Anda di halaman 1dari 6

MEMBUAT GAMBAR MENTAL PRAKARSA PERUBAHAN

A T A
Awal/ Aset Tantangan Aksi
P
Pelajaran/ Perubahan

Bagian yang menceritakan Bagian yang menceritakan Bagian yang menceritakan Bagian yang menceritakan
aset (kekuatan/ hal positif/ tantangan/ keresahan yang aksi/ kontribusi individu pelajaran yang dapat
potensi yang dapat perlu dilampaui demi pendidik yang dapat dikembangkan sebagai dasar
diberdayakan) sebagai mewujudkan harapan atau dimanfaatkan untuk perubahan. Pelajaran bukan
kondisi awal untuk mencapai visi. menjawab tantangan dan hanya menjawab tantangan,
memulai sebuah mewujudkan harapan. namun mencakup
perubahan. pembelajaran bermakna yang
diharapkan tumbuh dan
melekat, dibawa murid hingga
dewasa.
Sumber : Setiawan, Bukik,2015, Panduan Penulisan Surat Kabar Guru Belajar. Yayasan Guru Belajar
A Sudah ada rasa tanggung jawab terhadap tugas, ada keinginan untuk menyelesaikan
tugas, tumbuh di keluarga yang terbiasa bangun pagi

Mengelola jadwal yang begitu padat di malam hari (mengerjakan PR, nonton, main

T HP, main games, hangout dengan teman), sulit tidur cepat, mindset prokrastinator
(menunda pekerjaan), lebih menikmati kerja malam tanpa gangguan dan godaan
kegiatan lain, tanggung jawab terhadap tugas yang memaksa tidur larut malam.

Mengajak orang lain berpartisipasi dalam membangunkan, menyiapkan air,


A bergabung bersama komunitas bangun pagi, pasang alarm yang berbunyi tiap 20
detik, mempertanyakan ulang esensi bangun pagi

Merefleksikan bahwa hal yang merepotkan dan sesuatu yang sulit untuk dilakukan jika

P
dilakukan terus menerus akan menjadi kebiasaan yang baik. Murid mendapatkan manfaat
seperti gak kehabisan jajanan di tukang makanan yang jualan pagi, tidak terlambat ke sekolah,
bisa sarapan, bisa menghirup udara pagi. Semua ini tentunya akan mengarah kepada
tumbuhnya disiplin positif di diri anak, dan juga menuju kepada komitmen dan tanggungjawab.

Prakarsa Perubahan : Menumbuhkan kebiasaan bangun pagi


A
Di kelas TK, saya mengamati bahwa kalau anak-anak sudah tahu/ paham ke mana mainan yang habis digunakan
harus dikembalikan, yaitu ke rak mainan. Teramati juga ada anak-anak yang menjadi “leader” alami dan perilakunya
sering ditiru teman-temannya.

T
Masih ada beberapa anak yang perlu diingatkan untuk mengembalikan mainannya ke rak mainan. Dan perlu
diberikan pemahaman kalau mainan yang habis dimainkan dikembalikan ke tempatnya, anak lain bisa bergiliran
memainkannya.

Saya akan membuat cerita di mana anak-anak dapat bermain peran. Di hari pertama, anak yang menjadi “leader”

A
tersebut akan menjadi tokoh utama yang di dalam ceritanya menjadi anak yang suka beres2 dan mengembalikan
mainan ke tempatnya. Anak-anak lain lalu diajak mengikuti perilaku beres-beres. Di hari lain, cerita itu diulang, tapi
anak lain bergiliran menjadi tokoh utama & mainan yang dibereskan pun bisa berbeda. Selain itu, saya juga bisa
berdiskusi dengan anak-anak dan membuat lagu untuk mendukung sesi bermain peran.

Perubahan yang saya harapkan nanti adalah anak-anak terbiasa membereskan mainan yang dimainkannya setelah

P berlatih berulang-ulang melalui kegiatan bermain peran dan menyanyikan lagu sebagai pengingat. Anak-anak
menjadi percaya diri bahwa mereka mampu mengatur dirinya menjadi lebih rapi. Anak-anak pun lebih senang
karena bisa bergiliran memainkan mainan yang dipilihnya.

Prakarsa Perubahan : Melatih Kebiasaan Mengembalikan Mainan ke Tempatnya


A
Dalam sebuah diskusi di kelas, sejumlah murid dengan jujur mengungkapkan kalau mereka sering tidak sarapan atau belum
sarapan dengan asupan yang cukup/ sehat (misalnya: hanya 1 gorengan) sebelum masuk sekolah. Setiap murid memiliki
keinginan kuat untuk sarapan setiap pagi, dan ingin memperbaiki diri.

Ketika digali alasannya oleh teman, rata-rata mengatakan mereka tidak sarapan karena orang tuanya tidak menyediakan dan

T menemani mereka sarapan di pagi hari. Anak-anak ini merasa malas kalau harus sarapan sendirian. Ada juga yang mengatakan,
tidak punya waktu untuk sarapan saat siap-siap sekolah di pagi hari. Padahal mereka menyadari butuhnya sarapan agar kegiatan
berjalan lebih lancar.

Saya menawarkan kepada murid-murid di kelas sebuah usulan untuk menjadwalkan sesi sarapan bersama di waktu pagi secara

A berkala dengan membawa bekal makanan(dengan masa pandemi tentu perlu disesuaikan). Dengan begitu, murid-murid yang
tidak biasa sarapan bisa sarapan dengan ditemani teman-temannya. Saya juga membuka diskusi tentang usulan makanan yang
cocok dan sehat untuk sarapan.

Perubahan yang saya harapkan nanti adalah anak-anak memperhatikan kebutuhan dirinya untuk memiliki asupan yang cukup

P sebelum menjalankan aktivitas pembelajaran. Saya mengharapkan mereka dapat merasakan perbedaan tubuh yang lebih fit dan
fokus ketika mereka sarapan. Selain itu, murid-murid di kelas juga menjadi lebih peduli dengan kesehatan teman-temannya, dan
lebih akrab karena punya sesi interaksi bersama.

Prakarsa Perubahan : Menumbuhkan kebiasaan sarapan (untuk anak remaja)


A Sudah lama, saya merasa bahwa murid saya memiliki sikap kritis terhadap sesuatu. Mereka sering berpikir di luar pemikiran
kebanyakan orang. Kemampuan analisis mereka juga cukup baik. Ide-ide out of the box sering mereka lontarkan di kelas.

Saya tanpa sengaja mendengar keluhan murid kalau ia merasa tidak nyaman dengan kegiatan belajar di sekolah. Menurutnya,

T
pembelajarannya itu-itu saja dan tidak mengasikkan. Ia merasa di kelas hanya disuruh diam dan mendengarkan saja. Saya
terkejut mendengarnya. Saya merasa sudah menyampaikan materi pembelajaran dengan baik. Di samping itu, saya juga
mendapat tantangan dimana sekolah saya berada di wilayah pedalaman dengan fasilitas sangat terbatas. Keluhan murid dan
kondisi sekolah saya ini adalah sesuatu yang perlu saya cari jalan keluar, saya tidak boleh menyerah.

A
Agar murid-murid lebih senang belajar, saya akan mengembangkan pembelajaran yang bisa meningkatkan kreativitas murid
dengan menggunakan beragam metode, media dan aktivitas. Dalam benak saya, murid-murid akan mampu memberikan ide dan
solusi yang kreatif dalam kondisi apapun, dengan memberdayakan potensi yang ada di sekelilingnya..

P Perubahan yang saya harapkan nanti adalah murid-murid akan memiliki kemampuan berpikir kreatif yang bukan hanya sekedar
kreatif dalam berkarya, tetapi juga kreatif dalam memecahkan permasalahan di lingkungannya.

Prakarsa Perubahan : Pembelajaran yang meningkatkan kreativitas murid


Murid memiliki kesenangan melakukan kegiatan seru penuh gerakan di dalam kelas, daripada membaca. Kegiatan seperti kerja

A kelompok, menonton video/ film, dan kegiatan kinestetik lainnya. Saya pernah membawa sebuah buku ensiklopedia bergambar milik
saya pribadi yang penuh dengan gambar dan warna, dan murid terlihat senang dan takjub seakan gak percaya bahwa buku bisa
semenarik itu.

Murid-murid tidak tertarik membaca dan tingkat literasi mereka rendah. Mereka tidak mampu menelaah teks dengan baik.

T Murid-murid tidak mampu menceritakan bacaan dengan bahasa mereka sendiri. Di sisi lain, perpustakaan sekolah tidak memadai.
Bacaan yang tersedia adalah koleksi lama yang kurang bervariasi yang membuat bosan. Kondisi ini amat menantang saya untuk
menemukan jalan keluar terbaik.

A
Untuk meningkatkan semangat murid dalam membaca dan meningkatkan kompetensi literasinya, saya akan membuat Pojok Literasi
dengan buku-buku yang lebih menarik. Dalam Pojok Literasi ini nanti, murid akan memiliki buku bacaan baru dan aktif terlibat dalam
kegiatan literasi seperti musikalisasi puisi dan drama.

P
Perubahan yang saya harapkan nanti bisa dirasakan oleh murid-murid saya adalah kompetensi literasi mereka bisa meningkat.
Kegiatan literasi yang disajikan bisa lebih beragam, yang bisa memfasilitasi berbagai murid dengan profil yang beragam. Hal ini
mengarah kepada perkembangan kemampuan kreativitas dan kepercayaan diri mereka dalam berkarya.

Prakarsa Perubahan : Pojok Literasi

Anda mungkin juga menyukai