Anda di halaman 1dari 5

KASUS PELAJARAN BAHASA INDONESIA

Bu Sinta guru kela II SD Metropolis yang sudah mengajar selama 2 tahun. Suatu hari dalam
pelajaran bahasa Indonesia, Ibu Sinta akan mengajarkan anak-anak untuk mendeskripsikan
berbagai macam benda. Pelajaran dimulai dengan menanyakan kepada anak-anak apakah
mereka tahu boneka?
secara serentak anak-anak menjawab "Tahu Bu.."
Kemudian Ibu Sinta menyuruh anak-anak menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka
"Rambutnya pirang" Jawab Nia.
"Kulitnya Putih" Jawab Tari.
"Bonekaku kulitnya hitam" sanggah Dian.
Setelah beberapa anak menjawab, Ibu Sinta menuliskan 10 jenis benda di papan tulis, yaitu:
obat, nasi, baju, sepeda, sepatu, uang, bunga, meja, gelas dan rumah.
Ibu Sinta :"Coba tuliskan di bukumu apa yang kamu ketahui tentang setiap benda ini."
Ibu Sinta memandang anak-anak sejenak, kemudian berkata "Mengerti anak-anak?
Mengertii... (jawab anak-anak serempak)
Anak-anak berusaha menuliskan apa yang diketahuinya tentang benda-benda tersebut.
Setelah selesai, Ibu Sinta menyuruh satu orang anak untuk membacakan apa yang ditulisnya.
Mendengar hasil pembacaan tadi, Ibu Sinta sangat kecewa tetapi mencoba menahan diri.
Dengan suara tidak bersahabat anak yang membaca tadi disuruh duduk, dan semua anak
disuruh mengumpulkan pekerjaannya. Kekecewaan Ibu sinta menjadi-jadi setelah melihat
tulisan anak-anak secara keseluruhan. Deskripsi yang dituliskan anak-anak sangat singkat,
sebagain besar hanya terdiri dari satu kata, bahkan banyak yang kosong. Ibu Sinta tidak bisa
membayangkan mengapa ketika mendeskripsikan boneka, anak-anak dapat memberikan
jawaban yang beraneka ragam, tetapi setelah diminta menuliskan deskripsi secara sendiri-
sendiri, hasilnya sangat mengecewakan.

PERTANYAAN

1. Identifikasikan satu hal positif dan satu hal negatif yang dilakukan oleh ibu Sinta dalam
pembelajaran di atas. Beri alasan mengapa hal tersebut anda anggap positif dan yang satu lagi
anda anggap negatif.

2. Mengapa anak tidak dapat mendeskripsikan benda-benda tersebut dengan baik? Jelaskan
jawaban anda dengan contoh yang diambil dari kasus diatas.

3. Jika anda akan mengajarkan anak-anak kelas II SD untuk mendeskripsikan berda tertentu,
media/alat bantu apa yang seyogiyanya anda gunakan? Berikan alasan mengapa anda
memilih media/alat tersebut.

4. Susunlah rancangan langkah-langkah kegiatan yang akan anda tempuh dalam


pembelajaran mendeskripsikan tersebut dengan menggunakan media/alat bantu yang anda
piih pada butir 3. Langkah kegiatan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup. Beri alasan mengapa anda merancang langkah-langkah tersebut.
Jawaban:

1. Identifikasi Hal Positif dan Negatif:

Hal Positif:

1. Positifnya: . Melakukan apersepsi pada kegiatan awal pembelajaran Hal ini dilakukan untuk
membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam kegiatan pembelajaran Bu Sinta mencoba
mendekati pembelajaran dengan pertanyaan terbuka yang mengundang partisipasi aktif dari
anak-anak. Pertanyaan awal tentang boneka berhasil memancing respon beragam dari siswa,
menunjukkan bahwa mereka aktif terlibat dalam pembelajaran.

Alasan: Pendekatan ini dapat merangsang minat siswa dan membantu mereka terlibat secara
lebih pribadi dalam proses belajar.

Hal Negatif:

a. Bu sinta tidak mengucapkan salam dan menyapa siswa pada awal pembelajaran
b. Bu Sinta tidak mengkondisikan siswa terlebih dahulu.
c. Bu sinta tidak mengecek kehadiran siswa
d. Bu sinta tidak menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
Bu Sinta memulai pembelajaran dengan bertanya apakah anak-anak tahu boneka,
namun tidak memberikan tujuan pembelajaran yang jelas terkait dengan
mendeskripsikan berbagai macam benda
e. Tidak menghadirkan objek konkret untuk bahan deskripsi
Menurut Jean Piaget, anak usia 7-11 tahun berada pada tahap perkembangan
operasional konkret. Pada masa ini yang dapat dipikirkan oleh anak hanya terbatas
pada benda-benda konkret yang dapat dilihat atau diraba.
f. Tidak memberi contoh bagaimana cara mendeskripsikan yang benar
Dengan diberikan suatu contoh yang benar jawaban siswa akan terpola, terfokus dan
sistematis.
g. Tidak memberikan penguatan pada respon positif siswa yang diberikan sebagai
tanggapan terhadap pertanyaan yang diajukan guru.
Pemberian penguatan yang hangat, antusias dan tepat waktu akan bermakna pada
siswa, siswa menjadi termotivasi dan akan cenderung mengulangi perlakuan yang
diharapkan tersebut.
h. Tidak Membangun Suasana Positif: Saat menanggapi pembacaan hasil tulisan anak, Bu Sinta
menggunakan suara yang tidak bersahabat dan menunjukkan kekecewaannya. Hal ini dapat
memengaruhi suasana belajar yang positif dan membuat siswa merasa tidak nyaman.
i. Kurangnya Sesi Pemahaman Bersama: Setelah menuliskan deskripsi, tidak terlihat adanya
sesi pemahaman bersama atau pembahasan lebih lanjut. Hal ini dapat menyebabkan
kurangnya pemahaman siswa terhadap tujuan pembelajaran dan bagaimana meningkatkan
kualitas tulisan mereka
2. Penjelasan Mengapa Anak Tidak Dapat Mendeskripsikan Benda dengan Baik:

1. Ketidak jelasan Instruksi dan Kriteria Penilaian:


Bu Sinta memberikan instruksi yang kurang jelas tentang apa yang diharapkan dari siswa
dalam menuliskan deskripsi. Tidak ada kriteria penilaian atau contoh yang jelas untuk
membimbing mereka.
Contoh dari Kasus:
Ketika Bu Sinta menyuruh anak-anak menuliskan apa yang mereka ketahui tentang benda-
benda, siswa mungkin bingung dengan tingkat rincian yang diharapkan atau apakah mereka
perlu memberikan deskripsi yang panjang atau singkat.

2. Kurangnya Model Menulis yang Efektif:

Bu Sinta tidak memberikan model menulis yang efektif atau contoh-contoh yang dapat
membimbing siswa dalam menyusun deskripsi yang baik.
Contoh dari Kasus:
Setelah menanyakan tentang boneka, siswa memberikan deskripsi yang beraneka ragam.
Namun, ketika diminta menuliskan sendiri, mereka mungkin tidak memiliki panduan yang
cukup untuk melakukannya.
3. Sikap Guru yang Tidak Mendukung:
Sikap kekecewaan dan tidak bersahabat dari Bu Sinta setelah melihat hasil tulisan siswa
dapat membuat mereka merasa takut untuk berbagi atau kurang termotivasi untuk
berpartisipasi aktif dalam kegiatan menulis.
Contoh dari Kasus:
Anak-anak merasa tertekan dan kecewa setelah melihat reaksi Bu Sinta terhadap hasil tulisan
mereka.
4. Kurangnya Pemahaman tentang Kemampuan Siswa:

Bu Sinta mungkin kurang memahami tingkat kemampuan menulis siswa dan tidak
memberikan dukungan yang cukup untuk meningkatkannya.

Contoh dari Kasus:

Hasil tulisan siswa menunjukkan ketidakmampuan mereka dalam menyusun deskripsi yang
baik, mungkin karena kurangnya panduan dan dukungan dari guru.
3. Mendeskripsikan Benda-benda yang menarik bagi siswa

Dengan menggunakan alat peraga seperti itu anak akan menjadi mudah dalam belajar dan
motivasi mereka akan meningkat. Hal itu sejalan dengan pendapat David Ausubel dan Jeremi
Burner. Menurut David Ausubel "Pelajaran akan bermakna jika siswa mampu
menghubungkan informasi atau materi pelajaran baru dengan konsep atau hal-hal lainnya
yang sebelumnya sudah ada dalam struktur kognitif anak." Menurut Bruner "Motivasi
intrinsik itu telah dimiliki siswa, yaitu sifat mengingat secara alamiah. Mereka akan memiliki
daya kompetensi dalam belajar bila mereka menjadi tertarik pada apa yang mereka pelajari.
sulit memotivasi siswa terhadap apa yang tidak mereka senangi."

4. Langkah-langkah perbaikan

a. Kegiatan awal

 Guru mengucapkan salam dan menyapa siswa


 Guru mengkondisikan siswa
 Guru meminta ketua kelas untuk memimpin untuk berdoa
 Setelah selesai, guru mengecek kehadiran.
 Guru Melakukan apersepsi untuk membangkitkan motivasi dan perhatian siswa dalam
kegiatan pembelajaran. Misalnya dengan bertanya pada siswa apakah mereka tahu
boneka. kemudian mereka disuruh menceritakan apa yang diketahuinya tentang
boneka. Selanjutnya guru memberikan penguatan terhadap respon positif yang
diberikan siswa.
 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa
b. Kegiatan inti

 Guru menyiapkan alat peraga yang digunakan yaitu boneka, balon, jeruk, apel.
 Guru membagi siswa kedalam kelompok dengan anggota 3 atau 5 orang.
 Menyampaikan alternatif pembelajaran yang akan ditempuh siswa, bahwa mereka
akan ditugasi untuk mendeskripsikan benda-benda yang dibawa guru dalam kelompok
kerja.
 Guru menampilkan satu contoh benda yang dibawa misalnya boneka, dengan cara
melibatkan siswa, guru memberikan contoh mendeskripsikan yang benar.
 Selanjutnya secara berkelompok mendeskripsikan benda-benda yang dipasang di
depan kelas kedalam lembar kerja siswa.
 Setelah selesai, masing-masing kelompok, diminta mendeskripsikan hasil kerjanya,
kelompok lainnya ditugasi untuk menyanggah atau memberi komentar.
 Guru memberikan penguatan kembali agar siswa mengerti.

c. Kegiatan akhir (penutup)

 Guru menyimpulkan materi pelajaran yang telah disampaikan


 Melaksanakan tindak lanjut kegiatan pembelajaran berupa tes untuk mengevaluasi
dan mengetahui pemahaman siswa
 Mengemukakan tentang topik yang akan dibahas pada waktu yang akan datang.
 Guru meminta ketua kelas untuk menyiapkan dan berdoa.
Alasan mengapa merancang pembelajaran seperti itu.

1. Pembelajaran sesuai dengan perkembangan kognitif anak SD. Menurut Piaget, anak
SD umumnya berada pada tahap perkembangan operasional konkret. Mereka akan
lebih cepat belajar dan menyerap informasi, jika informasi dikemas secara konkret.
(Soemanto, 1998: 130).
2. Pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak SD. Menurut Robert J. Havighurt,
(1961) anak SD memiliki 4 karakteristik senang bermain, bergerak, belajar dn bekerja
dalam kelompok, dan senang melaksanakan atau melakukan atau meragakan sesuatu
secara langsung. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang
model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya, anak
bergerak dan berpindah tempat, serta anak terlibat langsung dalam pembelajaran dan
penemuan informasi.
3. Sesuai dengan teori belajar konstruktivisme, bahwa pengetahuan bukan seperangkat
fakta atau konsep yang harus diterima, tetapi sesuatu yang harus dirancang bangun
atau dikonstruksi sendiri oleh siswa. pembelajaran akan bermakna jika anak
mengalami apa yang dipelajarinya bukan mengetahuinya. (Zahorik.2013)
4. Jumlah anggota kelompok 3 atau 5 sesuai dengan pendapat Howar dalam
(Sugihartono dkk., 2007: 59), "untuk kegiatan-kegiatan semacam riset yang akhirnya
siswa harus membuat laporan dan menyajikan laporan di kelas, Howar menyarankan
sebaiknya terdiri dari 3 atau 5 orang agar dapat bekerja secara efektif. Lebih lanjut dia
juga menyarankan jumlah anggota sebaiknya ganjil, jangan genap sehingga kalau
suatu saat terjadi konflik dapat diatasi dengan voting dalam penyelesainnya, selain itu
jumlah gasal memungkinkan siswa tidak ngobrol secara berpasangan karena ada satu
orang yang akan tidak kebagian pasangan.

Referensi

Darmayanti, Nefi, et al. "Pelaksanaan Teori Belajar Bermakna David Ausubel dalam Pembelajaran
Pendidikan Matematika." Jurnal Pendidikan dan Konseling (JPDK) 5.1 (2023): 3388-3395.

Juwantara, R. A. (2019). Analisis teori perkembangan kognitif piaget pada tahap anak usia
operasional konkret 7-12 tahun dalam pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah, 9(1), 27-34.

Jannah, Miftahul. "Tugas-tugas perkembangan pada usia kanak-kanak." Gender Equality:


International Journal of Child and Gender Studies 1.2 (2015): 87-98.

Rahman, Indra Nur Rahman. "ANALISIS KECERDASAN VERBAL LINGUISTIK PESERTA DIDIK
DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF." Perspektif Ilmu Pendidikan 36.1 (2022): 54-61.

Anda mungkin juga menyukai