Anda di halaman 1dari 9

PERAN PEMIMPIN DALAM PERWUJUDAN

VISI, MISI DAN TUJUAN ORGANISASI


Dosen Pengampu : Heylen Amildha Yanuarita, S.AP., M.Si

DISUSUN OLEH :
PATONI
NIM : 19215577

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

UNIVERSITAS KAADIRI

2022
PENDAHULUAN

Visi adalah pernyataan tujuan ke mana suatu organisasi akan dibawa, sebuah masa
depan yang lebih baik, lebih berhasil, atau lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi
sekarang. Visi juga merupakan bentuk ekspresi dari kekuatan usaha setiap orang dalam
suatu organisasi dalam mewujudkan apa yang menjadi harapan-harapan tersebut. Visi yang
kuat akan menuntun menuju kepemimpinan yang sukses, karena kepemimpinan yang
sukses merupakan kunci keberhasilan organisasi. Organisasi yang sukses adalah organisasi
yang mampu melahirkan pemimpin-pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki visi masa
depan, dan mampu menyejahterakan seluruh anggotanya.

Kepemimpinan berarti kemampuan mempengaruhi, memotivasi, mengajak, dan


mengarahkan orang lain kepada suatu tujuan yang telah ditentukan. Kepemimpinan tanpa
bawahan tidak memiliki makna apa-apa, sebaliknya bawahan tanpa adanya kepemimpinan
akan liar dan sesat. Kepemimpinan bukan sekedar pemberian otoritas dan wewenang dari
seorang pemimpin kepada bawahan, tetapi lebih pada proses pemberian wewenang tersbut
diberikan.

A. Peran Pemimpin dalam Pengejawantahan Visi

Setiap orang ketika masih duduk di bangku Sekolah Dasar pasti memiliki cita-cita,
keinginan, dan impian-impian yang akan diwujudkan kelak jika sudah dewasa. Ketika sudah
dewasa dan menjadi seorang pemimpin di suatu organisasi, kemudian bercita-cita ingin
merancang sebuah organisasi yang maju, profesional, dan mampu bersaing di tingkat
global, maka sebenarnya itulah yang dinamakan impian atau visi. Ilustrasi di atas walaupun
secara sederhana dan lebih bersifat individual, sebenarnya telah membawa pada
pendefinisian awal tentang apa yang disebut visi.

Visi adalah masa depan yang realistis, dapat dipercaya, dan menarik bagi organisasi.
Visi adalah pernyataan tujuan ke mana suatu organisasi akan dibawa, sebuah masa depan
yang lebih baik, lebih diinginkan dibandingkan dengan kondisi sekarang. Dengan kata lain,
visi sangat erat hubungannya dengan masa depan yang penuh dengan berbagai
kemungkinan yang lebih baik daripada sekarang. Visi juga merupakan bentuk ekspresi dari
kekuatan usaha setiap orang dalam suatu organisasi dalam mewujudkan apa yang menjadi
harapan-harapan tersebut.

Pengejawantahan visi yang dilakukan secara benar dari seorang pemimpin akan
menghasilkan komitmen dan membangkitkan motivasi yang tinggi kepada para bawahan
yang ada dalam suatu organisasi. Visi yang jelas dan benar akan menyadarkan setiap orang
mengenai peran dan fungsinya dalam suatu organisasi, baik langsung maupun tidak
langsung. Seorang pemimpin visioner, dapat dilihat dari kemampuannya mengejawantahkan
visi kepada seluruh anggota organisasi melalui kontribusi masing-masing terhadap
organisasi. Visi yang benar juga dapat memberikan arti filosofis kepada setiap individu
menyangkut pengabdian, kebanggaan, dan citra diri bawahan dalam mengenali siapa
dirinya dan siapa orang lain.

Visi seorang pemimpin akan menginspirasi bawahannya dalam melakukan tindakan


dan membentuk tentang masa depan. Pemimpin yang memiliki visi kuat, akan berdampak
dalam praktek pengejawantahan visi tersebut kepada seluruh orang-orang yang menjadi
bawahannya. Visi yang diciptakan oleh seorang pemimpin dengan dukungan kuat dari
seluruh elemen organisasi, akan menuntun kepada setiap orang dalam melakukan
aktivitasnya. Setiap aktivitas organisasi yang dituntun oleh visi, berorientasi masa depan

2
yang lebih baik, lebih berhasil, dan lebih diinginkan daripada kondisi saat ini akan
mempermudah peran pemimpin dalam mewujudkan tujuan-tujuan yang telah direncanakan.

Warren Bennis dan Burt Nanus dalam bukunya The Leader’s Edge: The seven Keys
to Leadership in Turbulent World (1989) menyatakan bahwa ciri-ciri kepemimpinan yang
efektif antara lain (1) seorang pemimpin sebagai pengemban tanggungjawab,
mengusahakan pelaksanaan tugas, memiliki

impian dan menterjemahkannya menjadi kenyataan. (2) Para pemimpin berusaha


menyatukan komitmen anggota-anggotanya, memberikan dorongan kepada mereka dan
mengubah organisasi menjadi suatu kesatuan baru yang memiliki kekuatan yang lebih besar
untuk bertahan hidup, tumbuh, dan berhasil. Dengan kata lain, kepemimpinan yang efektif
merupakan kekuatan bagi organisasi dalam mewujudkan kesejahteraan, baik kepada para
anggotanya maupun masyarakat secara luas.

Masih menurut Burt Nanus dalam Kepemimpinan Visioner (2001) dikatakan bahwa
para pemimpin yang efektif selalu mempunyai rencana, berorientasi pada hasil, senantiasa
mengadopsi visi-visi baru yang menantang tetapi bisa dijangkau, mengkomunikasikannya
visi-visi tersebut kepada seluruh anggotanya. Visi yang kuat akan menuntun menuju
kepemimpinan yang sukses, karena kepemimpinan yang sukses merupakan kunci
keberhasilan organisasi. Organisasi yang sukses adalah organisasi yang mampu melahirkan
pemimpin-pemimpin dengan komitmen kuat, memiliki visi masa depan, dan mampu
menyejahterakan seluruh anggotanya.

Kepemimpinan

Dalam memahami konsep kepemimpinan, perlu memahami beberapa hal. Menurut Maxwell
(1998) ada beberapa perbedaan di antara manajemen dan kepemimpinan, yaitu (a)
manajemen berbeda dengan kepemimpinan. Kepemimpinan adalah kegiatan mepengaruhi
orang lain untuk ikut, sedangkan manajemen terfokus pada pemeliharaan sistem dan
proses. (b) Wirausahawan tidak memerlukan kepemimpinan meskipun wirausahawan
memiliki kemampuan per-suasif, namun acapkali bebas dan kurang memenga-ruhi orang
lain seperti pemimpin. (c) Pemimpin
biasanya bukan orang yang paling banyak tahu dalam organisasi. (d) Kepemimpinan harus
dipahami sebagai bukan posisi atau jabatan yang dipegang.

Kotter (1996) mengatakan kepemimpinanlah yang melahirkan visi dan strategi, sedangkan
manajemen menurutnya melahirkan rencana, yaitu langkah-langkah spesifik dan jadwal
untuk meng-implementasikan strategi, dan anggaran yaitu rencana yang diterjemahkan
dalam proyeksi dan sasaran-sasaran keuanga. Stephen Covey menyitir pernyataan Bennis
dan Drucker yang menyatakan bahwa “management is concerned with doing this right”
sedangkan ―Leadership is concerned with doing the right thing (Covey, 1989). Memahami
dan mendalami masalah kepemimpinan mungkin sangat membingungkan. Meindl et al.
(1985) mengatakan ―The concept of leadership remains largely elusive and enigmatic” dan
kepemimpinan masih sangat ambigu baik dalam definisi maupun pengukuran (Pfeffer, 1977)

Kepemimpinan berasal dari kata “pemimpin” yakni orang yang dikenal oleh dan berusaha
mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya. Adapun secara terminologis, para
pakar memberikan beberapa rumusan. George R. Terry merumuskan kepemimpinan sebagai
kegiatan untuk mempengaruhi orang untuk bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan
bersama. Richard L. Daf (2005: 5) mendefinisikan kepemimpinan ( leadership) adalah suatu
pengaruh yang berhubungan antara para pemimpin dan pengikut ( followers). Kemudian

3
Gibson menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu upaya menggunakan pengaruh
untuk memotivasi orang-orang guna pencapaian suatu tujuan.

Masih berhubungan dengan pengaruh, Ken Blanchard yang dikutip oleh Marcelene caroselli
(2000: 9) menyatakan bahwa kunci untuk kepemimpinan hari ini adalah “pengaruh” bukan
“kekuasaan” selanjutnya ia mengatakan para pemimpin tahu bagaimana mempengaruhi
orang-orang dan membujuk mereka untuk suatu tuntutan pekerjaan yang tinggi.

Robbins (2003 : 40) menyatakan bahwa kepemimpinan ( leadership) adalah kemampuan


untuk mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sementara Stoner (1996 :
161) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan dan mempengaruhi
aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota kelompok. Dari definisi ini terdapat
empat implikasi penting, yaitu:

1. Kepemimpinan melibatkan orang lain–bawahan atau pengikut. Kesediaan merek


untuk menerima pengarahan dari pemimpin, akan membantu dalam menentukan
status atau kedudukan pemimpin dan membuat proses kepemimpinan dapat
berjalan. Tanpa bawahan, semua mutu atau kualitas kepemimpinan dari seorang
manajer menjadi tidak relevan.
2. Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin
dan anggota kelompok. Pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar
dan mempunyai wewenang untuk mengarahkan berbagai kegiatan dari anggota
organisasi.
3. Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai cara. Pemimpin tidak hanya
dapat memerintah bawahan ”apa” yang harus dilakukan, tetapi juga dapat
mempengaruhi ”bagaimana” bawahan akan melaksanakan perintahnya.
4. Kepemimpinan adalah mengenai ”nilai”. Seorang pemimpin harus memperhatikan
komponen moral dalam melaksanakan kepemimpinannya. Pemimpin harus dapat
menjadi contoh atau guru etika bagi para bawahan atau pengikutnya.

Variasi definisi mengenai kepemimpinan dinyatakan dengan tegas oleh Yukl (1989) bahwa,
“The term leadership means different things to different people. ” Yukl (1989) juga mengutif
dari tujuh penulis mengenai definisi leadership, satu diantaranya adalah dari Jacobs (1970),
yang mendefinisikan, “Leadership is an interaction between persons in which one presents
information of a short and in such a manner that the other becomes convinced that this out-
comes…will be improved if he behaves in the manner suggested or desired‖ (Yukl,
1989)Robbins (1997) mendefinisikan ―leadership is the notion that leaders are individuals
who, by their actions, facilitate the movement of a group of people toward a common or
share goals”.

Ini berarti kepemimpinan merupakan sebuah proses untuk memengaruhi orang lain atau
unit organisasi untuk mencapai tujuannya. Disamping itu, inti kepemimpinan sebenarnya
adalah melakukan hal yang benar. Pemimpin harus dapat menggerak-kan, memuaskan dan
menumbuhkan pengikut yaitu motivasi dan ‖menghidupkan‖ potensinya, juga harus mampu
menangani paradoks-paradoks dan menjelas-kan maknanya.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah usaha
untuk menggerakkan orang lain atau yang dipimpin agar dapat bekerja bersama-sama
menuju suatu tujuan yang diinginkan bersama dan dianggap penting. Tiga hal yang menjadi
ciri adanya kepemimpinan adalah pemimpin, pengikut dan konteks atau situasi menuju
tercapainya tujuan. Hal-hal yang menjadi pokok dalam kepemimpinan adalah: (1) perilaku

4
mengarahkan aktifitas, (2) aktifitas hubungan kekuasaan dengan anggota, (3) proses
komunikasi dalam mengarahkan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang spesifik, (4)
interaksi antar personel untuk mencapai hasil yang ditentukan, ( 5) melakukan inisiatif
dalam melakukan kegiatan dengan memelihara kepuasan kerja, ( 6) aktifitas organisasi
untuk meningkatkan prestasi, dan sebagainya.

Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinan ini, manajemen kepemimpinan sangat


diperlukan oleh suatu organisasi. Manajemen kepemimpinan adalah sebuah keahlian
berorganisasi yang terdiri dari ilmu manajemen dan leadership skill. Secara umum, bisa
diartikan sebagai keterampilan untuk mengatur suatu organisasi, yang dibarengi dengan
kemampuan untuk memimpin, mengarahkan, dan memotivasi, dengan cara yang efisien dan
efektif.

Istilah manajemen dan kepemimpinan memang sering dipertukarkan. Hal ini terjadi karena
aktivitas manajemen, yang mencakup perencanaan (planning), pengarahan (leading),
pengorganisasian (organizing), dan pengendalian (controlling), dianggap tidak berbeda
dengan aktivitas kepemimpinan. Namun John Kotter, dari Harvard Business School
mengemukakan pendapatnya bahwa manajemen berkenaan dengan mengatasi kerumitan,
sedangkan kepemimpinan berkenaan dengan mengatasi perubahan (Robbins, 2003).

Hal tersebut dapat dipertegas lagi bahwa kepemimpinan berkaitan dengan visi terhadap
masa depan, sedangkan manajemen berkaitan dengan mengimplementasikan visi dan
strategi yang disajikan oleh para pemimpin. Perbedaan kedua istilah tersebut dikemukakan
juga oleh Robert House dari Wharton School pada University of Pennsyulvania (Robbins,
2003).

Hal senada juga dikemukakan oleh Mullins (2005) yang menyatakan bahwa manajemen
berhubungan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh bawahannya. Sedangkan kepemimpinan lebih
menekankan pada komunikasi, memotivasi dan mendorong semangat bawahan agar
bertindak secara maksimal untuk suatu tujuan. Hollingsworth mengemukakan perbedaan
mendasar antara manajemen dan kepemimpinan (Mullins, 2005), yaitu: (1) Seorang
manajer melakukan tugas administrasi, sedangkan seorang pemimpin lebih pada inovasi (2)
Seorang manajer memelihara situasi yang ada, sedangkan seorang pemimpin bersifat
membangun untuk keperluan yang akan datang (3) manajer fokus pada sistem dan
struktur, sedangkan pemimpin fokus pada pelakunya (4) Seorang manajer melakukan
pengawasan, sedangkan pemimpin lebih pada membangun kepercayaan (5) Seorang
manajer melihat sesuatu yang detail, sedangkan pemimpin melihat secara keseluruhan (6)
Seorang manajer melakukan sesuatunya dengan benar dan tepat, sedangkan pemimpin
memilih langkah yang semestinya dilakukan.

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa kepemimpian cara kerjanya berbeda dengan
manajer dimana kepemimpinan sifat kerja lebih fleksibel dengan memberikan cara atau
dorongan yang lebih efektif dari sekedar melakukan pekerjaan yang sifatnya rutinitas.

Dalam konteks manajemen dan kepemimpinan, mungkin sekali terjadi kondisi yang mana
seorang pemimpin yang baik, namun merupakan manajer yang buruk sehingga perlu
dilengkapi oleh seorang manajer yang baik di dalam teamnya. Sebaliknya seorang pimpinan
yang buruk namun memiliki kemampuan manajerial yang baik sehingga belum tentu diikuti
oleh orang lain di organisasinya. Tanpa adanya saling melengkapi, seorang yang
kepemimpinannya lemah akan menghasilkan stagnasi, sedangkan seorang yang
manajemennya lemah akan menghasilkan konsep saja atau wacana tanpa kelancaran

5
aplikasinya. Eisenbach et al. (1999) mengkaji keterkaitan kepemimpinan, gaya manajemen,
dan perubahan organisasi, dan mengatakan bahwa “… change management depends on
leadership…”

Dalam kepemimpinan, terdapat tiga hal yang sangat penting yang berpengaruh dalam
melakukan tugas kepemimpinan. Ketiga hal tersebut antara lain;

1. Manajemen yang baik


2. Komunikasi yang baik
3. Kerja sama yang baik

Ketiga hal tersebut merupakan syarat dalam upaya memimpin orang lain demi tujuan yang
diharapkan. Kepemimpinan banyak dihubungkan dengan proses memengaruhi orang lain,
baik individu maupun orang-orang yang terdapat dalam suatu kelompok. Menurut John C.
Maxwell, inti dari kepemimpinan adalah untuk memengaruhi atau mendapatkan pengikut.

Pemimpin sebagai orang yang menjalankan tugas kepemimpinan harus memiliki


kemampuan dalam mengatur, mengarahkan, dan melayani orang-orang yang berada di
bawah kepemimpinannya. Hal ini karena kepemimpinan adalah kegiatan yang meliputi
proses memengaruhi dan memotivasi untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Pemimpin
berperan penting dalam hal pemecahan masalah. Jika bawahan kita berhenti membawa
permasalahan bisa jadi mereka mendapatkan keraguan terhadap kepemimpinan kita. Kita
harus dapat meyakinkan bawahan kita, bahwa kita mampu memimpin dengan baik dan
membuktikan bahwa kita adalah pemimpin yang dapat diandalkan.

Pemimpin adalah salah satu unsur pelaksana manajemen. Di dalam manajemen terdapat
beberapa hubungan keterlibatan pemimpin, antara lain;

a. Pemimpin selalu terlibat dengan pihak lain. sebagai makhluk sosial, kita pasti
melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Interaksi banyak terjadi terutama
dalam lingkungan organisasi. Dalam sebuah organisasi, pemimpin merupakan orang
yang paling banyak terlibat dengan banyak pihak, terutama para bawahannya. Para
bawahan adalah pihak yang menerima arahan dari pemimpin.
b. Seorang pemimpin berfungsi untuk menggugah semangat kerja bawahannya dengan
memberi motivasi. Cara ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas bawahanm
juga dalam meningkatkan kualitias produk dari pekerjaan yang dihasilkan karyawan.
c. Seorang pemimpin harus mempunyai integritas, bertanggung jawab, mempunyai
pengetahuan yang luas, percaya diri, mempunyai kepribadian yang baik atau jiwa
sosial yang baik, serta kemampuan meyakinkan orang lain dalam membangun
organisasi tersebut

Model kepemimpinan

Salah satu bagian terpenting dalam ilmu manajemen adalah menggunakan seni dalam
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan demikian maka,
seorang pemimpin dapat memberikan arahan kepada seseorang untuk melaksanakan suatu
pekerjaan secara tepat. Dalam ilmu manajemen pada umumnya, dikenal 3 (tiga) model
kepemimpinan. Ketiga model kepemimpinan ini sering kita lihat pada diri para pemimpin
dalam praktek sehari-hari dalam memanage kantor atau perusahaan. Masing-masing model
mempunyai warna tersendiri, ada yang timbulnya karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa,
ada juga timbulnya sangat erat hubungannya dengan sifat atau karakter dari seseorang itu

6
sendiri, bahkan ada yang timbul karena hasil dari proses pembelajaran. Ketiga model
kepemimpinan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan Karismatik adalah : Kepemimpinan yang berasal dari anugerah


Tuhan, yang mana pemimpin tersebut mempunyai kemampuan luar biasa, magnit
yang kuat dan adanya ketertarikan emosional yang kuat dari yang dipimpin kepada
pemimpinnya.
2. Kepemimpinan Transaksional adalah:
a. Kepemimpinan untuk mengendalikan bawahan dengan cara menggunakan
kekuasaan untuk mencapai hasil.
b. Mengelola bawahan dengan memberi reward dan punishment.
c. Biasa menerapkan transaksi yang saling menguntungkan dengan bawahan.
3. Kepemimpinan Transformasional adalah : Model kepemimpinan yang efektif dan
telah diterapkan di berbagai organisasi internasional yang mengelola hubungan
antara pemimpin dan pengikutnya dengan menekankan pada beberapa factor antara
lain perhatian (attention), komunikasi (communication), kepercayaan (trust), rasa
hormat (respect) dan resiko (risk).

Terdapat 8 (delapan) unsur dalam Kepemimpinan Transformasional yang berpengaruh bagi


seorang manajer atau leader (pemimpin) dalam mencapai tujuan organisasi. Kedelapan
unsur tersebut adalah sebagai berikut:

1. Budaya Organisasi. Adapun yang dimaksud dengan budaya organisasi disini adalah :
a. Nilai-nilai dominan yang didukung oleh organisasi
b. Norma-norma yang mengarahkan bagaimana para anggota seharusnyaberperilaku
c. Nilai-nilai tentang apa yang seharusnya ada dan diterapkan di dalam organisasi
2. Integrity. Pengertian secara sederhana dari integrity adalah mempertahankan tingkat
kejujuran dan etika yang tinggi dalam perkataan dan tindakan sehari-hari. Integrity
ini memiliki 4 level, yakni :
a. Dapat dipercaya ( sama dalam kata dan perbuatan ).
b. Sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya kebenarannya.
c. Konsisten menerapkan norma-norma yang ada.
d. Bertindak sesuai kode etik dan prinsip moral.
Intinya adalah kualitas untuk bertindak jujur dan memiliki prinsip moral yang kuat
3. Continuous Improvement
a. Perbaikan yang berkesinambungan ( terus menerus ) yang bertujuan untuk
peningkatan proses kerja organisasi, peningkatan kualitas, efisiensi, atau efektivitas .
b. Seorang pemimpin harus secara aktif mampu mendorong setiap bawahan untuk
melakukan peningkatan hasil dan proses kerja melalui perbaikan-perbaikan .
c. Mampu menciptakan lingkungan yang terus menerus melakukan perbaikan proses
kerja.
4. Continuous Learning
a. Pembelajaran berkesinambungan yakni belajar memperluas pengetahuan dan
ketrampilan baik melalui proses pembelajaran formal maupun informal.
b. Mampu memberi inspirasi kepada bawahan untuk mengembangkan pengetahuan
dan ketrampilan yang relevan dengan pekerjaan
c. Orang yang selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
sepanjang masa kerja.
5. Managing Others
a. Mengarahkan dan memimpin orang lain untuk mencapai sasaran dan tujuan
organisasi
b. Pemimpin ini mampu secara efektif mengelola dan mengarahkan kegiatan orang

7
lain
c. Mereka bekerja melalui orang lain untuk mencapai tujuan dan mendorong kinerja
melalui motivasi
d. Pemimpin ini memberi kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
atau melakukan tugas-tugas yang menantang ini terjadi saat orang yang
dipimpinnya sangat mampu dan termotivasi ( Laissez-Faire )
e. Mereka memiliki tipe pendidik dan pelatih.
6. Interpersonal Communication
a. Berkomunikasi secara jelas dan efektif dengan orang-orang di dalam dan di luar
organisasi
b. Menyampaikan informasi, pikiran, atau pendapat dengan jelas, singkat, dan tepat
serta menggunakan tata bahasa yang baik
c. Bersikap terbuka dan mendengarkan orang lain
d. Menyampaikan suatu informasi yang sensitif dan/atau rumit dengan cara
penyampaian dan kondisi yang tepat sehingga dapat dipahami pihak lain.
e. Menyampaikan informasi kepada pihak lain dengan cara-cara menarik dan mudah
dimengerti
7. Stakeholder Service
a. Stakeholder adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun di luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan
b. Stakeholder service adalah mengenali dan memahami kebutuhan pemangku
kepentingan ( stakeholders ) dan menyampaiakn hasil yang melebihi harapan
pemangku kepentingan
c. Orang ini cenderung memiliki keinginan untuk menyenangkan pemangku
kepentingan sebaik-baiknya dengan cara mengenali kebutuhan pemangku
kepentingan dan memastikan bahwa pemangku kepentingan akan merasa puas
d. Prinsip : Better, Faster, Newer, Cheaper, More Simple
8. Mengelola Bawahan. Dalam mengelola bawahan pada dasarnya terdapat 4 (empat)
tipe bawahan, yakni sebagai berikut : Tipe Konstruktif, Tipe Impulsif, Tipe Rutin,
Tipe Subversi
a. Tipe Bawahan Konstruktif: Berani mengemban tanggung jawab, dapat dipercaya,
mampu memahami dan menginterpretasikan keinginan atasan, tidak sekadar meniru
atasan, tetapi memiliki pemikiran kreatif, berpandangan kedepan, memiliki ambisi
serta tanggap terhadap berbagai situasi.
b. Bawahan Tipe Rutin: Tingkat kemampuan intelektual dan daya imajinasi di bawah
tipe konstruktif, kurang memiliki inisiatif, cenderung gamang jika tanpa petunjuk dan
arahan yang jelas, namun jika diarahkan dengan benar, ia dapat bekerja dengan
loyal dan sepenuh hati
c. Bawahan Tipe Impulsif: Cenderung mudah berubah mengikuti lingkungan (seperti
bunglon), melakukan tugas atas dasar suka atau tidak suka pada pimpinan, sangat
tidak imajinatif
d. Bawahan Tipe Subversif: Sulit dikontrol, tidak memiliki prinsip yang kuat,
cenderung memikirkan keuntungan pribadi, dapat menghalalkan berbagai cara untuk
mencapai keinginan ( misal: provokasi, menjilat, dsb)

Menurut Edwin A. Locke (1991) terdapat empat kunci untuk memimpin dengan sukses
yang ditunjukkan dalam model kepemimpinan. Empat kunci ini adalah:

1. Alasan dan sifat-sifat pemimpin/Motives dan traits.


2. Pengetahuan, keahlian, dan kemampuan /Knowledge, Skills, and Ability/KSAs
3. Visi
4. Implementasi dari visi

8
Kesimpulan

Seorang pemimpin merupakan unsur penting dalam menjalankan kehidupan


berorganisasi dengan memperhatikan kondisi para bawahannya. Sehingga pemimpin
tersebut dalam mengambil keputusan haruslah melibatkan peran serta para
bawahannya. Keputusan pelibatan bawahan tersebut sebagai upaya mengakomodir
ide-ide yang bersifat membangun demi tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu
patut dicermati bahwa di dalam organisasi terdapat budaya yang telah terbentuk
dalam rutinitas kehidupan berorganisasi.

Penempatan perilaku kepemimpinan sesuai budaya organisasi sangat penting


dalam rangka mengarahkan peilaku bawahan untuk penyelesaian tugas yang
berorientasi tujuan organisasi. Kehidupan berorganisasi juga menuntut
pemenuhankebutuhan individu secara komprehensif agar dapat bekerja secara
optimal. Maka dari itu motivasi yang bersifat membangun bagi para bawahan
diperlukan oleh seorang pemimpin sebagai wujud pengarahan terhadap individu agar
lebih bisa diajak bekerjasama dalam pencapaian tujuan organisasi secara efektif.

Kepemimpinan yang dilaksanakan di organisasi harus didukung dengan


adanya karakter kepemimpinan (leadership characters) yang kuat dan pelaksanaan
model kepemimpinan secara baik dan benar. Karakter dan prinsip kepemimpinan
tersebut kemudian apabila dibudayakan ke seluruh anak buah maka mereka akan
mereka memahami, menghayati, dan melakukannya sehingga akan dapat membentuk
iklim kepemimpinan (leadership climate) dalam organisasi. Iklim kepemimpinan ini
memungkinkan organisasi menjalankan siklus manajemen (planning, organizing,
actuating,dan controlling) secara efektif.Dengan demikian maka pencapaian tujuan
organisasi akan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan dengan hasil yang lebih
baik.

Anda mungkin juga menyukai