Dasar Pengadilan
Pengadilan wajib mengumumkan informasi tentang profil
pengadilan setempat yang berisi tentang nama penadilan, fungsi,
tugas dan yuridiksi kewenangan pengadilan, struktur organisasi
pengadilan, alamat, nomor telepon, faxsimili dan situs resmi
pengadilan, daftar nama pimpinan pengadilan hakim, pejabat
struktural dan fungsional dan laporan harta kekayaan
penyelenggaran negara yang ada di pengadilan.
Selain profil pengadilan, informasi yang wajib diumumkan
dalam pelayanan dasar pengadilan adalah meliputi prosedur
beracara pada setiap jenis perkara serta seluruh biaya yang harus
dikeluarkan oleh pihak berperkara sesuai yang ditentukan oleh
peraturan perundang-undangan. Prosedur dasar beracara dibuat
dalam bentuk alur dan tata cara yang mudah dipahami, tidak
menggunakan bahasa hukum yang terlalu teknis sehingga tidak
membingungkan masyarakat umum yang bukan berlatar
belakang pendidikan hukum. Misalnya bagaimana cara
mendaftarkan gugatan/permohonan dan apa persyaratan yang
harus disiapkan untuk mengajukan gugatan atau permohonan
ke pengadilan.

Informasi penting lainnya yang wajib diumumkan oleh


pengadilan adalah agenda sidang, baik melalui papan
pengumuman di pengadilan maupun melalui Aplikasi Sistem
Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) sehingga pihak-pihak
berperkara dapat memantau setiap saat perjalanan sidang
terhadap perkaranya tanpa perlu datang ke pengadilan melainkan
cukup dengan membuka web resmi pengadilan.

2) Informasi Berkaitan dengan Hak Masyarakat.


Para pencari keadilan yang berperkara di pengadilan serta
masyarakat luas memiliki hak atas terselenggarannya proses
peradilan yang jujur dan adil. Ketentuan Pasal 56 ayat (1) UU
Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman telah
menjamin bahwa setiap orang yang tersangkut perkara berhak
memperoleh bantuan hukum dan pada Pasal 57 ayat (1) jo ayat
(2) disebutkan bahwa bagi pencari keadilan yang tidak mampu
harus diberikan bantuan hukum secara cuma-cuma pada setiap
tingkatan peradilan melalui pos bantuan hukum (Pos Bakum)
yang disediakan oleh pengadilan.
Selain informasi tentang bantuan hukum, masyarakat juga
berhak untuk mengetahui tata cara pengajuan gugatan secara
cuma-cuma bagi masyarakat tidak mampu. Berdasarkan Pasal 4
Perma Nomor 1 tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan
Hukum bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan
menyebutkan bahwa ada 3 (tiga) bentuk layanan hukum bagi
masyarakat tidak mampu antara lain:
a. layanan pembebasan biaya perkara;
b. penyelenggaraan sidang di luar gedung pengadilan; dan
c. penyediaan Posbakum Pengadilan.

Pemberian layanan bantuan hukum bagi masyarakat tidak


mampu di pengadilan adalah untuk:
i. meringankan beban biaya yang harus ditanggung oleh
masyarakat yang tidak mampu secara ekonomi di
pengadilan;
ii. meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat yang
sulit atau tidak mampu menjangkau gedung pengadilan
akibat keterbatasan biaya, fisik atau geografis;
iii. Memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tidak
mampu mengakses konsultasi hukum untuk memperoleh
informasi, konsultasi, advis dan pembuatan dokumen dalam
menjalani proses hukum di pengadilan;
iv. Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat
tentang hukum melalui penghargaan pemenuhan dan
perlindungan terhadap hak dan kewajiban; dan.
v. Memberikan pelayanan prima kepada masyarakat pencari
keadilan.

Prinsip penyampaian informasi yang berkaitan dengan


kepentingan masyarakat adalah untuk menjamin terpenuhinya
hak setiap warga negara khususnya para pencari keadilan dalam
proses berperkara di pengadilan. Setiap pencari keadilan harus
tahu dan faham akan hak-haknya dalam proses berperkara,
sehingga setiap saat dapat menuntut pemenuhan hak tersebut
kepada pengadilan pada saat tidak mendapatkan sebagaimana
hak yang seharusnya didapatkan.

Para pihak yang berperkara berhak untuk mendapatkan


pelayanan yang adil dalam proses berperkara, jika ditemukan
tindakan atau perbuatan KKN dari penyelenggara peradilan, baik
hakim, panitera pengganti, atau pejabat peradilan lainnya dengan
pihak lawan berperkara sehingga proses penyelenggaraan
peradilan menjadi tidak fair, maka para pihak dapat melakukan
pengaduan/laporan kepada pimpinan pengadilan, Badan
Pengawasan Mahkamah Agung atau Komisi Yudisial berdasarkan
prosedur yang telah disediakan. Pengadilan wajib untuk
mengumumkan tata cara dan prosedur untuk mengajukan
pengaduan terkait pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin yang
berkaitan dengan penanganan perkara.
Pasal 3 Perma Nomor 9 tahun 2016 tentang Pedoman
Penanganan Pengaduan (whistleblowing system) terdapat 8
(delapan) cara yang dapat ditempuh oleh pencari keadilan dan
masyarakat untuk mengadukan dugaan pelanggaran
penyelenggara peradilan antara lain:
a. aplikasi SIWAS MA-RI pada situs Mahkamah Agung;
b. layanan pesan singkat/SMS;
c. surat elektronik (e-mail);
d. faksimile;
e. telepon;
f. meja Pengaduan;
g. surat; dan/atau
h. kotak Pengaduan.

Pengadilan wajib mengumumkan informasi terkait cara


melakukan pengaduan berdasarkan 8 (delapan) item di atas,
sehingga masyarakat dan pencari keadilan dapat memilih cara
yang dianggapnya paling mudah dan simpel. Prosedur pengaduan
melalui aplikasi SIWAS MA-RI memiliki kelebihan dibandingkan
dengan cara pengaduan yang lain karena dapat dilakukan dimana
saja tanpa harus datang ke pengadilan dan setiap saat
perkembangan penanganan pengaduan oleh pihak badan
pengawasan dapat dipantau langsung oleh pihak pengadu melalui
gadget, karena sistem pengaduan SIWAS berbasis online.

Masyarakat berhak untuk mengetahui tata cara dalam


memperoleh pelayanan informasi, sekaligus tata cara untuk
mengajukan keberatan kepada Komisi Informasi Publik jika
terdapat alasan sebagaimana disebutkan dalam Pasal 45 ayat (1)
dan mengajukan gugatan ke pengadilan jika dalam proses
permintaan informasi tersebut mendapat hambatan dan
rintangan sebagaimana diatur dalam pasal 4 ayat (4) UU Nomor
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.

Pengadilan harus mencantumkan nama dan nomor kontak


pihak-pihak yang bertanggungjawab atas pelayanan informasi
dan penanganan keberatan terhadap pelayanan informasi di
tempat yang dapat diakses oleh publik, sehingga dapat dengan
mudah masyarakat dan pencari keadilan untuk menghubungi
pihak yang bertanggung jawab atas pelayanan informasi, selain
itu pembebanan biaya atas permintaan salinan informasi berupa
putusan, penetapan dan surat-surat lainnya yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan harus di umumkan secara
terbuka agar setiap orang dapat mengetahuinya.

3) Informasi Program Kerja, Kegiatan, Keuangan dan Kinerja


Pengadilan.
Tansparansi peradilan juga terkait dengan program kerja,
kegiatan, keuangan dan kinerja. Informasi yang harus
disampaikan antara lain menyangkut nama program dan kegiatan,
penanggung jawab dan pelaksana program kegiatan, nomor
kontaknya, serta alamat yang dapat dihubungi, informasi tentang
target dan capaian program dan kegiatan, informasi tentang
jadwal pelaksanaan program dan kegiatan serta informasi tentang
sumber dan jumlah anggaran yang digunakan. Informasi tentang
penggunaan anggaran meliputi antara lain: Daftar Isian
Penggunaan Anggaran (DIPA), dokumen anggaran lainnya seperti
rincian DIPA, rencana kerja anggaran, proposal, dan sebagainya.

Selain apa yang diuraikan di atas, pengadilan juga wajib


untuk menyampaikan informasi terkait dengan ringkasan laporan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dan ringkasan
laporan keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas rencana
dan laporan realisasi anggaran dan neraca laporan arus kas dan
catatan atas laporan keuangan yang disusun sesuai dengan
standar akuntasi yang berlaku. Ringkasan daftar aset dan
inventaris serta informasi tentang pengumuman pengadaan
barang dan jasa sesuai dengan peraturan perundang-undangan
terkait.

4) Informasi Laporan Akses Informasi

Laporan akses informasi yang wajib diumumkan oleh


pengadilan sekurang-kurangnya meliputi jumlah
permohonan informasi yang diterima, waktu yang diperlukan
dalam memenuhi setiap permohonan informasi, jumlah
permohonan informasi yang dikabulkan dan permohonan
informasi yang ditolak serta alasan penolakan permohona
informasi.
Tidak semua informasi yang dimintakan oleh publik dapat
diberikan, pihak petugas informasi dan PPID berhak untuk
menolak pemberian informasi jika jenis informasi yang diminta
merupakan informasi yang disebutkan dalam ketentuan tentang
informasi yang dikecualikan, atau dalam hal informasi yang di
mintakan mengandung kewajiban untuk merahasiahkan identitas
seseorang dalam informasi tersebut. Keputusan tentang
dikabulkan atau ditolak permohonan informasi tersebut wajib
disampaikan kepada pemohon informasi dalam tenggang waktu
yang ditentukan, terhadap penolakan informasi petugas informasi
wajib menyampaikan alasan penolakan penyampaian informasi
tersebut.

5) Informasi Lain
Informasi lain yang juga wajib untuk diumumkan oleh
pengadilan kepada publik adalah menyangkut prosedur
keamanan dan keselamatan dalam kondisi darurat, misalnya
prosedur peringatan dini dan prosedur evakuasi darurat, prosedur
keamanan dalam penggunaan alat-alat dan fasilitas yang ada
dipengadilan jika fasilitas tersebut berpotensi membahayakan,
termasuk informasi tentang ketersediaan alat-alat dalam kondisi
darurat seperti kebakaran, gempa bumi, banjir dan huru hara.

b. Informasi Wajib Diumumkan Secara Berkala oleh Mahkamah Agung


Mahkamah Agung wajib mengumumkan secara berkala Informasi
tentang rekruitmen personil, baik calon hakim agung, calon hakim, calon
pegawai yang berisi pengumuman penerimaan, tata cara pendaftaran,
biaya resmi yang diperlukan, daftar posisi yang disediakan, jumlah
formasi yang dibutuhkan, tahapan seleksi serta persyaratan dan
kualifikasinya, tahapan dan waktu proses rekruitmen, komponen dan
standar nilai kelulusan dan daftar peserta yang lulus seleksi pada setiap
tahapan sampai dengan diterima.

Setiap kebijakan dan regulasi yang dikeluarkan oleh Mahkamah


Agung seperti Perma, SEMA dan SK, maka proses perancangan dan
perumusan harus dipublikasikan kepada publik atau setidak-tidaknya
ada keterlibatan publik dalam proses regulasi terutama terhadap
kebijakan dalam bentuk peraturan (Perma), karena Peraturan Mahkamah
Agung (Perma) termasuk dalam peraturan perundang-undangan
sebagaimana yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 8 UU Nomor 12
tahun 2011 yang diterbitkan untuk mengisi kekosongan hukum acara
dalam proses peradilan. Selain itu putusan-putusan Mahkamah Agung
yang telah menjadi Yurisprudensi juga harus dipublikasikan baik di
website Mahkamah Agung maupun melalui buku yang dapat dibaca dan
digunakan oleh publik sebagai bahan pengetahuan hukum.

Salah satu kewajiban Mahkamah Agung dalam menyampaikan


laporan tahunan sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada publik atas
prestasi dan capaian kinerja yang di raih pada tahun yang bersangkutan
serta kendala dan hambatan yang dialami oleh Mahkamah Agung dan
badan peradilan di bawahnya, selain itu Mahkamah Agung juga harus
mengumumkan rencana strategis yang akan dilakukan oleh Mahkamah
Agung pada tahun yang akan datang beserta strategi dalam
mengimplementasikan rencana yang telah ditetapkan.

2. Informasi yang Wajib Tersedia setiap Saat dan Dapat Diakses oleh
Publik.
Setiap badan publik termasuk Mahkamah Agung dan badan
peradilan di bawahnya berkewajiban untuk menyediakan informasi yang
setiap saat dapat diakses oleh masyarakat secara luas. Berdasarkan
ketentuan Pasal 11 ayat (1) UU Nomor 14 tahun 2008 bahwa jenis-jenis
informasi yang harus tersedia setiap saat antara lain: a. daftar seluruh
Informasi Publik yang berada di bawah penguasaannya, tidak termasuk
informasi yang dikecualikan; b. hasil keputusan Badan Publik dan
pertimbangannya; c. seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen
pendukungnya; d. rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan
pengeluaran tahunan Badan Publik; e. perjanjian Badan Publik dengan
pihak ketiga; f. informasi dan kebijakan yang disampaikan Pejabat Publik
dalam pertemuan yang terbuka untuk umum; g. prosedur kerja pegawai
Badan Publik yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat; dan/atau
h. laporan mengenai pelayanan akses Informasi Publik sebagaimana
diatur dalam undang-undang.
Pengadilan wajib untuk mengelola dan memelihara beberapa jenis
informasi agar informasi tersebut setiap saat dapat diakses oleh
masyarakat. Informasi yang dimaksud tersebut antara lain:
a. Informasi Umum
Informasi umum adalah informasi yang secara lengkap
termasuk kategori informasi yang wajib diumumkan secara
berkala oleh pengadilan dan Mahkamah Agung, daftar informasi
publik yang berisi nomor, ringkasan isi informasi, pejabat atau
unit/satuan kerja yang menyediakan informasi, penanggung jawab
pembuatan atau penerbitan informasi, waktu dan tempat
pembuatan informasi, bentuk informasi yang tersedia serta jangka
waktu penyampaian atau retensi arsip.
Dikecualikan dari kewajiban untuk mengumumkan informasi
umum jika dalam informasi tersebut mengandung atau memuat
informasi yang wajib dikecualikan berdasarkan ketentuan Pasal 17
UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
dan Lampiran Perma Nomor 1-144/KMA/SK/I/2011.

b. Informasi tentang Perkara dan Persidangan


Informasi tentang perkara berkaitan dengan publikasi
putusan dan penetapan yang dikeluarkan oleh pengadilan, baik
yang telah berkekuatan hukum tetap maupun yang sedang dalam
proses upaya hukum dalam bentuk fotokopi atau naskah
elektronik dan bukan salinan resmi. Selain itu termasuk juga
informasi dalam Buku Register Perkara, data statistik perkara
berdarkan jenis dan jumlah perkara, tahapan suatu perkara dalam
proses penanganan perkara serta laporan penggunaan biaya
perkara.

c. Informasi tentang Pengawasan dan Pendisiplinan


Proses dan hasil pengawasan serta pendisiplinan dari internal
pengadilan dan Mahkamah Agung merupakan informasi yang wajib
dikelola oleh Mahkamah Agung dan badan peradilan di bawahnya
sehingga jika publik meminta data dan informasi tersebut dapat
dengan mudah untuk diberikan dengan mengikuti aturan yang
yang telah ditetapkan terutama menyangkut identitas para
pelanggar yang dijatuhi sanksi. Beberapa hal yang menjadi bagian
dalam data dan informasi proses dan hasil
pengawasan/pendisiplinan antara lain jumlah, jenis dan
gambaran umum pelanggaran, langkah yang tengah dilakukan
pengadilan dalam pemeriksaan dugaan pelanggaran yang
dilakukan oleh aparatur pengadilan, jumlah aparatur peradilan,
baik dari kalangan hakim, non hakim dan staf yang dijatuhi
hukuman disiplin, inisial nama, unit satuan kerja serta putusan
Majelis Kehormatan hakim.

d. Informasi tentang Peraturan, Kebijakan dan Hasil Penelitian


Peraturan dan kebijakan yang diterbitkan oleh Mahkamah
Agung dipublikasikan melalui Jaringan Dokumentasi dan
Informasi Hukum (JDIH) sedangkan hasil penelitian
dipublikasikan melalui jurnal yang terbit secara berkala serta
melalui laman resmi Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah
Agung. Publik dapat mengakses peraturan Mahkamah Agung
(Perma), Surat edaran mahkamah Agung (SEMA), Surat keputusan
Mahkamah Agung (SK-KMA) serta surat-surat lainnya dan
mengunduhnya dalam JDIH Mahkamah Agung.

e. Informasi tentang Organisasi, Administrasi, Kepegawaian dan


Keuangan.
Mahkamah Agung dan badan peradilan wajib mengumumkan
pedoman pengelolaan organisasi, administrasi, personel dan
keuangan pengadilan, standard dan maklumat pelayanan
pengadilan, profil pimpinan, hakim, pejabat struktural dan
fungsional serta seluruh pegawai, data statistik kepegawaian,
anggaran pengadilan serta unit pelaksana teknis serta laporan
keuangannya, surat-surat perjanjian yang dibuat oleh pengadilan,
surat-surat yang dibuat oleh pimpinan atau pejabat pengadilan
serta agenda kerja pimpinan pengadilan atau satuan kerja.
f. Informasi Lainya
Selain semua informasi yang telah disebutkan di atas
Mahkamah Agung dan badan peradilan juga wajib
mengumumkan semua informasi yang dipandang penting untuk
diketahui oleh publik, namun tidak termasuk informasi yang
dilindungi dan dikecualikan untuk disampaikan kepada publik,
salah satu informasi lainnya yang juga harus diberikan kepada
publik adalah terkait hasil penilaian dari setiap tahapan
seleksi proses penerimaan hakim dan atau pegawai di
lingkungan Mahkamah Agung dan badan peradilan.

3. Informasi yang Dikecualikan


Tidak semua informasi dapat disampaikan kepada publik, terdapat
beberapa kategori informasi yang dikecualikan dari kewajiban untuk
diumumkan kepada publik. Pasal 17 UU Nomor 14 tahun 2008 tentang
Keterbukaan Informasi Publik jo Point II huruf D SK KMA Nomor 1-
144/KMA/SKI/2011 informasi yang dikecualikan sebagai berikut :

a. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada


Pemohon dapat menghambat proses penegakan hukum;
Kategori informasi yang dapat menghambat proses
penegakkan hukum antara lain jika (1) menghambat proses
penyelidikan dan penyidikan suatu tindak pidana, (2)
mengungkapkan identitas informan, pelapor, saksi dan atau
korban yang mengetahui adanya tindak pidana, (3)
mengungkapkan data intelejen kriminal dan rencana-rencana
yang berhubungan dengan pencegahan dan penanganan segala
bentuk kejahatan transaksional, (4) membahayakan keselamatan
dan kehidupan penegak hukum dan/atau keluarganya dan/atau
(5) membahayakan keamanan peralatan, sarana, dan/atau
prasarana penegak hukum.
Petugas informasi dan PPID di lembaga peradilan harus
melakukan telaah terhadap informasi yang diminta oleh publik
apakah dalam informasi tersebut mengandung hal-hal yang

14
disebutkan diatas. Misalnya terhadap suatu perkara yang sedang
berjalan di pengadilan juga sedang dilakukan proses penyelidikan
dan penyidikan terhadap perkara yang lain atau tersangka yang
lain, sehingga jika dipandang bahwa informasi yang akan
diberikan tersebut akan menghambat proses penyelidikan
dan/atau penyidikan yang dilakukan, maka petugas informasi dan
PPID dapat menolak permintaan informasi tersebut dengan
menyampaikan alasan penolakannya kepada yang mengajukan
permintaan informasi.
Selain itu berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2006 sebagaimana
telah diubah dengan UU Nomor 31 tahun 2014 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, saksi dan korban dalam suatu
perkara yang disidangkan di pengadilan yang mendapatkan
perlindungan LPSK untuk tidak dipublikasikan identitasnya, baik
karena alasan keamanan maupun karena kedudukannya sebagai
saksi kunci dalam suatu tindak pidana tertentu, maka untuk
kepentingan perkara yang lainnya harus dirahasiakan agar tidak
menghambat proses penyidikan dan penyelidikan dalam perkara
lainnya.

b. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon


dapat mengganggu kepentingan perlindungan hak atas
kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha
tidak sehat;
Informasi yang dapat mengganggu kepentingan hak atas
kekayaan intelektual dan perlindungan dari persaingan usaha
antara lain adalah menyangkut rahasia merek dagang dari sebuah
perusahaan atau rahasia kekayaan dari suatu perusahaan yang
jika di publikasikan akan berdampak pada kerugian di pihak
perusahaan tersebut atau dapat dimanfaatkan oleh perusahaan
pesaing untuk melakukan perbuatan yang dapat merugikan
kepentingan perusahaan yang lain.

c. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada Pemohon


dapat membahayakan pertahanan dan keamanan negara;

15
Kategori informasi yang dapat membahayakan pertahanan
dan keamanan Negara antara lain:
1) informasi tentang strategi, intelijen, operasi, taktik dan teknik
yang berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan dan
keamanan negara, meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan
dan pengakhiran atau evaluasi dalam kaitan dengan ancaman
dari dalam dan luar negeri;
2) dokumen yang memuat tentang strategi, intelijen, operasi,
teknik dan taktik yang berkaitan dengan penyelenggaraan
sistem pertahanan dan keamanan negara yang meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan dan pengakhiran atau evaluasi;
3) jumlah, komposisi, disposisi, atau dislokasi kekuatan dan
kemampuan dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan
keamanan negara serta rencana pengembangannya;
4) gambar dan data tentang situasi dan keadaan pangkalan
dan/atau instalasi militer;
5) data perkiraan kemampuan militer dan pertahanan negara
lain terbatas pada segala tindakan dan/atau indikasi negara
tersebut yang dapat membahayakan kedaulatan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dan/atau data terkait kerjasama
militer dengan negara lain yang disepakati dalam perjanjian
tersebut sebagai rahasia atau sangat rahasia;
6) sistem persandian negara; dan/atau
7) sistem intelijen negara.

Sedangkan yang dimaksud dengan "Informasi yang terkait


dengan sistem pertahanan dan keamanan negara" dalam point a
di atas berdasarkan penjelasan Pasal 17 huruf c angka 1 UU Nomor
14 tahun 2008 adalah Informasi tentang:
1) infrastruktur pertahanan pada kerawanan: system komunikasi
strategis pertahanan, sistem pendukung strategis pertahanan,
pusat pemandu, dan pengendali operasi militer;
2) gelar operasi militer pada perencanaan operasi militer,
komando dan kendali operasi militer, kemampuan operasi
satuan militer yang digelar, misi taktis operasi militer, gelar
taktis operasi militer, tahapan dan waktu gelar taktis operasi

16
militer, titik-titik kerawanan gelar militer, dan kemampuan,
kerawanan, lokasi, serta analisis kondisi fisik dan moral
musuh;
3) sistem persenjataan pada spesifikasi teknis operasional alat
persenjataan militer, kinerja dan kapabilitas teknis operasional
alat persenjataan militer, kerawanan sistem persenjataan
militer, serta rancang bangun dan purwarupa persenjataan
militer;

d. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada


Pemohon dapat mengungkapkan kekayaan alam Indonesia;
Larangan untuk mempublikasikan informasi kekayaan alam
Indonesia adalah bagian perlindungan Negara terhadap sumber
daya alam dan kekayaan Indonesia dari eksploitasi Negara lain
tanpa ijin dari pemerintah Indonesia, sehingga jika informasi
tersebut terpublikasi secara luas dikhawatirkan pihak asing akan
mengekploitasi kekayaan alam Indonesia secara illegal diluar
kepentingan bangsa dan negara Indonesia.

e. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada


Pemohon dapat merugikan ketahanan ekonomi nasional;
Yang termasuk dalam kategori informasi yang dapat
merugikan ketahanan ekonomi nasional adalah jika sebuah
informasi berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut:
1) rencana awal pembelian dan penjualan mata uang nasional
atau asing, saham dan aset vital milik negara;
2) rencana awal perubahan nilai tukar, suku bunga, dan
model operasi institusi keuangan;
3) rencana awal perubahan suku bunga bank, pinjaman
pemerintah, perubahan pajak, tarif, atau pendapatan
negara/daerah lainnya;
4) rencana awal penjualan atau pembelian tanah atau properti;
5) rencana awal investasi asing;
6) proses dan hasil pengawasan perbankan, asuransi, atau
lembaga keuangan lainnya; dan/atau
7) hal-hal yang berkaitan dengan proses pencetakan uang

17
f. Informasi yang apabila dibuka dan diberikan kepada
Pemohon dapat merugikan kepentingan hubungan luar negeri;

Kategori informasi yang dapat berpotensi merugikan


kepentingan luar negeri adalah informasi yang mengungkapkan
tentang hal-hal sebagai berikut:
1) posisi, daya tawar dan strategi yang akan dan telah diambil oleh
negara dalam hubungannya dengan negosiasi internasional;
2) korespondensi diplomatik antarnegara;
3) sistem komunikasi dan persandian yang dipergunakan dalam
menjalankan hubungan internasional; dan/atau
4) perlindungan dan pengamanan infrastruktur strategis Indonesia
di luar negeri.

g. Informasi yang apabila diberikan kepada Pemohon


dapat mengungkapkan isi akta otentik yang bersifat pribadi
dan kemauan terakhir ataupun wasiat seseorang;
Informasi yang mengandung konten yang bersifat pribadi tidak
boleh diumumkan kepada publik tanpa persetujuan dari pihak
yang berkepentingan. Akta-akta yang bersifat privat seperti
perjanjian kawin, perjanjian waris, hibah dan wasiat merupakan
pernyataan yang bersifat pribadi dan hanya mengikat para pihak
yang mengikatkan dirinya dalam akta tersebut, sehingga tidak
menjadi bagian yang wajib diumumkan oleh pengadilan meskipun
akta otentik tersebut telah menjadi bukti di pengadilan.

h. Informasi yang apabila diberikan kepada Pemohon dapat


mengungkap rahasia pribadi;
Kategori informasi yang mengandung rahasia pribadi
seseorang tidak dapat diumumkan kepada publik tanpa
persetujuan orang tersebut, beberapa hal yang menyangkut
rahasia pribadi antara lain:
1) riwayat dan kondisi anggota keluarga;
2) riwayat, kondisi dan perawatan, pengobatan kesehatan fisik, dan
psikis seseorang;

18
3) kondisi keuangan, aset, pendapatan, dan rekening bank
seseorang;
4) hasil-hasil evaluasi sehubungan dengan kapabilitas,
intelektualitas, dan rekomendasi kemampuan seseorang;
dan/atau
5) catatan yang menyangkut pribadi seseorang yang
berkaitan dengan kegiatan satuan pendidikan formal dan
satuan pendidikan nonformal.

i. Memorandum atau surat-surat antara Pengadilan dengan


Badan Publik lain atau intra Pengadilan, yang menurut
sifatnya dirahasiakan yang apabila dibuka dapat secara serius
merugikan proses penyusunan kebijakan;
Ketentuan sebagaimana yang termuat pada butir i SK KMA
Nomor 1-144/SK/KMA/2011 dengan butir i Pasal 17 UU Nomor 14
tahun 2008 terdapat sedikit perbedaan dimana Mahkamah Agung
menambahkan frasa “yang apabila dibuka dapat secara serius
merugikan proses penyusunan kebijakan” dan menghilangkan
frasa “kecuali atas putusan Komisi Informasi atau pengadilan”.
Jika disimak maksudnya adalah suatu isi dalam memorandum
atau surat-surat kerjasama antara pengadilan dengan badan
publik lain atau yang bersifat internal namun mengandung sifat
rahasia dan menjadi dasar bagi pembentukan kebijakan di
pengadilan misalnya MoU antara pengadilan dengan pihak
kepolisian, kejaksaan, BNN atau KPK dalam upaya perbaikan
kinerja aparatur.

j. Informasi yang tidak boleh diungkapkan berdasarkan undang-


undang sesuai dengan perincian dan penjelasan sebagaimana
dimaksud Pasal 17 dan Pasal 18 Undang-Undang No.
14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik.
Kategori informasi yang diatur pada bagian ini adalah apa yang
disebutkan dalam ketentuan Pasal 17 tentang pengecualian atas
kewajiban penyampaian informasi dan ketentuan tentang
informasi yang tetap wajib disampaikan meskipun termasuk dalam
kategori informasi yang disebutkan dalam ketentuan Pasal 17 UU

19
Nomor 14 tahun 2008. Beberapa kategori informasi yang tetap
wajib diumumkan antara lain:
1) putusan badan peradilan;
2) ketetapan, keputusan, peraturan, surat edaran, ataupun bentuk
kebijakan lain, baik yang tidak berlaku mengikat maupun
mengikat ke dalam ataupun ke luar serta pertimbangan lembaga
penegak hukum;
3) surat perintah penghentian penyidikan atau penuntutan;
4) rencana pengeluaran tahunan lembaga penegak hukum;
5) laporan keuangan tahunan lembaga penegak hukum;
6) laporan hasil pengembalian uang hasil korupsi; dan/atau
7) informasi lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2)
UU Nomor 14 tahun 2008 yaitu tentang Informasi Publik yang
telah dinyatakan terbuka bagi masyarakat berdasarkan
mekanisme keberatan dan/atau penyelesaian sengketa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 48, Pasal 49, dan Pasal 50
dinyatakan sebagai Informasi Publik yang dapat diakses oleh
Pengguna Informasi Publik.

Informasi tentang isi akta otentik yang bersifat pribadi dan


kemauan terakhir ataupun wasiat serta Informasi yang dapat
mengungkap rahasia pribadi tetap dapat dipublikasikan dalam
hal:
▪ pihak yang rahasianya diungkap memberikan persetujuan
tertulis; dan/atau
▪ pengungkapan berkaitan dengan posisi seseorang dalam
jabatan-jabatan publik.

Berdasarkan ketentuan point D angka 2 Lampiran SK KMA


Nomor 1-144/SK/KMA/2011 yang termasuk dalam kategori
informasi yang dikecualikan untuk diumumkan kepada publik
antara lain:
1) Informasi dalam proses musyawarah hakim, termasuk
advisblaad;
2) Identitas lengkap hakim dan pegawai yang diberikan sanksi;
3) DP3 atau evaluasi kinerja individu hakim atau pegawai;

20
4) Identitas pelapor yang melaporkan dugaan pelanggaran
hakim dan pegawai;
5) Identitas hakim dan pegawai yang dilaporkan yang belum
diketahui publik;
6) Catatan dan dokumen yang diperoleh dalam proses mediasi di
pengadilan;
7) Informasi yang dapat mengungkap identitas pihak-pihak
tertentu dalam putusan atau penetapan hakim dalam perkara-
perkara tertentu.

Pengecualian terhadap sebagian informasi yang tidak dapat


diumumkan kepada publik dalam suatu salinan informasi, tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengecualikan akses publik
terhadap keseluruhan salinan informasi tersebut, artinya jika
dalam sebuah putusan terdapat data atau informasi yang tidak
boleh dipublikasikan, maka publik tidak boleh dihalangi untuk
mendapatkan informasi selain dari bagian yang dikecualikan
dalam salinan informasi tersebut
Kecuali terhadap informasi yang berkaitan dengan isi akta
otentik yang bersifat pribadi dan kemauan terakhir ataupun wasiat
serta Informasi yang dapat mengungkap rahasia pribadi
pengecualian pemberian informasi sebagaimana tersebut diatas
tidak berlaku untuk kepentingan pemeriksaan perkara pidana di
pengadilan melalui ijin presiden. Sedangkan untuk perkara perdata
yang berkaitan dengan keuangan dan kekayaan Negara, maka
informasi tersebut dapat dibuka atas permohonan ijin kepada
presiden yang dilakukan oleh Jaksa Agung sebagai pengacara
Negara, namun atas pertimbangan keamanan Negara maka
Presiden dapat menolak permintaan ijin tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai