Anda di halaman 1dari 18

TUGAS MANAGEMEN DAN DOKUMENTASI KEBIDANAN

MAKALAH

“ Kalau Aku Menjadi Pemimpin”


Dosen pengampu : Prof. Dr. Dr. Nurdiana, M.Kes

NURUL FATHIYYAH
206070400111006

PROGRAM STUDI MAGISTER KEBIDANAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepemimpinan merupakan masalah yang penting bagi suatu kelompok atau
organisasi kelembagaan. Hal ini dikarenakan pemimpin merupakan salah satu faktor
yang sangat berpengaruh bagi keberhasilan suatu organisasi atau lembaga tersebut
mencapai tujuan. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mempengaruhi bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakan.
Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu bertahan dalam
keterpurukan sekalipun organisasi yang dipimpinnya, ketika organisasi berada pada
titik terendah maka pemimpin yang baik memposisikan sebagai alat organisasi yang
memberikan ketenangan, motivasi untuk bangkit dan plindung dari ketakutan
anggotanya. Persaingan dalam organisasi meperkuat kepemimpinanya untuk tidak
membawa perasaan destruktif tentang seseorang atau sekelompok orang yang
berupaya untuk menjatuhkannya. Kesalahan itu akan memperkecil arti keberadaan
bawahan yang merupakan teman dalam pekerjaan menjadi lawan dalam pekerjaan.
Prestasi diartikan menjadi percobaan untuk menjadi saingan dalam
kepemimpinanya.
Dikatakan dalam Buku Value Based Leadership oleh Asep Suryana (2012:
12) bahwa pemimpin pendidikan itu memiliki makna sebagai seorang Leader.
Leader adalah seorang yang dipandang memiliki kelebihan dari yang lainnya untuk
jangka panjang maupun jangka pendek dengan kewenangan dan kekuasan dalam
situasi tertentu.Leading adalah kegiatan dimana individuindividu atau kelompok
dipandang oleh satu atau lainnya untuk mengarahkan dalam pencapaian tujuan,
walaupun tujuan itu merupakan tujuan individu. Dalam konteks memimpin ini banyak
diantaranya anggota dari luar organisasi menjadi orang yang mengarahkan kegiatan
orang yang ada dalam organisasi (bias kepemimpinan).
Menjadi pemimpin yang baik merupakan harapan sebuah organisasi ataupun
kelompok tertentu yang memiliki visi dan misi. Namun, tidak jarang posisi strategis
sebagai pemimpin justru tidak menjalankan makna dari pemimpin itu sendiri saat
bertugas. Sehingga sering ditemukan pemimpin yang arogansi, semena-mena, tidak
menghargai, atau berperilaku tidak terpuji. Hal ini menjadi salah satu sebab utama
dalam sebuah organisasi maupun kelompok tidak dapat mencapai tujuan atau visi
misi organisasi, karena ketidak tepatan dalam kepemimpinan. Untuk mencapai visi
dan misi ataupun tujuan, sebuah kepemimpinan harus memiliki pemimpin yang
kooperatif, bijaksana, bertanggung jawab, cekatan, humanis, dan tetap berkomitmen
dengan anggota dalam menjalan kan tugas untuk mencapai visi misi walaupun
keadaan yang tidak memungkinan. Kesolidtan sebuah organisasi, kelompok,
maupun tim dimulai dari seorang pemimpin yang baik dan sesuai dengan
karakteristik pemimpin. Karena bawahan dari pemimpin, ataupun anggota akan
menjadikan pemimpin sebagai contoh atau panutan mereka dalam menjalankan
tugas. Inilah harapan kita setiap individu menjadi pemimpin yang baik mulai dari
menjadi pemimpin pada diri sendiri.
Dalam makalah ini, penulis merumuskan judul “ Jika Aku Menjadi Pemimpin”
yang mana didalam makalah ini penulis akan menjelaskan bagaimana menjadi
seorang pemimpin dari sudut pandang si penulis dan berbagai sumber otentik
tentang pemimpin yang baik didalam masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik dalam sebuah organisasi atau
kelompok ?
1.3 Tujuan
Menguraikan permasalahan terkait menjadi seorang pemimpin yang baik dalam
perspektif pribadi penulis dengan berdasarkan teori kepemimpinan
1.4 Manfaat
1.4.1 Sebagai salah satu opini terbuka dan bahan referensi keilmuan dalam
menjadi pemimpin yang baik didalam masyarakat untuk penulis sendiri
maupun untuk khalayak ramai
1.4.2 Sebagai bahan bacaan untuk penulis maupun masyarakat dalam
memperkaya ilmu dan referensi bacaan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kepemimpinan & Pemimpin


Menurut Kadarusman (2012) kepemimpinan (Leadership) dibagi tiga, yaitu: (1)
Self Leadership; (2) Team Leadership; dan (3) Organizational Leadership. Self
Leadership yang dimaksud adalah memimpin diri sendiri agar jangan sampai gagal
menjalani hidup. Team Leadership diartikan sebagai memimpin orang lain.
Pemimpinnya dikenal dengan istilah team leader (pemimpin kelompok) yang
memahami apa yang menjadi tanggung jawab kepemimpinannya, menyelami
kondisi bawahannya, kesediaannya untuk meleburkan diri dengan tuntutan dan
konsekuensi dari tanggung jawab yang dipikulnya, serta memiliki komitmen untuk
membawa setiap bawahannya mengeksplorasi kapasitas dirinya hingga
menghasilkan prestasi tertinggi. Sedangkan organizational leadership dilihat dalam
konteks suatu organisasi yang dipimpin oleh organizational leader (pemimpin
organisasi) yang mampu memahami nafas bisnis perusahaan yang dipimpinnya,
membangun visi dan misi pengembangan bisnisnya, kesediaan untuk melebur
dengan tuntutan dan konsekuensi tanggung jawab sosial, serta komitmen yang
tinggi untuk menjadikan perusahaan yang dipimpinnya sebagai pembawa berkah
bagi komunitas baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Menurut Crainer ada lebih dari 400 definisi tentang leadership (Mullins,
2005). Dari sekian banyaknya definisi tentang kepemimpinan, ada yang
menyebutkan kepemimpinan merupakan suatu kegiatan untuk memengaruhi orang
lain. Kepemimpinan merupakan suaru proses untuk memengaruhi aktivitas
kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan memeroleh kesepakatan pada
tujuan bersama. Kepemimpinan adalaah suatu upaya untuk mengarahkan orang
lain untuk mencapai tujuan tertentu. Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang
saling memengaruhi antara pemimpin dan pengikutnya. Walaupun cukup sulit
menggeneralisir, pada prinsipnya kepemimpinan (leadership) berkenaan dengan
seseorang memengaruhi perilaku orang lain untuk suatu tujuan. Tapi bukan berarti
bahwa setiap orang yang memengaruhi orang lain untuk suatu tujuan disebut
pemimpin.
Pengertian pemimpin menurut Suradinata (2007) adalah orang yang
memimpin kelompok dua orang atau lebih, baik organisasi maupun keluaga.
Menurut Winardi (2007), pemimpin terdiri dari pemimpin formal (formal
leader) dan pemimpin informal (informal leader). Pemimpin formal adalah seorang
(pria atau wanita) yang oleh organisasi tertentu (swasta atau pemerintah) ditunjuk
(berdasarkan surat-surat keputusan pengangkatan dari organisasi yang
bersangkutan) untuk memangku sesuatu jabatan dalam struktur organisasi
yang ada dengan segala hak dan kewajiban yang berkaitan dengannya untuk
mencapai sasaran-sasaran organisasi tersebut yang ditetapkan sejak semula
2.2 Prinsip – prinsip Kepemimpinan
Menurut Bernes dalam buku Prilaku Dalam Keorganisasian mengatakan
seorang pemimpin dalam tim kaizen memfokuskan perhatiannya pertama kepada
manusia baru kemudian pada hasilnya, sehingga tanggung jawab pemimpin
merupakan kebalikan dari tugas supervisor. Prinsip kepemimpinan kaizen menurut
Bernez dikemukakan dengan mempertimbangkan bahwa kaizen mengandung
sembilan prinsip (Nasharuddin, Erwati 2014), yaitu:
a. Mengadakan peningkatan secara terus menerus. Sudah menjadi sifat alamiah
suatu tugas dapat dilaksanakan secara sukses, maka kita pengalihan perhatian
pada suatu yang baru. Keberhasilan bukanlah suatu hasil akhir dari suatu
tugas, keberhasilan adalah suatu langkah maju berikutnya
b. Mengakui masalah secara terbuka. Keterbukaan sebagai kekuatan yang bisa
mengendalikan dan mengatasi berbagai masalah dengan cepat, dan juga sama
secepatnya dapat mewujudkan kemampuan.
c. Mempromosikan keterbukaan, bagi organisasi tradisional, ilmu pengetahuan
adalah kekuasaan pribadi. Tetapi bagi organisasi kaizen, ilmu adalah untuk
saling dibagikan dan hubungan komunikasi yang mendukungnya adalah
sumber efisiensi yang besar.
d. Menciptakan tim kerja. Dalam organisasi Kaizen tim adalah bahan bangunan
dasar yang membentuk struktur organisasi. Masing-masing karyawan secara
individual memberikan sumbangan berupa reputasi akan efisiensi, prestasi
kerja dan peningkatannya.
e. Memberikan proses hubungan kerja yang benar. Dalam organisasi kaizen tidak
menyukai hubungan yang saling bermusuhan dan penuh kontroversi yang
terjadi dalam perusahaan secara murni berpusat pada hal-hal yang memiliki
kultur yang saling menyalahkan.
f. Mengembangkan disiplin pribadi. Disiplin di tempat kerja merupakan sifat
alamiah dan menuntut pengorbanan pribadi untuk menciptakan suasana
harmonis dengan rekan sekerja di dalam tim dan prinsipprinsip utama
perusahaan, sehingga sifat-sifat individual yang terpenting bisa tetap terjaga.
g. Memberikan informasi pada karyawan. Informasi merupakan hal yang penting
dalam perusahaan kaizen. Para pemimpin dan para manajermengakui bahwa
karyawan tidak dapat diharapkan untuk berpartisipasi melebihi tugas sehari-hari
mereka.
h. Sebagai contoh tugas mereka dalam sistem sasaran perusahaan, siklus kaizen
atau siklus kualitas tim-tim proyek.
i. Memberikan wewenang pada setiap karyawan. Melalui pelatihan berbagai
keahlian, dorongan semangat, tanggung jawab, pengambilan keputusan, akses
sumber-sumber data dan anggaran, timbal balik reputasi perusahaan, dan
penghargaan, maka para karyawan kaizen memilih kekuatan untuk cara
memengaruhi urusan diri mereka sendiri dan urusan perusahaan.
2.3 Kriteria Seorang Pemimpin
Dalam buku pemimpin dan kepemimpinan dalam organisasi mengatakan
Seorang pemimpin dalam suatu organisasi harus memiliki kriteria tertentu layaknya
seorang pemimpin yang sejati kriteria tersebut (Rivai Vietzal dkk, 2013) yaitu;
a. Pengaruh; seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang– orang yang
mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pimpinan. Pengaruh itu
menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang ain tunduk pada apa
yang dikatakan sang pemimpin.
b. Kekuasaan/power; seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena
ia memiliki kekuasaan yang membuat orang lain menghargai keberadaannya.
Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin tentunya tidak
ada orang yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan dan kekuatan yang
dimiliki seorang pemimpin ini menjadikan orang lain akan tergantung pada apa
yang dimiliki seorang pemimpin, tanpa itu ia tidak akan bisa berbuat apa-apa.
Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme,
dimana kedua belah pihak merasa saling diuntungkan.
c. Wewenang; wewenang disini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan
kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan
suatu hal/ kebijakan. Wewenang disini juga dapat dialihkan kepada karyawan
oleh pimpinan apabila pemimpin percaya bahwa karyawan tersebut mampu
melaksanakan tugas dan tanggung jawab dengan baik, sehingga karyawan
diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari segi
sang pemimpin.
d. Pengikut ; seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan / power dan
wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki
pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan mengikuti apa
yang dikatakan pemimpin
2.4 Sifat- Sifat Kepemimpinan
Menurut George R Terry dalam buku Manajemen sumber daya manusia
mengatakan ada beberapa sifat penting dalam kepemimpinan, sifat-sifat tersebut
dalam( Rivai Vietzal dkk, 2013) adalah
a. Energi
Untuk tercapainya kepemimpinan yang baik memang diperlukan energi yang
baik pula, jasmani maupun rohani. Seorang pemimpin harus sanggup bekerja
dalam jangka panjang dan dalam waktu yang tidak tertentu. Sewaktu-waktu
dibutuhkan tenaganya, ia harus sanggup melaksanakannya mengingat
kedudukannya dan fungsinya. Karena itu kesehatan fisik dan mental benar-
benar diperlukan bagi seorang pemimpin.
b. Memiliki stabilitas emosi
Seorang pemimpin yang efektif harus melepaskan dari purbasangka,
kecurigaan terhadap bawahan-bawahannya. Sebaliknya ia harus tegas,
konsekuen dan konsisten dalam tindakan-tindakannya, percaya diri sendiri dan
memiliki jiwa sosial terhadap bawahannya.
c. Motivasi pribadi
d. Keinginannya untuk memimpin harus datang dari dorongan batin pribadinya
sendiri, dan bukan paksaan dari luar dirinya. Kekuatan dari luar hanya bersifat
stimulus saja terhadap keinginankeinginan untuk menjadi pemimpin. Hal
tersebut tercermin dalam keteguhan pendiriannya, kemauan yang keras dalam
bekerja dan penerapan sifat-sifat pribadi yang baik dalam pekerjaannya.
e. Kemahiran mengadakan komunikasi
Seorang pemimpin harus memiliki kemahiran dalam menyampaikan gagasan
baik secara lisan maupun tulisan. Hal ini sangat penting bagi pemimpin untuk
mendorong maju bawahan, memberikan atau menerima informasi bagi
kemajuan organisasi dan kepentingan bersama.
f. Kecakapan mengajar
Sering kita dengar bahwa seorang pemimpin yang baik pada dasarnya adalah
seorang guru yang baik. Mengajar adalah jalan yang terbaik untuk memajukan
orang-orang atas pentingnya tugas-tugas yang dibebankan atau sebagainya.
g. Kecakapan sosial
Seorang pemimpin harus mengetahui benar tentang bawahannya. Ia harus
mempunyai kemampuan untuk bekerja sama dengan bawahan, sehingga
mereka benar-benar memiliki kesetiaan bekerja di bawah kepemimpinannya.
h. Kemampuan teknis
Meskipun dikatakan bahwa Semakin tinggi tingkat kepemimpinan seseorang,
makin kurang diperlukan kemampuan teknis ini, karena lebih mengutamakan
manajerial skillnya, namun sebenarnya kemampuan teknis ini diperlukan juga.
Karena dengan dimilikinya kemampuan teknis ini seorang pemimpin akan lebih
udah dikoreksi bila terjadi suatu kesalahan pelaksanaan tugas (Martoyo, Susilo,
2000)
2.5 Peran Kepemimpinan
Menurut Burt Nanus yang dikutip lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Manajemen Jakarta . Seorang pemimpin diharapkan dapat berperan sebagai
berikut (Ardana, Komang, 2009) :
a. Pemberi arah Seorang pemimpin diharapkan mampu memberi pengarahan,
sehingga dapat diketahui sampai sejauh mana efektifitas maupun efisiensi
pelaksanaan dalam upaya pencapaian tujuan.
b. Agen Perubahan Seorang pemimpin sebagai katalisator perubahan pada
lingkungan eksternal. Untuk itu, pemimpin harus mampu mengantisipasi
perkembangan dunia luar, serta menganalisis implikasinya terhadap organisasi,
menetapkan visi yang tepat untuk menjawab hal yang utama dan prioritas atas
perubahan tersebut, mempromosikan penelitian, serta memberdayakan
karyawan menciptakan perubahan-perubahan yang penting.
c. Pembicara Pemimpin sebagai pembicara ahli, pendengar yang baik, dan
penentu visi organisasi merupakan penasihat negosiator organisasi dari pihak
luar, agar memperoleh informasi dukungan, ide dan sumberdaya yang
bermanfaat bagi perkembangan organisasi.
d. Pembina Pemimpin adalah pembina tim yang memberdayakan individuindividu
dalam organisasinya dan mengarahkan prilaku mereka sesuai visi yang telah
dirumuskan. Dengan kata lain ia berperan sebagai mentor, yang menjadikan
visi menjadi realitas.
2.6 Gaya dan Tipe Kepemimpinan
Secara leksikal, kata gaya dapat diartikan sebagai sikap, gerakan: irama dan
lagu; ragam; cara dalam melakukan gerakan dalam olahraga; lagak lagu, tingkah
laku;sikap elok, gerak-gerik yang bagus (KBBI, 2002). Dengan demikian, gaya
kepemimpinan yang dimaksud adalah teori kepemimpinan dari pendekatan prilaku
pemimpin. Dari satu segi, pendekatan ini masih difokuskan lagi pada gaya
kepemimpinan(leadership style), sebab gaya kepemimpinan bagian dari
pendekatan prilaku pemimpin yang memusatkan perhatian pada proses dinamika
kepemimpinan dalam usaha mempengaruhi aktivitas individu untuk mencapai suatu
tujuan dalam suatu situasi tertentu .
Namun gaya kepemimpinan, pada dasarnya mengandung pengertian sebagi
suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut
kemampuannya dalam memimpin yang dapat mempengaruhi bawahannya.
Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
E. Mulyasa. Ia menyatakan bahwa cara yang dipergunakan pemimpin dalam
mempengaruhi para pengikutnya tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan
(Mulyasa E, 2004).
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat
diterangkan sebagai tiga aliran teori:
a. Teori Genetis
(Keturunan) Inti dari teori menyatakan bahwa “leader are born and nor made”
(pemimpin itu dilahirkan bakat bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
menengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin
karena telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan
bagaimana pun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi
pemimpin, kelak ia akan muncul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir,
secara filosofis, pandangan inti tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitas.

b. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, teori ini pun
ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “ leader are
made and not born” ( pemimpin itu dibuat/ dididik bukan kodrat). Jadi teori ini
kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini menengahkan pendapat
yang mengatakan bahwa setiap orang bisa jadi pemimpin apabila diberikan
pendidikan dan pengalaman yang cukup (IBID). Satu pertanyaan penting yang
dapat diajukan dalam konteks ini adalah apakah sifat-sifat yang membuat
seseorang itu sehingga menjadi pemimpin ? teori awal tentang gaya ini dapat
ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Ketika itu, orang
percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori the great man
mengatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin, ia akan
menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat
sebagai pemimpin. Salah satu contoh dalam sejarah ini adalah Napoleon. Ia
dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin yang
menjadikannya pemimpin besar pada setiap situasi.
c. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak mengandung kebenaran. Oleh karena itu,
sebagai reaksi kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya menekankan bahwa seseorang hanya
akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikemabangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih
lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu
sehingga dapat dikatakan teori yang paling mendekati kebenaran. Sehingga
demikian, penelitian yang jauh lebih dalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok
pemimpin yang baik.
Menurut Vietzal Rivai dalam buku Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi
mengatakan ada beberapa teori yang mendukung dari diri seorang pemimpin, teori
tersebut antara lain adalah (Rivai, Veithzal, 2003) ;
a. Teori Sifat
Teori sifat merupakan teori yang menjelaskan Sifat-sifat yang melekat dalam
diri seorang pemimpin yang akan mewarnai tingkah laku, perbuatan, tindakan
dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sifat merupakan tumpuan dan
modal dasar untuk memberikan energi dalam kepemimpinannya. Pemimpin
dapat mencapai efektifitas dengan mengembangkan sifat- sifat yang dimiliki
b. Teori Prilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa
bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan
seseorang. Dan mereka menemukan sifatsifat, mereka meneliti pengaruhnya
pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. Pada suatu proses
kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan gaya
kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan,
menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi dan kondisi
supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan
organisasi.
c. Teori kepemimpinan situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan
pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.
Pada fakta riilnya, gaya kepemimpinan yang efektif ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Gaya Instruktif
Penerapannya pada bawahan yang masih bertugas. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan instruktif ini adalah sebagai berikut: 1). Memberi pengarahan
secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan. 2).
Kegiatan lebih diawasi secara ketat. 3). Kadar direktif tinggi. 4). Kadar
semangat rendah. 5). Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai. 6).
Kemampuan motivasi rendah. 7). Tingkat kematangan bawahan rendah.
b. Gaya Konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memilki kemampuan tinggi namun
kemauan rendah. Ciri-cirinya dalah sebagai berikut: 1). Kadar direktif rendah.
2). Semangat tinggi. 3). Komunikasi dilakukan secara timbal balik. 4). Masih
memberikan pengarahan yang spesifik. 5). Pimpinan secara bertahap
memberikan tanggung jawab kepada pegawai walaupun masih dianggap belum
mampu. 6). Tingkat kematangan bawahan rendah ke sedang.
c. Kepemimpinan parsipatif
Kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas,
dan nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada
anggota tim untuk mengembangkan starategi dan pemecahannya. Tugas
pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi
yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa karyawan akan lebih
siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan, dan strategi di mana
mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Kritik pada pendekatan ini
bahwa bahwa pembentukan konsensus banyak membuang waktu dan hanya
berjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap
kepentingan utama organisasi.
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Contoh kasus dan permasalahan dalam kepempimpinan


Kasus

Bidan Z baru saja dipindahkan ke puskesmas A dan diberikan amanah menjabat


sebagai bidan koordinator. Bidan Z sebelumnya sudah mencari-cari informasi
bagaimana situasi dan kondisi wilayah kerjanya yang baru. Pada bulan pertama
bidan Z bertugas, bidan Z mendapatkan begitu banyak kritik terkait pelayanan dan
program KIA yang sebelumnya merupakan program lanjutan dari bidan koordinator
sebelumnya. Selain itu bidan Z juga mendapatkan begitu banyak administrasi yang
tidak baik pada bidang kebidanan yang dipimpinannya sehingga kepala puskesmas
berharap semua permasalahan administratif dalam selesai dalam waktu 1 bulan
karena mereka akan dikunjungi oleh pihak dinkes setempat dalam rangka audit
rutinan puskesmas. Dan dari hasil pengamatan bidan Z, para bidan-bidan
dipuskesmas tersebut lebih banyak bersifat pasif, semangat rendah dan sedikti tidak
peduli pada managemen puskemas. Menurut bidan Z yang baru saja pindah tugas,
dan baru sebulan bekerja ini merupakan tantangan besar dan berat namun harus
diselesaikan dengan baik.

3.2 Analisis Penyelasaian Masalah Dalam Menjadi Pemimpin Yang Baik

Menjadi pemimpin yang baik akan membawa kepemimpinan yang baik.


Hubungan antara pemimpin dan anggota harus didasari dengan persamaan tujuan,
persamaan presepsi, komitmen bekerja dan saling menghargai.

Seperti yang dijelaskan pada bab 2, bahwa gaya dan tipe kepemimpinan sangat
beragam dan memiliki sisi unggul disetiap gaya kepemimpinan itu sendiri. Dalam
hal ini, bidan Z dapat menggunakan tipe kepemimpinan situasional dan tipe
kepemimpinan demokratis (partisipatif), yang dengan mengkombinasikan kedua tipe
kepemimpinan ini bidan Z dapat mencapai tujuan dalam program kinerja.
Langkah-langkah dalam pengaplikasian tipe kepimpinan situasional pada
permasalahan bidan Z sebagai berikut :

1. Tipe kepemimpinan situasional diharapkan dapat membangun karakter bidan Z


dalam memimpin anggotanya, yaitu secara tepat melihat situasi dan kondisi
disekitarnya. Bidan Z mampu bertindak secara tepat kapan bersikap memaksa,
dan kapan bersikap moderat. Pada permasalahan bidan Z, yang merupakan
bidan koordinator baru harus membangun hubungan yang baik dengan anggota.
Dalam hal ini bidan Z dapat melakukan pendekatan dengan anggota secara
pasif maupun aktif dalam rangka mengenali karakter anggota, sehingga dapat
menentukan langka dalam pemberian tugas ataupun mudah dalam
menyamakan presepsi
2. Untuk melakukan pendekatan dengan anggota bidan Z dapat melakukan
pendekatan terlebih dahulu dengan kepala puskesmas dan pihak- pihak yang
dirasa memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap anggotanya
2 Bidan Z dapat melakukan pertemuan awal dengan para anggotanya, untuk
membangun kerjasama dan menyamakan presepsi dalam mencapai tujuan.
Bidan Z memberikan kesempatan untuk semua anggota memberikan pendapat,
kritik maupun keluhan baik tentang program puskesmas, pekerjaan maupun
kekurangan dari puskesmas dan dirinya sebagai pemimpin.
3. Dalam proses membangun hubungan diatas, bidan Z dan mengkombinasi tipe
kepempinan demokratis dimana bidan Z menciptakan hubungan yang hangat,
terbuka, tidak memiliki jarak, adi, bijaksana, mawas diri, tidak sombong dan
selalu menerima kritik dan saran. Baik yang bersifat baik maupun yang buruk.
4. Setelah berproses dalam membangun hubungan yang baik, bidan Z dapat
secara berdampingan membangun semangat para anggota dan memberikan
edukasi sosial sebagai tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas. Dapat
memberikan reward ataupun pujian pada anggota yang sudah berupaya
memberikan pelayanan walaupun masih banyak keadaan yang perlu diperbaiki
5. Bidan Z dalam hubungan timbal balik, harus tetap mengambil sikap tegas, yaitu
pada kondisi pembagian tugas dalam perbaikan adminitrasi pada permasalahan
diatas. Yang artinya para anggota dapat menyerap dengan baik apa yang
disampaikan bidan Z terkait program, dan menjalankan tugas dengan baik dan
penuh rasa tanggung jawab. Selain itu para anggota menyadari konsekuensi
sosial apabila tidak melakukan tugas sesuai tanggung jawab masing-masing
6. Memberikan ruang pada anggota untuk berkonsultasi, maupun meminta saran
pada bidan Z dalam tugas yang diemban, agar jika ditemukan permasalahan
saat anggota mengerjakan tugas, bidan Z dapat segera mengkoreksi dan
memberikan solusi terbaik. Ini juga merupakan langkah efektif guna
mengantispasi waktu target yang singkat dan banyaknya tugas yang harus
diselesaikan
7. Melakukan evaluasi rutin pada setiap sub tugas yang diberikan pada anggota,
dengan rapat informal agar semua anggota dapat secara luwes memberikan
saran dan masukkan. Bidan Z diharapkan dapat menciptakan suasana
perkumpulan yang hangat dan relaks agar semua anggota dapat secara aktif
memberikan masukan dans saran.
Dari langkah-langkah diatas bidan Z dapat mengevaluasi apakah tipe
kepemimpinan siatuasional dan demokratis tersebut berjalan baik dan
memberikan efek positif. Dalam hal ini penulis berpendapat bahwa tipe
kepemimpinan dapat diambil dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi
lingkungan yang akan dipimpin. Dalam hal ini lingkungan pada permasalahan
diatas memiliki beberapa masalah, namun anggota yang dipimpin masih dalam
batas cukup untuk diberikan support dan inovasi dalam bekerja dan menggali
semangat pada pribadi anggota dalam menjalankan tugas. Kegiatan-kegiatan
yang dilakukan juga dapat mengeksplor kemampuan dan cara berfikir anggota
yang awalnya bersikap tidak acuh untuk lebih peduli dan bertanggung jawab.
Dan sikap tegas harus tetap ditegakkan pada momen-momen yang dalam
pertimbangan dapat merugikan berbagai pihak dan organisasi demi tercapainya
tujuan yang baik dalam bertugas.
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pemimpin adalah orang yang dipilih dalam jabatan tertentu untuk melakukan
tugas sesuai dengan hak dan kewajibannya. Pemimpin dapat bersifat pemimpin
pada dirinya sendiri, pemimpin pada suatu tim dan pemimpin pada suatu organisasi.
Pemimpin yang baik akan bersikap dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik.
Dimana seorang memimpin anggotanya dengan memahami situasi dan kondisi
lingkungannya. Pemimpin dapat membaca kondisi dengan cepat dan benar,
memahami karakter anggota, menjunjung tinggi nilai kejujuran, komitmen dan
bertanggung jawab. Dalam kepemimpinan baik, penulis sangat setuju dengan gaya
kepemimpinan yang situasional dan demokratis, dimana pemimpin dapat bersikap
dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekitar, kapan bersikap tegas dan kapan
bersikap moderat. Untuk membangun hubungan yang baik dengan anggota, dapat
kita gunakan gaya kepemimpinan demokratis dimana sebagai pemimpin kita terbuka
dalam menerima kritik dan saran, suportif, mawas diri dan memberikan kesempatan
terbuka pada anggota dalam memberikan opini-opininya. Sehingga dari kombinasi
gaya kepemimpinan ini, diharapakan pemimpin menjadi karakter yang kuat dalam
memanagemen anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA

Nasharuddin Baidan & Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2014, h. 127
Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013,hlm.21
Susilo Martoyo, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta, BPFE, 2000,h. 184-
186
Suryana, Asep. (2012). Value-Based Leadership.,Nurani: Bandung
Usman Effendi, Asas Manajemen, Jakarta; PT Raja Grafindo,2011,h.188-189 26
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi,
Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009, h.101-102
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi, h.
106-107
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, PT Grafindo
persada,2003, h.10-11 29 29
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi, h.90
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
hlm. 340
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,
( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 107
Op.Cit., hlm. 52
Adiningsih, Sri dan Kadarusman. 2008. Teori Ekonomika Mikro. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Mullins, Orville, Larreche dan Boyd. 2005. Marketing Management : A Strategic,
Decision Making Approach

Ermaya Suradinata, Pemimpin dan Kepemimpinan Pemerintah, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta, 2007.
Winardi, J., 2007. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. Jakarta:
RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai