Anda di halaman 1dari 17

FUNGSIONALISASI PENGAWASAN INTERNAL PROGRAM

PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI BPN KOTA


SEMARANG GUNA MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM DAN HAK ATAS
TANAH BERBASIS INTERNAL SURVEILLANCE

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Pengganti UAS Kapsel HAN Rombel 2

Disusun Oleh

Nama : Risqi Dewi Utami


Nim : 8111421070

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS HUKUM

RANCANGAN SKRIPSI
Nama : Risqi Dewi Utami
Nim : 8111421070
Fakultas : Hukum

A. JUDUL SKRIPSI
FUNGSIONALISASI PENGAWASAN INTERNAL PROGRAM PENDAFTARAN
TANAH SISTEMATIS LENGKAP DI BPN KOTA SEMARANG GUNA
MENJAMIN KEPASTIAN HUKUM DAN HAK ATAS TANAH BERBASIS
INTERNAL SURVEILLANCE
B. LATAR BELAKANG
Pengawasan menjadi salah satu hal yang krusial dalam pelaksanaan suatu program.
Secara filosofis, pengawasan berarti proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi
dan manajemen dapat tercapai. Ini berkenaan dengan cara-cara membuat kegiatan-kegiatan
sesuai yang direncanakan. Dalam rangkaian program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
tentu saja harus diawasi oleh otoritas terkait guna keberhasilan program tersebut. Pengawasan
perlu dilakukan guna mencegah adanya penyalahgunaan wewenang, maladministrasi, dan
beberapa problematika lain seperti pungutan liar yang rentan terjadi dalam pendaftaran tanah.
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap telah berlangsung di Indonesia sejak tahun
2018 dan direncanakan akan berakhir pada tahun 2025 sesuai Instruksi Presiden (Inpres) No.
2 Tahun 2018. Dalam pelaksanaannya terdapat banyak hal yang menjadi tanda tanya bagi
masyarakat khususnya mereka yang berasal dari golongan tidak mampu atas besarnya uang
pungutan senilai Rp1.250.000 yang disinyalir menjadi biaya PTSL. Di Kelurahan
Sendangguwo, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang terdapat sedikitnya 10 warga yang
menjadi korban atas pungutan ini. Setelah ditelusuri dari keterangan warga hingga BPN,
permasalahan ada pada satuan tugas yang dibentuk BPN yang menyalahgunakan
kewenangannya dalam pelaksanaan PTSL sehingga memungut bayaran yang mencapai 10x
lebih besar daripada yang diatur dalam Petunjuk Teknis PTSL.
Fungsi pengawasan BPN sebagaimana telah diundangkan dalam peraturan menteri
terkait telah dilaksanakan cukup baik di beberapa wilayah Indonesia, contohnya di Kota
Yogyakarta yang juga memasukkan bidang pengawasan dalam struktur organisasi yakni
dalam Bidang Pengendalian dan Pengawasan. Dalam pelaksanaan tugasnya pun diperinci lagi
menjadi dua seksi yakni dalam bidang tata ruang dan bidang sengketa pertanahan. Dengan
begitu, fungsi pengawasan BPN dalam menjalankan berbagai programnya akan lebih baik
karena ada pejabat fungsional yang khusus memegang kewenangan itu. Hal ini tidak terjadi
di BPN Kota Semarang yang tidak mempunyai pejabat pengawas internal dalam struktur
organisasinya.
Badan Pertahanan Nasional sebagai lembaga yang bertanggung jawab melakukan
pengawasan dalam setiap programnya juga dinilai lalai dalam fungsinya. BPN tidak boleh
serta merta mengandalkan pengawasan eksternal dari Ombudsman, Inspektorat, Kepolisian,
dan pihak-pihak yang lain yang melaksanakan tugasnya berdasarkan aduan masyarakat.
Sedangkan sebagaimana fakta yang terjadi di lapangan yakni korban dari maladministrasi
PTSL merupakan masyarakat menengah ke bawah yang tidak memahami teknis dan hukum
program PTSL. Pengawasan internal menjadi salah satu hal yang perlu diperbaiki oleh BPN
Kota Semarang dengan metode fungsionalisasi pengawasan internal agar kasus
maladministrasi seperti ini tidak pernah terjadi lagi.
Fungsi pengawasan terdapat dalam Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2020 Tentang
BPN, lebih detailnya dalam Pasal 3 huruf h yang menyebutkan bahwa BPN memiliki fungsi
penawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan BPN. Hal ini juga didasari oleh Undang-
Undang Pokok Agraria yang menegaskan bahwa pendaftaran tanah dilakukan dalam rangka
menjamin kepastian hukum dan melindungi hak atas tanah. Nahasnya, hal sepenting
pengawasan tidak diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018, yang menjadi aturan utama
dari program PTSL. Hal ini menjadikan pengawasan khususnya pengawasan internal dari
instansi BPN menjadi perkara yang sepele karena tidak diundangkan. Selanjutnya dalam
Petunjuk Teknis Pelaksanaan PTSL tahun 2023, juga tidak diatur mengenai prosedur
pengawasan yang harus dilakukan oleh pihak internal dari Badan Pertanahan Nasional.

C. IDENTIFIKASI MASALAH
Berbagai persoalan kemudian memperkuat perlunya penelitian ini, antara lain:
1. Belum adanya ketentuan hukum khusus terkait pengawasan program PTSL yang
dilakukan secara internal dalam lembaga BPN.
2. Tidak adanya pejabat fungsional pada bidang pengawasan dalam struktur organisasi
BPN Kota Semarang.
3. Kurang meratanya program penyuluhan PTSL kepada masyarakat di Kota Semarang
utamanya pada pemukiman padat penduduk di pinggir kecamatan Tembalang.
4. Minimnya pengawasan dari BPN kepada satuan tugas PTSL yang menyebabkan
adanya maladministrasi berbentuk pungutan liar dengan nominal yang tinggi.
5. Badan Pertanahan Nasional cenderung hanya mengandalkan pengawasan dari otoritas
eksternal seperti Ombudsman, Inspektorat, dan Kepolisian dalam mengawasi segala
program yang sedang dilaksanakan.
6. Adanya potensi maraknya pungutan liar seiring masa masa akhir program PTSL di
Kota Semarang.
D. PEMBATASAN MASALAH
Agar masalah yang akan penulis bahas tidak meluas sehingga dapat mengakibatkan
ketidak jelasan pembahasan masalah maka penulis akan membatasi masalah yang akan dikaji,
antara lain:
1. Fokus penelitian ini adalah pengawasan internal dalam program PTSL yang dilakukan
oleh BPN yang belum diatur secara hukum dan kaitannya dengan adanya
maladministrasi pungutan liar yang mencerminkan buruknya pengawasan internal dari
BPN dan pembahasan mengenai strategi reaktivasi bidang pengawasan.
2. Lokus atau setting sosial penelitian ini adalah Badan Pertanahan Nasional Kota
Semarang terkhusus dalam bidang pengendalian dan penanganan Sengketa, bidang
pendaftaran tanah, jajaran pemerintahan Kelurahan Sendangguwo, dan masyarakat
Kelurahan Sendangguwo Kecamatan Tembalang yang menjadi korban pungutan liar
dalam program PTSL.
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan
permasalahan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengawasan internal program pendaftaran tanah sistematis lengkap di
BPN Kota Semarang?
2. Bagaimana fungsionalisasi pengawasan internal program pendaftaran tanah sistematis
lengkap di BPN Kota Semarang guna menjamin kepastian hukum dan hak atas tanah
berbasis internal surveillance?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Untuk mengidentifikasi dan menganalisis pengawasan internal program pendaftaran
tanah sistematis lengkap di BPN Kota Semarang.
2. Untuk merumuskan dan menganalisis fungsionalisasi pengawasan internal program
pendaftaran tanah sistematis lengkap di BPN Kota Semarang guna menjamin
kepastian hukum dan perlindungan hak atas tanah menggunakan metode internal
surveillance.
F. MANFAAT PENULISAN
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini, secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi
ilmiah sebagai pertimbangan akademis bagi Badan Pertahanan Nasional dalam
mengaktifkan kembali kinerja pengawasan internal dalam program PTSL di Kota
Semarang. Secara konseptual juga memberikan kesadaran kepada masyarakat luas
agar selalu mewaspadai adanya pungutan liar dalam PTSL. Sekaligus memberikan
deskripsi fenomenologis menurut pengalaman masyarakat Kota Semarang dalam
upaya mengawasi maladministrasi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis, dapat dijadikan acuan landasan bagi BPN Kota
Semarang dalam mengaktifkan kembali fungsi pengawasan internal program PTSL.
Juga dalam pembentukan pengurus bidang pengawasan sebagaimana yang terdapat di
BPN kota/kabupaten lain agar pengawasan berjalan secara optimal. Bagi Kementrian
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, hasil penelitian ini
akan melahirkan kebijakan berwujud regulasi, bahwa pengaturan mengenai
pengawasan internal maupun ekternal, termasuk di dalamnya siapa saja yang
berwenang dan batasan wewenangnya mutlak diperlukan. Bagi masyarakat, penelitian
ini dapat berguna sebagai pencerdasan bagi mereka yang menggunakan pelayanan
publik dalam hal ini PTSL dan berbagai prosedur pertanahan lainnya agar mengetahui
bagaimana ketentuan sebenarnya sehingga terhindar dari maladministrasi seperti
pungutan liar.

G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode hukum normatif dimana penelitian tersebut
meletakkan hukum sebagai sebuah bangunan sistem norma. Sistem norma yang
dimaksud adalah mengenai asas, norma kaidah dari peraturan perundangan, putusan
pengadilan, perjanjian serta doktrin/ajar. Metode penelitian hukum normatif diartikan
sebagai “sebuah metode penelitian atas aturan-aturan perundangan baik ditinjau dari
sudut hirarki peraturan perundang-undangan (vertikal), maupun hubungan harmoni
perundang-undangan (horizontal)”.1 Metode penelitian hukum normatif menggunakan
metode pendekatan yuridis normatif. Pendekatan yuridis normatif adalah “suatu
pendekatan yang mengacu pada hukum dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku”
Penelitian hukum normatif bertujuan menghasilkan argumentasi, teori atau
konsep baru sebagai preskripsi dalam menyelesaikan permasalahan yang tengah
dihadapi.2
2. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kasus atau bisa disebut Case Approach.
Di dalamnya akan menelaan mengenai isu hukum yang dihadapi. Dalam penelitian ini
juga menggunakan pendekatan konseptual atau Conceptual Approach. Dalam
pendekatan kedua ini peneliti akan merujuk pada doktrin dan berbagai pandangan
hukum yang menjadikan penulis menemukan ide yang menghasilkan pengertian,
konsep hukum, asas-asas hukum, dan berbagai ketentuan yang relevan dengan isu
yang sedang dihadapi.
3. Sumber Data & Teknik Pengumpulan Data
Sumber data penelitian terdiri dari data primer, data sekunder, dan data tersier.
Bahan hukum primer meliputi peraturan perundang-undangan dan dokumen hukum
lain sumber hukum primer juga berasal dari wawancara yang telah dilakukan pada
penelitian tugas sebelumnya kepada BPN Kota Semarang dan korban pungutan liar,
bahan hukum sekunder meliputi buku hukum, jurnal hukum dan hasil kajian ilmiah
terkait, serta bahan hukum tersier meliputi buku teks bukan hukum, yang terkait
dengan penelitian seperti data sensus dalam bidang pertanahan, kamus bahasa, dan
Petunjuk Teknis PTSL 2022 dan 2023. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah studi kepustakaan.
4. Validitas Data
Data yang telah terkumpul diuji validitasnya dengan mempergunakan metode
cross check triangulasi.3 Dalam berbagai karyanya, Norman K. Denkin
mendefinisikan triangulasi sebagai gabungan atau kombinasi berbagai metode yang

1
Benuf, K., & Azhar, M. (2020). Metodologi penelitian hukum sebagai instrumen mengurai permasalahan
hukum kontemporer. Gema Keadilan, 7(1), 20-33.
2
Muhaimin (2020), Metode Penelitian Hukum, (Mataran: Mataram University Press), hlm. 45.
3
Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontemporer, (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 18.
dipakai untuk mengkaji fenomena yang saling terkait dari sudut pandang dan
perspektif yang berbeda.4 Metode trangulasi ini dipergunakan sejak saat pengumpulan
data hingga analisis data. Untuk keperluan penelitian ini, jenis triangulasi yang akan
dimanfaatkan adalah: (1) triangulasi data, dilakukan dengan cara mengumpulkan data
dari berbagai sumber bukti atau data yang berbeda, yang selanjutnya akan
memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula mengenai fenomena yang
diteliti.5 Berbagai pandangan itu akan melahirkan keluasan pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran handal. (2) triangulasi metode, dilakukan dengan cara
menggunakan informan yang berbeda untuk mengecek kebenaran informasi tersebut.
Melalui berbagai perspektif atau pandangan diharapkan diperoleh hasil yang
mendekati kebenaran.6 Karena itu, triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau
informasi yang diperoleh dari subjek atau informan penelitian diragukan
kebenarannya.
5. Analisis Data
Analisis data penelitian ini mempergunakan metode analisis kualitatif hukum
terhadap sumber-sumber yang telah diolah.

H. TINJAUAN PUSTAKA
1. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu di bawah ini digunakan sebagai acuan dan
pembanding dalam penyusunan. Pencantuman beberapa penelitian terdahulu ini
dilakukan dalam rangka menghindari adanya tindakan plagiarisme antara penelitian
terdahulu dan penelitian ini.
Tabel 1. Perbandingan Hasil Penelitian Terdahulu
No. Penulis Jurnal Judul Rumusan Masalah Perbedaan
1. Kukuh Tindak Pidana 1. Bagaimana Kajian Perbedaan mendasar antara
Sudarmanto, Korupsi Bidang Yuridis Tindak jurnal oleh Kukuh et al dan
Zaenal Arifin, Pertanahan Pidana Korupsi penelitian ini adalah dalam
Tirsa Tatara – Terhadap Pelaksanaan pengangkatan isu korupsi dalam
Jurnal USM Program Pendaftaran Tanah jurnal yang merupakan kasus
Law Review Pendaftaran Sistematis Lengkap yang sudah inkrah, sedangkan

4
Denzin, N. K. (2007). Triangulation. The Blackwell encyclopedia of sociology.
5
Rahardjo, M. (2010). Triangulasi dalam penelitian kualitatif.
6
Ibid
Tanah (PTSL)? dalam penelitian ini adalah
Sistematis 2. Bagaimanakah dugaan maladministrasi
Lengkap Pencegahan Tindak berbentuk pungutan liar yang
(PTSL) Pidana Korupsi pada hingga kini masih terjadi di Kota
Pelaksanaan Semarang. Penelitian ini pun
Pendaftaran Tanah lebih menyajikan solusi pada
Sistematis Lengkap lembaga BPN nya daripada
(PTSL)? solusi untuk masyarakat seperti
pada jurnal dalam rangka
pencegahannya.

Berdasarkan penelusuran pustaka di atas maka otentisitas penelitian ini dapat


dilihat dari berbagai perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini.
Otentisitas penelitian ini terlihat dari fokus penelitiannya serta upaya penyelesaian
permasalahan ini. Fokus penelitian menekankan pada fungsionalisasi pengawasan
secara internal dari BPN dalam program PTSL. Selain itu, dalam penyelesainnya,
penelitian ini mengajukan reactivating strategy terhadap bidang pengawasan internal
dari BPN agar nantinya tidak terjadi lagi maladministrasi berupa pungutan liar dalam
berbagai programnya termasuk PTSL, hal ini sebagai bukti penting yang
membuktikan bahwa penelitian ini penting untuk dilakukan serta otentisitas penelitian
yang teruji.
2. Landasan Teori
a. Negara Hukum Kesejahteraan
Negara kesejahteraan (welfare state) dianggap sebagai jawaban yang paling
tepat atas bentuk keterlibatan negara dalam memajukan kesejahteraan rakyat.
Keyakinan ini diperkuat oleh munculnya kenyataan empiris mengenai kegagalan
pasar (market failure) dan kegagalan negara (government failure) dalam
meningkatkan kesejahteraan rakyat.7 Welfare state merupakan institusi negara
dimana kekuasaan yang dimilikinya (dalam hal kebijakan ekonomi dan politik)
ditujukan untuk memastikan setiap warga negara beserta keluarganya memperoleh
pendapatan minimum sesuai dengan standar kelayakan. Memberikan layanan sosial
bagi setiap permasalahan yang dialami warga negara (baik dikarenakan sakit, tua,

7
William R. Keech, “Market Failure and Government Failure”, Paper submitted for presentation to Public
Choice World Congress, Public Version 1.0—2-27-12, Miami, 2012, hlm. 5.
atau menganggur), serta kondisi lain semisal krisis ekonomi. Memastikan setiap
warga negara mendapatkan hak-haknya tanpa memandang perbedaan status, kelas
ekonomi, dan perbedaan lain.8
Cita negara hukum kesejahteraan dimana negara berperan aktif dalam
mengatur perekonomian termaktub dalam pembukaan UUD NRI 1945. Banyak
istilah yang digunakan dan semuanya mengarah kepada kesejahteraan masyarakat.
Para ‘founding fathers” negara kita menggunanakan istilah ‘’adil dan makmur’’
sebagaimana tertuang dalam Alinea kedua pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Istilah lain adalah “kesejahteraan umum”
dan keadilan sosial yang tertuang dalam Alinea keempat pembukaan UUD NRI
1945. Dalam Pasal 33 UUD NRI 1945.9
b. Pengawasan Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
Fungsi pengawasan dalam Badan Pertanahan Nasional sangat penting untuk
memastikan bahwa tugas-tugas yang diemban oleh Badan Pertanahan Nasional
berjalan dengan baik dan sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengawasan di Badan Pertanahan Nasional biasanya dilakukan oleh inspektur atau
tim pengawas yang ditugaskan untuk memantau kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh staf BPN di lapangan.
Mekanisme pengawasan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
dimulai dari Inspektorat Jenderal yang mengawasi penyaluran anggaran program
ini dari pusat menuju daerah agar sesuai dengan apa yang telah tercantum di dalam
renstra. Pihak Inspektorat Jenderal melakukan tugas berupa pengawasan sedangkan
Direktorat Jenderal hanya memberikan koordinasi kepada pihak yang terkait untuk
melancarkan program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini. Pada bagian
inspektorat Jenderal melaksanakan pengawasan melalui tindakan assurance yang
tercakup di dalamnya mulai dari audit, review, serta evaluasi. Kemudian
Inspektorat Jenderal juga memiliki kewenangan pengawasan melalui consulting
yaitu dengan memberikan konsultasi serta pendampingan supaya semua kegiatan
Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ini sesuai dengan mekanisme yang ada.
Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang membentuk dan menetapkan Panitia
Ajudikasi melalui Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan Kota Semarang.
8
Elviandri, E., Dimyati, K., & Absori, A. (2019). Quo vadis negara kesejahteraan: meneguhkan ideologi welfare
state negara hukum kesejahteraan indonesia.
9
Yohanes Suhardin, “Peranan Hukum Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal Hukum Pro
Justisia,Vol. 25, No. 3, 2007, hlm. 272
Panitia Ajudikasi dalam bertugas juga dibantu oleh Satuan Tugas (Satgas) yang
terdiri dari Satgas Fisik, Satgas Yuridis, dan Satgas Administrasi yang akan tetap
saling berkoordinasi dengan Panitia Ajudikasi.
Pengawasan PTSL di BPN dibagi menjadi dua yakni eksternal dan internal.
Pengawasan eksternal dilakukan oleh Ombudsman RI, Inspektorat, Kepolisian, dan
jajaran pengawasan lainnya. Sedangkan pengawasan internal dilakukan oleh BPN.
c. Kepastian Hukum
Keberadaan asas kepastian hukum merupakan sebuah bentuk perlindungan
bagi yustisiabel (pencari keadilan) terhadap tindakan sewenang- wenang, yang
berarti bahwa seseorang akan dan dapat memperoleh sesuatu yang diharapkan
dalam keadaan tertentu.10 Pernyataan tersebut sejalan dengan apa yang dikatakan
oleh Van Apeldoorn bahwa kepastian hukum memiliki dua segi, yaitu dapat
ditentukannya hukum dalamhal yang konkret dan keamanan hukum. 11 Hal memiliki
arti bahwa pihak yang mencari keadilan ingin mengetahui apa yang menjadi hukum
dalam suatu hal tertentu sebelum ia memulai perkara dan perlindungan bagi para
pencari keadilan.
d. Perlindungan Hak Atas Tanah
Perlindungan hak atas tanah harus dijamin untuk semua masyarakat tanpa
terkecuali, termasuk masyarakat adat dan masyarakat yang kurang mampu. Selain
itu, perlindungan hak atas tanah juga harus dilakukan dengan memperhatikan aspek
sosial dan budaya. Di Indonesia, hak atas tanah dilindungi oleh Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Di samping itu, hak atas tanah juga diatur oleh
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Daerah. Selain itu hak atas tanah juga
dilindungi oleh hukum pidana. Misalnya, perbuatan seperti pemalsuan sertifikat hak
atas tanah atau perampasan tanah dapat dijerat dengan hukuman pidana. Namun,
meskipun ada undang-undang dan peraturan yang melindungi hak atas tanah di
Indonesia, masih ada masalah terkait dengan klaim tanah yang tidak jelas atau tidak
sah. Karena itu, pemerintah dan lembaga terkait terus melakukan upaya untuk
mengatasi permasalahan ini, seperti dengan melakukan pembaruan data dan

10
Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung, 1993, hlm. 2.
11
Julyano, M., & Sulistyawan, A. Y. (2019). PEMAHAMAN TERHADAP ASAS KEPASTIAN HUKUM
MELALUI KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME HUKUM. CREPIDO, 1(1), 13-22.
https://doi.org/10.14710/crepido.1.1.13-22
sertifikat hak atas tanah, serta menerapkan sistem pendaftaran tanah yang lebih
transparan dan efisien.

3. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual diperlukan untuk mendefinisikan istilah-istilah yang muncul
selama penelitian, yaitu antara lain:
a. Fungsionalisasi
Fungsi dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” diartikan sebagai jabatan
(pekerjaan) yang dilakukan, faal (kerja suatu bagian tubuh), besaran yang
berhubungan, jika besaran yang satu berubah, besaran yang lain juga berubah,
kegunaan suatu hal, atau peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang
lebih luas (seperti nomina berfungsi sebagai subjek).12 Fungsi dalam kajian ini
berakar dari teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons13 yang melihat
masyarakat dan pranata sosial sebagai sistem di mana seluruh bagiannya saling
bergantung satu sama lain dan bekerja bersama guna menciptakan keseimbangan.
Fungsi dalam penelitian ini dimaknai sebagai aspek-aspek khusus yang terperinci
dari suatu tugas yang berhubungan secara keseluruhan, baik jenisnya, sifatnya,
pelaksanaannya, maupun pertimbangannya.14
b. Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap
PTSL adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua obyek Pendaftaran Tanah di seluruh
wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah desa/kelurahan atau nama lainnya
yang disingkat dengan itu, yang meliputi pengumpulan dan penetapan kebenaran
data fisik dan data yuridis mengenai satu atau beberapa obyek Pendafataran Tanah
untuk keperluan pendaftarannya.15
c. Maladministrasi
Secara umum maladministrasi diartikan sebagai perilaku atau perbuatan
melawan hukum dan etika dalam suatu proses administrasi pelayanan publik,
yakni meliputi penyalahgunaan wewenang/jabatan, kelalaian dalam tindakan dan
12
https://kbbi.web.id/fungsi [12/06/2019].
13
Lihat Peter Hamilton (Penyunting), Talcott Parsons dan Pemikirannya: Sebuah Pengantar, Terjemahan
Suwito Hadi, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1990.
14
Baca Moekijat, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2010).
15
Rachma, Y. (2019). Pelayanan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten Pangandaran di Desa Wonoharjo Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran. Moderat: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(4), 519-529.
pengambilan keputusan, pengabaian kewajiban hukum, melakukan penundaan
berlarut, tindakan diskriminatif, permintaan imbalan, dan lain-lain yang dapat
dinilai sekualitas dengan kesalahan tersebut.16
d. Internal Surveillance
Dalam bahasa Indonesia, internal surveillance berarti pengawasan internal.
Pengawasan internal merujuk pada proses yang dirancang dan dilakukan oleh
suatu organisasi untuk mengevaluasi dan mengawasi kegiatan operasionalnya.
Tujuan dari pengawasan internal adalah untuk memastikan bahwa operasi
organisasi berjalan sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang ditetapkan, serta
untuk mengidentifikasi dan mengurangi risiko yang mungkin timbul. Pengawasan
internal melibatkan serangkaian kegiatan, praktik, dan prosedur yang bertujuan
untuk memastikan efektivitas, efisiensi, keandalan, dan kepatuhan dalam
pengelolaan organisasi.

16
Nurtjahjo, H., Maturbongs, Y., & Rachmitasari, D. I. (2013). Memahami Maladministrasi. Ombudsman
Republik Indonesia.
4. Kerangka Pikir
Kerangka berpikir diperlukan untuk memperjelas sistematika berpikir dalam
penelitian, sebagaimana terrangkum dalam skema berikut.
Skema Kerangka Berpikir
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang
PTSL

Fungsionalisasi Pengawasan Internal Program PTSL

TEORI
1. Negara Yuridis
Hukum Normatif
1. Studi
Kesejahteraan
Pustaka
2. Pengawasan
2. Wawancara
Program
PTSL Internal Surveillance
3. Kepastian
hukum
4. Perlindungan
hak atas tanah

Kepastian Hukum dan Perlindungan Hak atas Tanah

I. SISTEMATIKA PENELITIAN
Sistematika penelitian skripsi ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Bagian Awal Skripsi
Bagian awal skripsi mencakup halaman sampul depan, halaman judul, halaman
pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, dan daftar lampiran.
2. Bagian Isi Skripsi
Bagian isi skripsi mengandung lima (5) bab yaitu, pendahuluan, tinjauan pustaka,
metode penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan serta penutup.
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan teori yang
memperkuat penelitian seperti Negara Hukum Kesejahteraan, Negara Hukum
Kesejahteraan, Pengawasan Program PTSL, Kepastian hukum, Perlindungan hak atas
tanah
BAB 3 METODE PENELITIAN
Berisi tentang dasar penelitian, metode pendekatan, lokasi penelitian, fokus penelitian,
sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, keabsahan data, analisis data,
prosedur penelitian, definisi operasional, kerangka berfikir.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini penulis membahas tentang: (i) pengawasan internal program
pendaftaran tanah sistematis lengkap di BPN Kota Semarang; dan (ii) fungsionalisasi
pengawasan internal program pendaftaran tanah sistematis lengkap di BPN Kota
Semarang guna menjamin kepastian hukum dan hak atas tanah berbasis internal
surveillance.
BAB 5 PENUTUP SKRIPSI
Pada bagian ini merupakan bab terakhir yang berisi tentang uraian kesimpulan dari
hasil pembahasan serta saran-saran mengenai permasalahan yang ada.
3. Bagian Akhir Skripsi
Bagian akhir dari skripsi ini sudah berisi tentang daftar pustaka dan lampiran. Isi
daftar pustaka merupakan keterangan sumber literatur yang digunakan dalam
penyusunan skripsi. Lampiran dipakai untuk mendapatkan data dan keterangan yang
melengkapi uraian skripsi.
DAFTAR PUSTAKA

A. Buku
Arif Hidayat, Tetralogi HAN: Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara, (Semarang:
Penerbit Abshor, 2019).

Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif: Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian


Kontemporer, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 18.

Denzin, N. K. (2007). Triangulation. The Blackwell encyclopedia of sociology.

Moekijat, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Bandung: Mandar Maju, 2010).

Muhaimin (2020), Metode Penelitian Hukum, (Mataran: Mataram University Press), hlm. 45.

Nurtjahjo, H., Maturbongs, Y., & Rachmitasari, D. I. (2013). Memahami Maladministrasi.


Ombudsman Republik Indonesia.

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) 2022

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) 2023

Rahardjo, M. (2010). Triangulasi dalam penelitian kualitatif

Sudikno Mertokusumo, Bab-Bab Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung,
1993, hlm. 2.

B. Makalah, Artikel, dan Karya Ilmiah


Benuf, K., & Azhar, M. (2020). Metodologi penelitian hukum sebagai instrumen mengurai
permasalahan hukum kontemporer. Gema Keadilan, 7(1), 20-33.

Elviandri, E., Dimyati, K., & Absori, A. (2019). Quo vadis negara kesejahteraan:
meneguhkan ideologi welfare state negara hukum kesejahteraan indonesia.

Hrp, B. S. D. (2017). Penyalahgunaan Hak Kekebalan dan Keistimewaan oleh Pejabat


Diplomatik (Doctoral dissertation, Universitas Sumatera Utara).

Julyano, M., & Sulistyawan, A. Y. (2019). PEMAHAMAN TERHADAP ASAS


KEPASTIAN HUKUM MELALUI KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME
HUKUM. CREPIDO, 1(1), 13-22. https://doi.org/10.14710/crepido.1.1.13-22
Julyano, M., & Sulistyawan, A. Y. (2019). PEMAHAMAN TERHADAP ASAS
KEPASTIAN HUKUM MELALUI KONSTRUKSI PENALARAN POSITIVISME
HUKUM. CREPIDO, 1(1), 13-22. https://doi.org/10.14710/crepido.1.1.13-22

Rachma, Y. (2019). Pelayanan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL) oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Pangandaran di Desa Wonoharjo Kecamatan Pangandaran
Kabupaten Pangandaran. Moderat: Jurnal Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(4), 519-529.

Sudarmanto, K., Arifin, Z., & Tatara, T. (2023). Tindak Pidana Korupsi Bidang Pertanahan
Terhadap Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL). JURNAL USM
LAW REVIEW, 6(1), 310-319.

William R. Keech, “Market Failure and Government Failure”, Paper submitted for
presentation to Public Choice World Congress, Public Version 1.0—2-27-12, Miami,
2012, hlm. 5.

Yohanes Suhardin, “Peranan Hukum Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat”, Jurnal


Hukum Pro Justisia,Vol. 25, No. 3, 2007, hlm. 272

C. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945

Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap

Peraturan Presiden No. 48 Tahun 2020 Tentang Badan Pertanahan Nasional

D. Website
Annisa Fianni Sisma, 2022, Menelaah 5 Macam Pendekatan dalam Penelitian Hukum, melalui
https://katadata.co.id/agung/berita/634ecdc698b51/menelaah-5-macam-pendekatan-dalam-
penelitian-hukum diakses pada 23 Mei 2023.

https://kbbi.web.id/fungsi diakses pada 20 Mei 2023

Anda mungkin juga menyukai