INFORMASI KESEHATAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
NAMA : FITRI NELLIZA
NIM : 1801032161
Komunikasi data
Sesuai dengan tujuan dikembangkannya SIKDA Generik, yaitu untuk
membangun suatu data base kesehatan Indonesia yang komprehensif, SIKDA
Generik harus mampu menghimpun, mengolah dan mendistribusikan semua data
kesehatan dari berbagai pelaksana kesehatan di Indonesia, baik pelaksana
kesehatan yang telah memiliki sistem informasi elektronik maupun masih paper
based. Dengan berbagai sistem pengelolaan informasi yang berbeda-beda, maka
SIKDA Generik dituntut untuk dapat berkomunikasi secara interaktif, memiliki
kemampuan interoperabilitas yang tinggi, sehingga dapat berkomunikasi dan
melakukan pertukaran data kesehatan dengan sistem lainnya yang sudah berjalan.
Kemampuan interoperabilitas adalah kemampuan sistem untuk saling tukar
menukar data atau informasi dan saling dapat mempergunakan data atau
informasi tersebut. Interoperabilitas bukan berarti penentuan atau penyamaan
penggunaan platform perangkat keras, atau perangkat lunak semisal operating
system tertentu, bukan pula berarti penentuan atau penyeragaman data base.
Namun berupa penyamaan format pertukaran data yang digunakan, misalnya
dengan menggunakan format data dalam bentuk data base SQL, Access, Excell,
maupun dalam format XML.
Format Data
Ada beberapa bentuk format standar yang dapat digunakan untuk melakukan
pertukaran data, yang umum digunakan adalah XML. XML atau eXtensible
Markup Language merupakan format data yang sering digunakan dalam dunia
world wide web. XML terdiri atas sekumpulan tag yang terdiri dari data. Satu set
data dalam XML dimulai dengan tag pembuka dan diakhiri dengan tag penutup.
XML adalah sebuah format dokumen yang mampu menjelaskan struktur dan
semantik (makna) dari data yang dikandung oleh dokumen tersebut. Berbeda
dengan HTML yang lebih berorientasi pada tampilan (appearance), XML lebih
fokus pada substansi data, sehingga lebih cocok digunakan sebagai media
pertukaran data. Kelebihan XML dibandingkan format teks biasa adalah struktur
data yang ditransfer tidak “hilang”, demikian juga deskripsi tentang semantik
datanya. Dengan karakteristik demikian XML telah menjadi standar de-facto bagi
pertukaran data antar aplikasi komputer. Spesifikasi format telah distandarkan
untuk menjadi referensi yang sama bagi tiap aplikasi komputer yang memerlukan.
Konten Data
Selain format data, konten data yang dipertukarkan juga harus seragam, misalnya
dalam penulisan kode dan penamaan variabel data dan definisi operasionalnya,
sehingga pada saat proses import dan eksport data, semua data dapat
tersinkronisasi dengan baik dan lengkap serta sesuai dengan yang diinginkan.
Misalnya dalam proses sinkronisasi data individu pasien puskesmas, mulai dari
penomoran rekam medik pasien, kode jenis kunjungan, nama poliklinik, kode dan
penamaan penyakit, kode obat dan atributnya, sampai dengan jenis tenaga
kesehatan yang menangani pasien tersebut, harus mengikuti aturan yang telah
ditetapkan. Contoh variabel data dan aturan penomoran/penulisan seperti yang
ditunjukan pada tabel berikut:
2.3. Desain Sistem
Berdasarkan ruang lingkup Sistem Kesehatan Daerah, maka SIKDA
Generik dirancang mengikuti komponen pelaksana kesehatan yang ada
didalamnya yaitu Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Provinsi. Sehingga
SIKDA Generik terbagi menjadi beberapa sub sistem sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIM Puskesmas)
2. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes)
3. Sistem Informasi Eksekutif
4. Sistem Komunikasi Data
1. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIM Puskesmas)
Aplikasi SIM Puskesmas digunakan di puskesmas dalam kegiatan pencatatan
berbagai kegiatan pelayanan, baik itu kegiatan dalam gedung maupun kegiatan
luar gedung, dan dapat dilakukan koneksi data base secara oline melalui
jaringan internet ke Server SIKDA Generik di dinas kesehatan, maupun ke data
base lokal yang ada di puskesmas.
Kegiatan puskesmas yang mampu ditangani oleh SIM Puskesmas adalah :
1. Pengelolaan informasi riwayat medis pasien per individu
2. Pengelolaan informasi kunjungan pasien ke puskesmas.
3. Pengelolaan informasi kegiatan pelayanan kesehatan dalam gedung,
meliputi:
a. Pelayanan rawat jalan (poliklinik umum, gigi, KIA, imunisasi, dll)
b. Pelayanan UGD
c. Pelayanan rawat inap
4. Pengelolaan informasi pemakaian dan permintaan obat/farmasi di
puskesmas, pos obat desa, pos UKK.
5. Pengelolaan informasi tenaga kesehatan puskesmas
6. Pengelolaan informasi sarana dan peralatan (inventaris) puskesmas
7. Pengelolaan informasi kegiatan luar gedung yang meliputi
a. Kegiatan puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan desa, posyandu,
polindes, poskesdes, poskestren.
b. Pengelolaan informasi pembiayaan kesehatan masyarakat dan keuangan
puskesmas
c. Pengelolaan informasi gizi masyarakat
d. Pengelolaan informasi surveilans (pengendalian penyakit)
e. Pengelolaan informasi promosi kesehatan
f. Pengelolaan informasi kesehatan lingkungan
8. Pengelolaan pelaporan internal dan ekternal puskesmas
2. Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan (SIM Dinkes)
Aplikasi ini berfungsi untuk menangani pencatatan dan pengelolaan data yang
berasal dari:
1. Pengelolaan data puskesmas, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data
manual dari puskesmas yang ada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota,
yang bersifat agregat.
2. Pengelolaan data rumah sakit tingkat kabupaten/ kota, berfungsi untuk
mengentri data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah
maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota
yang bersifat agregat.
3. Pengelolaan data rumah sakit tingkat provinsi, berfungsi untuk mengentri
data manual yang berasal dari rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta,
yang berada dalam wilayah kerja dinkes provinsi yang bersifat agregat.
4. Pengelolaan data apotek/instalasi farmasi, berfungsi untuk mencatat dan
mengelola data manual yang berasal dari apotek/instalasi farmasi baik
pemerintah maupun swasta, yang berada dalam wilayah kerja dinkes
kabupaten/kota, yang bersifat agregat.
5. Pengelolaan data penunjang, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data
manual, yang bersifat agregat, yang berasal dari laboratorium/ radiologi/
fasilitas penunjang lainnya, baik itu milik pemerintah maupun swasta yang
berada dalam wilayah kerja dinkes kabupaten/kota.
6. Pengelolaan data kesehatan lainnya, yang berfungsi untuk mencatat dan
mengelola data kesehatan yang berasal dari fasilitas kesehatan selain
puskesmas, rumah sakit, apotek/instalasi farmasi, dan laboratorium
penunjang, yang berada dalam wilayah kerja dinas kesehatan, misalnya dari
lembaga lintas sektor (institusi non kesehatan), praktik dokter dan klinik,
lembaga survei, dan organisasi kesehatan lainnya, yang berada dalam wilayah
kerja dinas kesehatan.
7. Pengelolaan data SDM, yang berfungsi untuk mencatat dan mengelola data
SDM kesehatan di kabupaten/kota/provinsi.
8. Pengelolaan data aset, berfungsi untuk mencatat dan mengelola data aset
pada dinkes kabupaten/
kota dan dinkes Provinsi.
3. Sistem Informasi Eksekutif
Sistem Informasi Eksekutif, berfungsi untuk menampilkan profil kesehatan
daerah, yang di dalamnya berisi indikator kesehatan daerah yang merupakan
rangkuman dari data-data puskesmas, rumah sakit, dan gudang farmasi
kabupaten/kota. Informasi disajikan secara ringkas dalam bentuk grafik, tabel,
maupun statistik, yang dapat diakses oleh jajaran pimpinan misalnya bupati,
gubernur, kepala dinas kesehatan, dan pemangku kepentingan lainnya.
4. Sistem Komunikasi Data Kesehatan
Sistem Komunikasi Data Kesehatan, berfungsi untuk menangani proses
sinkronisasi/ migrasi data yang berbentuk soft copy yang berasal dari dinas
kesehatan kabupaten/kota, puskesmas, rumah sakit, laboratorium,
apotek/farmasi, dan institusi kesehatan lainnya yang telah menggunakan
perangkat komputer, aplikasi sistem informasi manajemen dan telah terhubung
secara online melalui jaringan internet ke data base SIKDA Generik dalam
proses pengelolaan data.
Jenis data yang dikomunikasikan adalah sebagai berikut :
1. Data umum fasilitas pelayanan kesehatan
2. Data pasien baru
3. Data kunjungan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan
4. Data morbiditas
5. Data pengelolaan obat dan alat kesehatan
6. Data pengelolaan sarana dan prasarana fasilitas pelayanan kesehatan
7. Data pengelolaan tenaga kesehatan dan non kesehatan
8. Data statistik daerah.
2.4. Tahap pelaksanaan SIKDA Generik
SIKDA Generik mulai dipikirkan pengembangannya pada saat dirasakan
adanya kebutuhan suatu sistem yang memenuhi kebutuhan pengelolaan data dan
informasi yang standar, dapat terintegrasi secara nasional dan dapat diterapkan di
wilayah dengan sumber daya yang terbatas. Hal ini terealisasi dengan adanya
bantuan teknis dari GIZ (The Deutsche Gesellschaft für Internationale
Zusammenarbeit) untuk Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan.
Pengembangan SIKDA Generik mulai terlihat hasilnya dengan selesainya modul
SIM Puskesmas berupa prototype testing di Pusdatin dan prototype testing untuk
puskesmas per tanggal 31 Agustus 2011. Sesuai dengan rencana, per 30
September 2011 akan selesai. Modul Bank Data dan SIM Dinkes (uji coba). Bank
data di Pusdatin (uji coba), di Dinkes dengan menjalankan prototype puskesmas)
dan per 30 oktober 2011 diharapkan Modul Konektivitas (Sistem Komunikasi
Data) selesai. dan membuat “Connectathon”, dimulai dengan 3 – 5 sistem yang
sudah jadi. (Connectathon untuk menguji dan memilih vendor).
Integrasi dengan aplikasi-aplikasi di rumah sakit, instalasi farmasi/apotek
dan fasilitas penunjang lain akan mulai dilaksanakan tahun 2012 Dalam
penerapan SIKDA Generik ada beberapa hal yang harus ada dan dipersiapkan
yaitu pelatihan, pendampingan, dan perubahan budaya kerja. Dari ketiga hal
tersebut, dua yang pertama yaitu pelatihan dan pendampingan sudah diakomodir
oleh Pusdatin Kemenkes dan sudah disiapkan anggarannya. Sedangkan yang
nomor tiga yaitu kesiapan dan kemauan para pengguna sendiri, merupakan
tantangan tersendiri bagi terlaksananya penerapan SIKDA Generik, akan tetapi ini
pun pasti bisa diintervensi mungkin dengan berbagai cara seperti pelatihan,
workshop dan pendampingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan data, publikasi
pemanfaatan data, pemberian penghargaan dan publikasi bagi daerah dengan
pengelolaan SIKDA terbaik.
Tantangan dalam penerapan SIKDA Generik
Di Indonesia terdapat 138 kabupaten/kota (kondisi tahun 2009/2010) yang
termasuk daerah bermasalah kesehatan (DBK) dan/atau daerah terpencil,
perbatasan dan kepulauan (DTPK) yang pada umumnya merupakan daerah yang
masih kurang dalam ketersediaan infrastrukur dan SDM. Hal ini menjadi suatu
tantangan dan perlu persiapan dan perencanaan khusus dalam penerapan SIKDA
Generik di daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu untuk penerapan SIKDA
Generik dan pengembangan SIK secara umum, telah diupayakan penyediaan
sebagian kebutuhan dana dari Global Fund. Persiapan dan perencanaan tersebut
digunakan untuk:
1. Pengadaan hardware, pengiriman dan instalasi (USD 952,531 – 1.10 dana GF)
2. Sub-contract penerapan di lapangan (USD 2,331,000 – 1.09 dana GF)
1 vendor 1 wilayah atau 1 vendor untuk semua Vendor harus
mempunyai:
1 tim di setiap kabupaten
Training classroom (ruang pelatihan)
Rotasi Pendampingan rutin (1 hari kunjungan ke puskesmas setiap
minggu)
3. Manajemen proyek SIKDA (oleh Pusdatin)
Vendor Performance Contract Manajemen
Perlu dipikirkan pula adanya kabupaten/kota atau puskesmas yang sudah
menerapkan SIK komputerisasi online dan telah memiliki bank data yang telah
terisi data. Untuk daerah tersebut harus terus diberikan dorongan dan monitoring,
serta disediakan koneksi agar data yang ada dapat masuk ke bank data nasional
Untuk program kesehatan yang selama ini telah memiliki sistem informasi
yang terpisah-pisah, perlu dilakukan advokasi agar sejalan dengan penerapan
SIKDA Generik, sistem informasi program-program yang terpisah mulai diakhiri.
Dengan demikian akan mengurangi fragmentasi.
Dalam pengembangan aplikasi biasanya menggunakan jasa pihak ketiga
(vendor), Mengingat SIK dikembangkan menuju ke sistem komputerisasi online,
perlu adanya jaminan interoperabilitas dan konektivitas dari aplikasi yang
dikembangkan. Oleh karena itu perlu dilakukan kegiatan semacam connectathon.
Connectathon adalah kegiatan untuk menguji interoperabilitas dan konektivitas
dari suatu sistem teknologi informasi, mengikuti spesifikasi yang telah ditentukan
oleh IHE (Integrating the Healthcare Enterprise, inisiatif bersama dari
profesional kesehatan dan industri untuk meningkatkan metode sistem komputer
dalam berbagi informasi kesehatan) a joint initiative of healthcare professionals
and industry to improve the way computer systems in healthcare share
information.
dinas kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas telepon yaitu setelah entri data
selesai data dikirim dengan dial-up, namun muncul masalah baru dimana ada 10
Puskesmas tidak mempunyai fasilitas jaringan telepon sehingga untuk pelaporan
menggunakan disket. Hal ini menyebabkan munculnya masalah data tidak
lengkap dan tidak tepat waktu.
Guna mengatasi permasalahan baru tersebut sejak tahun 2004 sampai 2010
dikembangkan jaringan intranet jajaran kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi wireless LAN, sedangkan sekarang sebagian memanfaatkan teknologi
speedy (internet). Sedangkan untuk mengatasi permasalahan SDM dilakukan
pelatihan dan bimbingan teknis.
2.7. Spesifikasi Sistem
Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA) dibagi dalam 3 sub sistem,
dan beberapa modul dibawah sub sistem. Beberapa sub sistem mempengaruhi
sub sistem lainnya, sehingga proses yang berjalan tergantung dari entri dan
pengolahan data dari sub sistem sebelumnya. Namun demikian dimungkinkan
diambil kebijakan by pass system untuk kondisi tertentu guna menjamin SIKDA
tetap berjalan meskipun terjadi gangguan yang tidak diinginkan pada salah satu
sub sistem.
Sistem pengelolaan user dilakukan secara bertingkat den-gan pembagian
group user sesuai dengan person dalam sistem, sehingga dapat diantisipasi
overlapping fungsi setiap user. Sistem manajemen user secara bertingkat akan
menentukan tanggung jawab terhadap suatu entri data dan distribusinya,
sehingga hanya user yang benar-benar memiliki hak yang mampu mengakses
data dan informasi secara proporsional. Interaksi user secara langsung terha-dap
data juga dibatasi, sehingga end user tidak akan bisa memanipulasi data base.
Adapun secara lengkap rancang bangun Sistem Informasi Kesehatan Daerah di
Dinas Kesehatan Kabupaten Pur-worejo seperti diagram dibawah ini :
3.1. Kesimpulan
Dalam pembangunan sebuah aplikasi, yang perlu diperhati-kan bukan
hanya sistem serta bisnis proses (prosedur) saja yang dijalankan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, na-mun proses komunikasi dan koordinasi dalam sistem
juga perlu diperhatikan sehingga terjadi sinkronisasi antara keten-tuan yang
berlaku, kebijakan yang diterapkan serta aktifitas yang dijalankan sehingga perlu
kepemimpinan dan komitmen yang kuat disemua jenjang. Melalui pembangunan
SIKDA yang handal, pimpinan mampu memantau pekerjaan bawa-han secara
lebih cepat dan detail, sehingga setiap keputusan yang diambil melalui proses
yang tepat dan data yang benar akurat dan lengkap.