Anda di halaman 1dari 8

EVALUASI

PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA

Pengampu: Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.

Kelompok:
Restiana dwi hartati
Dwiyana Nur Rizki Hanifah
Kunti Dewi Hambawani
TUGAS MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN BAHASA DAN
SASTRA INDONESIA
1. Jelaskan konsep konteks dan strategi penilaian kelas dan beri ilustrasi
penerapannya dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia!

Jawab:
A. Penilaian kelas dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia memiliki
beberapa konteks penting yang perlu dipertimbangkan:
 Kurikulum: Penilaian harus selaras dengan tujuan pembelajaran
dan kompetensi dasar yang tercantum dalam kurikulum.
 Pendekatan Pembelajaran: Penilaian harus sesuai dengan
pendekatan pembelajaran yang digunakan, seperti komunikatif,
kontekstual, atau saintifik.
 Karakteristik Peserta Didik: Penilaian harus mempertimbangkan
karakteristik dan kebutuhan belajar individual setiap peserta
didik.
 Tujuan Penilaian: Penilaian harus memiliki tujuan yang jelas,
apakah untuk mengukur pencapaian belajar, memberikan umpan
balik, atau mendorong motivasi belajar.

Berdasarkan konteks di atas, terdapat beberapa strategi penilaian kelas


yang dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia:
 Penilaian Formatif: Penilaian yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk memantau kemajuan belajar dan
memberikan umpan balik kepada peserta didik. Contohnya: tes
formatif, kuis, observasi, dan jurnal belajar.
 Penilaian Sumatif: Penilaian yang dilakukan di akhir suatu
periode pembelajaran untuk mengukur pencapaian belajar secara
keseluruhan. Contohnya: ujian akhir semester, ujian nasional,
dan portofolio.
 Penilaian Otentik: Penilaian yang mengukur kemampuan peserta
didik dalam menerapkan pengetahuan dan keterampilannya
dalam situasi yang nyata. Contohnya: proyek, presentasi, dan
debat.
 Penilaian Diri dan Antar Teman: Memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menilai diri sendiri dan temannya.
Hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab
mereka terhadap proses belajar.

B. Konsep konteks dalam penilaian kelas adalah memperhatikan situasi dan


kondisi yang mempengaruhi proses pembelajaran dan penilaian. Strategi
penilaian kelas adalah metode yang digunakan untuk mengukur kemajuan
dan pencapaian siswa dalam pembelajaran.

Ilustrasinya:
Penerapan konsep konteks dan strategi penilaian kelas dalam
pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah dengan menggunakan
penilaian dalam proses pembelajaran. Penilaian ini dilakukan ketika
siswa aktif dalam berdiskusi atau menjawab pertanyaan acak atau kuis.
Siswa memberikan tanggapan, penguatan, atau sanggahan terhadap
jawaban teman.
Penilaian lain yang dapat digunakan adalah penilaian formatif setelah
satu kompetensi dasar atau satu tujuan pembelajaran dilakukan. Misalnya,
guru dapat memberikan tugas menulis teks editorial kepada siswa,
kemudian memberikan umpan balik yang konstruktif berdasarkan kriteria
penilaian yang telah ditetapkan. Selain itu, guru juga dapat menggunakan
penilaian portofolio untuk melihat perkembangan siswa dalam menulis
dan memahami karya sastra.

2. Jelaskan pengertian penilaian autentik dan contoh penerapannya dalam mata


pelajaran bahasa dan sastra Indonesia!
Jawab:
Penilaian autentik merupakan penilaian yang tertuju pada siswa untuk
menunjukkan kinerjanya di dunia nyata sebagai bentuk penerapan pengetahuan
yang telah dimiliki (Nisrokha, 2018).

Menurut (Subrata & Rai, 2019) penilaian autentik merupakan penilaian yang
mengukur pada hal yang seharusnya dinilai dan mengacu pada KI dan KD yang
ditetapkan. Pendapat lain mengungkapkan bahwa penilaian autentik merupakan
penilaian yang mengacu pada kurikulum 2013 yang mencakup penilaian sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang didapatkan selama proses pembelajaran
(Riestyananda et al., 2018).

Jadi, penilaian autentik merupakan penilaian yang didapatkan dari hasil belajar
siswa yang mencakup pada penilaian sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Berikut contoh penerapan penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia:
a. Penilaian praktik berpidato,
b. Tes lisan dengan memberikan pertanyaan kepada peserta didik,
c. Tes tertulis,
d. Tes pilihan ganda,
e. Pemberian tugas kepada siswa untuk menceritakan kembali teks berita
yang telah dibaca.
f. Pemberian tugas kepada siswa untuk mengubah cerpen menjadi puisi.

Bagnato (2007) Penilaian autentik adalah rencana yang disengaja untuk


menyelidiki alam perilaku anak kecil. Informasi ditangkap melalui pengamatan
langsung, pelatihan dan rekaman, wawancara, skala penilaian, dan sampel yang
diamati keterampilan dan kehidupan sehari-hari yang alami atau terfasilitasi.
Penilaian ini yang hanya dapat diperoleh di lingkungan alamiah anak (di mana).
yang hanya dapat diperoleh di lingkungan alamiah anak.

Barber, King, dan Buchanen dalam Stuart Henderson dkk (2018)


mengungkapkan bahwa penilaian autentik itu adalah penilaian yang dikaitkan
dengan dunia nyata, kolaboratif, disusun bersama, dan menghasilkan karya
atau produk.
Wiggins (1990) Penilaian bersifat autentik ketika kita secara langsung menguji
kinerja siswa pada tugas-tugas intelektual yang layak

Frey (2019) Untuk menentukan definisi “penilaian autentik” yang pelit dan
berguna secara akademis, yang terbaik adalah menghilangkan persyaratan-
persyaratan yang tidak penting bagi nilai unik dari pendekatan tersebut. Ini
berarti bahwa taktik keandalan seperti penggunaan berbagai indikator dan
sistem portofolio bukanlah komponen yang pasti. Tidak diragukan lagi, hal-hal
tersebut menambah kualitas penilaian secara umum, namun tidak eksklusif
pada penilaian autentik. Demikian pula, beberapa elemen keaslian yang
disarankan yang mungkin meningkatkan validitas, seperti persyaratan
pembelaan publik atau bahwa penilaian harus menjadi bagian dari sistem
formatif, tidak diperlukan dalam definisi. Elemen-elemen penting yang tersisa
menghasilkan deskripsi tugas penilaian kelas yang melibatkan siswa secara
mendalam, baik dari segi kompleksitas kognitif dan minat intrinsik, dan
dimaksudkan untuk mengembangkan atau mengevaluasi keterampilan dan
kemampuan yang memiliki nilai di luar penilaian itu sendiri. Pengalaman
penilaian seperti inilah yang secara realistis bersifat autentik.

Wootton (2021) penilaian autentik adalah penilaian yang dikaitkan dengan


dunia nyata. Sebuah penilaian daripada mengukur perolehan pengetahuan
dalam arti abstrak, yang biasanya dilakukan dengan ujian berbatas waktu,
penilaian autentik berfokus pada pengujian keterampilan yang dibutuhkan
siswa ketika bekerja di lapangan dengan menempatkan mereka dalam skenario
simulasi kerja.

Farel (2019) penilaian autentik mengarah bahwa kegiatan pembelajaran yang


ditugaskan harus selaras dengan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
siswa, yang diharapkan untuk menunjukkan di dunia nyata.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian autentik


merupakan penilaian yang dapat mengukur pengetahuan, keterampilan, dan
sikap siswa untuk menghasilkan karya dengan cara berkolaborasi sehingga
dapat diimplementasikan dalam kehidupan.

Contoh penerapannya di kelas adalah pada penilaian keterampilan


pembelajaran bahasa Indonesia guru menggunakan teknik portofolio dan
teknik kinerja yang dilakukan dalam jangka satu semester. Dalam pelaksanaan
portofolio guru meminta peserta didik untuk mengumpulkan tugas-tugas yang
telah diberikan untuk melihat perkembangan peserta didik dalam bidang sesuai
dengan materi. Sedangkan dalam teknik kinerja guru biasanya menilai dari
penyampaian peserta didik dalam menyampaikan sebuah laporan pengamatan,
berpidato, bercerita pendek yang dilakukan peserta didik di depan kelas.

Tugas membuat teks prosedur juga dapat digunakan sebagai contoh.


Pembimbingan diberikan sehingga dapat menggali ide-ide kreatif siswa dalam
menentukan topik dan mengemukakan gagasan. Guru juga berupaya mengaitkan
kegiatan menulis tersebut dengan konteks kehidupan atau materi pembelaiaran
sehingga gagasan yang ditulis dapat merefleksikan perkembangan hasil belajar dan
perkembangan pribadi siswa. Selain itu, respon tertulis vang, diberikan yang
ternyata mampu meningkatkan motivasi untuk menulis. Motivasi itu tumbuh
karena siswa merasa guru menghargai dan peduli dengan apa yang ditulisnya.
Pada awal pembiasaan menulis teks, siswa banyak membutuhkan waktu untuk
menghasilkan sebuah kalimat. tetapi setelah beberapa kali menulis siswa menjadi
semakin terampil. Bahkan dalam perkembangannya siswa mau membuat buram
tulisannya di rumah, meskipun guru tidak menugaskan ha1 itu. Dampaknya,
pemberian waktu sepuluh sampai lima beias menit yang awalnya terkesan
mengurangi waktu pembelajaran pokok dapat dimanfaatkan secara efektif,
menjadi berharga, dan lebih bermakna dalam upaya melatih keterampilan menulis
siswa.

3. Sebut dan jelaskan prinsip-prinsip penilaian autentik!


Jawab:
Prinsip penilaian autentik di antaranya objektif, terpadum ekonomis,
transparan, akuntabel, edukatif, dan sistematis (Hisyam, 2000):
a. Prinsip objektif
Prinsip objek tif memiliki arti bahwa penilaian autentik memiliki kriteria
yang jelas sehingga penilaian tidak bersifat subjektif.
b. Prinsip terpadu
Prinsip terpadu memiliki arti bahwa penilaian dilakukan secara
berkesinambungan serta menyatu dengan pembelajaran.
c. Prinsip ekonomis
Pelaporan dalam penilaian autentik efektif dan efisien.
d. Prinsip transparan
Kriteria dalam pengambilan keputusan serta kriteria dalam penilaian
autentik dapat diakses oleh semua pihak.
e. Prinsip akuntabel
Penilaian autentik dapat dipertanggungjawabkan baik dalam inrernal
sekolah maupun eksternal baik dalam teknik, prosedur, maupun hasilnya.
f. Prinsip edukatif
Penilaian autentik dapat memotivasi guru dan siswa untuk melaksanakan
pembelajaran dengan lebih baik lagi.
g. Prinsip sistematis
Penilaian dilakukan secara terencana dan sesuai tahap maupun langkah-
langkah yang telah ditetapkan.

Frey (2019) Untuk menentukan definisi penilaian otentik berdasarkan


karakteristik apa yang harus ada agar penilaian otentik dapat “berhasil”, perlu
untuk mengidentifikasi tujuan unik dari penilaian otentik dibandingkan dengan
jenis penilaian lainnya (misalnya tes kertas dan pensil tradisional), tes standar,
dan sebagainya). Penilaian otentik seharusnya melibatkan siswa; dan dapat
berhasil ketika siswa menganggapnya bermanfaat bagi dirinya sendiri.

Farel (2019) Prinsip-prinsip penilaian autentik mengarah bahwa kegiatan


pembelajaran yang ditugaskan harus selaras dengan sikap, keterampilan dan
pengetahuan yang siswa, yang diharapkan untuk menunjukkan di dunia nyata.

Ozverir (2016) prinsip pembelajaran autentik adalah (1) aktivitas autentik


memiliki relevansi dengan dunia nyata, (2) Aktivitas autentik itu rumit dan
tidak jelas. Lingkungan belajar dan tugas mengharuskan pembelajar melalui
tahap-tahap yang tidak jelas dan tidak diatur secara berurutan oleh guru. Hal ini
meningkatkan kompleksitas dan tingkat kesulitan kegiatan untuk mencapai
suatu solusi atau kesimpulan. Karena sifatnya yang tidak jelas dan kompleks,
pelajar perlu menghabiskan lebih banyak upaya mental dan interaksional
selama periode waktu yang berkelanjutan, sambil menentukan jalur tindakan
untuk menyelesaikan aktivitas tersebut, (3) Aktivitas autentik memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memeriksa tugas dari sudut pandang yang
berbeda, dengan menggunakan berbagai sumber, (4) Kegiatan otentik
memberikan kesempatan untuk berkolaborasi, (5) Kegiatan otentik
memberikan kesempatan untuk berefleksi, (6) Aktivitas autentik mengarah
melampaui domain dan keterampilan tertentu hasil (7) Prinsip desain 7:
Kegiatan autentik diintegrasikan dengan penilaian. Dalam hal ini, penilaian
memberikan kesempatan kepada pembelajar untuk mengukur apa yang dapat
mereka lakukan dengan bahasa target dalam praktiknya, (8) Aktivitas autentik
menghasilkan produk yang sempurna dan bernilai, bukan sebagai persiapan
untuk sesuatu yang lain, (9) Aktivitas autentik memungkinkan solusi yang
bersaing dan keragaman hasil, (10) Aktivitas autentik kondusif untuk
pembelajaran dan komunikasi, (11) Aktivitas otentik memberikan faktor
motivasi .

4. Jelaskan konsep penilaian berbasis Keterampilan Berpikir Aras Tinggi atau


Higher Order Thinking Skills (HOTS}!
Suwandi, dkk (2012) HOTS merupakan kemampuan yang menuntut
kompleksitas berpikir peserta didik melalui berbagai pendekatan secara
kontekstual. Perspektif pembelajaran yang menekankan kemampuan berpikir
tingkat tinggi menuntut peserta didik tidak lagi memahami konsep dasar
namun juga mengimplementasikan keilmuan yang didapatkan. Pembelajaran
yang disampaikan oleh guru merupakan landasan dasar berpikir yang harus
dikembangkan oleh peserta didik selama pembelajaran maupun
pascapembelajaran dalam bentuk tugas terstruktur. Kelebihan dari
pembelajaran dengan pendekatan HOTS dapat meminimalisasi plagiasi
antarpeserta didik dan memberikan keleluasan dalam menentukan tuntutan
pembelajaran dan ketercapaiannya. Setiap peserta didik dapat menentukan
sendiri indikator maksimal dengan tetap melampaui indikator minimal yang
telah ditentukan oleh guru.

5. Sebut dan jelaskan kondisi pemicu HOTS!


Suwandi (2018) mengungkapkan bahwa Suatu hal yang wajar manakala dalam
pelaksanaan pembelajaran—termasuk pembelajaran bahasa Indonesia—yang
berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher
Order Thinking Skill (HOTS) guru dihadapkan pada sejumlah kendala. Kendala yang
muncul hendaknya dihadapi sebagai sebuah tantangan. Tantangan pertama datang dari
peserta didik. Para siswa yang hadir di sekolah dan juga pendidikan tinggi sekarang
ini adalah generasi baru yang memiliki keunikan. Mereka adalah Generasi Z, yang
lahir pertengahan 1990-2010. Mereka sering pula disebut digital native, yang artinya
sejak lahir mereka telah dilingkupi oleh berbagai macam peralatan digital seperti
komputer, video game, digital music player, kamera video, telpon seluler serta
berbagai macam perangkat khas era digital. Mereka digambarkan sebagai generasi
kreatif yang cerdas teknologi dan terhubung (connected) dalam kehidupan global
Referensi:

Aman. 2015. Penilaian Autentik: Teori dan Praktik dalam Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: UNY Press

Arifin, Zainal. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Serlina, Anastasia Baan, Irna Fitriana. 2024. Pembelajaran Menulis Cerpen. Jurnal
Pendidikan, Sains Dan Teknologi, 3(1), 93–98.
https://doi.org/10.47233/jpst.v3i1.1532
https://jurnal.minartis.com/index.php/jpst/article/view/1532

Bagnato, Sthepen J. 2007. Authentic Assesment for Early Chilhood. New York: The
Guilford Press Divisi

Farel, C. (2019). Do International Marketing Simulations Provide an Authentic Assessment of


Learning? a Student Perspective. The International Journal of Management Education 18
(2020) 100362. https://doi.org/10.1016/j.ijme.2020.100362

Frey, Bruce B.; Schmitt, Vicki L.; and Allen, Justin P. (2019) "Defining Authentic
Classroom Assessment," Practical Assessment, Research, and Evaluation: Vol. 17,
Article 2.
DOI: https://doi.org/10.7275/sxbs-0829
https://scholarworks.umass.edu/pare/vol17/iss1/2

Henderson, S., Kinahan, M., Rossiter, E. 2018. Problem-Based Learning as an


Authentic Assessment Method. PG Diploma in Practitioner Research Projects, DIT.

Hisyam, S. & D. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki


Millennium III. Adi Cipta.
Nisrokha. (2018). Authentic Assessment (Penilaian Otentik). Jurnal Madaniyah, 08(2),
209–229.

Ozverir, I., Herrington, J., & Osam, UV (2016). Prinsip Desain untuk Pembelajaran
Otentik Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing. Jurnal Teknologi Pendidikan Inggris,
47(3), 484–493. https://doi.org/10.1111/bjet.12449

Riestyananda, A., Rahmanto, A. N., & Ninghardjanti, P. (2018). Implementasi Model


Penilaian Autentik dalam Pembelajaran di Smk Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran
2017/2018. Jurnal Informasi Dan Komunikasi Administrasi Perkantoran, 2(2).
http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/jikap

Subrata, I. M., & Rai, I. G. A. (2019). Penerapan Penilaian Autentik dalam


Pembentukan Karakter Siswa. Jurnal Emasains: Jurnal Edukasi Matematika Dan
Sains, 8(2), 96–203.

Suprijono, A. (2012). Penilaian Pendidikan: Prinsip, Teknik, dan Aplikasinya. Jakarta:


PT Indeks
Suwandi, Sarwiji. Memet Sudaryanto, Nugraheni Eko Wardhani, Sugit Zulianto,
Chafit Ulya, dan Titi Setiyoningsih. 2021. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi
Dalam Soal Ujian Nasional Bahasa Indonesia. JURNAL KEPENDIDIKAN. Volume
5, Nomor 1, 2021, Halaman 31-44. P-ISSN: 2580-5525│E-ISSN: 2580-5533.
https://journal.uny.ac.id/index.php/jk/
Suwandi, Sarwiji. 2018. Implementasi Pembelajaran Bahasa Indonesia yang
Berorientasi pada Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa.
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia I Unimed-2018

Wootton, Adam J. 2021 Authentic Assessment: A Foundation Year Case Study.


Journal of the Foundation Year Network, Volume 4 (2021), pp. 75-85.
a.j.wootton@keele.ac.uk.

Anda mungkin juga menyukai