1. Jenis Keterampilan
Manajemen cairan dan elektrolit pada gangguan ginjal
2. Pengertian Keterampilan
Manajemen cairan untuk pasien yang menjalani hemodialisis merupakan proses adaptasi perilaku dan
bahwa mengubah perilaku biasanya tidak terjadi sekaligus (Laily, 2016). Manajemen cairan adalah
keterampilan dalam mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dalam menanggapi fluktuasi tanda dan gejala, mengambil tindakan dalam menanggapi respon
fisiologis kekurangan cairan tubuh, monitoring serta mengelola gejala (Lestari et al., 2017).
Keefektifan pembatasan jumlah cairan pada pasien gagal ginjal bergantung kepada beberapa hal, antara
lain pengetahuan pasien terhadap jumlah cairan yang boleh diminum. Upaya untuk menciptakan
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal diantaranya dapat dilakukan melalui pemantauan
intake output cairan per harinya, sehubungan dengan intake cairan pasien gagal ginjal bergantung pada
jumlah urin 24 jam (Suarniati, 2019).
3. Tujuan Tindakan
Tujuan manajemen cairan adalah untuk menjaga peningkatan berat badan normal,/kering selama interval
hemodialisis, mengetahui jumlah cairan yang dibutuhkan setiap hari, dan pasien mempu mengatasi rasa haus dengan
benar.
4. Indikasi Tindakan
a. Malnutrisi sering dijumpai pada gagal ginjal kronik dan dihubungkan dengan angka kematian yang lebih tinggi.
Oleh karena itu sebaiknya pasien jangan sampai malnutrisi ketika mulai dilakukan dialisis. Bila malnutrisi tidak
dapat diperbaiki dengan terapi konservatif makadianjurkan untuk memulai dialisis.
b. Pada TKK/LFG < 5 mL/menit, fungsi ekskresi ginjal sudah minimal sehingga terjadi akumulasi zat toksin
dalam darah. Pada tahap ini dapat terjadi komplikasi akut yang membahayakan jiwa pasien sehingga
membutuhkan tindakan dialisis segera.
c. Kriteria ini digunakan pada gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik dengan komplikasi.
d. Hemodialisis dapat mengeluarkan zat-zat toksin dari darah. Pada keadaan keracunan obat atau zat toksin yang
tidak terikat albumin darah maka dialisis dapat dilakukan dengan tujuan mengeluarkan zat toksin tersebut
secara cepat. Pada keadaan ini tingkat gangguan fungsiginjal tidak menentukan tindakan dialisis.
e. Diabetes Melitus (DM) menimbulkan proses degeneratif yang kemudian mempercepat komplikasi
kardiovaskuler. Untuk mencegah kerusakan organ pada DM dengan GGK tindakan dialisis dapat dimulai pada
TKK/LFG < 15 mL/menit.
5. Kontraindikasi tindakan:
Dialisis tidak dapat dilakukan pada keadaan ; akses vaskular sulit, instabilitas hemodinamik, koagulopati, penyakit
Alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati, keganasan lanjut.
a. Tindakan dialisis membutuhkan akses vaskular untuk mengalirkan darah yang cukup untuk proses difusi (HD)
atau rongga peritoneum yang baik agar proses difusi berlangsung dengan baik (dialisis peritoneal).
b. Pada keadaan tersebut di atas terdapat kendala medis atau bedah sehingga dialisis sulit dilakukan atau bila
dilakukan hasilnya tidak maksimal bahkan dapat membahayakan pasien. Pasien gagal ginjal yang mempunyai
penyakit atau gangguan fungsi organ lain yang berat dan ireversibel atau prognosis buruk, maka tindakan
dialisis harus melalui diskusi yang mendalam dengan keluarga dan dokter spesialis lain. Pada keadaan ini
dialisis diragukan akan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
8. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Observasi:
Periksa tanda-tanda hypervolemia(mis:edema JVP/CVP meningkat ,dyspnea dan suara nafas tambahan)
Monitor intake dan output cairan
Monitor efek samping diuretic
Terapeutik
Timbang BB
Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi
Anjurkan melapor jika BB bertambah 1kg perhari
Ajaran cara mengukur dan mencatat asupan cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic, Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik
Pastikan bloodline dan dialiser sudah dibilas dan terisi NaCl 0,9%
Tekan tanda dan secara otomatis mesin akan melakukan selftest kembali serta
melakukan rinse Priming secara otomatis sesuai dengan poin 2.c.
Dokumentasikan staf yang melakukan tindakan Priming pada formulir haemodialysis
record.
Untuk dialyzer reuse lakukan residual test dengan cara:
o Siapkan test strip
o Buka bloodline outlet
o Teteskan cairan dari aliran bloodline pada strip dan jika:
- Strip tidak berubah warna berarti dialyzer sudah terbebas dari zat sterilan
maka mesin sudah siap digunakan pada pasien.
- Strip masih berwarna biru sampai berwarna kehitaman berarti dialyzer masih
mengandung zat sterilan maka:
Dokumentasikan kembali hasiltest strip dan perawat yang melakukan tes pada formulir
hemodialysis record.
Dokumen / Fasilitas dan Peralatan
a. Formulir Hemodialysis record
b. Mesin dialisis
c. Bicarbonate
d. Acide
e. Dialyzer
f. AV Bloodline
g. Gelas Ukur 2000 ml
h. Normal saline 0.9% 1000 ml 2 fls
i. Infus set
j. Syringe 1 ml
k. Heparin 5000 unit
l. Klem
5) Sentuh Simbol untuk mengeluarkan cairan dialisat dari dialiser, akan tampil
tulisan:
Monitoring hemodinamik 3
Medikasi emergensi
b. Defibrilasi 1
c. Pemantauan CVP 1
a. Pemantauan hasil analisa gas darah (cantumkan juga hasil interpretasinya hingga
3
tingkat kompensasi menggunakan metode Haessel-Bach)
XII Manajemen cairan dan elektrolit pada kasus luka bakar anak dan dewasa 2