Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KEGIATAN PRAKTIKUM HARIAN (RKPH)

Hari dan tanggal: 05/10/2023 Kelas : IK3T

Nama Mahasiswa : Bimo Cahya Pambudi NIM : 2233066P


Ruangan : Hemodialisa Ttd dan Cap:

1. Jenis Keterampilan
Manajemen cairan dan elektrolit pada gangguan ginjal

2. Pengertian Keterampilan

Manajemen cairan untuk pasien yang menjalani hemodialisis merupakan proses adaptasi perilaku dan
bahwa mengubah perilaku biasanya tidak terjadi sekaligus (Laily, 2016). Manajemen cairan adalah
keterampilan dalam mengidentifikasi masalah, menetapkan tujuan, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan dalam menanggapi fluktuasi tanda dan gejala, mengambil tindakan dalam menanggapi respon
fisiologis kekurangan cairan tubuh, monitoring serta mengelola gejala (Lestari et al., 2017).

Keefektifan pembatasan jumlah cairan pada pasien gagal ginjal bergantung kepada beberapa hal, antara
lain pengetahuan pasien terhadap jumlah cairan yang boleh diminum. Upaya untuk menciptakan
pembatasan asupan cairan pada pasien gagal ginjal diantaranya dapat dilakukan melalui pemantauan
intake output cairan per harinya, sehubungan dengan intake cairan pasien gagal ginjal bergantung pada
jumlah urin 24 jam (Suarniati, 2019).

3. Tujuan Tindakan

Tujuan manajemen cairan adalah untuk menjaga peningkatan berat badan normal,/kering selama interval
hemodialisis, mengetahui jumlah cairan yang dibutuhkan setiap hari, dan pasien mempu mengatasi rasa haus dengan
benar.

4. Indikasi Tindakan

a. Malnutrisi sering dijumpai pada gagal ginjal kronik dan dihubungkan dengan angka kematian yang lebih tinggi.
Oleh karena itu sebaiknya pasien jangan sampai malnutrisi ketika mulai dilakukan dialisis. Bila malnutrisi tidak
dapat diperbaiki dengan terapi konservatif makadianjurkan untuk memulai dialisis.
b. Pada TKK/LFG < 5 mL/menit, fungsi ekskresi ginjal sudah minimal sehingga terjadi akumulasi zat toksin
dalam darah. Pada tahap ini dapat terjadi komplikasi akut yang membahayakan jiwa pasien sehingga
membutuhkan tindakan dialisis segera.
c. Kriteria ini digunakan pada gagal ginjal akut atau gagal ginjal kronik dengan komplikasi.
d. Hemodialisis dapat mengeluarkan zat-zat toksin dari darah. Pada keadaan keracunan obat atau zat toksin yang
tidak terikat albumin darah maka dialisis dapat dilakukan dengan tujuan mengeluarkan zat toksin tersebut
secara cepat. Pada keadaan ini tingkat gangguan fungsiginjal tidak menentukan tindakan dialisis.
e. Diabetes Melitus (DM) menimbulkan proses degeneratif yang kemudian mempercepat komplikasi
kardiovaskuler. Untuk mencegah kerusakan organ pada DM dengan GGK tindakan dialisis dapat dimulai pada
TKK/LFG < 15 mL/menit.

5. Kontraindikasi tindakan:

Dialisis tidak dapat dilakukan pada keadaan ; akses vaskular sulit, instabilitas hemodinamik, koagulopati, penyakit
Alzheimer, demensia multi infark, sindrom hepatorenal, sirosis hati lanjut dengan ensefalopati, keganasan lanjut.

a. Tindakan dialisis membutuhkan akses vaskular untuk mengalirkan darah yang cukup untuk proses difusi (HD)
atau rongga peritoneum yang baik agar proses difusi berlangsung dengan baik (dialisis peritoneal).
b. Pada keadaan tersebut di atas terdapat kendala medis atau bedah sehingga dialisis sulit dilakukan atau bila
dilakukan hasilnya tidak maksimal bahkan dapat membahayakan pasien. Pasien gagal ginjal yang mempunyai
penyakit atau gangguan fungsi organ lain yang berat dan ireversibel atau prognosis buruk, maka tindakan
dialisis harus melalui diskusi yang mendalam dengan keluarga dan dokter spesialis lain. Pada keadaan ini
dialisis diragukan akan dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.

6. Diagnosa Keperawatan (SDKI)

a. Hipervolemia Burhubungan Dengan Gangguan Mekanisme Regulasi (D.0022)


b. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload (D.0011)
c. Pola nafas tidak efektif Berhubungan dengan

7. Luaran Keperawatan (SLKI)


a. Keseimbangan Cairan (L.03020)
Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x sesi HD diharapkan keseimbangan cairan meningkat dengan
kriteria hasil:
 Asupan cairan meningkat
 Haluan urine meningkat
 Edema menurun
 Tekanan darah membaik

b. Status Nutrisi (L.03030)


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1x sesi HD diharapkan status nutrisi membaik dengan kriteria
hasil :
 Nafsu makan membaik
 Membran mukosa membaik
 Berat badan membaik

C. Curah jantung (L.02008)


Penurunan curah jantung tidak terjadi selama 1 x 5 jamDiharapkan curah jantung meningkat dengan Kriteria
Hasil:
 Afterload tidak terjadi
 Tanda-tanda vital membaik

8. Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Hipervolemia (I.03114)
Observasi:
 Periksa tanda-tanda hypervolemia(mis:edema JVP/CVP meningkat ,dyspnea dan suara nafas tambahan)
 Monitor intake dan output cairan
 Monitor efek samping diuretic
Terapeutik
 Timbang BB
 Batasi asupan cairan dan garam
Edukasi
 Anjurkan melapor jika BB bertambah 1kg perhari
 Ajaran cara mengukur dan mencatat asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian diuretic, Kolaborasi penggantian kehilangan kalium akibat diuretik

b. Manajemen Nutrisi (I.03119)


Observasi:
 Identifikasi status makan
 Monitor berat badan
 Monitor asupan makan
Teraupetik
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan suplemen makan
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk
 Anjarkan diet sesuai dengan program
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi

c. Perawatan jantung (I.02075)


Observasi:
 Identifikasi tanda dan gejala primer penurunan curah jantung
 Monitor tekanan darah
 Monitor keluhan nyeri
 Monitor aritmia
Teraupetik
 Posisikan pasien semifowler
 Berikan terapi O2, jika perlu
 Berikan diet jantung yang sesuai
Edukasi
 Anjurkan aktivitas fisik yang toleran
 Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antiaritmia, jika perlu

9. Langkah-langah prosedur (Persiapan, Interaksi, Evaluasi)

A. Pre Hemodialisis ( Priming Bloodline )


a. Masukkan selang merah ke acid dan Bicarbonatepada tempatnya, mesin akan otomatis
melakukan selftest.
b. Pasang bloodline dan dialyzer dengan posisi merah di bawah dan biru di atas.

c. Sentuh simbol setting untuk tindakan Priming di mesin :


 Dialyzer dan bloodline diisi dengan cairan NaCl 0.9%
 Buang sebanyak 1000 ml untuk Dialyzer Reuse atau minimal 200ml untuk single
use.
 Setting kecepatan bloodpump 100 rpm untuk menghilangkan udara dan sisa zat
sterilan yang adadalam dialyzer.
 Setelah cairan Nacl 0.9% terbuang sesuai dengan kebutuhan maka secara otomatis
bloodpump berhenti, kemudian pada monitor akan muncul tulisan ”connect blood
line to circulation” yang terdapat pada layar monitor.
 Sambungkan blood line inlet dan outlet, semua klem dibuka.
 Setting pada mesin untuk rinse Priming dan untuk:
o Dialyzer baru, setting 300 ml dalam waktu 10 menit.
o Dialyzer reuse, set 500 ml dalam waktu 20 menit.
 Bila mesin sudah selesai melakukan selftest, maka akan muncul tulisan

Please connect the dialyser coupling with the dialyser.


Note the color marking!
Blue side of the dialyser on the bottom
Confirm with
 Pasangkan kopling dialisat ke dialiser dan tekan tanda , maka dialyzer akan terisi
cairan dialisat.

 Pastikan bloodline dan dialiser sudah dibilas dan terisi NaCl 0,9%

 Tekan tanda dan secara otomatis mesin akan melakukan selftest kembali serta
melakukan rinse Priming secara otomatis sesuai dengan poin 2.c.
 Dokumentasikan staf yang melakukan tindakan Priming pada formulir haemodialysis
record.
  Untuk dialyzer reuse lakukan residual test dengan cara:
 o Siapkan test strip
 o Buka bloodline outlet
 o Teteskan cairan dari aliran bloodline pada strip dan jika:
 - Strip tidak berubah warna berarti dialyzer sudah terbebas dari zat sterilan
maka mesin sudah siap digunakan pada pasien.

 - Strip masih berwarna biru sampai berwarna kehitaman berarti dialyzer masih
mengandung zat sterilan maka:

 a) Lakukan proses Priming seperti tahap 2.c


 b) Lakukan kembali test strip dan jika setelah diulang hasilnya masih
berwarna maka diganti dengan dialyzer yang baru.

  Dokumentasikan kembali hasiltest strip dan perawat yang melakukan tes pada formulir
hemodialysis record.
Dokumen / Fasilitas dan Peralatan
a. Formulir Hemodialysis record
b. Mesin dialisis
c. Bicarbonate
d. Acide
e. Dialyzer
f. AV Bloodline
g. Gelas Ukur 2000 ml
h. Normal saline 0.9% 1000 ml 2 fls
i. Infus set
j. Syringe 1 ml
k. Heparin 5000 unit
l. Klem

B. Intra dan Post Hemodialysis

1. Memulai Tindakan Hemodialisis


a. Mesin Fresenius
1) Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dilakukan
2) Cuci tangan.
3) Buka dressing pack, tuang antiseptik dan NaCl 0.9 % pada tempatnya.
4) Buka syringe 20 ml dan 1 ml.
5) Pasien dengan akses cimino :
 Buka AV fistula
 Tentukan daerah yang akan ditusuk
 Desinfeksi lokasi yang akan dipunksi dengan antiseptik.
 Pasang tourniquet, lakukan punksi outlet (vena), test dengan memasukkan NaCl 0.9 %
secukupnya, fiksasi dengan baik.Kemudian punksi inlet (arteri),test dengan memasukkan
NaCl 0.9 % secukupnya dan fiksasi dengan baik.
 Atur posisi tangan sesuai dengan kenyamanan pasien.
6) Matikan blood pump
7) Klem selang infus NaCl, klem kedua ujung bloodline, masukkan bloodline outlet (biru) ke
dalam penampung gelas ukur. Sambungkan bloodline inlet (merah) ke fistula arterial.
8) Hidupkan blood pump dengan kecepatan 100 rpm
9) Setelah darah sampai ke buble trap outlet, matikan pump, klem bloodline biru, sambungkan
pada fistula venous.
10) Nyalakan kembali pump, naikkan pump perlahan sambil melihat tekanan vena dan arteri
pada mesin.
11) Tekan UF menu, set UF goal dan time, kemudian tekan conf.
12) Tekan ON pada menu UF, pada layar monitor terbaca “DIALYSIS”, maka proses dialisis
sudah dimulai.
13) Pasien dengan akses kateter:
 Buka balutan kateter double lumen
 Gunakan sarung tangan steril
 Berikan alas dibawah tempat kateter double lumen
 Berikan desinfektan pada kedua tutup kateter
 Buka tutup kateter dengan kassa yang diberi desinfektan
 Lakukan test kelancaran kateter dengan cara:
o Aspirasi secara bergantian pada kedua lumen,
o Buang bekuan darah bila ditemukan dan masukan kembali darah kedalam kateter
dengan menggunakan syringe 20 ml yang sudah diberi NaCl 0.9% secukupnya.
o Perhatikan adanya klot dan aliran darah.
o Bila sudah lancar, dapat disambungkan ke bloodline seperti tahap 2.a..6) sampai
2.a.12)
 Buka balutan luka insersi kateter double lumen, bersihkan dengan NaCl 0.9%
 Berikan zalf bila diperlukan pada area insersi kateter.
 Tutup dengan kassa, lalu fiksasi dengan plester atau trasparant dressing.
14) Rapikan alat-alat.
15) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan.
16) Catat pada haemodialysis record nama petugas yamg memulai dialisis.
b. Mesin B Braun
1) Posedur sama dengan 2.a.1) sampai 2.a.10) dan prosedur 2.a.13)

2) Sentuh simbol untuk mengatur jumlah dan waktu UF

3) Sentuh simbol untuk mengatur pemakain heparin

4) Sentuh symbol untuk memulai dialisis


5) Mesin akan meminta konfirmasi dari hasil pengaturan UF, jika pengaturan sudah sesuai
dengan yang diharapkan , tekan
6) Mesin akan otomatis masuk ke menu Hemodialysis .
7) Prosedur selanjutnya sama dengan 2.a.13) sampai 2.a.16)

2. Mengaakhiri Tindakan Hemodialisis


a. Mesin Fresenius
1) Saat mesin menunjukkan sisa waktu 5-10 menit, observasi tanda-tanda vital pasien.
2) Monitor akan menunjukkan UF-GOAL REACHED (Nilai UF Volume akan sama dengan
UF Goal).
3) Catat total UF pada hemodialysis record.
4) Cuci tangan.
5) Pakai apron dan sarung tangan non steril.
6) Monitor akan menunjukkan “RE-INFUSION?”.
7) Tekan Tombol “CONFIRM”.
8) Tekan tombol ‘START / RE-SET”.
9) Monitor akan menunjukkan “RE-INFUSION” dan limit alarm akan membuka maksimum
5 menit.
10) Monitor akan menunjukkan “DIALYSIS END” (masukkan darah kembali ke tubuh
pasien).
11) Bila pasien dengan akses “CIMINO”:
a) Klem arteri fistula dan blood line inlet.
b) Sambungkan ujung blood line inlet dengan NaCl 0.9 %, buka klem kemudian jalankan
pump 100 ml/menit.
c) Masukkan darah yang berada pada blood line dan dialyzer dengan NaCl 0.9 % sesuai
kebutuhan. Masukkan oba-obat yang diberikan secara intravena melalui vena port.
d) Bila semua darah sudah masuk, ke tubuh pasien, matikan blood pump, klem inlet dan
outlet. Sambung inlet dan outlet dengan konektor yang tersedia.
e) Cabut jarum fistula arteri, tekan lubang punksi dengan kasa hingga perdarahan
berhenti kurang lebih dari 15 menit.
f) Jika tidak ada darah bekas tusukan, tutup bekas Punksi dengan band aid.
12) Bila pasien dengan catheter untuk dialysis:
a) Masukkan darah pada selang inlet dengan cara gravitasi, lalu klem inlet.
b) Masukkan darah yang berada pada bloodline dan dialyzer dengan NaCl 0.9 % sesuai
kebutuhan dengan menjalankan blood pump 100 ml/min.
c) Masukkan obat-obat injeksi yang diberikan secara intravena bila ada.
d) Bila semua darah sudah masuk ke tubuh pasien, matikan blood pump, klem outlet.
Sambungkan inlet dan outlet dengan konektor yang tersedia.
e) Siapkan syringe 5 ml yang sudah diisi dengan heparin ditambahkan antibiotika (bila
diperlukan), masukkan ke dalam tiap lumen sesuai dengan volume priming tipe lumen
kemudian tutup dengan instoper.
f) Tutup dengan kasa steril bagian lumen, fiksasi sesuai letak catheter dan kenyamanan
pasien.
13) Observasi tanda-tanda vital, timbang berat badan pasien.
14) Cuci tangan dan rapikan alat-alat.
15) Catat pada catatan perkembangan pasien terintegrasi hasil evaluasi assessment dan total
Ultrafiltrasi.
16) Monitor akan menunjukan “EMPTY BIBAG?”.
17) Tekan tombol “CONFIRM” (artinya kantong bubuk BicNat akan ditarik
airnya/dikosongkan, sehingga sisa Bicnat menjadi bubuk kembali).
18) Monitor akan menunjukkan “EMPTYING BIBAG”.
19) Bersihkan Mesin.
b. Mesin B-Braun
1) Saat mesin menunjukkan sisa waktu 5-10 menit, observasi tanda-tanda vital pasien.
2) Layar Mesin menunjukkan tulisan “treatment time complete” sentuh

simbol akan tampil tulisan END OF THERAPY tekan tanda akan

mucul tulisan reinfusion kemudian tekan tanda .


3) Prosedur sama dengan mesin Fresenius point 3.a.10 sampai 3.a.13

4) Sentuh simbol akan muncul tulisan Bicarbonate cartridge draining tekan

5) Sentuh Simbol untuk mengeluarkan cairan dialisat dari dialiser, akan tampil
tulisan:

“Dialyser draining, Drain the dialiser?


To empty, connect the blue copling to the rinse bridge.
After confirm with , a restart of bloodpump is disable!

6) Kembalikan kopling pada rinse bridge dan tekan.


7) Bersihkan mesin

Dokumen / Fasilitas dan Peralatan


a. Persiapan
 Haemodialysis Record
 Timbangan Berat Badan
 Kran air
 Sabun antiseptik
 Tissu
 Tensi meter dan stetoscope
 Thermometer
 Oxymetri
b. Memulai
 Formulir Haemodialysis Record
 Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
 AV Fistula (kalau perlu IV Cathether) jika menggunkan akses cimino
 Syringe 1,10, 20 ml
 Dressing pack Hemodialysis
 NaCl 0,9% secukupnya
 Cairan desinfektan
 Plester
 Alat Pembendung/tourniquet
 Sarung tangan steril/non steril
 Gelas ukur
 Hypafix/transparent dressing, gunting dan salf (bila diperlukan) jika menggunakan akses
catheter
 Heparin
 Masker dan apron
c. Mengakhiri
 Hemodialysis Record
 Syringe 3, 5 ml
 Formulir Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi
 Apron
 Gloves/sarung tangan non steril
 instoper
 Obat-obatan yang dibutuhkan
 Kassa deeper
 Band aid
 Tensimeter dan stetoscope
 Oxymetri
 Timbangan Berat Badan berdiri/kursi
 Cairan disinfektan untuk membersihkan mesin
 Kain lap/tissue
DAFTAR KETERAMPILAN PRA-UTS

Pertemuan Tingkat Tgl, Nama Tgl, Nama Tgl, Nama


Daftar Kasus atau Keterampilan
ke- Pencapaian CI & TTD CI & TTD CI & TTD

Monitoring hemodinamik 3

Medikasi emergensi

a. Kolaborasi pemberian epinefrin (indikasi,cara kerja, kontraindikasi, penghitungan


1
dosis, cara pemberian (infuse pump/syringe pump)

b. Kolaborasi pemberian atropin (indikasi, cara kerja, kontra indikasi, penghitungan


1
dosis, cara pemberian (infuse pump / syringe pump)

c. Kolaborasi pemberian dopamin (indikasi, cara kerja, kontra indikasi,


1
penghitungan dosis, cara pemberian (infuse pump / syringe pump)

d. Kolaborasi pemberian vasopresin ( indikasi, cara kerja, kontraindikasi,


1
penghitungan dosis , cara pemberian ( infuse pump / syringe pump)

II Manajemen gangguan irama jantung

a. Pemantauan dan interpretasi EKG 3

b. Defibrilasi 1

c. Pemantauan CVP 1

d. Resusitasi jantung paru 2


e. Tatalaksana MONA (Morfin,Oxygen,Nitrat,Aspilet) 1

III Mobilisasi dini bertahap 3

IV Manajemen ventilasi mekanik dan penyapihan


V
a. Pengaturan ventilasi mekanik 1

Pertemuan Tingkat Tgl, Tgl, Nama Tgl, Nama


Daftar Kasus atau Keterampilan
ke- Pencapaian Nama CI CI & TTD CI & TTD
& TTD
b. Proses penyapihan 1

Manajemen gangguan asam basa

a. Pemantauan hasil analisa gas darah (cantumkan juga hasil interpretasinya hingga
3
tingkat kompensasi menggunakan metode Haessel-Bach)

b. Kolaborasi terapi bikarbonat 1

c. Kolaborasi terapi oksigen 3

VI Manajemen hemodialisis (pre,intra,post) 2

VII Manajemen cairan dan elektrolit pada gangguan ginjal 2


DAFTAR KETERAMPILAN PRA-UAS

Pertemuan Tingkat Tgl, Nama Tgl, Nama Tgl, Nama


Daftar Kasus atau Keterampilan
ke- Pencapaian CI & TTD CI & TTD CI & TTD

IX Manajemen Hyperglycemic Hiperosmolar Syndrome 1

X Manajemen Ketoasidosis Diabetikum 1

XI Manajemen tekanan intrakranial 3

Pemantauan status neurologis 3

XII Manajemen cairan dan elektrolit pada kasus luka bakar anak dan dewasa 2

XIII Manajemen nutrisi pada kasus gagal hepar 1

XIV Manajemen transfusi 3

Anda mungkin juga menyukai