Anda di halaman 1dari 29

PENGARUH BELIMBING WULUH TERHADAP

PENGAWETAN DAGING AYAM BROILER

Karya Tulis

Diajukan untuk Melengkapi Tugas Akhir

Oleh:
VERDINA PUTRI PERMATA SARI

No Induk : 3841
Kelas : XII IPA1

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR


DINAS PENDIDIKAN
CABANG DINAS PENDIDIKAN WILAYAH KAB. MALANG
SMA NEGERI 1 BULULAWANG
Jl. Raya Bululawang Telp. (0341)804010 Kode Pos 65171
Email : smanbululawanginfo@yahoo.com

ii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : VERDINA PUTRI PERMATA SARI


Kelas : XII IPA 1
Judul Karya Tulis : PENGARUH BELIMBING WULUH TERHADAP
PENGAWETAN DAGING AYAM BROILER

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya tulis sebagai tugas


akhir ini benar-benar saya kerjakan sendiri. Karya tulis ini bukan
merupakan hasil plagiat, pencurian hasil karya milik orang lain untuk
kepentingan saya karena hubungan material ataupun non-material,
ataupun segala kemungkinan lain yang pada hakekatnya bukan
merupakan karya tulis tugas akhir saya secara orisinil dan otentik.
Bila kemudian hari diduga kuat ada ketidaksesuaian antara fakta
dengan kenyataan ini, saya bersedia diproses oleh tim yang dibentuk
Sekolah untuk melakukan verifikasi, dengan sanksi terberat berupa tidak
mendapat legalisasi dokumen sekolah yang diajukan oleh siswa yang
bersangkutan ataupun permintaan surat keterangan dari sekolah.
Pernyataan ini saya buat dengan kesadaran sendiri dan tidak atas
tekanan ataupun paksaan dari pihak manapun demi menegakkan
integritas akademik di SMA Negeri 1 Bululawang.

Bululawang,
Saya yang menyatakan

VERDINA PUTRI P.S.

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah dibaca dan disetujui oleh

Guru Pembimbing

Dra. Uswatun Chasanah

NIP : 196612061991032007

Tanggal : 17 Februari 2023

Kepala Sekolah

HARI KUSRINI, S.Pd., MM

NIP. 197009101995032004

Tanggal :

Nama : VERDINA PUTRI PERMATA SARI

No. Induk : 3814

Angkatan : 2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas ke hadirat Allah SWT, karena atas
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, karya tulis ilmiah yang
berjudul “Pengaruh Belimbing Wuluh Terhadap Pengawetan Daging
Aayam Broiler” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktunya. Tidak lupa shalawat dan salam juga tercurah kepada baginda
Nabi Muhammad SAW.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu tugas akhir dalam
menempuh jenjang pendidikan tingkat Sekolah Menengah Atas. Penulis
menyadari bahwa terdapat tantangan yang dihadapi dalam penulisan
karya tulis ilmiah ini, namun berkat dukungan, bimbingan, dan bantuan
dari berbagai pihak, tantangan tersebut dapat teratasi dengan baik. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
sebesar- besarnya kepada:
1. Ibu Hari Kusrini, S.Pd., MM, selaku Kepala SMAN 1 Bululawang.
2. Bapak Temu Sulistiono, S.Pd., M.Pd, selaku Wali Kelas XII-IPA 1
3. Ibu Dra. Uswatun Chasanah selaku guru pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan karya tulis
ilmiah.
4. Kepada orang tua tercinta atas dukungan, doa, nasihat, motivasi, dan
kasih sayang yang tak terbatas, untuk segala bantuan demi memberikan
pendidikan yang terbaik kepada penulis.
5. Kepada teman – teman seperjuangan yang telah memberi semangat
kepada penulis.
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan karya
tulis ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

2
Tidak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa karya tulis ini masih
belum sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis
ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.

Bululawang,

VERDINA PUTRI P.S.

3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................................iii
KATA PENGANTAR .............................................................................................................iv
DAFTAR ISI .........................................................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG......................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................2
1.3 TUJUAN PENELITIAN..................................................................................2
1.4 MANFAAT.....................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................3
2.1 AYAM BROILER..........................................................................................3
2.2 DAGING AYAM............................................................................................3
2.3 Ciri-ciri daging ayam broiler segar................................................................4
2.4 Kelebihan dan kekurangan ayam broiler......................................................4
2.5 Cemaran bakteri...........................................................................................5
2.6 Faktor Kontaminasi.......................................................................................6
2.6.1 Faktor Peralatan................................................................................................6
2.6.2 Faktor Lingkungan.............................................................................................7
2.7 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi linn).......................................................7
2.7.1 Definisi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)..............................................7
2.7.2 Klasifikasi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)...........................................7
2.7.3 Morfologi daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi linn).................................8
2.7.4 Kandungan kimia daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)......................8
2.8 Aktivitas antibakteri.......................................................................................9
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................................12
3.1 Jenis Penelitian..........................................................................................12
3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................................12
3.2 Alat dan Bahan...........................................................................................12
3.3 Langkah Kerja............................................................................................13

4
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...........................................................14
4.1 Analisis dan hasil penelitian........................................................................14
4.2 Pembahasan...............................................................................................15
4.2.1 Aroma..............................................................................................................15
4.2.2 Warna..............................................................................................................15
4.2.3 Tekstur............................................................................................................15
BAB V PENUTUP........................................................................................................16
Kesimpulan.......................................................................................................16
Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
LAMPIRAN.........................................................................................................................18

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Daging ayam merupakan bahan pangan yang tersusun atas berbagai nilai
gizi dengan proporsi seimbang. Tingginya kandungan gizi pada daging
ayam merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikrobia, sehingga
daging ayam merupakan salah satu bahan pangan yang mudah rusak
atau perishable. Faktor penyebab kerusakan daging ayam dapat meliputi
faktor kimia, fisik dan mikrobiologi. Faktor mikrobiologi menjadi penyebab
utama terjadinya kerusakan pada daging ayam. Hal ini diakibatkan karena
daging ayam sangat mudah tercemar oleh mikroba, baik pada waktu
proses pemotongan maupun pengolahan (Suradi, 2006).Ayam broiler atau
yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggul

6
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging. Kandungan gizi
daging ayam broiler yang cukup tinggi menjadi tempat yang baik bagi
perkembangan mikroorganisme pembusuk yang dapat menurunkan
kualitas daging (Soeparno, 2005). Menurut Suradi (2006) penyimpanan
daging ayam broiler pada temperatur ruang selama 12 jam setelah
pemotongan dapat menyebabkan terjadi penurunan keasaman (pH), daya
ikat air dan peningkatan susut masak daging. Penurunan kualitas daging
ditunjukkan oleh perubahan sifat fisik dan kimia yang tidak diinginkan
sehingga daging menjadi tidak layak konsumsi. Oleh sebab itu, perlu
dilakukan penanganan lebih lanjut untuk menanggulanginya. Salah satu
proses pengawetan daging adalah dengan metode pengawetan yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba dalam daging ayam broiler
(Syamsir, 2010).

Belimbing wuluh (Avverhoa bilimbi L) adalah tanaman yang sering


digunakan masyarakat sebagai alternatif obat tradisional. Tanaman ini
banyak dimanfaatkan masyarakat untuk mengatasi berbagai penyakit
misalnya sakit gigi, batuk jerawat dan diare (Elok, Kristian and Saparianti,
2012). Tanaman belimbing wuluh mengandung berbagai
senyawa,terutama pada daunnya. Buah belimbing wuluh mengandung
banyak vitamin C alami yang berguna sebagai penambah daya tahan
tubuh dan perlindungan terhadap berbagai penyakit. Belimbing wuluh
mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam oksalat dan kalium

7
(Iptek, 2007). Sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan kandungan
kimia buah belimbing wuluh yang dilakukan Herlih (1996) menunjukkan
bahwa buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa oksalat,
minyak menguap, fenol, flavonoid dan pektin. Flavonoid diduga
merupakan senyawa aktif antibakteri yang terkandung dalam buah
belimbing wuluh (Zakaria et al., 2007).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Bagaimana pengaruh yang diberikan belimbing wuluh terhadap
pengawetan daging ayam broiler?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Mengetahui pengaruh belimbing wuluh terhadap pengawetan daging
ayam broiler

1.4 MANFAAT
1.1.1 Bagi peneliti:
 Menambah wawasan dalam upaya pemanfaatan belimbing
wuluh terhadap pengawetan daging ayam broiler.
1.1.2 Bagi dunia pendidikan:
 Menyediakan informasi sebagai pembelajaran mengenai
pemanfaatan belimbing wuluh terhadap pengawetan daging
ayam broiler.
1.1.3 Bagi masyarakat:
 Menembah informasi dan wawasan kepada masyarakat
mengenai alternatif pengawetan belimbing wuluh terhadap
pengawetan daging ayam broiler.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 AYAM BROILER


Ayam broiler adalah jenis ras ayam unggulan, yang masa
panennya pada umur 4-5 minggu, ayam broiler dikenal sebagai ayam
penghasil daging yang baik (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006). Ciri-
ciri ayam broiler yang sehat adalah aktif, lincah, nafsu makan dan
minum baik, dan pertumbuhan badan cepat (Suprijatna et al., 2005).
Pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran atau pertambahan
berat pada ayam broiler tersebut, selain itu pertumbuhan juga terjadi
pada jaringan tubuh lainnya seperti otak, jantung, tulang, berat daging
dan jaringan lainnya. Pertambahan berat badan pada ayam broiler
merupakan bentuk dari pertumbuhan yang dicapai selama
pertumbuhannya. Pakan yang diberikan pada ayam broiler digunakan
untuk proses pertumbuhan ayam tersebut, karena dalam proses
pertumbuhan membutuhkan energi penyusun sel atau jaringan.
Pertumbuhan terjadi sejak penetasan sampai ayam dewasa
(Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2.2 DAGING AYAM


Daging ayam broilerlebih diminati oleh masyrakat dikarenakan
tekstur daging yang lembut, selain itu daging tidak lembek dan tidak
berair. Daging ayam broiler yang segar bewarna kekuning-kuningan
dengan aroma yang khas, tidak amis tidak berlendir dan tidak
menimbulkan aroma busuk (Ksih et al., 2012). Masyarakat Indonesia
lebih mengenal ayam broiler sebagai daging ayam yang biasa
dikonsumsi, karena banyak kelebihan yang dimilikinya, seperti
kandungan nilai gizi yang tinggi yang mampu memenuhi kebutuhan
nutrisi dalam tubuh manusia. kelebihan yang dimiliki ayam broiler ini

4
antara lain kenaikan berat badan yang cepat, dagingnya empuk,
ukuran badan besar padat dan berisi, efesiensi tehadap

5
pakan relatif tinggi, sebagian besar pakan yang dimakan mampu
diubah menjadi daging, dan mudah didapatkan di pasar maupun
supermarket dengan harga yang terjangkau (Kasih et al, 2012).

2.3 Ciri-ciri daging ayam broiler segar


Menurut (SNI 01-4258-2010),daging ayam memiliki ciri-ciri antara lain:

2.3.1 Warna daging ayam: bewarna putih kekuningan cerah, tidak


gelap, tidak pucat, tidak kebiruan, tidak terlalu merah.

2.3.2 Warna kulit: bewarna putih kekuningan, cerah, mengkilat dan


bersih. Bila disentuh, daging terasa lembab dan tidak lengket ataupun
kering.

2.3.3 Bau daging, tidak ada bau yang menyengat, tidak berbau amis,
dan tidak berbau busuk.

2.3.4 Konsistensi pada otot dada dan paha kenyal, tidak lembek. Pada
bagian dalam karkas dan serabut otot berwarna putih agak pucat,
pembuluh darah dan sayap kosong (tidak ada sisa-sisa darah).

2.4 Kelebihan dan kekurangan ayam broiler


2.4.1 Kelebihan Daging ayam broiler mempunyai kelebihan antara
lain, kandungan nilai gizi yang tinggi, dagingnya empuk, ukuran badan
besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, dagingnya yang lebih
tebal, dan mudah didapatkan dipasaran maupun supermarket dengan
harga yang terjangkau.

2.4.2 Kekurangan Daging ayam broiler, mempunyai kelemahan,


kandungan gizinya yang cukup tinggi menjadi tempat yang baik untuk
perkembangan mikroorganisme pembusuk yang akan menurun
kualitas daging sehingga berdampak pada daging ayam broiler
menjadi mudah rusak (Soeparno, 2005).

2.5 Cemaran bakteri


Daging merupakan bagian otot skeletal dari hewan ternak yang
aman, layak, dan baik untuk dikonsumsi oleh manusia, dapat berupa
daging segar ataupun daging segar dinging. Cemaran mikroba
merupakan terkontamnya jasad renik ataupun mikroba yang berada
pada daging, telur, susu, atau hasil olahan lainnya yang dapat
merusak produk dan dapat membahayakan kesehatan manusia (SNI
2897, 2008).

4
Produk-produk makanan yang berasal dari hewani, misalnya daging,
susu, telur ataupun produk makanan jenis olahan lainnya merupakan
media yang baik untuk berkembang biak mikroba dan menyebabkan
suatu bahan pangan mudah rusak atau busuk. Menurut Adiningsih
(2009), Foodbrorne illness adalah penyakit yang ditimbulkan oleh
mikroorganisme patogen yang mencemari bahan makanan, seperti
salmonella, staphylococcus aureus, Escherichia coli, clostrdium
botulinum, dan campylobacter sp.

Bakteri ini tergolong dalam jenis patogen foodborne illness karena


bersifat patogenik terhadap manusia dan hewan (Ray 2004). Sumber
pencemaran Escherichia coli terhadap daging unggas terjadi pada
saat proses pemotongan yang tidak benar, misal dari segi peralatan
yang digunakan (Bhunia 2008). Bakteri Escherichia coli berperan
untuk menilai keamanan produk makanan ataupun minuman dari
mikrobiologis (Alvarez-Astorga et al. 2002).

Foodborne illness yang berhubungan dengan produk makanan


seperti daging, sayur-sayuran, buah-buahan, atau makanan jenis
lainnya (Niemira 2007). Pencemaran ini dapat terjadi secara langsung
melalui tangan, melalui polusi air pencemaran tidak langsung, ataupun
pada proses pengemasan dari produk tersebut (Forsythe 2000).
Foodborne illness merupakan penyakit yang disebabkan dari
makanan yang tercemar oleh bakteri. Bakteri ini masuk dalam saluran
pencernaan manusia melalui makanan yang sudah dikonsumsinya,
kemudian makanan tersebut dicerna dan diresap oleh tubuh, sehingga
mikroba di dalamnya dapat menyebabkan dejala penyakit. Gejala
umum foodborne illness adalah perut mual diikuti muntah muntah,
diare, demam, dan gejala lainnya (Gustiani, 2009).

2.6 Faktor Kontaminasi


Mikroorganisme yang merusak daging dapat berasal dari infeksi
ternak hidup dan kontaminasi daging setelah pemotongan.
Lingkungan dan kandang yang kotor serta berdebu dan sumber air
minum yang terkontaminasi feses mempunyai kandungan
Escherichia coli pada tempat minum ternak disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu: konstruksi kandang yang bertingkat sehingga
menyebabkan kandang mudah terkontaminasi feses, dan sisa-sisa
pakan yang jatuh Penyebab lain dikarenakan sanitasi kandang
yang kurang baik, ini disebabkan oleh tempat minum ternak yang
jarang dibersihkan. Kondisi ini menyebabkan bakteri Escherichia

5
coli berkembang dengan baik (Tarmuji, 2003). Escherichia coli yang
mencemari daging ayam umunya berasal dari ruangan, peralatan
maupun meja tempat pemotongan ayam, serta air yang digunakan
selama proses pemotongan hingga pengolahan daging ayam
broiler (Dewantoro, 2009). Pelaksanaan pemotongan dan
penanganan yang kurang baik setelah pemotongan ayam dilakukan
dapat meningkat kontaminasi mikroba dang mengurangi masa
simpan (Kaudia, 2001).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontaminasi yaitu:

2.6.1 Faktor Peralatan


Peralatan adalah mutlak dalam setiap usaha peternak ayam.
Peralatan yang kotor merupakan tempat yang sangat disukai oleh
penyakit dan tempat yang nyaman bagi penularan penyakit
sehingga bibit penyakit dapat tumbuh dengan baik oleh karena iru
pembersihan peralatan sangat penting. Peralatan harus terbuat dari
bahan yang tahan karat, pisau yang tajam memliki permukaan yang
rata, dan tidak kedap air. Sehingga mudah dibersihkan dan tidak
menjadi tempat bersarangnya mikroba. Selain peralatan, pekerja
juga kontak secara langsung dengan bahan dan berkontribusi
terhadap keamanan pangan produk yang dihasilkan. Pekerja harus
memenuhi persyaratan hygine atara lain menggunakan pakaian
yang bersih dengan sarung tangan dan mencuci tangan sebelum
memlakukan pemotongan dan setelah bekerja (Rasyaf, 2008).

2.6.2 Faktor Lingkungan


Lingkungan ditunjukan untuk memenuhi persyaratan
lingkungan yang sehat dan nyaman. Lingkungan yang sanitasinya
buruk dapat menjadi sumber berbagai penyakit yang dapat
mengganggunya kesehatan manusia. Pada akhirnya jika
kesehatan terganggu, maka kesejahteraannya juga akan
berkurang, upaya sanitasi lingkungan menjadi bagian penting
dalam meningkatkan sejahteraan (Prima, 2006).

2.7 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi linn)

2.7.1 Definisi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)


Belimbing wuluh tumbuh subur pada dataran tinggi diatas
500 meter di atas permukaan air laut. Jenis tumbuhan ini masuk
ke dalam spesies dalam keluarga averrhoa yang dikenal memiliki
berbagai macam fungsi pada dunia pengobatan herbal tradisional.

6
Di negara filiphina ekstrak dari daun belimbing wuluh di gunakan
sebagai obat pereda rheumatik, penyakit kulit dan gondok. Di
negara malaysia, daun fermentasi segar dari tanaman ini
digunakan untuk mengobati penyakit seksual yang menular. Daun
belimbing wuluh di Indonesia sendiri digunakan untuk pengobatan
penyakit luka, penurun panas, gondok, rheumatik, sakit perut dan
diabetes. (Parikesit, 2017).

2.7.2 Klasifikasi belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)


Menurut Suryaningsih (2016)

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopshia

Ordo : Oxalidales Family : Oxalidacceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa Bilimbi linn

2.7.3 Morfologi daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi linn)


Morfologi daun Belimbing Wuluh (Averrhoa Bilimbi linn) Tanaman
belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn) yaitu masuk ke dalam jenis
tumbuhan pohon dengan tinggi 12m, memiliki cabang yang banyak
dengan arah mendatar sehingga terlihat rindang. Pohon belimbing
wuluh (Avevrhoa bilimbi linn) mampu hidup dan tumbuh subur di
berbagai iklim di lingkungan tropis dan subtropis, akan tetapi
kuantitas dan kualitas buah yang baik mampu diproduksi pada iklim
tropis dengan curah hujan 1800mm per tahun. Daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi linn) merupakan daun dengan susunan menyirip
berjumlah ganjil, majemuk dan memiliki anak turunan daun.
Bentuknya memanjang dengan ujung yang runcing, tepian datar,
pada bagian yang menghadap ke atas agak menkilap, sedangkan
bagian yang menghadap kebawah terlihat abstrak buram tidak
mengkilap. panjang daun mencapai 9cm dengan lebar kurang lebih
mencapai 4cm (Julianty, 2014)

7
2.7.4 Kandungan kimia daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi linn)
Belimbing wuluh termasuk ke dalam jenis obat herbal/tradisional
dan buah. Ekstrak dari daun belimbing wuluh diantaranya terdapat
triterpenoid, saponin, tanin, flafonoid, alkaloid dan fenol. diketahui
juga bahwa pada ekstrak etanol dari daun belimbing wuluh
mempunyai aktivitas antioksidan (Hasanuzzaman dkk . 2019).
Kandungan zat yang terdapat pada daun belimbing wuluh flavonoid,
fenol, alkaloid, tanin, dan kumarin (Valsan & Raphael, 2016). Ekstrak
flafonoid terbanyak per 10 gram bahan baku 12 terdapat pada daun
yaitu sebesar 72,31 mg dibandingkan dengan ekstrak flafonoid pada
ekstrak buah Belimbing wuluh. Untuk saponin kandungan pada
belimbing wuluh tertinggi pada buahnya yaitu sebesar 35,82
mg/10gr, daun sebesar 30,57 mg/10gr, dan pada batang sebesar
21,87 mg/10gr. Ekstrak tanin pekat sebesar 10,70 % per 50gr serbuk
daun belimbing wuluh (Hayati, 2010).

Mekanisme kerja senyawa saponin sebagai antibakteri yaitu dengan


cara menghilangkan enzim dan protein pada sel bakteri. Zat aktif
permukaan pada saponin mampu merusak permeabilitas membrane
dan menurunkan tegangan pada permukaan dinding bakteri
sehingga menjadi anti bakteri karena hampir sama dengan kinerja
detergen. Pada membran luar dinding sel saponin berdifusi sehingga
sangat rentan hingga mengganggu dan mengurangi kestabilan pada
dinding sel dan sitoplasmanya terikat. Hal tersebut akan
mengakibatkan bocornya sitoplasma hingga keluar dari dalam sel
dan mampu menyebabkan kematian pada sel. Hal ini biasa disebut
bakterisida yaitu mengganggu sitoplasma yang menyebabkan
kematian sel (Dwi, 2019).

2.8 Aktivitas antibakteri


a. Definisi aktivitas antibakteri

Aktivitas antibakteri merupakan konsentrasi paling kecil yang


diperlukan oleh agen antibakteri untuk menghambat pertubuhan
atau membunuh mikroba. Nilai yang dihasilkan dari aktivitas
tersebut biasa dikenal dengan KHM (Kadar Hambat Minumum).
Agen antibakteri di klasifikasikan sebagai bakterisida,
bakteriostatik, dan bakteriolisis, tergantung dari efek yang
ditimbulkan terhadap kultur bakteri yang di tumbuhkan.
Penghambatan sintetis protein yang berikatan dengan ribosom
bakteri disebut dengan bakteriostatik. Banyak jenis antibakteri

8
yang bekerja dengan mekanisme seperti ini. Kemudian agen dari
bakteriosid berikatan dengan target dan tidak akan hancur apabila
diencerkan, yaitu dapat membunuh bakteri tanpa merusak sel.
Bakteriolisis masuk kedalam agen bakteriosid, yaitu melisiskan
dan membunuh sel sehingga komponen sitoplasma akan terlepas.

Dinding sel yang dihambat oleh antibiotik seperti penisilin dan


bahan kimia lainnya dapat memecah membran sitoplasma dan
menjadi agen bakteriolisis. Pada umumnya bakteri Gram negatif
lebih resisten, sedangkan gram positif dapat dipengaruhi. Hal
tersebut dapat terjadi disebabkan oleh toksisitas atau kurangnya
uptake host atau kemampuan. Akan tetapi antibiotik dari bahan
alami dapat digunakan dan dimodifikasi untuk meningkatkan
efikasi (Presky, 2017). 14 Setiap jenis antibakteri mempunyai
mekanisme kerja tersendiri untuk menghancurkan dan
menghilangkan kehidupan mikroorganisme, mekanisme kerja
antibakteri yaitu sebagai berikut :

1. Menghambat Sintetis Dinding sel Untuk mempertahankan


struktur sel, bakteri memiliki dinding sel yang sangat penting
perannya. Oleh karenanya, senyawa yang mampu melisiskan
dinding sel dan merusak dindingnya hingga sel bakteri mati
karena dipengaruhi oleh bentuk dan struktur sel.

2. Menghambat Fungsi Sel Membran Transportasi metabolit dan


nutrisi yang masuk dan keluar pada sel membrane dibutuhkan
komponen yang bernama membran sel dengan peranan yang tak
kalah pentingnya. Yaitu sebagai tempat berlangsungnya aktivitas
biosintetis dan respirasi di dalam sel. Senyawa antibakteri dapat
menganggu kehidupan sel bakteri karena pengaruh membran

. 3. Menghambat sintetis protein Sintetis pada protein memiliki


proses dengan rangkaian yang disusun dari transkipsi dan proses
pemindahan protein. Senyawa antibakteri dapat menghambat hal
tersebut dan mampu menghambat sintetis protein juga.
Konsentrasi anti bakteri dapat dilihat dari hasil zona transparan
atau zona bening yang didapatkan ketika mengamati sediaan
yang ditumbuhkan bakteri . Senyawa kimia pada komsentrasi
ynag rendah dapat dikatakan 15 tidak memiliki potensi tinggi
sebagai anti bakteri sudah menghasilkan zona hambat yang lebar

9
4. Menghambat Sintesis Asam Nukleat Siklus terpenting dalam
kehidupan sel bakteri terdapat pada proses replikasi DNA.
Berbagai macam jenis antibakteri mampu mengganggu dan
mempengaruhi seluruh fase dari proses perkembangbiakan sel
bakteri dengan menghancurkan metabolisme asam nukleat
(Febrianasari, 2018).

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimen. Penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang
digunakan untuk mencari pengaruh dari perlakuan tertentu terhadap yang
lainnya dalam kondisi yang terkendalikan. ( Sugiyono. 2012 ). Penelitian
eksperimen merupakan suatu penelitian yang didalamnya akan ditemukan
satu variabel manipulasi untuk mempelajari hubungan sebab akibat.
( Solso dan MacLin. 2002 ). Dapat disimpulkan penelitian eksperimen
adalah salah satu jenis penelitian yang dilakukan dengan manipulasi data
terlebih dahulu melalui perlakuan tertentu supaya pada langkah
selanjutnya dapat diamati data yang akan datang.

3.1.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dirumah penulis Perum
Arjowinangun Greenpark c38, Kedungkandang, Malang, Jawa Timur.
Pada tangga 31 hingga 1 Januari

3.1.2 Variabel Bebas : belimbing wuluh

3.1.3 Variabel Terikat : daging ayam broiler

3.1.4 Variabel Kontrol : udara,mangkok plastik,air belimbing


wuluh

3.2 Alat dan Bahan


Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian:

1. Daging ayam broiler 140 gram


2. Belimbing wuluh 4 buah
Alat alat yang digunakan dalam penelitian:

1. Mangkok plastik
2. Sendok
3. Blender
4. Saringan

12
3.3 Langkah Kerja
1. 140 gram daging ayam broiler yang telah dicuci bersih, lalu
dipotong menjadi 4 bagian sama besar dengan berat masing
masing 35 gram.
2. daging ayam broiler yang telah dipotong sama besar kemudian
diletakkan kedalam masing masing 4 mangkok yang telah
disiapkan.
3. Kemudian 4 buah belimbing wuluh dan potong tipis tipis
menggunakan pisau.
4. Selanjutnya belimbing wuluh dimasukkan ke dalam blender selama
1 menit atau hingga belimbing menjadi halus.
5. Kemudian, menyediakan mangkok plastik berbeda, belimbing yang
sudah diblender saring menggunakan saringan. Belimbing yang
telah disaring cukup ambil bagian airnya saja.
6. Masing masing 10ml air belimbing wuluh dimasukkan ke dalam 2
mangkok yang berisi daging ayam broiler. Sedangkan 2 mangkok
lainnya dibiarkan tanpa diberi air belimbing wuluh.
7. Kemudian, ditunggu selama 12 jam, lalu diamati dan dicatat hasil
dari percobaan tersebut.

13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis dan hasil penelitian


Pada bagian ini, akan dipaparkan data hasil percobaan yang berfungsi
untuk memperjelas hasil pembahasan. Dengan gambaran data percobaan
yang dilakukan, peneliti dapat mengetahui kondisi variable yang diteliti.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan ekstrak belimbing wuluh


sebagai pengawet alami padadaging ayam broiler. Penulis
membandingkan lama ketahanan dengan satuan jam pada daging ayam
broiler yang telah direndam ekstrak kunyit selama 24 jam dengan daging
ayam broiler yang tidak direndam ekstrak belimbing wuluh. Penulis juga
mengamati perubahan warna dan aroma padadaging ayam broiler.
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, didapatkan hasil
sebagai berikut.

Daging waktu Aroma Warna tekstur


ayam

Broiler

Tanpa Busuk Coklat Cenderung


diberi menyengat kemerahan dan kering dan
belimbing 16 sedikit kebiruan tidak elastis
wuluh jam

Diberi Busuk tidak Coklat pucat dan Kenyal dan


belimbing menyengat tidak cerah elastis
wuluh 24
jam

Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa keawetan daging ayam broiler


yang telah direndam ekstrak belimbing wuluh lebih tahan lama daripada
daging ayam broiler yang tidak direndam ekstrak belimbing wuluh. Pada
daging ayam broiler yang direndam ekstrak kunyit memiliki masa simpan 8

14
jam lebih awet daripada daging ayam broiler yang tidak direndam ekstrak
belimbing wuluh.

15
4.2 Pembahasan
Pengamatan terhadap keawetan daging ayam broiler dengan
menambahkan ekstrak belimbing wuluh merupakan bagian utama dari
penelitian ini yang bertujuan untuk melihat kemampuan zat antimikroba
pada ekstrak belimbing wuluh. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
menyimpan daging ayam broiler dalam sebuah wadah dan disimpan pada
suhu ruangan.

4.2.1 Aroma
Aroma amis pada daging disebabkan oleh gas yang dihasilkan mikroba
yang merupakan tanda awal kebusukan, yang ditandai dengan arom amis
yang menyengat, pembentukan lendir,dan perubahan tekstur. Dari hasil
penelitian yang dilakukan, daging ayam broiler yang tidak ditambahkan air
belimbing wuluh lebih cepat mengeluarkan aroma busuk menyengat
dalam waktu 16 jam. Sedangkan daging ayam broiler yang diberi air
belimbing wuluh mengeluarkan aroma busuk namun tidak menyengat
dalam waktu 24 jam. Hal ini dikarenakan belimbing wuluh mengandung
senyawa antibakteri yang dapat mencegah proses pembusukan.
Antibakteri yang terkandung didalamnya yaitu senyawa saponin.
Mekanisme kerja senyawa saponin sebagai antibakteri yaitu dengan cara
menghilangkan enzim dan protein pada sel bakteri. Zat aktif permukaan
pada saponin mampu merusak permeabilitas membrane dan menurunkan
tegangan pada permukaan dinding bakteri sehingga menjadi anti bakteri
karena hampir sama dengan kinerja detergen.

4.2.2 Warna
Daging ayam broiler tanpa diberikan perlakuan perendaman air belimbing
wuluh berwarna coklat kemerahan dan sedikit kebiruan, berbeda dengan
daging ayam broiler yang diberi perlakuan perendaman menggunakan
ekstrak belimbing wuluh. Daging ayam broiler yang diberikan perlakuan
perendaman memiliki warna coklat pucat dan tidak cerah. Perubahan
warna daging disebabkan oleh pengikatan larutan oleh jaringan daging.

4.2.3 Tekstur
Permukaan daging ayam broiler yang diberi air belimbing wuluh
cenderung kering karena adanya pengaruh antibakteri pada belimbing
wuluh terhadap daging ayam broiler. Proses perendaman belimbing wuluh
sangat berpengaruh pada tekstur daging ayam yang dihasilkan. Dimana
daging yang dihasilkan akan semakin kering dan tidak elastis dikarekan
adanya pengaruh antibakteri dari ekstrak belimbing wuluh. Sedangkan

15
daging ayam yang tidak diberi air belimbing wuluh mempunyai tekstur
yang kenyal dan elastis.

16
BAB V
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang efektivitas pemanfaatan belimbing
wuluh (Averrhoa bilimbi L.) terhadap pengawetan daging ayam broiler
dapat disimpulkan sebagai berikut:

Senyawa antimikroba yaitu senyawa saponin yang terkandung dalam


belimbing wuluh terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri dan
pembusukkan pada daging ayam broiler dan dapat memperpanjang masa
simpan daging ayam broiler hingga waktu 24 jam di suhu ruangan.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang pemanfaatan belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L.) terhadap pengawetan daging ayam broiler maka
saran dari penulis untuk penelitian selanjutnya adalah:

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian terhadap


kandungan mikroba yang terdapat padadaging ayam broiler yang
diawetkan dengan belimbing wuluh.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menjadikan penyimpanan di


ruangan sebagai perlakuan, bukan sebagai kontrol.

3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian


pemberian ekstrak belimbing wuluh pada daging lainnya.

Saran untuk masyarakat :

1. Masyarakat dihrapkan dapat menggunakan ekstrak belimbing wuluh


sebagai alternatif penyimpanan daging ayam broiler tanpa lemari es.

2. Masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan belimbing wuluh dalam


kehidupan sehari hari.

16
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.uhn.ac.id/bitstream/handle/123456789/6978/RENOL
%20MARANTHA%20PURBA.pdf?sequence=1&isAllowed=y [15/11/2022]

file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/7.%20BAB
%20II_2018230PTK_2.pdf [15/11/2022]

file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/BAB%20I_4.pdf [15/11/2022]

file:///C:/Users/TOSHOBA/Downloads/Documents/JRIP%20Melina%20belimbing
%20wuluh_2.pdf [15/11/2022]

buku ekstrak belimbing wuluh karya Nia Lisnawati tahun 2020 [20/02/2023]

buku multiguna belimbing wuluh karya Eko Purwaningsih tahun 2007


[20/02/2023]

buku ayam broiler karya Ferry Tamalludin tahun 2014 [20/02/2023]

17
LAMPIRAN

Gambar 1 Gambar 1 Gambar 3


Menghaluskan belimbing Menuangkan air Daging ayam broiler
wuluh menggunakan belimbing wuluh yang tanpa diberi air belimbing
blender sudah disaring wuluh

Gambar 4 Gambar 5 Gambar 6


Daging ayam broiler Daging ayam broiler yang Ayam broiler diberi air
tanpa diberi air belimbing diberi air belimbing belimbing wuluh setelah
wuluh setelah 16 jam 24 jam
18

Anda mungkin juga menyukai