Karya Tulis
Oleh:
VERDINA PUTRI PERMATA SARI
No Induk : 3841
Kelas : XII IPA1
ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS
Bululawang,
Saya yang menyatakan
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Guru Pembimbing
NIP : 196612061991032007
Kepala Sekolah
NIP. 197009101995032004
Tanggal :
Angkatan : 2023
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pengaruh Belimbing Wuluh Terhadap Pengawetan Daging
Aayam Broiler” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam juga tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam
menempuh jenjang pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas. Penulis
menyadari bahwa terdapat tantangan yang dihadapi dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini, namun berkat dukungan, bimbingan, dan bantuan
dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
sebesar- besarnya kepada:
1. Ibu Hari Kusrini, S.Pd., MM, selaku Kepala SMAN 1 Bululawang.
2. Bapak Temu Sulistiono, S.Pd., M.Pd, selaku Wali Kelas XII-IPA 1
3. Ibu Dra. Uswatun Chasanah selaku guru pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah.
4. Kepada orang tua tercinta atas dukungan, doa, nasihat, motivasi, dan
kasih sayang yang tak terbatas, untuk segala bantuan demi memberikan
pendidikan yang terbaik kepada penulis.
5. Kepada teman – teman seperjuangan yang telah memberi semangat
kepada penulis.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan karya
tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
2
Tidak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa karya tulis ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.
Bululawang,
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN..................................................................................2
1.4 MANFAAT.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 AYAM BROILER..........................................................................................3
2.2 DAGING AYAM............................................................................................3
2.3 Ciri-ciri daging ayam broiler segar................................................................4
2.4 Kelebihan dan kekurangan ayam broiler......................................................4
2.5 Cemaran bakteri...........................................................................................5
2.6 Faktor Kontaminasi.......................................................................................6
2.6.1 Faktor Peralatan................................................................................................6
2.6.2 Faktor Lingkungan.............................................................................................7
2.7 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi linn).......................................................7
2.7.1 Definisi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)..............................................7
2.7.2 Klasifikasi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)...........................................7
2.7.3 Morfologi daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi linn).................................8
2.7.4 Kandungan kimia daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)......................8
2.8 Aktivitas antibakteri.......................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................12
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................12
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................12
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................12
3.3 Langkah Kerja............................................................................................13
4
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................................................14
4.1 Analisis dan hasil penelitian........................................................................14
4.2 Pembahasan...............................................................................................15
4.2.1 Aroma..............................................................................................................15
4.2.2 Warna..............................................................................................................15
4.2.3 Tekstur............................................................................................................15
BAB V PENUTUP........................................................................................................16
Kesimpulan.......................................................................................................16
Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................................18
5
BAB I
PENDAHULUAN
6
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Kandungan gizi
daging ayam broiler yang cukup tinggi menjadi tempat yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme pembusuk yang dapat menurunkan
kualitas daging (Soeparno, 2005). Menurut Suradi (2006) penyimpanan
daging ayam broiler pada temperatur ruang selama 12 jam setelah
pemotongan dapat menyebabkan terjadi penurunan keasaman (pH), daya
ikat air dan peningkatan susut masak daging. Penurunan kualitas daging
ditunjukkan oleh perubahan sifat fisik dan kimia yang tidak diinginkan
sehingga daging menjadi tidak layak konsumsi. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penanganan lebih lanjut untuk menanggulanginya. Salah satu
proses pengawetan daging adalah dengan metode pengawetan yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam daging ayam broiler
(Syamsir, 2010).
7
(Iptek, 2007). Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan
kimia buah belimbing wuluh yang dilakukan Herlih (1996) menunjukkan
bahwa buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat,
minyak menguap, fenol, flavonoid dan pektin. Flavonoid diduga
merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung dalam buah
belimbing wuluh (Zakaria et al., 2007).
1.4 MANFAAT
1.1.1 Bagi peneliti:
Menambah wawasan dalam upaya pemanfaatan belimbing
wuluh terhadap pengawetan daging ayam broiler.
1.1.2 Bagi dunia pendidikan:
Menyediakan informasi sebagai pembelajaran mengenai
pemanfaatan belimbing wuluh terhadap pengawetan daging
ayam broiler.
1.1.3 Bagi masyarakat:
Menembah informasi dan wawasan kepada masyarakat
mengenai alternatif pengawetan belimbing wuluh terhadap
pengawetan daging ayam broiler.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
antara lain kenaikan berat badan yang cepat, dagingnya empuk,
ukuran badan besar padat dan berisi, efesiensi tehadap
5
pakan relatif tinggi, sebagian besar pakan yang dimakan mampu
diubah menjadi daging, dan mudah didapatkan di pasar maupun
supermarket dengan harga yang terjangkau (Kasih et al, 2012).
2.3.3 Bau daging, tidak ada bau yang menyengat, tidak berbau amis,
dan tidak berbau busuk.
2.3.4 Konsistensi pada otot dada dan paha kenyal, tidak lembek. Pada
bagian dalam karkas dan serabut otot berwarna putih agak pucat,
pembuluh darah dan sayap kosong (tidak ada sisa-sisa darah).
4
Produk-produk makanan yang berasal dari hewani, misalnya daging,
susu, telur ataupun produk makanan jenis olahan lainnya merupakan
media yang baik untuk berkembang biak mikroba dan menyebabkan
suatu bahan pangan mudah rusak atau busuk. Menurut Adiningsih
(2009), Foodbrorne illness adalah penyakit yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme patogen yang mencemari bahan makanan, seperti
salmonella, staphylococcus aureus, Escherichia coli, clostrdium
botulinum, dan campylobacter sp.
5
coli berkembang dengan baik (Tarmuji, 2003). Escherichia coli yang
mencemari daging ayam umunya berasal dari ruangan, peralatan
maupun meja tempat pemotongan ayam, serta air yang digunakan
selama proses pemotongan hingga pengolahan daging ayam
broiler (Dewantoro, 2009). Pelaksanaan pemotongan dan
penanganan yang kurang baik setelah pemotongan ayam dilakukan
dapat meningkat kontaminasi mikroba dang mengurangi masa
simpan (Kaudia, 2001).
6
Di negara filiphina ekstrak dari daun belimbing wuluh di gunakan
sebagai obat pereda rheumatik, penyakit kulit dan gondok. Di
negara malaysia, daun fermentasi segar dari tanaman ini
digunakan untuk mengobati penyakit seksual yang menular. Daun
belimbing wuluh di Indonesia sendiri digunakan untuk pengobatan
penyakit luka, penurun panas, gondok, rheumatik, sakit perut dan
diabetes. (Parikesit, 2017).
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopshia
Genus : Averrhoa
7
2.7.4 Kandungan kimia daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)
Belimbing wuluh termasuk ke dalam jenis obat herbal/tradisional
dan buah. Ekstrak dari daun belimbing wuluh diantaranya terdapat
triterpenoid, saponin, tanin, flafonoid, alkaloid dan fenol. diketahui
juga bahwa pada ekstrak etanol dari daun belimbing wuluh
mempunyai aktivitas antioksidan (Hasanuzzaman dkk . 2019).
Kandungan zat yang terdapat pada daun belimbing wuluh flavonoid,
fenol, alkaloid, tanin, dan kumarin (Valsan & Raphael, 2016). Ekstrak
flafonoid terbanyak per 10 gram bahan baku 12 terdapat pada daun
yaitu sebesar 72,31 mg dibandingkan dengan ekstrak flafonoid pada
ekstrak buah Belimbing wuluh. Untuk saponin kandungan pada
belimbing wuluh tertinggi pada buahnya yaitu sebesar 35,82
mg/10gr, daun sebesar 30,57 mg/10gr, dan pada batang sebesar
21,87 mg/10gr. Ekstrak tanin pekat sebesar 10,70 % per 50gr serbuk
daun belimbing wuluh (Hayati, 2010).
8
yang bekerja dengan mekanisme seperti ini. Kemudian agen dari
bakteriosid berikatan dengan target dan tidak akan hancur apabila
diencerkan, yaitu dapat membunuh bakteri tanpa merusak sel.
Bakteriolisis masuk kedalam agen bakteriosid, yaitu melisiskan
dan membunuh sel sehingga komponen sitoplasma akan terlepas.
9
4. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Siklus terpenting dalam
kehidupan sel bakteri terdapat pada proses replikasi DNA.
Berbagai macam jenis antibakteri mampu mengganggu dan
mempengaruhi seluruh fase dari proses perkembangbiakan sel
bakteri dengan menghancurkan metabolisme asam nukleat
(Febrianasari, 2018).
10
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Mangkok plastik
2. Sendok
3. Blender
4. Saringan
12
3.3 Langkah Kerja
1. 140 gram daging ayam broiler yang telah dicuci bersih, lalu
dipotong menjadi 4 bagian sama besar dengan berat masing
masing 35 gram.
2. daging ayam broiler yang telah dipotong sama besar kemudian
diletakkan kedalam masing masing 4 mangkok yang telah
disiapkan.
3. Kemudian 4 buah belimbing wuluh dan potong tipis tipis
menggunakan pisau.
4. Selanjutnya belimbing wuluh dimasukkan ke dalam blender selama
1 menit atau hingga belimbing menjadi halus.
5. Kemudian, menyediakan mangkok plastik berbeda, belimbing yang
sudah diblender saring menggunakan saringan. Belimbing yang
telah disaring cukup ambil bagian airnya saja.
6. Masing masing 10ml air belimbing wuluh dimasukkan ke dalam 2
mangkok yang berisi daging ayam broiler. Sedangkan 2 mangkok
lainnya dibiarkan tanpa diberi air belimbing wuluh.
7. Kemudian, ditunggu selama 12 jam, lalu diamati dan dicatat hasil
dari percobaan tersebut.
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Broiler
14
jam lebih awet daripada daging ayam broiler yang tidak direndam ekstrak
belimbing wuluh.
15
4.2 Pembahasan
Pengamatan terhadap keawetan daging ayam broiler dengan
menambahkan ekstrak belimbing wuluh merupakan bagian utama dari
penelitian ini yang bertujuan untuk melihat kemampuan zat antimikroba
pada ekstrak belimbing wuluh. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
menyimpan daging ayam broiler dalam sebuah wadah dan disimpan pada
suhu ruangan.
4.2.1 Aroma
Aroma amis pada daging disebabkan oleh gas yang dihasilkan mikroba
yang merupakan tanda awal kebusukan, yang ditandai dengan arom amis
yang menyengat, pembentukan lendir,dan perubahan tekstur. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, daging ayam broiler yang tidak ditambahkan air
belimbing wuluh lebih cepat mengeluarkan aroma busuk menyengat
dalam waktu 16 jam. Sedangkan daging ayam broiler yang diberi air
belimbing wuluh mengeluarkan aroma busuk namun tidak menyengat
dalam waktu 24 jam. Hal ini dikarenakan belimbing wuluh mengandung
senyawa antibakteri yang dapat mencegah proses pembusukan.
Antibakteri yang terkandung didalamnya yaitu senyawa saponin.
Mekanisme kerja senyawa saponin sebagai antibakteri yaitu dengan cara
menghilangkan enzim dan protein pada sel bakteri. Zat aktif permukaan
pada saponin mampu merusak permeabilitas membrane dan menurunkan
tegangan pada permukaan dinding bakteri sehingga menjadi anti bakteri
karena hampir sama dengan kinerja detergen.
4.2.2 Warna
Daging ayam broiler tanpa diberikan perlakuan perendaman air belimbing
wuluh berwarna coklat kemerahan dan sedikit kebiruan, berbeda dengan
daging ayam broiler yang diberi perlakuan perendaman menggunakan
ekstrak belimbing wuluh. Daging ayam broiler yang diberikan perlakuan
perendaman memiliki warna coklat pucat dan tidak cerah. Perubahan
warna daging disebabkan oleh pengikatan larutan oleh jaringan daging.
4.2.3 Tekstur
Permukaan daging ayam broiler yang diberi air belimbing wuluh
cenderung kering karena adanya pengaruh antibakteri pada belimbing
wuluh terhadap daging ayam broiler. Proses perendaman belimbing wuluh
sangat berpengaruh pada tekstur daging ayam yang dihasilkan. Dimana
daging yang dihasilkan akan semakin kering dan tidak elastis dikarekan
adanya pengaruh antibakteri dari ekstrak belimbing wuluh. Sedangkan
15
daging ayam yang tidak diberi air belimbing wuluh mempunyai tekstur
yang kenyal dan elastis.
16
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas pemanfaatan belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap pengawetan daging ayam broiler
dapat disimpulkan sebagai berikut:
Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terhadap pengawetan daging ayam broiler maka
saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya adalah:
16
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/6978/RENOL
%20MARANTHA%20PURBA.pdf?sequence=1&isAllowed=y [15/11/2022]
file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/7.%20BAB
%20II_2018230PTK_2.pdf [15/11/2022]
file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/BAB%20I_4.pdf [15/11/2022]
file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/JRIP%20Melina%20belimbing
%20wuluh_2.pdf [15/11/2022]
buku ekstrak belimbing wuluh karya Nia Lisnawati tahun 2020 [20/02/2023]
17
LAMPIRAN