Anda di halaman 1dari 13

I

MAKALAH ILMU HADIS

Makalah ini sengaja dibuat untuk memenuhi tugas Mata kuliah ilmu hadis

INGKAR SUNNAH

Dosen pengampu :

Dr. Muh Nur Abduh, M.Ag.

Disusun Oleh :

Muhammad Diaul Haq (40300123053)

Muh alfaridzi (40300123040)

Imam Afriyanto (40300123043)

PRODI BAHASA DAN SASTRA INGGRIS

FAKUKTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR


I

TAHUN 2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas nikmat sehat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
membahas Ingkar sunnah Ilmu hadis. Tujuan utama makalah ini adalah untuk
mengenal lebih jelas mengenai Ingkar Sunnah Dalam pembahasan ini, kami akan
menjelaskan Pengertian, Seharah, serta alasan dan bahayanya Ingkar Sunnah.
Makalah ini disusun sebagai bagian dari pembelajaran kami dalam mata
kuliah Ilmu Hadis Dosen Dr. Muh Nur Abduh, M.Ag. Kami berharap makalah ini
dapat memberikan pemahaman yang lebih baik dan membantu para pembaca
untuk menggali lebih dalam makna dan signifikansi agama.
I

DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR..........................................................................................................1

DAFTAR ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3

A. Latar Belakang.............................................................................................3
B. Rumus Masalah............................................................................................3
C. Tujuan Masalah............................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4

A. Pengertian Ingkar sunnah.............................................................................4


B. Sejarah Ingkar
sunnah...................................................................................6
C. Alasan Pengingkar sunnah...........................................................................7
D. Bahaya Ingkar sunnah..................................................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................10

KESIMPULAN......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................10
I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ingkar Sunnah, atau penolakan terhadap ajaran dan praktek-praktek
yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW, merupakan suatu fenomena yang
merugikan dalam konteks kehidupan umat Islam. Hal ini menunjukkan
kurangnya pemahaman terhadap nilai-nilai sunnah yang seharusnya menjadi
pedoman dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Sejarah ingkar sunnah
mencakup perkembangan penolakan terhadap sunnah mulai dari masa awal
Islam hingga zaman kontemporer.

Penolakan terhadap sunnah bisa disebabkan oleh faktor-faktor seperti


kurangnya pemahaman terhadap hadis dan sunnah, pengaruh ajaran-ajaran
yang menyimpang, serta ketidaksetujuan terhadap interpretasi tertentu.
Faktor-faktor ini bersama-sama membentuk dasar dari fenomena ingkar
sunnah. Ingkar sunnah membawa dampak negatif terhadap kehidupan umat
Islam. Bahayanya meliputi ketidakstabilan aqidah, terpecahnya persatuan
umat, serta kehilangan nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan oleh
Rasulullah. Makalah ini bertujuan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang
fenomena inkar sunnah, menganalisis sebab-sebabnya, serta menyadarkan
pentingnya memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran sunnah dalam
menjalani kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan pengertian ingkar sunnah ?
b. Jelaskan mengenai sejarah ingkar sunnah ?
c. Jelaskan alasan pengingkar sunnah
I

d. Bahaya ingkar sunnah


C. Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian ingkar sunnah
b. Untuk mengetahui sejarah ingkar sunnah
c. Untuk mengetahui alasan pengingkar sunnah
d. Untuk mengetahui bahaya ingkar sunnah
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ingkar Sunnah
Ingkar berasal dari istilah yang diambil dari Bahasa Arab (‫ار‬AA‫)إنك‬, yang
merupakan bentuk mashdar dari fiil ankara-yunkiru (‫ينكر‬-‫)أنكر‬. Istilah ankara
dalam kamus Al-Mu'jam Al-wasīṭ memiliki arti jahila (‫ل‬AAA‫)جه‬, yang
mengindikasikan ketidaktahuan atau ketidakmengenalan, sebagaimana
dijelaskan dalam QS. Yusuf ayat 58 berikut.

‫َفَد َخ ُلوا َع َلْيِه َفَعَر َفُهْم َو ُهْم َلُه ُم نِك ُرون‬


“lalu mereka (saudara-saudara Yusuf) masuk ke (tempat)nya. Maka dia
(Yusuf) mengenali mereka, sedang mereka tidak mengenalinya.”
Makna dari kalimat tersebut dapat juga diartikan sebagai jaḥada (‫)جحد‬, yang
merujuk pada tindakan tidak mengakui atau menyangkal, sebagaimana
dijelaskan dalam Surat al-Nahl ayat 83.

“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka menyangkalnya.”


Sementara makna as-sunnah atau ‫( السنة‬tradisi) dalam Bahasa Arab secara
linguistik adalah al-ṭariqah (‫ة‬AAA‫)الطريق‬, yang berarti jalan. Namun, dalam
pengertian istilah, as-sunnah memiliki interpretasi yang bervariasi tergantung
pada siapa yang memberikan definisinya. Menurut pandangan Al-Askari,
terdapat perbedaan antara makna Al-Inkar dan Al-Juhdu. Al-Inkar merujuk
pada penolakan terhadap sesuatu yang tersembunyi tanpa didukung oleh
pengetahuan, sementara Al-Juhdu merujuk pada penolakan terhadap sesuatu
yang terlihat dengan disertai pengetahuan. Oleh karena itu, ada kemungkinan
I

bahwa seseorang yang menolak sunnah sebagai argumen mungkin kurang


memiliki pengetahuan tentang ilmu hadis (Ichwan, 2007).
Dari beberapa makna kata ingkar tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara
etimologis, ingkar diartikan sebagai tindakan menolak, tidak mengakui, dan
tidak menerima sesuatu, baik dalam hal lahiriah dan batiniah, lisan dan hati,
yang didasari oleh keyakinan, dan faktor lainnya.

4
Sementara itu, kata "sunnah" mengacu pada jalan yang telah ditempuh oleh
generasi sebelumnya dan diikuti oleh generasi berikutnya, mencakup tata cara
hidup dan perilaku, baik yang terpuji maupun tercela. Sunnah juga dapat
merujuk pada norma-norma baik dan buruk dalam perilaku hidup (Mursidin,
2022).
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, penolakan terhadap as-sunnah, yang
disebut Inkar sunnah, sebagai kombinasi dari dua kata yang berbeda, memiliki
beberapa makna sebagai berikut:
a. Pemahaman menolak hadis atau as-sunnah sebagai sumber ajaran Islam
setelah Al-Quran di kalangan masyarakat Muslim.
b. Pemahaman menolak ajaran Islam yang bersumber dari as-sunnah yang
sahih di kalangan sebagian kecil umat Islam, baik yang bersifat praktis
maupun yang secara resmi telah dikodifikasikan oleh para ulama, atau
penolakan terhadap hadis Mutawātir maupun Āḥād, baik secara
keseluruhan maupun sebagian (Suhandi, 2015).
Definisi yang lebih rasional adalah yang mengumpulkan berbagai bentuk
penolakan terhadap sunnah yang terjadi di sebagian masyarakat belakangan ini,
terutama pada definisi sebelumnya yang dianggap tidak mungkin terjadi karena
dianggap tidak mungkin seorang Muslim menolak sunnah sebagai dasar hukum
Islam. Oleh karena itu, dari pengertian terminologi mengenai penolakan
terhadap sunnah, dapat disimpulkan bahwa penolakan terhadap sunnah adalah
pandangan atau pendapat perseorangan atau pandangan kelompok, bukan suatu
gerakan atau aliran. Kemungkinan besar pandangan ini dapat menerima sunnah
sebagai sumber hukum Islam, misalnya sebagai fakta sejarah, aspek budaya,
I

tradisi, dan lain sebagainya. Sunnah yang menjadi objek penolakan adalah
sunnah yang dianggap sahih, baik secara substansial, yaitu sunnah yang
menggambarkan praktik dari pengalaman Al-Qur'an (sunnah 'amaliyah),
maupun secara formal yang telah diatur oleh para ulama dan mencakup
tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi. Mungkin mereka akan menerima
sunnah secara substansial, namun menolak sunnah secara formal atau bahkan
menolaknya secara keseluruhan (Khon, 2016).

5
B. Sejarah Ingkar Sunnah
1) Ingkar Sunnah pada Periode Klasik
Penolakan terhadap hadis atau assunnah telah muncul sejak masa hidup
Nabi Muhammad saw. Al-Nawawī merinci cerita tentang seseorang yang
menolak untuk makan dengan tangan kanan dan lebih memilih
menggunakan tangan kirinya, meskipun Rasulullah saw. telah memberikan
perintah untuk makan dengan tangan kanan. Setelah wafatnya Rasulullah
saw., penolakan terhadap hadis tidak hanya terjadi pada masa hidup beliau.
Bahkan, pasca wafatnya Rasulullah saw., fenomena penolakan terhadap
hadis masih terus berlangsung. Muslim dalam Ṣahīh-nya menceritakan
tentang orang-orang yang menolak untuk membayar zakat pada masa
pemerintahan Khalifah Abu Bakar al-Ṣiddīq.
Keyakinan penolakan terhadap sunnah juga muncul pada masa tabi'in.
Suatu hari, ketika ‘Imran bin Husain sedang memberikan pengajaran
mengenai hadis, tiba-tiba ada seseorang yang menginterupsi
pembicaraannya, meminta ‘Imran bin Huṣain untuk tidak mengajarkan
hadis dan cukup fokus mengajarkan Al-Quran saja. ‘Imran kemudian
menjawab bahwa kita tidak dapat memahami semua aspek ibadah dengan
segala syaratnya kecuali dengan petunjuk dari Rasulullah saw. Akhirnya,
orang tersebut menyadari kesalahannya. Kemudian, paham penolakan
terhadap sunnah muncul kembali, berkembang menjadi suatu aliran.
Menurut Muhammad Abu Zahrah, ada tiga arus utama pemahaman
I

penolakan terhadap sunnah yang berkonfrontasi dengan al-Shafi’i, yang


dapat dirangkum sebagai berikut: (Faridi, Sucipto, & Kosasih, 2023)
a. Kelompok yang menolak keseluruhan assunnah dari Nabi saw.
b. Kelompok yang menolak as-sunnah, kecuali jika as-sunnah tersebut
sejalan dengan petunjuk Al-Quran.
c. Kelompok yang menolak hadis Āhād dan hanya menerima hadis atau
assunnah yang Mutawātir.

6
2) Ingkar Sunnah pada Periode Modern
Tokoh-tokoh dari kelompok yang menolak sunnah, terutama dari kalangan
orientalis modern, contohnya adalah Ignaz Goldziher (1850 M – 1921 M).
Orientalis berketurunan Yahudi asal Hongaria ini menyimpulkan bahwa Al-
Zuhri, seorang perawi hadis, merupakan pemalsu hadis. Dengan
keyakinannya ini, Goldziher menolak validitas hadis secara keseluruhan.
Ali Mustafa Yaqub mengatakan bahwa Ignaz Goldziher merupakan
orientalis pertama yang mendalami studi tentang hadis. Selain Goldziher,
tokoh lain yang menolak sunnah adalah Joseph Schacht (1902 M – 1969
M), orientalis asal Jerman. Schacht menyimpulkan bahwa hadis-hadis
merupakan hasil karya ulama pada abad kedua dan ketiga hijriah, dan
menolak keabsahan mereka secara keseluruhan. Sedangkan tokoh-tokoh
yang menolak sunnah dari kalangan oksidentalis melibatkan figur-figur
seperti Ghulām Aḥmad Parvez dari India, Taufīq Ṣidqī, Aḥmad Amīn,
Musṭafa Maḥmūd, Rashshād Khalīfah, dan Abū Rayyah dari Mesir, serta
Kassim Ahmad dari Malaysia, dan lain sebagainya (Bullah, 2018).
C. Alasan Pengingkar Sunnah
Penyebab munculnya penolakan terhadap sunnah dijelaskan secara rinci
oleh Abduha Zulfidar Akaha dalam bukunya yang berjudul "Debat Terbuka
Ahlussunnah versus Ingkar Sunnah." Alasan-alasan mereka untuk menolak
I

sunnah melibatkan: (1) keyakinan bahwa yang dijamin oleh Allah hanya Al-
Quran, bukan sunnah, (2) Nabi sendiri melarang penulisan Hadis, (3) Hadis
baru dicatat pada abad kedua Hijriyah, (4) adanya banyak pertentangan antara
satu hadis dengan hadis lainnya, (5) pandangan bahwa Hadis adalah hasil karya
manusia, (6) adanya kontradiksi antara Hadis dan Al-Quran, (7) pendapat
bahwa Hadis merupakan tiruan dari umat lain, (8) pandangan bahwa Hadis
menyebabkan perpecahan dalam umat Islam, (9) pandangan bahwa Hadis
membuat umat Islam mundur dan terbelakang (Wahid, 2016).

7
Untuk memahami lebih rinci tentang pandangan penolakan terhadap sunnah
tersebut, perlu diperhatikan pokok-pokok ajaran yang terkandung dalam aliran
penolakan sunnah. Beberapa pokok ajaran yang dimaksud meliputi:
1. Tidak percaya pada semua hadits Nabi. Mereka meyakini bahwa hadis
merupakan konstruksi Yahudi dengan tujuan merusak Islam dari dalam.
2. Dasar hukum tunggal dalam Islam adalah Al-Qur'an. Keyakinan mereka
didasarkan pada prinsip bahwa Islam hanya bersandar pada Al-Qur'an.
3. Sholat memiliki variasi yang berbeda, beberapa hanya melakukan 2 rakaat,
sementara yang lain bahkan hanya menghafalkan doa sholat.
4. Puasa hanya diwajibkan bagi mereka yang telah melihat bulan, dan hanya
satu orang yang telah melihat bulan yang diwajibkan berpuasa.
5. Haji dapat dilakukan selama 4 bulan yang dilarang: Muharram, Rajab,
Zulkaid, dan Dzulhijjah.
6. Pakaian Ihram adalah pakaian khas Arab yang dapat menyebabkan
berbagai masalah. Oleh karena itu, mereka diizinkan menggunakan celana
panjang dan pakaian polos selama musim panas, serta berpakaian formal
seperti jas/dasi.
7. Mereka meyakini bahwa para Rasul akan berada hingga Hari Pengadilan.
I

8. Tidak mengakui hak Nabi Muhammad untuk menjelaskan ajaran Al-Qur'an


(isi Al-Qur'an).
9. Tidak melakukan doa untuk almarhum sebagai bagian dari keyakinan
mereka (Kaharuddin & Abdussahid, 2018).
D. Bahaya Ingkar Sunnah
Bahaya dari ingkar sunnah mencakup konsekuensi hukum dan keagamaan.
Menurut Imam Ibnu Hazm, seseorang yang hanya mengakui Al-Qur'an dan
menolak sunnah dapat dianggap kafir berdasarkan ijma para ulama umat Islam.
Selain itu, keberadaan kelompok-kelompok yang menolak sunnah dapat
menjadi ancaman terhadap praktek keagamaan yang telah diajarkan oleh
Rasulullah. Mereka juga dapat menyebarkan pemahaman yang menyesatkan
terhadap sunnah, yang dapat mempengaruhi keyakinan dan keimanan umat
Islam. Oleh karena itu, bahaya ingkar sunnah meliputi konsekuensi hukum dan
potensi pengaruh negatif terhadap praktek keagamaan umat Islam.
8
Kelompok penolak sunnah, dalam melaksanakan perintah-perintah Allah
dalam Al-Quran, masing-masing menjalankannya sesuai dengan pemahaman
mereka yang bersumber dari hawa nafsu. Sebagai contoh, perintah Allah dalam
Al-Quran tentang sholat diinterpretasikan oleh mereka dengan berbagai cara
seperti hanya mengingat atau memusatkan perhatian (eling), melakukan
dengan dzikir, dan pendekatan lainnya. Mereka tidak pernah merujuk pada
hadits untuk memahami perintah sholat dalam Al-Quran sebagaimana yang
mereka praktikkan. Dengan cara menafsirkan Al-Quran berdasarkan
kebodohan dan hawa nafsu, serta tidak mengikuti metode tafsir yang telah
dilakukan oleh ulama mufassirin, kelompok penolak sunnah dianggap sebagai
ancaman serius terhadap kemurnian ajaran Islam (Ahmad, 2022).
I

9
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian Inkar al- Sunnah Kata “Inkar al- sunnah” terdiri dari dua kata
yaitu “inkar” dan “Sunnah”.Kata “inkar” diartikan menolak, tidak mengetahui,
dan tidak menerima sesuatu, baik lahir dan batin yang dilatar belakangi oleh
faktor ketidaktahuannya atau fakor lain.
Penolakan terhadap sunnah adalah pandangan atau pendapat perseorangan
atau pandangan kelompok, bukan suatu gerakan atau aliran. Sunnah yang
menjadi objek penolakan adalah sunnah dianggap sahih, baik secara
substansial, yang menggambarkan praktik dari pengalaman Al-Qur'an (sunnah
'amaliyah), maupun secara formal yang telah diatur oleh para ulama dan
mencakup tindakan, perkataan, dan persetujuan Nabi.
I

Bahaya dari ingkar sunnah mencakup konsekuensi hukum dan keagamaan.


Imam Ibnu Hazm, seseorang yang hanya mengakui Al-Qur'an dan menolak
sunnah dapat dianggap kafir berdasarkan ijma para ulama umat Islam.

Daftar Pustaka

Ahmad, T. S. (2022). Bahaya Ingkar Sunnah Terhadap Kemurnian Ajaran Islam.


An-Nahdlah, 148-167 Vol. 9 No. 1.
Bullah, H. (2018). Pandangan Mustafa Mahmud Terhadap Hadis Syafaat (Studi
tentang Pengingkar Sunnah). Jurnal Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial dan
Budaya LPPM Institute oi Pesantren KH. Abdul Chalim Mojokerto, 49-59,
No. 1.
Faridi, Sucipto, I., & Kosasih, E. (2023). Paham Ingkar Assunnah dan
Propagandanya Tentang Hadis Nabi SAW (Studi Kritis Terhadap
Pandangan Ingkar As--Sunnah Tentang Kedudukn dan Kehujjahan Hadis
Nabi SAW). Jurnal Studi Hadis Nusantara, 41-51 Vol. 5 No. 1.
Ichwan, M. N. (2007). Studi Ilmu Hadis. Cetakan I. Semarang: Rasail.
Kaharuddin, & Abdussahid. (2018). Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam
(Tinjauan Paham Ingkar Sunnah, Syi'ah, dan Orientalis). Tajdid: Jurnal
I

Pemikiran Keislaman dan Kemanusiaan, 462, Vol. 2 No.2.


Khon, A. M. (2016). Ulumul Hadis. Cetakan 4. Jakarta: Amzah.
Mursidin, I. I. (2022). Ingkarr Sunnah (Argumen dan Tokohnya). Jurnal Ilmu
Hadits, 1-20 Vol. 1 No. 1.
Suhandi. (2015). Ingkar Sunnah (Sejarah, Argumentasi, dan Respon Ulama
Hadits). Al-Dzikra: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur'an dan Al-Hadits, 93-115,
No. 1.
Wahid, R. A. (2016). Sejarah Pengkajian Hadis di Indonesia. Medan: IAIN Press.

Anda mungkin juga menyukai