Anda di halaman 1dari 1

PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

AKSI NYATA TELMA NOVITA TENDEAN, M.Pd


CGP ANGKATAN-7 KABUPATEN MINAHASA SELATAN
SD INPRES TUMPAAN

Jufry, S.Pd Jurieke Ratu, S.Pd


Fasilitator Pengajar Praktik

1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara


ilosofi ini menjadi sesuatu yang luar biasa bagi saya bahwa anak-anak itu seperti benih jagung yang jika tidak
diolah dengan cara yang tepat maka akan menghasilkan benih yang tidak berkualitas. Begitu juga dengan kodrat
alam dan kodrat zaman yang ada pada murid di mana guru sebagai Pamong harusnya menuntun kodrat yang
ada pada anak dan membekalinya dengan keterampilan yang sesuai dengan zaman anak namun dengan tetap
memperhatikan sosial budaya kultural yang ada di daerah tempat tinggal anak, Perubahan yang saya telah
lakukan adalah Penanaman budi pekerti bagi siswa dengan penerapan 5S (Senyum,Sapa ,Salam, Sopan,Santun),
memberikan teladan,dorongan, motivasi bagi murid, menumbuhkan bakat minat siswa sehingga murid
mampu mengemukakan pendapat juga menjadi siswa yang kreatf dan yang paling penting pembelajaran yang
dilakukan berpusat pada murid untuk menjadikan murid merdeka agar dapat bersandar pada kekuatan sendiri
sesuai kodratnya, kodrat anak adalah bermain maka dalam pembelajaran diselipkan permainan/games(ice
breaking) yang menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran serta membuat siswa bahagia

1.2 NILAI-NILAI & PERAN GURU PENGGERAK


Berkaca dari pemahaman tentang peran dan nilai-nilai guru, maka saya menyadari bahwa sebagai guru banyak
hal yang harus saya rubah dalam proses pembelajaran, sehingga saya merasa malu dengan diri saya sendiri
yang menganggap bahwa pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai, dan saya bersyukur melaui modul ini
menginspirasi saya untuk berbenah demi terciptanya profil pelajar pancasila ,Berkaca dari pemahaman tentang
peran dan nilai-nilai guru, maka saya menyadari bahwa sebagai guru banyak hal yang harus saya rubah dalam
proses pembelajaran, sehingga saya merasa malu dengan diri saya sendiri yang menganggap bahwa
pembelajaran yang saya lakukan sudah sesuai, dan saya bersyukur melaui modul ini menginspirasi saya untuk
berbenah demi terciptanya profil pelajar pancasila, karena saya merasa bahwa melalui nilai tersebut saya dapat
menjalankan peran saya sebagai pemimpin pembelajaran, mampu mendorong kolaborasi dan kepemimpinan
murid, serta coaching bagi guru lain dan mampu menggerakan komunitas praktisi.

1.3 VISI GURU PENGGERAK


Sebagai seorang guru, terlebih guru penggerak tentu memiliki visi. Visi dari guru penggerak adalah mewujudkan
anak-anak Indonesia yang memiliki profil pelajar Pancasila. Yaitu pelajar yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa, mandiri, inovatif, berkebhinekaan global, mampu hidup bergotong royong, serta mampu
bernalar kritis. Dengan Mempelajari Modul 1.3 " Visi Guru Penggerak" maka perasaan saya sangat senang dapat
mengetahui bagaimana merumuskan visi . Harapan, cita-cita, atau impian disebut dengan visi. Visi merupakan
awal dari usaha untuk menggapai sesuatu yang kita impikan. Visi memberikan arah dan motivasi, tentunya sebagai
guru akan melakukan yang terbaik untuk tercapainya impian yang gemilang bagi siswa, dengan menerpakan nilai-
nilai sebagai guru dan menjalankan peran sebagai guru untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada
siswa, sehingga dapat menggali potensi siswa.Sebagai Implementasi dari rencana manajemen perubahan dibuat
menggunakan pendekatan Inquiry Apresiatif sebagai alat bantu untuk mewujudkan visi yang diimpikan. Melalui
pendekatan ini diawali dengan mengidentifikasi hal baik yang telah ada disekolah, mempertahankannya kemudian
memunculkan strategi untuk memunculkan perubahan ke arah yang lebih baik lagi
1.4 BUDAYA POSITIF
Budaya positif merupakan suatu nilai-nilai atau keyakinan dan kebiasaan yang dilakukan di sekolah dan
berpihak pada anak sehingga pada prosesnya dapat mewujudkan murid yang berpribadi kritis, punya rasa
tanggung jawab yang tinggi dan memiliki rasa hormat dan kasih sayang dengan memandang kodrat anak
baik kodrat alam maupun kodrat zaman . Budaya positif mewujudkan Nilai-nilai kebajikan yang berdampak
baik bagi murid untuk pembentukan karakter murid. Dan pada modul ini saya melakukan aksi nyata yaitu
dengan melaksanakan deseminasi pemahaman dan pengalaman dalam Penerapan Budaya Positif kepada
rekan sejawat , penerapan budaya positif diawali dengan adanya perubahan paradigma sehingga
tumbuhnya Motivasi Intrinsik siswa , Tumbuhnya Nilai-nilai kebajikan pada diri murid, Guru mampu
menerapkan posisi kontrol sebagai manager dengan menggunakan segitiga restitusi dalam memecahkan
masalah, Murid mampu menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dan Melalui budaya positif
mencerminkan karakter siswa sesuai Profil Pelajar Pancasila.

2.1 Pembelajaran Untuk Memenuhi Kebutuhan


Belajar Murid
Melalui Modul 2.1 saya mempelajari bagaimana pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid yaitu melalui pembelajaran
berdiferensiasi pembelajajaran yang dapat mengakomodir kebutuhan belajar murid melalui minat, gaya dan profil belajar murid, HAl ini
berkaitan dengan peran sebagai calon guru penggerak karena peran guru adalah menjadi pemimpin pembelajaran untuk mewujudkan
kepemimpinan murid dan yang akan berdampak pada nilai guru penggerak yaitu inovatif dan berpihak pada murid, hal ini harus
diterapkan dalam pembelajaran karena melaui pembelajaran berdiferensiasi kita dapat mengidentifikasi kebutuhan belajar murid dengan
pemetaan awal dan melalui materi ini kita mengetahui strategi apa yang tepat yang akan digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat
mengakomodir kebutuhan belajar murid sesuai dengan minat belajar murid., Konsep utama yang saya pelajari dan akan terus saya bawah
selama menjadi CGP atau setelah menjadi guru penggerak adalah melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi karena dengan
menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, guru memfasilitasi murid sesuai dengan kebutuhannya. Hal itu penting dilakukan guru karena
setiap murid mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga tidak bisa diberi perlakuan yang sama. dan dalam menerapkan
pembelajaran berdiferensiasi di kelas, hal yang saya lakukan antara lain: melaksanakan asesmen diagnostik untuk memetahkan kebutuhan
belajar murid, Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan menggunakan 3 strategi yaitu diferensiasi proses,konten dan produk
dalam mengakomodir kebutuhan belajar dari murid, Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman sehingga murid
betah dan bahagia, Melaksanakan penilaian secara berkelanjutan dan Melakukan Refleksi.

2.2 Pembelajaran Sosial & Emosional


Hal yang bermanfaat dalam proses ini adalah melalui berbagi pemahaman tentang implementasi pembelajaran sosial emosional kepada rekan
sejawat, sebagian merespon dengan berkomitmen untuk mencoba menerapkan pemebalajaran sosial emosional dalam pembelajaran dan
disini mereka bersemangat untuk mengaplikasikannya karena tanggapan mereka PSE ini bermanfaat bukan hanya bagi siswa tapi juga bagi
guru agar mampu mengontrol emosi serta bertujuan untuk melatih kemampuan peserta didik agar dapat memahami, mengolah, dan
mengekspresikan aspek sosial dan emosional pada diri, Melalui kegiatan berbagi pemahaman ini maka saya dan rekan guru sama-sama
meriview kembali proses pembelajaran yang dilakukan selama ini, dan merefleksikan bahwa ternyata pentingnya mengintegrasikan
Pembelajaran sosial emosional dalam penerapan pembelajaran yang akan dilakukan. Dan dengan kemampuan untuk dapat mamahami,
mengolah sosial emosional dan melalui penerapan PSE yang konsisten dan menyeluruh di sekolah juga dapat mengarah pada terbentuknya
budaya positif di sekolah dengan s terus berkolaborasi bersama teman-teman sejawat agar memiliki pemahaman yang sama bahwa begitu
pentingnya peran kita sebagai guru untuk menuntun murid agar tercipta siswa yang memiliki Profil pelajar Pancasila.

2.3 Pembelajaran Coaching untuk supervisi


akademik

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya berlatih menerapkan kegiatan coaching dalam praktik baik di lingkungan sekolah,
menjadikan diri saya mempunyai nilai dan peran sebagai pemimpin pembelajaran yang dapat mewujudkan visi sekolah selaras dengan
profil pelajar Pancasila dengan menciptakan lingkungan belajar yang berkualitas dimulai berkolaborasi dengan sesama guru dan warga
sekolah, saling membantu memperbaiki kekurangan dan saling membagikan pemahaman dan pengalaman positif dan aksi nya yang
saya lakukan adalah mempraktikkan rangkaian supervisi akademik dalam pembelajaran dengan menggunakan paradigma berpikir
coaching dan melakukan refleksi terhadap praktik supervisi akademik kepada rekan sejawat Bpk. Jendry Manampiring, S>Pd

3.1 Pengambilan Keputusan berbasis Nilai-nilai


Kebajikan sebagai Pemimpin
Situasi dilingkungan sekolah sangat menjunjung tinggi nilai-nilai
kebajikan seperti kejujuran dan kebersamaan karena dari kejujuran maka

kita akan saling terbuka dan melalui kebersamaan maka akan tercipta kepedulian, saling membantu dan bekerja sama untuk melakukan
sesuatu,, seperti yg sekolah saya lakukan sebagai pimpinan sekolah dan guru- guru tidak ada yg ditutupi semua disampaikan secara terbuka
dan disekolah juga nampak sekali kebersamaan antar pimpinan dan guru- guru dalam hal meningkatkan mutu pendidikan dengan terus
berkolaborasi melalui komunitas praktisi yg dibentuk dan juga pada kegiatan" rapat yg dilaksanakan.
Dari modul 3.1 saya akan memahami bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan dalam situasi apapun
Yang ingin saya capai dan memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan dengan tepat sebagai pemimpin pembelajaran yg berdampak
pada peningkatan pembelajaran murid. Kegiatan Aksi nyata yang saya laksanakan adalah Wawancara dengan 3 Oramg Pimpinan/Kepala
Sekolah tentang Praktik pengambilan keputusan yaitu Kepsek SD Inpres Tumpaan Ibu Djenilen N. Mamoto, S>Pd, Kepsek SD GMIM
Tangkunei Ibu Mieke Talopd, S>Pd dan Kepsek SD GMIM Lelema Ibu Josephina Suot, M.Pd.

3.2 Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya


eorang pemimpin pembelajaran harus mampu memetakan 7 aset sumber daya di sekolah yang terdiri atas aset
manusia,aset sosial,aset fisik,finansial,politik,lingkungan,dan agama budaya.Pemetaan aset berpedoman pada prinsip
Asset Based Thinking atau berpikir berbasis aset untuk memaksimalkan potensi yang ada di sekolah. Aset atau
sumber daya hal baku dalam menunjang kemajuan sekolah,untuk itu saya mencoba bersama komunitas sekolah
memetakan dan mengelola aset yang ada menggunakan pendekatan Inkuiri apresiatif model BAGJA,dengan model
ini akan memaksimalkan manfaat aset bagi ekosistem sekolah dan mendukung pembelajaran dikelas.. Dan pada
modul ini saya melaksanakan aksi nyata Diskusi Pemetaan aset dengan Kepsek dan guru-guru, Orang tua/ wali
murid serta perwakilan siswa, hasil diskusi di cantumkan dalam notulen .

3.3 Pengelolaan Program yang berdampak


positif pada m urid
Agar guru dapat menjadikan murid sebagai pemimpin bagi proses pembelajaran mereka sendiri, maka guru dapat
memberikan kesempatan kepada murid untuk mengembangkan perannya dalam mengelola pembelajaran mereka
sendiri, sehingga potensi kepemimpinan mereka dapat berkembang dengan baik, Kepemimpinan murid adalah
tentang murid yang bertindak secara aktif dan membuat keputusan serta pilihan yang bertanggung jawab, daripada
hanya sekedar menerima apa yang ditentukan oleh orang lain. Murid-murid akan secara natural mempelajari
keterampilan belajar yang dapat digunakan sepanjang hidup mereka, Melalui upaya menumbuhkembangkan
kepemimpinan murid, guru menyediakan kesempatan murid untuk mengembangkan profil positif dirinya, yang
kemudian diharapkan dapat mewujud sebagai pelajar Pancasila yang tidak hanya menjadi pribadi yang merdeka,
tetapi juga menjadi pribadi yang memerdekakan bangsanya melalui suara, pilihan dan kepemilikan murid. Kegiatan
aksi nyata yang saya lakukan melalui diskusi tentang tahapan Buat Pertanyaan dan Ambil plajaran dari Tahapan
BAGJA bersama Kepsek, rekan sejawat dan perwakilan murid.

Anda mungkin juga menyukai