MAKALAH
NURUL FATHIYYAH
206070400111006
b. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, teori ini pun
ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “ leader are
made and not born” ( pemimpin itu dibuat/ dididik bukan kodrat). Jadi teori ini
kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini menengahkan pendapat
yang mengatakan bahwa setiap orang bisa jadi pemimpin apabila diberikan
pendidikan dan pengalaman yang cukup (IBID). Satu pertanyaan penting yang
dapat diajukan dalam konteks ini adalah apakah sifat-sifat yang membuat
seseorang itu sehingga menjadi pemimpin ? teori awal tentang gaya ini dapat
ditelusuri kembali pada zaman Yunani kuno dan zaman Roma. Ketika itu, orang
percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori the great man
mengatakan bahwa seorang yang dilahirkan sebagai pemimpin, ia akan
menjadi pemimpin, apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat
sebagai pemimpin. Salah satu contoh dalam sejarah ini adalah Napoleon. Ia
dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin yang
menjadikannya pemimpin besar pada setiap situasi.
c. Teori Ekologis
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak mengandung kebenaran. Oleh karena itu,
sebagai reaksi kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang
disebut teori ekologis ini pada intinya menekankan bahwa seseorang hanya
akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat
kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikemabangkan melalui pendidikan
yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih
lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu
sehingga dapat dikatakan teori yang paling mendekati kebenaran. Sehingga
demikian, penelitian yang jauh lebih dalam masih diperlukan untuk dapat
mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok
pemimpin yang baik.
Menurut Vietzal Rivai dalam buku Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi
mengatakan ada beberapa teori yang mendukung dari diri seorang pemimpin, teori
tersebut antara lain adalah (Rivai, Veithzal, 2003) ;
a. Teori Sifat
Teori sifat merupakan teori yang menjelaskan Sifat-sifat yang melekat dalam
diri seorang pemimpin yang akan mewarnai tingkah laku, perbuatan, tindakan
dan keputusan-keputusan yang diambilnya. Sifat merupakan tumpuan dan
modal dasar untuk memberikan energi dalam kepemimpinannya. Pemimpin
dapat mencapai efektifitas dengan mengembangkan sifat- sifat yang dimiliki
b. Teori Prilaku
Di akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa
bagaimana perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan
seseorang. Dan mereka menemukan sifatsifat, mereka meneliti pengaruhnya
pada prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. Pada suatu proses
kepemimpinan berlangsung, seorang pemimpin mengaplikasikan suatu gaya
kepemimpinan tertentu. Gaya kepemimpinan yang efektif merupakan gaya
kepemimpinan yang dapat mempengaruhi, mendorong, mengarahkan,
menggerakkan orang-orang yang dipimpin sesuai dengan situasi dan kondisi
supaya mereka mau bekerja dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan
organisasi.
c. Teori kepemimpinan situasional
Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin
memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan gaya kepemimpinan tertentu. Pendekatan ini mensyaratkan
pemimpin untuk memiliki keterampilan diagnostik dalam perilaku manusia.
Pada fakta riilnya, gaya kepemimpinan yang efektif ada tiga, yaitu sebagai
berikut:
a. Gaya Instruktif
Penerapannya pada bawahan yang masih bertugas. Adapun ciri-ciri gaya
kepemimpinan instruktif ini adalah sebagai berikut: 1). Memberi pengarahan
secara spesifik tentang apa, bagaimana, dan kapan kegiatan dilakukan. 2).
Kegiatan lebih diawasi secara ketat. 3). Kadar direktif tinggi. 4). Kadar
semangat rendah. 5). Kurang dapat meningkatkan kemampuan pegawai. 6).
Kemampuan motivasi rendah. 7). Tingkat kematangan bawahan rendah.
b. Gaya Konsultatif
Penerapannya pada bawahan yang memilki kemampuan tinggi namun
kemauan rendah. Ciri-cirinya dalah sebagai berikut: 1). Kadar direktif rendah.
2). Semangat tinggi. 3). Komunikasi dilakukan secara timbal balik. 4). Masih
memberikan pengarahan yang spesifik. 5). Pimpinan secara bertahap
memberikan tanggung jawab kepada pegawai walaupun masih dianggap belum
mampu. 6). Tingkat kematangan bawahan rendah ke sedang.
c. Kepemimpinan parsipatif
Kepemimpinan ini juga dikenal dengan istilah kepemimpinan terbuka, bebas,
dan nondirective. Orang yang menganut pendekatan ini hanya sedikit
memegang kendali dalam proses pengambilan keputusan. Ia hanya menyajikan
informasi mengenai suatu permasalahan dan memberikan kesempatan kepada
anggota tim untuk mengembangkan starategi dan pemecahannya. Tugas
pemimpin adalah mengarahkan tim kepada tercapainya konsensus. Asumsi
yang mendasari gaya kepemimpinan ini adalah bahwa karyawan akan lebih
siap menerima tanggung jawab terhadap solusi, tujuan, dan strategi di mana
mereka diberdayakan untuk mengembangkannya. Kritik pada pendekatan ini
bahwa bahwa pembentukan konsensus banyak membuang waktu dan hanya
berjalan bila semua orang yang terlibat memiliki komitmen terhadap
kepentingan utama organisasi.
BAB 3
PEMBAHASAN
Seperti yang dijelaskan pada bab 2, bahwa gaya dan tipe kepemimpinan sangat
beragam dan memiliki sisi unggul disetiap gaya kepemimpinan itu sendiri. Dalam
hal ini, bidan Z dapat menggunakan tipe kepemimpinan situasional dan tipe
kepemimpinan demokratis (partisipatif), yang dengan mengkombinasikan kedua tipe
kepemimpinan ini bidan Z dapat mencapai tujuan dalam program kinerja.
Langkah-langkah dalam pengaplikasian tipe kepimpinan situasional pada
permasalahan bidan Z sebagai berikut :
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pemimpin adalah orang yang dipilih dalam jabatan tertentu untuk melakukan
tugas sesuai dengan hak dan kewajibannya. Pemimpin dapat bersifat pemimpin
pada dirinya sendiri, pemimpin pada suatu tim dan pemimpin pada suatu organisasi.
Pemimpin yang baik akan bersikap dengan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik.
Dimana seorang memimpin anggotanya dengan memahami situasi dan kondisi
lingkungannya. Pemimpin dapat membaca kondisi dengan cepat dan benar,
memahami karakter anggota, menjunjung tinggi nilai kejujuran, komitmen dan
bertanggung jawab. Dalam kepemimpinan baik, penulis sangat setuju dengan gaya
kepemimpinan yang situasional dan demokratis, dimana pemimpin dapat bersikap
dengan memperhatikan situasi dan kondisi sekitar, kapan bersikap tegas dan kapan
bersikap moderat. Untuk membangun hubungan yang baik dengan anggota, dapat
kita gunakan gaya kepemimpinan demokratis dimana sebagai pemimpin kita terbuka
dalam menerima kritik dan saran, suportif, mawas diri dan memberikan kesempatan
terbuka pada anggota dalam memberikan opini-opininya. Sehingga dari kombinasi
gaya kepemimpinan ini, diharapakan pemimpin menjadi karakter yang kuat dalam
memanagemen anggotanya.
DAFTAR PUSTAKA
Nasharuddin Baidan & Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2014, h. 127
Vietzal Rivai, Bahtiar dan Boy Rafli Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi, Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 2013,hlm.21
Susilo Martoyo, Manajemen Sumberdaya Manusia, Yogyakarta, BPFE, 2000,h. 184-
186
Suryana, Asep. (2012). Value-Based Leadership.,Nurani: Bandung
Usman Effendi, Asas Manajemen, Jakarta; PT Raja Grafindo,2011,h.188-189 26
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi,
Yogyakarta; Graha Ilmu, 2009, h.101-102
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi, h.
106-107
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Jakarta, PT Grafindo
persada,2003, h.10-11 29 29
Komang Ardana, Ni Wayan Mujiati, dan Agung Ayu Sriathi, Perilaku Organisasi, h.90
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002),
hlm. 340
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi, dan Implementasi,
( Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 107
Op.Cit., hlm. 52
Adiningsih, Sri dan Kadarusman. 2008. Teori Ekonomika Mikro. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Mullins, Orville, Larreche dan Boyd. 2005. Marketing Management : A Strategic,
Decision Making Approach